Anda di halaman 1dari 12

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/360888205

Indikator Pekerjaan Yang Layak Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Article · May 2022

CITATIONS READS
0 1,733

3 authors, including:

Alvin Franata Dwi Desi Yayi Tarina


Universitas Pembanguan Nasional "Veteran" Jakarta Universitas Pembanguan Nasional "Veteran" Jakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS    159 PUBLICATIONS   113 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan View project

Gaya Kepemimpinan Para Pemimpin Dunia Dalam Diplomasi View project

All content following this page was uploaded by Alvin Franata on 27 May 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Indikator Pekerjaan Yang Layak Dalam Pembangunan
Berkelanjutan

Alvin Franata1, Rhegina Rahel2, Dwi Desi Yayi Tarina3


Universitas Pembangunan Negeri Veteran Jakarta1, 2,3
2110112126@upnvj.ac.id1, rahel.rhegina10@gmail.com2,
Dwidesiyayitarina@upnvj.ac.id3

Abstrak

Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk Indonesia sangat terfokus pada


upaya penyediaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan mata
pencaharian penduduk. Hal ini merupakan hak dasar yang tercermin dalam
Undang-Undang Dasar 1945, seperti tertuang di dalam pasal 27, yakni ”setiap
warga negara berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.”
Terutama di masa pandemi saat ini, memberikan dampak pada berbagai lapisan
kehidupan sosial ekonomi termasuk ketenagakerjaan. Permasalahan tersebut
menjadikan perlunya mengetahui bagaimana indikator pekerjaan yang layak dalam
pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan
menghasilkan temuan mengenai 4 pilar strategis dan 10 unsur dari kerangka yang
dirumuskan ILO.

Kata Kunci: Pekerjaan layak; Pandemi; Rencana pembangunan jangka menengah

Abstract

The Medium-Term Development Plan for Indonesia is very focused on providing


employment, reducing poverty, and improving people's livelihoods. This is a basic
right that is reflected in the 1945 Constitution, as stated in article 27, namely "every
citizen has the right to get a job and a decent living." Especially during the current
pandemic, it has an impact on various levels of socio-economic life including
employment. These problems make it necessary to know how the indicators of decent
work in sustainable development. This research uses qualitative methods and
produces findings regarding the 4 strategic pillars and 10 elements of the framework
formulated by the ILO.
Keywords: Decent work; Pandemic; Medium term development plan
PENDAHULUAN

International Labour Conference (ILO) melalui International Labour


Conference pada tahun 1999 memaparkan konsep yang komprehensif tentang
pekerjaan layak atau decent work yang merupakan pekerjaan yang menjamin
setiap pekerja bekerja secara produktif dan terpenuhinya hak-hak asasi sebagai
seorang manusia seperti kebebasan, kesetaraan, keamanan, serta diperlakukan
sesuai martabat manusia (Anker et al., 2002). Selain itu, ILO menambahkan bahwa
pekerjaan layak harus memberikan fleksibilitas, keamanan, dan dialog. Ketiga
dimensi tersebut memungkinkan pencapaian penghasilan yang memadai, kerja
yang produktif, waktu kerja yang layak, lingkungan kerja yang aman, stabilitas dan
keamanan kerja, jaminan sosial, dialog sosial, serta memungkinkan pekerja untuk
menggabungkan pekerjaan, keluarga dan kehidupan pribadi (ILO, 2011).
Dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development
Goals tujuan ke-8 yaitu decent work and economic growth, pekerjaan yang layak
untuk semua menjadi salah satu perhatian utama pemerintah dan ILO dalam
pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan pekerjaan yang layak memiliki
kontribusi penting untuk meningkatkan kualitas hidup serta mengurangi
kemiskinan sehingga dapat meningkat pertumbuhan ekonomi (Mensah et al.,
2019). Oleh karena itu, pemerintah perlu menyelesaikan berbagai masalah
ketenagakerjaan dalam mencapai kondisi pekerjaan yang layak.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi bangsa Indonesia adalah
menciptakan lapangan kerja bagi penduduknya. Pertambahan penduduk Indonesia
yang besar harus diiringi dengan penyediaan lapangan kerja yang cukup agar dapat
mengurangi jumlah pengangguran. Tidak hanya sekadar jumlah yang cukup,
lapangan pekerjaan yang diciptakan haruslah berkualitas, menjamin pekerja untuk
mengembangkan diri, menghormati hak-hak asasi manusia, dan memberikan
pendapatan yang cukup bagi pekerja untuk hidup sejahtera. Agar tujuan tersebut
dapat tercapai, diperlukan komitmen pemerintah untuk menciptakan lapangan
pekerjaan yang layak (decent work) bagi semua. Pekerjaan yang layak merupakan
aspek utama dalam upaya pengentasan kemiskinan dan salah satu kunci
keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Salah satu sumber penyajian indikator
pekerjaan layak (decent work) berasal dari Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas). Sakernas dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dengan tujuan
memotret gambaran ketenagakerjaan di Indonesia, agar para pengambil keputusan
dapat menentukan kebijakan dengan lebih cepat dan tepat dalam mengatasi
permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia.
Penyusunan publikasi indikator pekerjaan layak ini merujuk pada
publikasi Organisasi Buruh Internasional (International Labour Organization-ILO)
yaitu Profil Pekerjaan yang Layak (Decent Work Country Profile) di beberapa
negara, yaitu Austria, Tanzania, Brazil, Ukraina, Armenia dan Indonesia pada tahun
2012. Publikasi ini mencakup sepuluh unsur utama yang sesuai dengan empat
pilar strategis dari Agenda Pekerjaan Layak (Decent Work Agenda), yaitu
kesempatan kerja; pendapatan yang cukup dan pekerjaan yang produktif; jam
kerja yang layak; menggabungkan kerja, keluarga dan kehidupan pribadi;
pekerjaan yang harus dihapuskan; stabilitas dan jaminan pekerjaan; kesempatan
dan perlakuan setara dalam pekerjaan; lingkungan kerja yang aman; jaminan
sosial; dan dialog sosial, perwakilan pekerja dan pengusaha. Publikasi ini juga
dilengkapi dengan kondisi sosial dan ekonomi bagi pekerjaan layak.

TINJAUAN PUSTAKA

Pekerjaan layak secara sederhana adalah pekerjaan yang dilakukan atas


dasar kemauan sendiri, dan dapat memberikan hasil yang cukup untuk dapat
membiayai kehidupan orang tersebut secara layak, dapat menjamin keselamatan
sang pekerja baik fisik maupun psikologis. Beberapa penelitian terdahulu yang
mendasari penelitian ini antara lain :
(Widarti, 2007). Organisasi Perburuhan Internasional yang berjudul
Kajian tentang Indikator Kerja yang Layak di Indonesia. Tujuan laporan ini Untuk
mengkaji mekanisme informasi pasar kerja di Indonesia sebagai dasar untuk
meningkatkan mekanisme koordinasi pengumpulan data untuk pangkalan data
Indikator mengenai Pekerjaan yang Layak.
Laporan ini diperoleh dengan 3 cara, yaitu mengkaji dokumen informasi,
mengunjungi lembaga terkait, dan mewawancarai pihak terkait. Hasil dari laporan
ini menunjukkan bahwa pembangunan ke-24 indikator pekerjaan yang layak di
Indonesia dapat dilakukan. Beberapa indikator dengan mudah dapat dibentuk,
meskipun diperlukan upaya tambahan bagi beberapa indikator lain.
Santoso & Rakhmawan, (2021). Badan Pusat Statistik yang berjudul
Indeks Komposit Pekerjaan Layak di Indonesia Pada Era Pandemi COVID-19.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran provinsi di Indonesia agar pihak
terkait dalam melakukan perencanaan hingga evaluasi yang matang.
Penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk mereduksi atau
meringkas variabel yang banyak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
peran pemerintah dalam menjaga dan meningkatkan kelayakan pekerjaan di
Indonesia yang dapat diukur melalui IPL terutama di masa pandemi mutlak
diperlukan. Faktor yang paling berkontribusi, hak dan kesempatan kerja menjadi
faktor utama yang harus dijaga, langkah yang dapat dilakukan adalah melalui
aspek legal.
METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.


Peneliti melakukan studi literatur dari buku, jurnal penelitian, artikel ilmiah dan
referensi lainnya untuk memperoleh data. Penelitian ini berusaha menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada saat ini atau saat lampau. Artikel ini menyoroti
indikator pekerjaan yang layak khususnya di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Akses terhadap pekerjaan yang layak merupakan cara untuk menghormati


martabat manusia, menjamin mata pencaharian yang memadai bagi individu dan
keluarganya serta mengembangkan kapasitas individu. Hal tersebut telah menjadi
tujuan yang ingin diwujudkan oleh United Nation (UN) dan International Labor
Organization (ILO).
Pekerjaan yang layak merupakan aspek penting dalam mengentaskan
kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan. Pekerjaan yang layak bagi semua orang di seluruh dunia untuk
menjamin kelangsungan kehidupan mereka dikampanyekan oleh ILO melalui
Agenda Pekerjaan Layak (Decent Work Agenda). Ada empat pilar strategis yang
dirumuskan oleh Agenda Pekerjaan Layak, yaitu:
1. Hak Di Tempat Kerja (Right at Work)
Hak-hak pekerja harus dipenuhi untuk mewujudkan pekerjaan yang layak.
Tujuan dari pilar ini adalah untuk memastikan bahwa pekerjaan apapun
harus menjamin aspek kesetaraan (equality), kebebasan (freedom),
keamanan (security), dan martabat manusia (dignity). Terdapat empat
kategori hak-hak dasar di tempat kerja yang harus terpenuhi, yaitu
kebebasan berserikat, berorganisasi dan menyatakan pendapat,
penghapusan segala bentuk kerja paksa, penghapusan pekerja anak secara
efektif, dan penghapusan diskriminasi dalam pekerjaan.
2. Pekerjaan Penuh dan Produktif (Full and Productive Employment)
Lapangan kerja yang berkelanjutan menjadi salah satu faktor penting
tercapainya pekerjaan yang layak. Lapangan kerja harus tersedia bagi
semua orang yang mencari pekerjaan. Pendapatan yang cukup juga harus
dihasilkan oleh pekerjaan, hal ini dimaksudkan agar kebutuhan dasar
pekerja dan keluarganya dapat dipenuhi. Agenda Pekerjaan Layak telah
menjadikan membuka lapangan pekerjaan penuh dan produktif (full and
productive employment) sebagai tujuan. Dengan demikian, penciptaan
lapangan pekerjaan yang berkelanjutan harus ditempatkan sebagai tujuan
utama kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan pemerintah.
3. Perlindungan Sosial (Social Protection)
Pilar ini bertujuan untuk mencegah kondisi kerja dimana pekerja rentan
ditindas dan dirugikan. Perlindungan sosial melindungi pekerja yang
terdampak secara ekonomi akibat kehilangan pekerjaan, perbedaan jenis
kelamin, usia, suku bangsa, dan bentuk-bentuk diskriminasi lainnya, serta
cidera akibat kecelakaan kerja atau penyakit.
4. Dialog Sosial (Social Dialogue)
Dialog sosial mengacu pada negosiasi, pertemuan atau proses pertukaran
informasi antara perwakilan pemerintah, pengusaha dan pekerja mengenai
penyelesaian konflik, keadilan sosial, dan implementasi kebijakan yang
efektif bagi kepentingan semua pihak. Dialog Sosial penting untuk
memelihara kerjasama antara pemerintah, pengusaha dan pekerja serta
untuk menjaga stabilitas perekonomian.

Indikator Pekerjaan yang Layak


Pada tahun 2008, dalam Konferensi Statistik Ketenagakerjaan
Internasional (International Conference of Labour Statisticians) ke-18, ILO
merumuskan sebuah kerangka Indikator Pekerjaan yang Layak. Kerangka tersebut
memuat sepuluh unsur utama:
1. Kesempatan Kerja
Unsur kesempatan kerja dalam pekerjaan layak memiliki makna
bahwa bahwa setiap orang pada usia kerja yang memutuskan untuk
mencari pekerjaan harus mendapatkan pekerjaan yang layak tanpa kecuali.
Kesempatan kerja merupakan unsur yang menjadi kunci dari pekerjaan
layak, menggambarkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang dihadapi
oleh para pekerja dan pencari kerja.
Di Indonesia, terdapat sebelas indikator untuk mengukur kesempatan kerja,
yaitu:
1. Employment to Population Ratio (EPR)
2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
3. Penduduk usia muda tanpa kegiatan (Youth Not in Education,
Employment, and Training/NEET)
4. Penduduk yang bekerja di sektor informal
5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
6. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) usia muda
7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan tingkat
pendidikan
8. Penduduk bekerja menurut status pekerjaan utama;
9. Proporsi penduduk yang bekerja dengan status 1, 2, dan 7
10. Share dari pekerja yang mendapat upah di sektor nonpertanian
11. Tenaga kerja kurang termanfaatkan (labour underutilization).

2. Pendapatan yang cukup dan pekerjaan yang produktif (Adequate earnings


and productive work)
Dalam konsep pekerjaan yang layak, pekerjaan harusnya produktif
dan pendapatan yang diberikan untuk pekerja harus cukup. Pekerjaan yang
produktif berhubungan dengan kontribusi atau nilai yang diberikan oleh
pekerja terhadap bidang pekerjaannya. Kontribusi tersebut tentunya harus
diberikan imbalan setimpal yaitu pendapatan yang cukup. Pendapatan yang
cukup menjamin kebutuhan pekerja dan keluarganya, sehingga pekerja
dapat berkontribusi penuh dalam bekerja.
Terdapat tujuh indikator untuk mengukur apakah pendapatan yang
setara dan pekerjaan yang produktif sudah dimiliki para pekerja, yaitu:
1. Pekerja miskin
2. Low Pay Rate (LPR)
3. Rata-rata upah pada jenis pekerjaan terpilih
4. Rata-rata upah buruh/karyawan/pegawai
5. Persentase upah minimum terhadap upah median
6. Indeks upah pekerja sektor industri
7. Pekerja yang mendapatkan pelatihan kerja pada pekerjaan terkait.

3. Jam kerja yang layak (Decent hours)


Jam kerja yang layak merupakan unsur penting dalam pekerjaan. Hal
ini karena jam kerja yang layak berhubungan langsung dengan kehidupan
pribadi dengan pekerjaan. Selain itu, jam kerja yang layak juga berhubungan
pemenuhan hak dari pekerja serta perlindungan sosial bagi pekerja.
Jam kerja yang layak tidak boleh kurang atau berlebih. Jika jam kerja
kurang, menunjukkan kemampuan pekerja tidak digunakan dengan
optimal. Selain itu, pendapatan yang diterima oleh pekerja juga berkurang
jika pendapatan dibayarkan sesuai lama waktu bekerja. Sedangkan jika jam
kerja berlebih maka akan berakibat pada kesehatan fisik dan mental
pekerja sehingga mengurangi produktivitas pekerja.
Sebagian besar undang-undang tenaga kerja menentukan batas jam
kerja yang diperbolehkan, begitu juga di Indonesia. Standar awal jam
bekerja normal yang direkomendasikan oleh ILO maksimum 48 jam per
minggu. Di Indonesia, melalui Undang Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 77
ayat 1, batasan jam kerja normal yaitu 40 jam dalam seminggu, dan jika
lebih dari 40 jam per minggu maka pekerja berhak atas uang lembur
Terdapat empat indikator pengukuran jam kerja yang layak, yaitu:
1. Pekerjaan dengan jam kerja berlebih (Employment in Excessive
Working Time/EEWT)
2. Pekerjaan dengan jam kerja mingguan (Employment by Weekly
Hours Worked/EWHW)
3. Rata-rata jam kerja tahunan per pekerja (Average Annual Working
Time per Employed Person/AAWTE)
4. Tingkat Setengah Penganggur atau TSP (Time-related
Underemployment Rate).

4. Menggabungkan pekerjaan, keluarga, dan kehidupan pribadi (Combining


work, family, and personal life)
Kehidupan sosial pekerja, harga diri dan alokasi waktu yang dimiliki
oleh pekerja sangat dipengaruhi oleh pekerjaan mereka. Hal ini dikarenakan
pekerjaan telah menjadi bagian hidup dari pekerja. Untuk itulah, pekerjaan
yang layak harus dapat menjamin bahwa pekerjaan dapat berjalan selaras
dengan kehidupan pribadi dan sosial seseorang diluar pekerjaan.
Di Indonesia, telah ada peraturan yang menetapkan 12 hari cuti per
tahun bagi pekerja. Cuti yang diberikan ini bertujuan untuk memberika
kesempatan bagi pekerja untuk melakukan kegiatan lain yang berhubungan
dengan kehidupan pribadinya.
5. Pekerjaan yang harus dihapuskan (Work that should be abolished)
Pekerjaan yang harus dihapuskan adalah pekerjaan-pekerjaan yang
tidak dapat diterima karena tidak menghormati dan melanggar hak asasi
manusia. Pekerja anak dan pekerja paksa merupakan contoh bentuk
pekerjaan yang harus dihapuskan. Kedua pekerjaan tersebut merendahkan
manusia, memaksa dan berbahaya. Penghapusan pekerja paksa dan pekerja
anak telah disepakati secara internasional, seperti yang ditetapkan dalam
Konvensi Pekerja Paksa pada tahun 1930, Konvensi Penghapusan Pekerja
Paksa pada tahun 1957, Konvensi Usia Minimal Bekerja pada tahun 1973
dan Konvensi Bentuk-Bentuk Terburuk dari Pekerja Anak pada tahun 1999.
(BPS)
Terdapat lima indikator pengukuran pekerjaan yang harus
dihapuskan, yaitu:
1. Angka pekerja anak (Child Labour Rate/CLR)
2. Angka pekerja anak berbahaya (Hazardous Child Labour Rate/HCLR)
3. Angka bentuk terburuk dari pekerja anak selain pekerja anak
berbahaya (rate of Worst Forms Of Child Labour-WFCL-other than
hazardous work)
4. Angka kerja paksa (forced labour rate)
5. Angka kerja paksa pada migran kembali (forced labour rate among
returned migrants).
6. Stabilitas dan jaminan pekerjaan (Stability and security of work)
Unsur stabilitas dan keamanan pekerjaan mengacu pada dua hal,
yaitu durasi (lamanya) kontrak kerja serta kemungkinan pekerja untuk
diberhentikan sewaktu waktu dari pekerjaannya dan periode (lamanya)
pekerja tersebut bekerja pada pekerjaannya saat ini. (BPS). Hal yang sangat
dikhawatirkan oleh pekerja adalah pekerjaan yang tidak stabil. Kehilangan
pekerjaan (PHK, putus atau habis masa kerja) meskipun dalam waktu
singkat akan berakibat pada kerugian finansial bagi pekerja. Pekerjaan tidak
stabil membawa banyak sekali risiko. Di Indonesia sendiri, pekerja lepas
adalah contoh pekerjaan yang tidak stabil. Pekerja lepas hanya bekerja saat
diperlukan dan biasanya dalam jangka waktu yang pendek. Selain itu,
pekerja lepas juga tidak memiliki hubungan kerja yang permanen sehingga
tidak terlindungi oleh jaminan sosial.
Terdapat empat indikator pengukuran stabilitas dan jaminan
pekerjaan, yaitu:
1. Precarious Employment Rate (PER)
2. Job Tenure
3. Angka pekerja subsisten (subsistence worker rate)
4. Real earnings of casual worker.

7. Kesempatan dan perlakuan yang setara dalam pekerjaan (Equal


opportunity and treatment in employment)
Diskriminasi dalam hal penerimaan upah dan alokasi masih sering
terjadi. Pekerja harus menerima upah sesuai dengan pekerjaan yang telah
mereka lakukan. Hal ini berlaku bagi semua orang tanpa terkecuali, baik
laki-laki maupun perempuan tanpa memandang suku, ras, agama, bangsa,
pandangan politik dan usia. Kesempatan kerja juga terbuka bagi
penyandang disabilitas.
Terdapat 8 indikator untuk mengukur kesempatan dan perlakuan
yang setara dalam pekerjaan, yaitu:
1. Segregasi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin
2. Proporsi perempuan yang bekerja pada posisi manajerial
3. Kesenjangan upah berdasarkan jenis kelamin (gender wage gap);
4. Proporsi perempuan yang bekerja pada wage employment pada
sektor nonpertanian
5. Indikator untuk mengukur prinsip-prinsip dasar dan hak dalam
pekerjaan
6. Ukuran diskriminasi ras atau suku bangsa atau etnis atau penduduk
pribumi atau pekerja migran atau pekerja dari perdesaan
7. Ukuran persebaran pekerja migran berdasarkan jenis pekerjaan dan
secara sektoral
8. Pekerja dengan disabilitas

8. Lingkungan kerja yang aman (Safe work environment)


Salah satu aspek yang mendukung produktivitas pekerja adalah
lingkungan kerja. Hal ini dikarenakan lingkungan kerja berpengaruh secara
langsung kepada kondisi fisik dan psikologi pekerja. Lingkungan kerja yang
baik bagi pekerja adalah yang aman dan sehat. Lingkungan kerja harus
menjamin keamanan pekerja dari risiko-risiko yang mungkin ditimbulkan
akibat pekerjaan.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman tidaklah mudah, karena
selain biaya yang mahal diperlukan juga komitmen serius dari para
pengusaha yang mempekerjakan para pekerja.
9. Jaminan sosial (Social security)
Pekerja adalah seorang manusia yang mempunyai hak asasi manusia.
Pemberian jaminan sosial merupakan bentuk pemenuhan hak asasi
manusia yang dimiliki oleh pekerja. Setiap negara mempunyai ukuran
jaminan sosialnya sendiri sehingga setiap negara mempunyai kebijakan
jaminan sosial yang berbeda. Namun, terdapat sebuah kesepakatan yang
dikembangkan oleh negara untuk melindungi segenap warga negaranya
bahwa sistem jaminan sosial penting dikembangkan dan
diimplementasikan.
Organisasi buruh dunia (ILO) mengungkapkan hanya 20% pekerja
yang memiliki akses terhadap jaminan sosial (BPS, 2021). Pekerja yang
bekerja demi meningkatkan ekonominya, secara tidak langsung
mengangkat perekonomian negara juga. Sudah sewajarnya negara
menyediakan fasilitas jaminan sosial yang dapat dimanfaatkan oleh pekerja.
Indonesia mempunyai UU No. 40 Tahun 2004 tentang sistem
jaminan sosial nasional yang mengatur jenis jaminan sosial. Jenis jaminan
sosial yang dimaksud dalam undang-undang ini terdiri dari:
a) Jaminan kesehatan
b) Jaminan kecelakaan kerja
c) Jaminan hari tua
d) Jaminan pensiun
e) Jaminan kematian
10. Dialog Sosial, Representasi Pekerja dan Pengusaha
Kesempatan bagi pekerja untuk mengekspresikan pendapat atau
pandangan mengenai pekerjaan yang mereka lakukan merupakan tujuan
dialog sosial, representasi pekerja, dan pengusaha. Kesempatan tersebut
memungkinkan pekerja untuk berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Partisipasi pekerja dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Partisipasi langsung artinya pekerja berkontribusi langsung
dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan dan
kehidupan mereka. Partisipasi tidak langsung adalah ketika pendapat dan
keinginan pekerja disalurkan atau diwakilkan melalui organisasi, serikat,
perkumpulan, atau asosiasi pekerja secara resmi.
Salah satu indikator pengukuran dialog sosial, representasi pekerja
dan pengusaha adalah kepesertaan pada serikat pekerja.

SIMPULAN

Pekerjaan yang layak merupakan aspek penting dalam mengentaskan


kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang
berkelanjutan. Untuk mengetahui pekerjaan yang layak telah tercapai, disusun
kerangka indikator pekerjaan yang layak. Kerangka indikator ini memuat sepuluh
unsur yaitu : 1) kesempatan kerja; 2) pendapatan yang cukup dan pekerjaan yang
produktif; 3) jam kerja yang layak; 4) menggabungkan pekerjaan, keluarga dan
kehidupan pribadi; 5) pekerjaan yang harus dihapuskan; 6) stabilitas dan jaminan
pekerjaan; 7) kesempatan dan perlakuan yang setara dalam pekerjaan; 8)
lingkungan kerja yang aman; 9) aminan sosial; dan 10) dialog sosial, representasi
pekerja dan pengusaha;

Daftar Pustaka
View publication stats

Anker, R., Chernyshev, I., Egger, P., Mehran, F., & Ritter, J. (2002, Oktober).

Measuring Decent Work with Statistical Indicators. ILO. http://www.ilo.org/

integration/resources/papers/lang--en/docName--WCMS_079089/index.ht

Fungsi Statistik Ketenagakerjaan. (2021). Indikator Pekerjaan Layak di

Indonesia 2020 (Fungsi Statistik Ketenagakerjaan, Ed.). Badan Pusat

Statistik.

ILO. (2011). Decent work for domestic workers [In International Labour

Conference].

Mensah, J. K., Bawole, J. N., Ahenkan, A., & Azunu, R. (2019). The Policy and

Practice of Local Economic Development in Ghana. Urban Forum, 30,

205-222. https://doi.org/10.1007/s12132-018-9344-5

Santoso, K. N., & Rakhmawan, S. A. (2021). Indeks Komposit Pekerjaan

Layak di Indonesia Pada Era Pandemi COVID-19. Seminar Nasional Official

Statistics 2021.

Widarti, D. (2007). Kajian tentang Indikator Kerja yang Layak di Indonesia.

OPI.

Anda mungkin juga menyukai