Anda di halaman 1dari 19

Peradaban Islam Pada Masa

Rasulullah SAW di Madinah

Dosen Pengampu:
Nur Hadijah Saraswati, M.pd
DISUSUN OLEH :

Febi Riska Amelia 2221609096


Fegi Rizka Amelia 2221609095
Aap Kurniawan 2221609038
Kelompok 2
HTN 1 Semester 2
PEMBAHASAN

1 Pembahasan Periode Madinah

2 Pembinaan Masyarakat
DISUSUN OLEH :

2221609081
3 Perjanjian Hudaibiyah
2221609019
4 Fathul Mekkah 2221609020

Pengertian Ar-Ra’yu
5 Haji Wada
Pembahasan
Periode Madinah

Tidak dapat dipungkiri, Madinah adalah sebuah kota yang majemuk.


Di dalamnnya ada berbagai etnis yang memeluk berbagai agama. tidak heran
konflik antaretnis atau antarumat beragama pun seringkali terjadi. Hal inilah yang
kemudian mendorong Rasulullah saw. mengajak seluruh masyarakat Madinah untuk
membuat semacam kode etik yang disepakati oleh semua pihak, sehingga dapat menjadi
acuan dalam menegakkan hukum di bumi Madinah. Tidak lama kemudian, ajakan itu
terealisasi juga. Perjanjian yang berisi tentang hak dan kewajiban setiap golongan warga
Madinah itu kemudian dikenal dengan sebutan "Piagam Madinah".
hal- hal pokok yang tertulis dalam perjanjian ini
adalah sebagai berikut:

• Kaum muslimin Madinah adalah satu umat, dan akan memerangi siapa pun
yang melalukan
kezaliman, kejahatan, dan permusuhan terhadap mereka;
• Kaum Musyrikin Madinah tidak wajib melindungi harta dan jiwa kaum kafir
Quraisy, dan tidak
akan merintangi tindakan kaum mukminin atas mereka;
• Kaum Yahudi wajib turut seta bersama kaum mukminin dalam peperangan;
• Kaum Yahudi dari Bani 'Auf dipandang sebagai bagian dari kaum
mukminin;
• Kaum Yahudi tetap pada agama mereka, dan demikian pula dengan kaum
muslimin;
• Kaum Yahudi dari berbagai kabilah Yahudi di Madinah diperlakukan sama
dengan orang-
orang Yahudi dari Bani 'Auf;
hal- hal pokok yang tertulis dalam perjanjian ini
adalah sebagai berikut:

• Kaum Yahudi dan muslimin harus memikul biayanya masing-masing dalam


menjalankan
kewajibannya memberikan pertolongan secara timbal balik ketika melawan
pihak lain yang
memerangi salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian itu;
• Semua pihak harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling
mengingatkan ketika ada
yang berbuat zalim;
• Semua pihak wajib saling membantu dalam melawan pihak yang menyerang
Madinah;
• Setiap orang dijamin keselamatannya untuk meninggalkan atau tetap tinggal
di Madinah, kecuali yang berbuat kejahatan;
• Bahwasanya Allah-lah pelindung pihak yang berbuat kebajikan dan taqwa.
Dengan perjanjian ini, kita lihat bahwa keberadaan
Rasulullah saw. di Madinah ternyata tidak
hanya berperan sebagai rasul, melainkan ia juga
berperan sebagai seorang negarawa. Dengan
piagam inilah kesatuan dan persatuan yang kokoh
dikalangan masyarakat Madinah dapat
tercipta. Meskipun beberapa kali kaum Yahudi
menghianati perjanjian ini, dan melakukan taktik
untuk memecah belah persatuan kaum Muslimin
di Madinah, namun keberadaa piagam ini tetap
tidak tergoyahkan. Hal ini tampak jelas ketika
kaum muslimin tetap bersatu dalam melewati
serangkaian peristiwa, seperti pada perang Badar,
Uhud, dan Khandaq.
Secara garis besar, langkah dakwahh yang dilakukan
Rasulullah saw. di Madinah bermuara pada satu
tujuan, yaitu menciptakan perdamaian seutuhnya di
bumi Madinah, hal itu dapat kita lih t melalui tiga hal
berikut ini:

• Diperdamaikannya antara Aus dan Khazraj;


• Dipersaudarakannya kaum Muhajirin dan Anshar; serta
• Dipersatukannya masyarakat Madinah melalui Piagam Madinah.
B. Pembinaan
Masyarakat
1. Pembinaan Melalui Masjid
Sesampainya di Madinah, Rasulullah saw. segera menegakkan
masyarakat islam yang kokoh dan
terpadu, dan sebagai langkah pertama kearah itu, Rasulullah saw
membangun masjid.Tidaklah
heran kalu masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi
pembentukan masyarakat Islam,
karena masyarakat Islam tidak akan terbentuk kokoh dan rapi
kecuali dengan adanya komitmen
terhadap sistem, aqidah dan tatanan Islam.
2. Pembinaan Melalui Persaudaraan
Sesama Kaum Muslimin
Sebagai langkah selanjutnya, Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya dari kaum
Muhajirin dan Anshar. Sebab masyarakat manapun, tidak akan berdiri tegak, kokoh tanpa
adanya kesatuan dan dukungan anggota masyarakatnya. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah
dengan maksud merekatkan hubungan antara kabilah-kabilah kaum Muhajirin dan lebih khusus
merekatkan hubungan suku Aus dan suku Khazraj yang sering berperang sebelum kedatangan
Rasulllah ke Madinah. Menurut Imam Abdur Rahman al-Khats'ami dalam kitabnya Ar-Raudhul
Unuf menyebutkan: "maksud dari persaudaraan ini adalah untuk menghilangkan kesepian
lantaran meninggalkan kampung halaman mereka, dan menghibur karena berpisah dengan
keluarga, disamping agar mereka saling membantu satu sama lain.
3. Perjanjian Kaum Muslimin Dengan
Orang-orang di Luar Islam

Setelah Rasulullah mengokohkan persatuan kaum Muslimin, dan telah berhasil memancangkan
sendi-sendi masyarakat Islam yang baru, dengan menciptakan kesatuan aqidah, politik dan
sistem kehidupan di antara orang-orang Muslim, maka langka selanjutnya yang dilakukan oleh
Rasulullah adalah menawarkan perjanjian damai kepada golongan atau pihak di luar Islam.
Perhatian beliau pada saat itu adalah bagaimana menciptakan keamanan, kebahagiaan dan
kebaikan bagi semua manusia, mengatur kehidupan di daerah itu dalam satu kesepakatanSecara
garis besar perjanjian antara rasulullah dengan golongan di luar Islam yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Madinah.
Menurut Badri Yatim, Piagam Madinah yang lengkapnya itu
terdiri dari empat bagian, yaitu:

• Bagian pertama: terdiri dari 28 pasal, isinya banyak menyangkut hubungan anshar dan
Muhajirin;
• Bagian kedua: menyangkut tentang hubungan umat Islam dengan kaum Yahudi;
• Bagian ketiga: ditulis setelah perjanjian Hudaibiyah, karena banyak orang yang pindah ke
Madinah;
• Bagian keempat: berkenaan dengan kabilah yang baru masuk Islam, isinya menjelaskan bahwa
terhadap kabilah yang baru masuk Islam berlaku apa yang sudah berlaku bagi kabilah yang
sudah lama memeluk Islam.

C. Perjanjian
Hudaibiyah
1. Isi Perjanjian Hudaibiyah

• Gencatan senjata selama sepuluh tahun.


• Orang Islam dibenarkan memasuki Makkah pada tahun berikutnya, tinggal di Makkah selama
tiga hari sahaja dengan hanya membawa senjata bersarung.
• Bekerja sama kepada perkara yang membawa kebaikan.
• Orang Quraisy yang lari ke pihak Islam tanpa kebenaran keluarga dikembalikan semula.
• Orang Islam yang lari ke pihak Quraisy tidak perlu dikembalikan.
• Kedua-dua pihak boleh membuat perjanjian dengan mana-mana kabilah Arab tetapi tidak boleh
membantu peperangan.
2. Hikmah Perjanjian Hudaibiyah

• Berkembangnya syiar Islam.


• Kehidupan masyarakat aman dan damai.
• Pengiktirafan Rasulullah dan negara Islam di Madinah.
• Membuka jalan kepada pembebasan Mekah daripada
Musyrikin Quraisy.
• Orang Islam dapat membuat perhubungan dengan
kabilah Arab yang lain.
D. Fathul Mekkah

(Pembebasan Kota Mekkah) (20 Ramadhan 8 Hijriah)

Fathul Mekkah merupakan peristiwa yang paling dinantikan kaum muslimin. Sebab itu kejadian
ini dianggap kemenangan yang terpenting bagi Islam dan kaum muslimin. Dengan kemenangan
itu, Allah memuliakan Nabi-Nya secara khusus dan umat Islam pada umumnya. Peristiwa Fathul
Mekkah ini terjadi setelah melalui rangkaian tahun yang terus-menerus diisi dengan dakwah,
jihad dan penyampaian risalah Islam. Dengan begitu, Fathul Mekkah menjadi salah satu fase
dakwah yang terpenting dalam Islam. Selain itu, Fathul Mekkah seakan menjadi puncak
perjuangan Rasulullah berada diwilayah tersebut, sekaligus menjadi awal perjuangan generasi
setelahnya untuk menyempurnakan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Inilah yang
dilakukan para Khulafaur Rasyidin setelah Rasulullah.
Hasil Penting dari Peristiwa Pembebasan
Mekkah, yaitu:

• Rasulullah bersama kaum muslimin menghancurkan


berhala di Ka’bah dan sekitarnya. Dengan
demikian, berakhirlah paganisme di wilayah jazirah Arab.

• Masuknya Quraisy ke pangkuan Islam menjadikan


kabilah-kabilah Arab di seluruh Jazirah
Arab bisa bertemu Rasulullah untuk masuk Islam.
E. Haji Wada’

Haji Wada’ dikenal juga dengan nama Haji Perpisahan Nabi Muhammad Saw. Rasulullah saw.
Mengumumkan niatnya untuk melaksanakan haji yang mabrur. Maka manusia datang
berbondong-bondong ke Madinah, yang semua hendak ikut beliau. Pada hari sabtu 14 hari
sebelum habisnya bulan Dzulqa’idah, beliau berkemas-kemas untuk berangkat, dengan
menyiapkan bekal perjalanan, berminyak dan mengenakan mantel. Tahun kesebelas Hijrah,
haji pertama Rasulullah dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musyrik pun yang ikut
didalamnya, Untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan
sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan sekaligus inilah haji terakhir
yang dilakukan oleh Rasulullah.
Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqadah
, Rasulullah disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian
melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak. Setelah seluruh manasik haji dilakukan,
Rasul memerintahkan untuk kembali ke MadinahAl-Munawarah tanpa mengambil waktu untuk
istirahat, agar perjuangan ini terasa murni karena Allah dan di jalan-Nya.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai