Anda di halaman 1dari 20

Akad Dalam Fiqh Muamalah

Dosen Pengampu:
M. Ridwan S.H.I,M.Si
Dosen Pengampu :
Muhammad Idzhar SH.,MH
i s u s u n O l e h
D
KELOMPOK 1

1 FEBY RISKA AMELIA 2221609096


2 FUTRIANI BT. ISMAIL 2221609081
3 RAHMA REZA ZAHRA 2221609020
PEMBAHASAN
Pengertian Akad

Urgensi Akad Dalam Muamalah

Rukun dan Syarat Akad

Hal-hal Yang Dapat Merusak Akad

Macam-macam Akad

Landasan Akad

Asas Akad dan Maqashid Syariah


Pengertian Akad

Dalam bahasa Arab, akad berasal dari kata "aqada" yang berarti mengikat. Maksudnya
adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya
pada yang lainnya sehingga keduanya tersambung dan menjadi seutas tali yang satu.
Kata akad dalam bahasa Arab juga berarti jaminan atau perjanjian.

Sedangkan akad dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah perjanjian,


perikatan, atau kontrak. Perjanjian berarti suatu peristiwa yang mana seseorang berjanji
kepada orang lain atau pihak lain (perorangan maupun badan hukum) atau
suatu peristiwa yang mana dua orang atau pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal.
Akad dalam Pengertian Umum

Akad dalam pengertian umum adalah segala


bentuk perikatan atau perjanjian yang
dilaksanakan oleh seseorang dengan disertai
komitmen untuk memenuhinya yang
menimbulkan akibat hukum syar'i, baik yang terjadi
secara dua arah seperti akad jual-beli,
sewa-menyewa, akad nikah dan lain-lain, maupun
yang terjadi secara satu arah seperti
sumpah, nazar, talak, hibah, hadiah, shadaqah dan
lain-lain.
Akad dalam Pengertian Khusus

akad merupakan keterkaitan atau pertemuan ijab dan kabul yang berakibat
timbulnya suatu hukum. Ijab adalah penawaran yang diajukan oleh salah satu pihak, dan
kabul adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra sebagai tanggapan terhadap
penawaran pihak yang pertama.

tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum. Lebih tegas lagi tujuan
akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang hendak diwujudkan oleh para pihak
melalui pembuatan akad.

Akibat hukum akad dalam hukum Islam dibedakan menjadi dua macam yaitu akibat
hukumpokok akad dan akibat hukum tambahan akad. Bila tujuan dalam akad jual beli,
misalnya adalah melakukan pemindahan milik atas suatu barang dari penjual
kepada pembeli dengan imbalan dari pembeli, maka akibat hukum pokok akad jual beli
adalah terjadinya perpindahan milik atas barang yang dimaksud.
Urgensi Akad Dalam Muamalah

Dalam setiap transaksi syariah, seperti transaksi jual-beli atau sejenisnya, baik antara orang
perorangan atau lebih, perorangan dengan lembaga atau antar lembaga, sudah barang tentu
harus ada jalinan ikatan (akad) yang jelas di antara mereka, dalam hal apa mereka
bertransaksi dan bagaimana perikatan yang dibangun antara para pihak untuk dapat
mewujudkan obyek yang terkait dengan perikatan tersebut.

akad menempati kedudukan sentral dalam lalu lintas ekonomi antara manusia (muamalah).
Akad menjadi kunci lahirnya hak dan kewajiban (prestasi) yang lahir sebagai akibat hubungan
kontraktual.
Proses pembentukan akad terjadi melalui tiga tahap:

Pertama, dalam taraf al'ahdu yaitu pernyataan seseorang untuk


melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Janji ini mengikat pada yang
bersangkutan dan agama mengharuskan untuk menunaikannya.

Kedua, persetujuan yang berupa pernyataan setuju dari pihak kedua


untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu sebagai respons
terhadap janji yang dilakukan pihak pertama.

Ketiga, apabila kesepakatan itu direalisasikan oleh kedua belah pihak


maka terjadilah apa yang dinamakan akad. Kesepakatan tersebut
kemudian dituangkan dalam bentuk tertulis, yang dikenal juga
dengan istilah perjanjian atau kontrak.
Rukun dan Syarat Akad
Akad melahirkan konsekuensi kewajiban melakukan atau tidak melakukan
sesuatu, sebagai akibat logis dari adanya hubungan kontraktual, namun meskipun
demikian untuk adanya kekuatan mengikat tersebut, ada beberapa persyaratan yang harus
terpenuhi. Para ulama telah menetapkan beberapa persyaratan sahnya akad, sehingga
manakala akad yang telah dibuat tidak memenuhi persyaratan, maka akad tersebut dianggap
tidak sah atau dapat dimintakan pembatalan ke pengadilan.

Untuk sahnya suatu akad harus memenuhi rukun yang merupakan esensi dalam setiap akad.
Rukun akad merupakan unsur-unsur yang membentuk akad atau dalam pengertian lain
sesuatu yang mutlak harus ada dalam suatu akad (perjanjian Islam). Oleh karena itu, rukun
merupakan unsur yang membentuk substansi sesuatu.

Namun ada juga yang membedakan antara rukun dan syarat, karena beralasan bahwa rukun
akad adalah unsur mutlak yang harus ada dan merupakan esensi dalam setiap akad. Adapun
syarat merupakan sifat yang harus ada pada setiap rukun, tetapi bukan merupakan esensi
akad.
Empat unsur yang
menjadi rukun akad
1. Pihak-pihak yang Berakad (Al-'Aqidan)

2. Objek Akad (Mahal al-'Aqd)

3. Pernyataan Kehendak (Shighah al-'Aqd)

4. Tujuan Akad (Maudhu' al-'Aqd)


Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu tujuan
akad dipandang sah dan mempunyai akibat hukum,
yaitu sebagai berikut:

a) Tujuan akad tidak merupakan kewajiban yang


telah ada atas pihak-pihak yang
bersangkutan tanpa akad yang diadakan,
b) Tujuan harus berlangsung adanya hingga
berakhirnya pelaksanaan akad, dan
c) Tujuan akad harus dibenarkan syara.
D. Hal-Hal Yang Dapat Merusak Akad

Terdapat sejumlah hal yang dapat merusak keridhaan pihak


yang berakad, yaitu adanya pemaksaan, adanya kesalahan,
dan adanya penipuan. Akad yang sah adalah akad yang
disepakati dalam perjanjian, tidak mengandung unsur -unsur
yang merusak akad, antara lain:
1. Kekhilafan yang terjadi mengenai hakikat yang menjadi pokok perjanjian.
Apabila tidakmengenai hakikat yang menjadi pokok perjanjian, maka tidak
mengakibatkan batalnya suatu akad.

2. Paksaan adalah mendorong seorang melakukan sesuatu yang tidak


diridhainya dan tidak merupakan pilihan bebasnya.
Paksaan dapat menyebabkan batalnya akad apabila:
a) pemaksaan mampu untuk melaksanakannya;
b) pihak yang dipaksa memiliki persangkaan kuat bahwa pemaksa akan
segera melaksanakan
apa yang diancamkannya apabila tidak mematuhi perintah pemaksa tersebut;
c) yang diancamkan menekan dengan berat jiwa orang yang diancam hal ini
tergantung
kepada orang perorang;
d) ancaman akan dilaksanakan secara merata;
e) paksaan bersifat melawan hukum.
3. Penipuan adalah memengaruhi pihak lain dengan tipu daya untuk
membentuk akad, berdasarkan bahwa akad tersebut untuk
kemaslahatannya, tetapi dalam kenyataannya
sebaliknya.
Penipuan merupakan alasan pembatalan suatu akad, apabila tipu
muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa
hingga erang dan nyata bahwa pihak yang lain tidak membuat akad itu
jika tidak dilakukan tipu muslihat.

4. Penyamaran adalah keadaan dimana tidak ada keseteraan antara


presentasi dan imbalan presentasi dalam suatu akad.
E. Macam-Macam Akad

A. Akad Tabarru
Jenis Akad Tabarru:

1. Hibah (Pemberian) 4. Kafalah (Garansi) 7. Qard (Al-Qardul Hasan)


2. Ibra 5. Hawalah 8. Wadi'ah (Wali Amanat)
3. Wakalah 6. Rahn (Gadai) 9. Wakaf
E. Macam-Macam Akad

B. Akad Tijarah
a. Jenis Akad Tijarah

1. Murabahah 5. Salam, Bai' 9. Muzara'ah (Bagi Hasil


2. Mudharabah 6. ISTISHNA Hasil Panen)
3. Ijarah 7. Musyarakah 10. Mukhabarah
4. Ijarah Muntahiya Bittamlik 8. Sharf 11. Barter
F. Landasan Akad
Adapun yang menjadi dasar dalam akad ini pertama adalah firman Allah dalam al-Qur'an
Surat al-Maidah ayat 1 yang berartikan :

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu
binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.

Adapun yang dimaksud dengan "penuhilah aqad-aqad itu "


adalah bahwa setiap mu'min berkewajiban menunaikan apa yang telah
dia janjikan dan akadkan baik berupa perkataan maupun perbuatan,
selagi tidak bersifat menghalalkan barang haram atau mengharamkan
barang halal.
G. Asas Akad dan Maqashid Syariah

Kita tahu bahwa akad (transaksi) merupakan


bagian dari fikih mu'amalah. Jika fikih
muamalah mengatur hubungan manusia dengan
sesamanya secara umum, maka transaksi
mengatur hubungan manusia dengan sesama
menyangkut pemenuhan kebutuhan
ekonominya. Dalam pandangan fiqh muamalah,
akad (transaksi) yang dilakukan oleh para
pihak yang melakukan akad memiliki asas-asas
tertentu. 17 Asas ini merupakan prinsip yang
ada dalam akad dan menjadi landasan, apabila
sebuah akad dilakukan oleh para pihak yang
berkepentingan.
Adapun asas tersebut adalah sebagai berikut:

1. Asas ibahah 5. Asas kemaslahatan


2. Asas kebebasan 6. Asas amanah
3. Asas konsensualisme 7. Asas keadilan
4. Asas keseimbangan
Sekian dan Terima kasih :)

Anda mungkin juga menyukai