LAPORAN INDIVIDU PUSKESMAS - Siti Mutia Ayuningtyas - G4B020053 FIXED 100423
LAPORAN INDIVIDU PUSKESMAS - Siti Mutia Ayuningtyas - G4B020053 FIXED 100423
Disusun Oleh:
Siti Mutia Ayuningtyas G4B020053
Disusun Oleh:
Siti Mutia Ayuningtyas G4B020053
Penelaah,
Dr. drg. A. Haris Budi Widodo, M.Kes., AP., S.IP., S.E., S.H
NIP. 197005031999031001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Karena Rahmat-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan kegiatan diagnosis komunitas berupa penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut bertempat di SD N 1 Ketenger pada pada tanggal 22 September. Penyusunan laporan
kegiatan dengan judul “Pengaruh Pemberian Penyuluhan Metode Ceramah Terhadap
Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Siswa Kelas 3 SD Negeri 1 Ketenger” .
Tujuan dari pembuatan laporan kegiatan ini adalah untuk menggambarkan pengaruh
penyuluhan dalam upaya pengingkatan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak dan juga
sebagai salah satu prasyarat pemenuhan requirement dalam stase Ilmu Kedokteran Gigi
Masyarakat Profesi Kedokteran Gigi Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Jenderal
Soedirman. Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, sehingga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. drg, A. Haris Budi Widodo, M.Kes, A.P, S.IP.,S.E, selaku Ketua Jurusan
Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman dan selaku
koordinator bidang Ilmu Kedokteran Gigi Masyarakat dan Pencegahan yang telah
memberikan izin, dukungan dan arahan dalam menempuh pendidikan dokter gigi.
2. drg. Fani Tuti Handayani, Sp.Orto, M.Med selaku Ketua Program Studi Profesi
Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman yang telah
memberikan izin dan arahan serta dukungan dalam melaksanakan kegiatan kedokteran
gigi masyarakat
3. drg. Fitri Diah Oktadewi, M.DSc selaku koordinator bidang Ilmu Kedokteran Gigi
Masyarakat yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam melaksanakan
kegiatan kedokteran gigi masyarakat, dan selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmu, bimbingan, saran, dan nasihat yang
bermanfaat bagi penulis sehingga memperlancar tugas dalam menempuh praktik
lapangan di puskesmas Baturraden I dan pendidikan profesi dokter gigi ini.
4. Sukoco, S.KM., M.Kes, selaku Kepala Puskesmas Baturraden I, Kabupaten Banyumas
dan selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan izin, arahan, dan bimbingan
untuk melaksanakan praktik lapangan di wilayah kerja puskesmas.
5. drg. Kilat Pertiwi, selaku pembimbing lapangan dan dokter gigi Puskesmas Baturraden
I, Kabupaten Banyumas yang telah berkenan meluangkan waktu, memberikan ilmu,
bimbingan, saran, dan nasihat yang bermanfaat bagi penulis.
iii
6. Tafrida Susanti, Amg.Kg, selaku perawat gigi puskesmas Baturraden I yang banyak
membantu mmeberikan informasi, arahan dan bantuan selama kegiatan praktik
lapangan
7. Pihak Sekolah SD N 1 Ketenger yang telah berkenan memberikan waktunya untuk
kegiatan penyuluhan dan pengambilan data pada penelitian ini.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah turut membantu,
meluangkan waktu menjadi narasumber, informan, memberikan waktu, ilmu terkait
pelayanan puskesmas.
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, penulis
berharap agar laporan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi untuk menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………18
A. Hasil ……………………………………………………………………....18
B. Pembahasan ……………………………………………………………....21
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karies gigi pada anak merupakan masalah serius dalam kesehatan gigi dan
mulut di indonesia dengan prevalensi hingga 90,05% (Asmawati & Pasolon, 2007).
Bila ditinjau dari kelompok umur penderita karies gigi terjadi peningkatan pula
prevalensinya dari tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar pada usia
balita 1-4 tahun (10,4%) (Riskesdas, 2013). Dalam hal ini, faktor yang
mempengaruhi tingginya prevalensi karies gigi pada anak, salah satunya adalah
karena kurangnya pengetahuan, sikap, dan tindakan orang tua tentang pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut anaknya (Srinai, 2018).
Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Ketenger merupakan salah satu SD di kecamatan
Baturaden yang memiliki jumlah anak didik berbagai macam karakteristik,
walaupun akses informasi dan kesehatan cukup mudah dijangkau , namun SD N 1
Ketenger termasuk sekolah yang jarang dilakukan kegiatan edukasi kesehatan gigi
dan mulut. Hal ini dapat mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan gigi dan mulut
anak-anak yang tersermin dari kondisi gigi dan rongga mulut anak yang hampir
semua siswa pada SD N 1 Ketenger mengalami masalah gigi berlubang (Data
penjaringan kesehatan Puskesmas Baturraden I, 2022).
Kesadaran untuk menerapkan kebiasaan yang positif dalam memelihara
kebersihan gigi dan mulut sehari-hari penting diterapkan pada anak-anak, sehingga
untuk meningkatkan kesadaran tersebut dibutuhkan pendidikan kesehatan yang
mencakup adanya proses komunikasi, motivasi dan instruksi serta orang tua yang
memadai (Kiswaluyo, 2010). Oleh karena itu pentingnya pencegahan primer
dilakukan dengan salah satunya promosi kesehatan sebagai bentuk pendidikan
kesehatan bagi masyarakat. Promosi kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi
masyarakat baik individu maupun kelompok untuk berperilaku hidup sehat. Promosi
kesehatan gigi bukan hanya proses menyadarkan seseorang dalam hal meningkatkan
pengetahuan, melainkan upaya untuk mengubah perilaku seseorang agar
memperhatikan kesehatan gigi dan mulut (Haryani, dkk., 2015).
1
Pendidikan kesehatan sendiri sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai
macam metode seperti pemutaran film, ceramah, curah pendapat, dan bermain.
Kurang efektifnya kegiatan UKGS dapat dijalankan bisa saja dikarenakan oleh
metode penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang masih kurang
optimal. Untuk itu perlu digunakan pendekatan dengan cara lain yang lebih efektif
dan bermanfaat bagi anak. Salah satu metode yang efektif adalah dengan metode
penyuluhan, demo sikat gigi dan penggunaan alat peraga, metode tersebut
merupakan suatu kegiatan dengan atau tanpa menggunakan sesuatu di mana
diberikan kesenangan, informasi, bahkan imajinasi terhadap sesuatu tersebut. Metode
penyuluhan telah menjadi pelopor kesehatan secara lisan dalam promosi kesehatan
gigi dan mulut (Gerung dkk., 2021). Salah satu metodenya yaitu ceramah adalah
metode yang paling populer dan banyak dilakukan oleh guru, selain mudah penyajian
juga tidak banyak memerlukan media. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan
menganggap bahwa metode ceramah itu mudah dalam penggunaannya dalam proses
kegiatan pembelajaran di kelas. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-
satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling
efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan
jangkauan daya beli dan paham siswa, materi ajar bisa dilaksanakan dengan cepat
karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak, melatih para
pelajar untuk menggunakan pendengaran dengan baik sehingga mereka dapat
menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai pengaruh pemberian penyuluhan metode ceramah terhadap pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 3 SD N 1 Ketenger.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Penyuluhan
Penyuluhan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengubah
perilaku individu, kelompok, komunitas ataupun masyarakat agar
mengetahui, mau dan mampu menyelesaikan masalah yang ada. Penyuluhan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan martabat kehidupan manusia.
Keberadaan penyakit gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan umum
walaupun tidak menyebabkan kematian secara langsung (Salimah dkk.,
2020).
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 89 tahun 2015
tentang upaya kesehatan gigi dan mulut menyebutkan bahwa pemerintah
telah melaksanakan berbagai kegiatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan gigi dan mulut, salah satu di antaranya adalah melaksanakan
upaya pelayanan kesehatan gigi pencegahan, yang pelaksanaannya
dipercayakan kepada Puskesmas. Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut adalah perilaku. Perilaku yang
dapat mempengaruhi perkembangan karies adalah tentang cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
Perilaku sendiri sangat dipengaruhi oleh pengetahuan. Khasanah dkk.,
(2019) menyatakan bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan
bertahan lebih lama daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan,
termasuk pengetahuan tentang cara menjaga kesehatan gigi yang benar akan
sangat berpengaruh terhadap kejadian karies. Salimah dkk., (2020)
menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
adalah dengan melakukan penyuluhan kesehatan. Sasaran penyuluhan lebih
ditekankan pada kelompok rentan anak sekolah karena lingkungan sekolah
merupakan perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar perilaku
hidup sehat bagi anak sekolah.
4
B. Metode Penyuluhan
a) Didaktik
Didaktik merupakan metode dengan melakukan penyuluhan kesehatan
yang memiliki sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan
untuk ikut serta dalam mengemukkan pendapatnya atau mengajukan
pertanyaan. proses penyuluhan pada metode ini yaitu one way methode.
Kekurangan dari metode ini adalah suasana yang monoton dan
membosankan bagi peserta, peserta menjadi lebih pasif, komunikasi
satu arah, biasanya hanya bersifat informatif saja. Kelenbihan yang
dimiliki meotde ini yaitu persiapannya relatif mudah, lebih menguasai
sasaran, waktu yang relatif singkat, mudah diarahkan. Metode ceramah
yang bersifat satu arah terbagi menjadi 2 yaitu langsung dan tidak
langsung contohnya seperti media cetak majalah, buletin, media
elektronik radio, televisi, surat kabar, poster, flanner board, flash card
dan pamphlets.
b) Sokratik
Sokratik merupakan metode ini sasaran yang diberikan kesempatan
untuk bertanya serta mengemukakkan pendapat, sehingga peserta dapat
mengikuti proses belajar dan mengajar. Metode ini meiliki kelebihan
dan kekurangan yaitu sasaran hanya perseorangan, perlu waktu dan
tenaga kerja yang relatif banyak, perlu keahlian khusus. Kelebihan dari
metode ini yaitu menjangkau semua tahap seperti AIETA (awareness,
interest, evaluation, trial, adoption), pemecahan masalah hingga tuntas,
mengatasi masalah yang bersifat pribadi dan rahasia. Metode ini
menggunakan two way methode pada penyuluhannya. Metode yang
digunakan diantaranya curah pendapat, wawancara, demonstrasi,
diskusi, simulasi, sosio drama, role play, simposium, seminar dan case
study.
C. Media Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut tidak dapat terlepas dari media
karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan
mudah dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan
melaksanakannya. Media penyuluhan merupakan wahana penyalur pesan
5
pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan
perhatian atau minat. Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan
di dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah:
a) Media dapat mempermudah penyampaian informasi
b) Media dapat menghindari kesalahan persepsi
c) Media dapat memperjelas informasi
d) Media dapat mempermudah pengertian
e) Media dapat mengurangi komunikasi verbalistis
f) Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata
g) Media dapat memperlancar komunikasi
7
d) Analisis
Analisis adalah salah satu cara untuk mendapatkan inti masalah
yang ada menjadi masalah-masalah yang lebih kecil dan sederhana.
e) Sintesis
Sama seperti pemahaman, sintesis tiap orang berbeda. Sintesis
merupakan kemampuan orang untuk mendapatkan solusi masalah
yang ada.
f) Evaluasi
Evaluasi adalah tingkatan paling tinggi, di mana seseorang dapat
memberikan penilaian terhadap suatu cara atau metode secara luas dan
keseluruhan (Uno, 2010) .
Enam aspek tersebut dibagi lagi menjadi dua, yaitu aspek kognitif
rendah dan aspek kognitif tinggi. Aspek kognitif rendah adalah aspek
nomor pertama yaitu aspek pengetahuan dan ingatan, sedangkan aspek
kognitif tinggi adalah aspek nomor empat sampai aspek nomor enam mulai
dari pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Bloom secara
hierarki membagi dan menyusun aspek kognitif menjadi rendah sampai
dengan sederhana yaitu hafalan sedangkan yang paling tinggi dan
kompleks adalah evaluasi. Bloom menyebutkan dalam tingkatan
taksonomi aspek kognitif dibagi menjadi enam tingkatan juga antara lain,
kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasi (C3),
kemampuan menganalisis (C4), kemampuan mengevaluasi (C5) serta
mencipta (C6) (Magdalena dkk., 2020).
8
Karakteristik setiap siswa ditentukan kepada ciri khusus yang dimiliki
oleh tiap siswa karena dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam
menggapai capaian pembelajaran. Karakteristik umum pada umunya
menggambarkan tentang kondisi siswa seperti mengenai usia, kelas,
pekerjaan serta gender (Gerung dkk., 2019).
9
c. Perkembangan moral anak SD
Perkembangan moral merupakan suatu konsep tentang
peraturan dan nilai-nilai yang menjadi dasar sikap seseorang
ketika berinteraksi dengan orang lain. Pengertian tentang konsep
perkembangan moral tersebut menjelaskan bahwa seseorang
dapat dikatakan memiliki moral yang baik atau buruk sangat erat
kaitannya dengan norma dan nilai yang ada di lingkungan
sosialnya.
d. Perkembangan fisik dan motorik anak SD
Perkembangan fisik merupakan suatu proses tumbuh
kembang serta pematangan seluruh organ tubuh manusia sejak
lahir hingga dewasa. Perkembangan motorik merupakan proses
perkembangan kemampuan gerak seseorang baik itu motorik
kasar maupun motorik halus. Perkembangan fisik anak usia SD
dapat dilihat dari gambaran umum menyangkut pertambahan
proporsi tinggi dan berat badan serta ciri-ciri fisik lain yang
tampak. Anak SD umumnya berada pada fase tenang, di mana
perkembangan fisik pada masa ini terbilang lambat namun
konsisten.
G. Kesehatan Gigi dan Mulut
Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kualitas hidup secara
langsung. Berdasarkan data WHO pada tahun 2019, angka kejadian karies
pada anak dinyatakan tinggi, yaitu sebesar 60-90% sehingga perilaku peduli
akan kesehatan gigi dan mulut perlu ditanamkan sejak dini dan dilakukan
secara kontinu agar menjadi suatu kebiasaan baik, dengan harapan dapat
berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan di kemudian hari
(Salimah dkk., 2020). Anak pada masa usia sekolah tingkat dasar yaitu
kisaran usia 6-11 tahun, sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di
lingkungannya, mudah menerima suatu pengetahuan baru, dan memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, sehingga sangat efektif untuk dibimbing, diarahkan,
dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, pada siswa
sekolah tingkat dasar, memasuki periode gigi geligi bercampur, ditandai
dengan gigi susu mulai tanggal satu persatu yang akan digantikan dengan
gigi permanen (dimulai dari usia 6-8 tahun).
10
Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan perilaku
mengenai kesehatan gigi dan mulut ini perlu ditanamkan sejak usia tersebut
(Sabani, 2019). Upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut dapat
dilakukan melalui kegiatan yang bersifat promotif dan preventif. Upaya
promotif dan preventif paling efektif dilakukan pada anak sekolah dasar
karena kesehatan gigi harus diperhatikan sejak dini sehingga dapat terwujud
perilaku kesehatan gigi yang baik (Permenkes RI No 89, 2015).
11
Faktor pengetahuan mencakup kegiatan mental seperti kemampuan
berpikir, memahami, menghapal, mengaplikasi, menganalisa, mensintesa,
dan kemampuan mengevaluasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan gigi. Pengetahuan mengenai kesehatan gigi dari orang tua
berdampak dalam pengetahuan kesehatan gigi anaknya yang meliputi
bagaimana cara menyikat gigi yang benar, faktor-faktor penyebab karies,
serta pentingnya kunjungan berkala ke dokter gigi.
Faktor pengetahuan meliputi enam jenjang proses berpikir, mulai dari
jenjang terendah sampai jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang
tersebut yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension),
penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan
penilaian (evaluation). Faktor kognitif dapat diukur melalui dua cara yaitu
dengan tes subjektif dan objektif (Notoatmodjo dkk., 2007).
12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel Terkendali
1. Usia anak
2. Jenjang kelas anak
3. Lokasi penelitian
4. Metode yang diberikan
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
B. Jenis Penelitian
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one group
pretest and posttest design yaitu rancangan penelitian yang menggunakan satu
kelompok subjek serta melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian
perlakuan pada subjek.
14
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
E. Definisi Operasional
15
F. Populasi dan Sampel Penelitian
G. Sumber Data
Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer diperoleh secara langsung melalui pengisian kuesioner,
observasi, dan interview. Sumber data sekunder berupa data jumlah dan nama
siswa didapatkan dari data milik SD Negeri 1 Ketenger.
H. Instrumen Penelitian
16
I. Cara Pengumpulan Data
J. Analisis Data
Software Statistical Package for the Social Sciences (SPSS)
digunakan dalam analisis data perbandingan skor pengetahuan siswa kelas
3 SD Negeri 1 Ketenger sebelum dilakukan intervensi dan setelah
dilakukan intervensi. Data hasil pengamatan merupakan data numerik
dengan skala ratio, sehingga dilakukan uji normalitas menggunakan
Saphiro-Wilk karena sampel <50. Apabila data terdistribusi normal
(p>0,05) maka dilanjutkan dengan uji parametrik paired t-test untuk
menguji signifikansi rata-rata skor sebelum dan sesudah intervensi.
Namun, apabila data tidak terdistribusi normal (p<0,05), maka dilanjutkan
dengan uji nonparametrik Wilcoxon Signed Rank test. Data berbeda
signifikan apabila nilai p<0,05.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Siswa kelas 3 SD Negeri 1 Ketenger yang mengikuti kegiatan ini
sebanyak 29 orang dari 31 orang yang memenuhi kriteria inklusi,
sedangkan 2 orang dieliminasi karena masuk kriteria eksklusi. Deskripsi
usia responden dapat dilihat pada tabel 4.1 dan deskripsi jenis kelamin
responden dapa dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:
18
3. Deskripsi Pengetahuan Kesehatan Gigi Mulut pada Siswa
Siswa mengisi kuesioner sebelum dan sesudah dilakukan
penyuluhan kesehatan gigi dan mulut. Kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner untuk menilai tingkat pengetahuan siswa yang terdiri
dari 12 soal yang valid dan reliabel. Skor pencapaian siswa dari
masing-masing kategori dikonversi menjadi nilai akhir untuk
mendapatkan rentang nilai dari 0-100 (jumlah poin benar dibagi 12
dan dikalikan 100, ketentuan pembulatan < 0,5 dibulatkan kebawah
dan >0,5 dibulatkan ke atas), selanjutnya dilakukan analisis data.
4. Analisis Data
Jumlah siswa kelas 3 yang berpartisipasi dalam kegiatan ini
sebanyak 29 anak. Terdapat 2 siswa kelas 3 yang masuk kriteria
eksklusi karena tidak kooperatif tidak mengisi kuisioner.
a. Uji Homogenitas
19
Berdasarkan data tersebut, nilai signifikansi p = 0.832 yang
menunjukkan data homogen (p>0,05), sehingga data tersebut
selanjutnya akan dianalisis menggunakan uji normalitas data.
b. Uji Normalitas
Hasil T Hitung terbesar dari data yaitu 6,314 dan T tabel sebesar
9,577 menunjukkan bahwa T hitung lebih besar dari T tabel yang
berarti bahwa perlakuan yang diberikan yaitu penyuluhan kesehatan
gigi dan mulut dengan metode ceramah berpengaruh pada peningkatan
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada siswa kelas 3 SD N 1
Ketenger.
20
B. Pembahasan
21
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan
cara menyebarkan informasi-informasi pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu
anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan serta terjadi peningkatan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Salah satu faktor yang sangat penting
dalam penyuluhan adalah dengan metode penyampaian informasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan sasaran dengan menggunakan media edukasi
kesehatan yang tepat. Salimah dkk., (2020) menyatakan bahwa salah satu upaya
untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan melakukan penyuluhan
kesehatan. Sasaran penyuluhan lebih ditekankan pada kelompok rentan anak
sekolah karena lingkungan sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga
dalam meletakkan dasar perilaku hidup sehat bagi anak sekolah.
Penelitian ini menerapkan metode penyuluhan ceramah, yaitu metode yang
paling populer dan banyak dilakukan oleh guru, selain mudah penyajian juga tidak
banyak memerlukan media. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan
menganggap bahwa metode ceramah itu mudah dalam penggunaannya dalam
proses kegiatan pembelajaran di kelas. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai
satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan
paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai
dengan jangkauan daya beli dan paham siswa, materi ajar bisa dilaksanakan
dengan cepat karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang
banyak, melatih para pelajar untuk menggunakan pendengaran dengan baik
sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat
dan tepat. Metode tersebut dilakukan secara dua arah (two way method) dimana
penyuluh dan peserta bersikap aktif. Metode ceramah pada penelitian ini disertai
kegiatan tanya jawab dan recalling materi yang telah disampaikan sehingga terjadi
komunikasi dua arah, oleh sebab itu informasi yang didapatkan oleh peserta
menjadi lebih efektif (Salimah dkk, 2020 dan Gerung dkk., 2021).
22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian ini adalah sebegai berikut:
1. Karakteristik siswa kelas 3 SD N 1 Ketenger berdasarkan usia terdiri dari 3
jenjang usia, diantaranya responden berusia 8 tahun sejumlah 14 orang (48,
275%), responden berusia 9 tahun sejumlah 14 orang (48, 275%), dan
responden berusia 10 tahun sejumlah 1 orang (3, 448 %). Karakteristik
berdasarkan jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin laki-laki terdiri
dari 12 orang (41, 38%), responden yang berjenis kelamin perempuan terdiri
dari 17 orang (58, 62%).
B. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya, perlu menganalisa pengaruh pemberian
penyuluhan metode ceramah terhadap sikap dan perilaku kesehatan gigi dan
mulut.
23
DAFTAR PUSTAKA
Asmawati, A., Pasolon, F. (2007). Analisis Hubungan Karies Gigi Dan Status Gizi
Anak Usia 10-11 Tahun Di SD Athirah, SDN 1 Bawakaraeng Dan SDN 3
Bangkala, Journal of Dentomaxillofacial Science, 6 (2), 78-84.
Harsono, B., Soesanto, Samsudi, 2009, Perbedaan Hasil Belajar Antara Metode
Ceramah Konvensional Dengan Ceramah Berbantuan Media Animasi
Pada Pembelajaran Kompetensi Perakitan Dan Pemasangan Sistem Rem,
JURNAL PTM, 9(2):71-79.
Haryani W., Masyarani L.A., Donsu J.D.T., 2015, Promosi Kesehatan Gigi
Meningkatkan Status Kebersihan Gigi Mahasiswa, Artikel Ilmiah,
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Sleman.
Kesuma, U., Istiqomah, K., 2019, Perkembangan Fisik dan Karakteristiknya Serta
Perkembangan Otak Anak Usia Pendidikan Dasar, Jurnal Madaniyah,
9(2):217-237.
Khasanah, N.N., Susanto, H., Rahayu, W.F., 2019, Gambaran Kesehatan Gigi dan
Mulut Serta Perilaku Menggosok Gigi Anak Usia Sekolah, Jurnal Ilmiah
Permas, 9(4):327-334.
Kiswaluyo. 2010. Hubungan Karies Gigi Dengan Umur dan Jenis Kelamin Siswa
Sekolah Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwates dan Puskesmas
Wuluhan Kabupaten Jember. Stomatognatic (J.K.G. Unej). Vol.7 (1): 26-
30.
Magdalena, I., Islami, N.F., Rasid, E.A., Diasty, N.T., 2020, Tiga Ranah
Taksonomi Bloom Dalam Pendidikan, Jurnal Edukasi dan Sains,
2(1):132-139.
Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan. Rineka Cipta,
Jakarta.
24
Sabani, F., 2019, Perkembangan Anak-Anak Selama Masa Sekolah Dasar (6-7
Tahun), Didaktika Jurnal Kependidikan, 8(2):89-100.
Srinai Y, Aljufri, Pane N. 2018. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Erupsi Dan
Karies Gigi M1 Permanen di SD N 05 Kota Bukittinggi Tahun 2017.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, Vol.2 (1): 23 – 31.
Uno, Hamzah B., 2010, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Bumi
Aksara: Jakarta.
25
LAMPIRAN
26
Lampiran 1 Dokumentasi Kegiatan
27
Lampiran 2 Kuisioner penelitian
28
7. Periksa ke dokter gigi minimal….
a. 1 tahun sekali
b. Tidak perlu ke dokter gigi
c. Setiap bulan
d. 6 bulan sekali
11. Jumlah pasta gigi yang digunakan sewaktu menyikat gigi adalah :
a. Sepanjang bulu sikat
b. Sesuka hati
c. Sebesar biji jagung
d. Sebesar biji mangga
29
Lampiran 3 Hasil analisis data
30
Tabel Nilai Pretest Postest
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PRETEST 29 42 75 59.86 11.354
POSTEST 29 50 100 80.72 13.277
Valid N (listwise) 29
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PRE_TEST .186 29 .011 .940 29 .098
POST_TEST .160 29 .055 .939 29 .095
a. Lilliefors Significance Correction
T Table
1 6.314
2 2.920
3 2.353
4 2.132
5 2.015
6 1.943
7 1.895
8 1.860
9 1.833
10 1.812
11 1.796
12 1.782
13 1.771
14 1.761
15 1.753
16 1.746
17 1.740
18 1.734
32
19 1.729
20 1.725
21 1.721
22 1.717
23 1.714
24 1.711
25 1.708
26 1.706
27 1.703
28 1.701
29 1.699
33