1189-Article Text-2231-4-10-20201226
1189-Article Text-2231-4-10-20201226
php/psc
PSYCHOSOPHIA Vol. 2, No. 1, June (2020)
Journal of Psychology, Religion and Humanity ISSN (Online): 2721-2564
https://doi.org/10.32923/psc.v1i2.1189
Wahyu Kurniawan
IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
wahyulapter@gmail.com
Demisa Nurhasanah
IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
demisanurhasanah@gmail.com
Abstrak: In Indonesia, the practice of providing education for children with special needs since 1901
has been held by social institutions and religious groups. The radical change began in 1990 when
discussing a strong paradigm of inclusive education with humanist content. The core of this paradigm
is the existence of services provided towards diversity in uniformity. This paper is intended to explore
the paradigm of inclusive education and challenges and opportunities in the Bangka Belitung Islands
Province. This paper contains library research and the personal experience while in the field to discuss
the Children with Special Needs (ABK) and map the opportunities and challenges of inclusive
education services in the Bangka Belitung Islands Province. The findings include: 1) Inclusive
education spans a long history to the present, from segregative to inclusive patterns; 2) Educational
Development includes multi-dimensional content that includes content modification, approaches
debate, structure, and paradigms that support more the sense of humanity; 3) Challenges in Bangka
Belitung include the problem of qualified schools that have not reached a balanced ratio with the
number of needs; 4) Bangka Belitung has potential that requires good government support,
community support, and the socio-cultural conditions of Bangka Belitung that are needed with
multiculturalism issue.
Kata Kunci: History of Inclusive Education, opportunities and challenges of implementing inclusive
schools, Children with Special Needs (ABK)
dan pengalaman penulis selama di lapangan untuk mengeksplorasi tentang ruang lingkup
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan memetakan peluang dan tantangan layanan
pendidikan inklusi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Temuan tulisan ini antara lain:
1) Pendidikan inklusi merentang dalam sejarah yang panjang hingga saat ini, dari pola
segregatif hingga inklusif; 2) Perkembangan Pendidikan inklusi mencakup multidimensi
yang mencakup modifikasi konten, pendekatan, struktur, dan paradigma yang semakin
menghargai humanitas; 3) Tantangan di Bangka Belitung mencakup isu ketersediaan
sekolah yang mumpuni belum mencapai rasio yang seimbang dengan jumlah kebutuhan; 4)
Bangka Belitung mempunyai potensi yang menyangkut isu dukungan pemerintah yang
baik, dukungan masyarakat, dan kondisi sosial budaya Bangka Belitung yang terbiasa
dengan multikulturalisme.
Kata Kunci: Sejarah Pendidikan Inklusi, peluang dan tantangan penerapan sekolah inklusi,
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
didik sebagai objek material pendidikan khusus dan terpisah dari anak-anak pada
yang berdampak pada pengembangan umumnya. Dalam sistem ini kita
cara-cara intervensi yang lebih humanis mengenal sekolah-sekolah khusus yang di
(Direktorat PKLK, 2018). Dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan Sekolah
Inggris dikenal kata inclusive (inklusif), Luar Biasa (SLB). Pendidikan integratif
yaitu kata sifat yang berarti ”termasuk”, (terpadu) merupakan layanan pendidikan
dan kata include yang merupakan kata di mana penyandang disabilitas
kerja transitif dengan arti memasukkan. bersekolah bersama-sama dengan anak
Sedangkan kata bendanya adalah pada umumnya di sekolah umum
inclusion. Kata include berbeda dengan (reguler). Meskipun demikian, layanan ini
kata integrate dan segregarte sebagai kata Masih menyertakan persyaratan tertentu
kerja transitif yang berarti bagi penyandang disabilitas untuk dapat
menggabungkan dan memisahkan. bersekolah di sekolah umum, misalnya
Integration merupakan kata benda yang harus memiliki kecerdasan normal.
berarti penggabungan dan segregation Sedangkan layanan pendidikan inklusif
sebagai kata benda yang berarti merupakan layanan pendidikan yang
pemisahan. Inklusi digunakan untuk mengakomodasi semua keragaman
menggambarkan suatu kelompok yang peserta didik tanpa pengecualian. Dengan
anggotanya dalam keadaan beragam atau demikian, siapapun penyandang
bervariasi. Integrasi menggambarkan disabilitas dapat bersekolah di sekolah
suatu kelompok di mana anggotanya umum yang dikehendaki. Sehingga
beragam, tetapi setiap ragam berkumpul terdapat beberapa unsur dehumanisasi
dalam kelompok tersendiri dalam terhadap pendidikan di Indonesia
kelompok tersebut. Sedangkan segregatif khususnya pada anak berkebutuhan
menggambarkan suatu kelompok yang khusus (Direktorat PKLK, 2018).
anggotanya sejenis di mana anggota yang Oleh karena itu, para praktisi
tidak sejenis dipisahkan dari kelompok pendidikan khusus menyelenggarakan
tersebut (Direktorat PKLK, 2018). konferensi pendidikan kebutuhan khusus
Layanan pendidikan terhadap (Special Needs Education) di Salamanca,
penyandang disabilitas mengalami Spanyol tahun 1994 yang menghasilkan
perubahan yang cukup mendasar dari Pernyataan Salamanca (Salamanca
layanan pendidikan yang segregatif, Statement). Pernyataan Salamanca pada
integratif, dan inklusif. Diawali intinya menyatakan agar anak
pendidikan segregatif merupakan berkebutuhan khusus (children with
layanan pendidikan bagi penyandang special needs) mendapat layanan
disabilitas yang diberikan secara terpisah pendidikan yang lebih baik dan
antara penyandang disabilitas dan anak berkualitas. Dalam konferensi ini istilah
pada umumnya. Atau dengan kata lain, inclusive education (pendidikan inklusif)
para penyandang disabilitas secara formal mulai diperkenalkan.
mendapatkan layanan pendidikan Pendidikan inklusif tidak sama dengan
bersama-sama dengan penyandang konsep pendidikan integratif/terpadu.
disabilitas yang sejenis di tempat yang Pendidikan inklusif punya makna jauh
SLB lebih dianggap unggul (Garnida, Namun, jika dilihat dari daya tampung
2018). sekolah berdasarkan hasil dari temuan
Menyelenggarakan pendidikan dilapangan maka data anak dengan ABK
tanpa diskriminasi tentu saja bukan hal tidak sebanding dengan ketersediaan
mudah maka diperlukan langkah-langkah sekolah yang dimiliki saat ini sehingga
dalam menjalankan sekolah inklusi, perlu memaksakan anak ABK tersebut tidak
diperhatikan pemahaman masyarakat bisa dilayanan sebagaimana mestinya.
terhadap sistem inklusi sehingga tidak Namun semenjak dicanangkannya inklusi
ada kesenjangan pada masyarakat dan sejak tahun 2015 muara pendidikan anak
adanya ketakutan bahwa dengan berkebutuhan khusus di Provinsi Bangka
dicampurnya dengan ABK tidak akan Belitung mulai memberikan warna baru
menjadi masalah pada anak normal dalam tautan positif pada anak
lainnya, implikasi pada masyarakat, bagi berkebutuhan khusus.
masyarakat yang kontra tentu saja Berdasarkan uraian di atas,
memunculkan anggapan yang berbeda, pendidikan inklusif harus
sisi lainnya perlu diperhatikan pula ialah mengakomodasi semua kebutuhan anak
penyelenggaraan baik keahlian, dengan tidak mempersoalkan keadaan
kelembagaan, pola kebudayaan. sisi lain fisik, kecerdasan, sosial, emosional atau
perlu diperhatikan pula ialah mengenai kondisi-kondisi lain. Di samping itu,
kurikulum dan pendanaan (Garnida, dalam pendidikan inklusif harus ada
2018). elemen penting, yaitu: melibatkan semua
pelajar, lokasi belajar yang sama, dan
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan pelayanan yang disesuaikan dengan
Pendidikan Inklusi di Provinsi Bangka kebutuhan peserta didik, lantas pada
Belitung akhirnya, apakah provinsi Bangka
Layanan pendidikan khusus, Belitung sudah benar benar siap dengan
Khususnya SLBN di provinsi Bangka pelaksanaan sistem sekolah inklusi?
Belitung Saat ini hanya memiliki 7 (tujuh) Jika dilihat dari jumlah angka anak
SLBN yang terdaftar dikabupaten kota berkebutuhan khusus sebagaimana yang
dan memiliki 2 Sekolah luar biasa yang telah digambarkan di atas, maka tentu saja
swasta antara lain ialah YPN belinyu dan pemberlakuan sistem pendidikan inklusi
YPAC kota pangkalpinang dan adalah salah satu solusi yang harus
pemerintah provinsi memiliki 3 (tiga) dijalankan mengingat akan dikemanakan
layanan keterapian antara lain di RSJ anak anak berkebutuhan khusus untuk itu
khusus tumbuh kembang anak di bawah sejak 2015 sendiri melalui kebijakan
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Gubernur kala itu dan inisiasi dari kepala
Bangka Belitung, di Pusat layanan Autis Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan
Provinsi Bangka Belitung dibawah Dinas Bangka Belitung menginginkan adanya
Pendidikan dan Panti Rehabilitasi Sosial pendidikan inklusi. Berdasarkan dari
yang memberikan pelayanan keterapian hasil temuan penulis dilapangan dalam
wicara pada anak dengan gangguan beberapa kali pelaksanaan asesment anak
wicara/hambatan wicara di Dinas Sosial. dengan kecenderungan ABK melalui
assesment yang beragam yang bekerjasama Tentu saja dalam artikel ini penulis
dengan beberapa kabupaten kota yang mencoba membersamai temuan-temuan
dilaksanakan di Kabupaten Bangka dilapangan dikarenakan sejak tahun 2016
Induk, Bangka Selatan, Bangka Tengah, penulis cenderung terlibat dalam
Bangka Barat, kota Pangkalpinang penjaringan siswa dengan kecenderungan
lonjakan angka anak dengan kebutuhan ABK.
khusus cenderung meningkat pada kasus Berdasarkan dari hasil wawancara
anak dengan kecenderungan Tunagrahita, kepada seluruh kepala sekolah khususnya
Slow Learner/Low Average dan data ini SD ditemukan beberapa kendala dalam
diperoleh dari hasil pengukuran alat ukur pelaksanaan pendidikan inklusi antara
WISC, WAIS, S-FRIT, sedangkan angka lain adalah guru guru menemukan
yang lain ialah anak memiliki kesulitan cara untuk melakukan
kecenderungan Tuarungu, CP, Autism, identifikasi dalam penentuan anak
ADHD, dan tunalaras dan sesuai dengan berkebutuhan khusus dikarenakan semua
kasus yang dialami anak, adapun data guru guru berlatar belaka umum sehingga
lengkap akan disampaikan pada penelitan memiliki kesulitan dalam menentukan
yang sedang dilaksanakan oleh penulis varian eror dan varian strategis anak
bersama dengan tim. berkebutuhan khusus, program pelatihan
Berbagai upaya yang telah tidak berjalan secara runut sehingga pola
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi pembelajaran yang didapat oleh sekolah
Kepulauan Bangka Belitung dalam cenderung lompat dan tidak terarah. Dari
memberikan edukasi kepada sekolah data lainnya juga petugas atau
sekolah penyelenggara inklusi antara lain penanggung jawab pendidikan inklusi
berdasarkan hasil penelusuran dari media cenderung berubah dan tidak tentukan
online setidaknya pemerintah telah secara permanet sehingga penangung
menyelenggarakan pelatihan antara lain jawab tidak bisa maksimal dalam
telah dilaksanakan pada tahun 2015 pemberian pendampingan pada anak
dengan judul Bangka, Barometer berkebutuhan khusus dikarenakan jika
pendidikan inklusi melihat dari beberapa referensi Garnida,
(www.radarbangka.co.id, edisi 5 April Budiyanto, modul pelatihan inklusi
2020), lainnya juga sebagaimana yang cenderung harus ditentukan
dilangsir dari situs penaggungjawab yang cenderung
www.pangkalpinang.go.id dengan judul mampu mengimplementasikannya.
berita pendidikan inklusi untuk anak Selain pada temuan di atas pula,
berkebutuhan khusus, hal lainnya pula tantangan selanjutnya adalah dukungan
jika dilihat pada pemberitaan terbaru masyarakat dengan diberlakukannya
pada tanggal 3 Maret 2020 dengan judul sekolah inklusi cenderung mendapat
pelatihan pengembangan pendidikan pandangan yang beragam, antara lain
inklusi untuk anak berkebutuhan khusus orangtua takut menyekolahkan anak di
tentu banyak program yang beragam sekolah yang sudah menyelengggarakan
pada pelatihan, baik dari program pusat inklusi dikarenakan takut anak ABK akan
maupun daerah. mengganggu teman yang lain dan
ketakutannya adalah ada beberapa
Daftar Pustaka
Mangunsong, F. (2014). Psikologi dan
pendidikan anak berkebutuhan khusus
(Jilid 1). Jakarta: LPSP3 UI
Mangunsong, F. (2014). Psikologi dan
pendidikan anak berkebutuhan khusus
(Jilid 2). Jakarta: LPSP3 UI
Tirtonegoro, & Sutrarinah (2001). Anak
supernormal dan program
pendidikannya. Jakarta: Bumi aksara
Budiyanto (2017). Pengantar pendidikan
inklusif. Jakarta: Kencana
Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi.
Kementerian pendidikan nasional
(2009)
Friend, et al. (2015). Menuju Pendidikan
inklusi panduan praktis untuk
mengajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Suryani, et al. (2015). Asuhan keperawatan
anak sehat dan berkebutuhan khusus.
Yogyakarta: Pustaka Baru
Delphie, B. (2012). Pembelajaran anak
tunagrahita. Bandung: Refika
Aditama
Garnida, D. (2018). Pengantar pendidikan
inklusi. Bandung: Refika Aditama
Dapa, Nixon A. (2019). Sistem Sosial anak
berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Ombak.
Seri Sumbangan pemikiran psikologi
untuk bangsa” Psikologi dan
pendidikan dalam konteks
kebangsaan (HIMPSI, 2018)