Anda di halaman 1dari 19

ejurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.

php/psc
PSYCHOSOPHIA Vol. 2, No. 1, June (2020)
Journal of Psychology, Religion and Humanity ISSN (Online): 2721-2564
https://doi.org/10.32923/psc.v1i2.1189

INCLUSIVE EDUCATION IN BANGKA BELITUNG PROVINCE OF INDONESIA:


CHALLENGES AND OPPORTUNITIES

Wahyu Kurniawan
IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
wahyulapter@gmail.com

Demisa Nurhasanah
IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
demisanurhasanah@gmail.com

Abstrak: In Indonesia, the practice of providing education for children with special needs since 1901
has been held by social institutions and religious groups. The radical change began in 1990 when
discussing a strong paradigm of inclusive education with humanist content. The core of this paradigm
is the existence of services provided towards diversity in uniformity. This paper is intended to explore
the paradigm of inclusive education and challenges and opportunities in the Bangka Belitung Islands
Province. This paper contains library research and the personal experience while in the field to discuss
the Children with Special Needs (ABK) and map the opportunities and challenges of inclusive
education services in the Bangka Belitung Islands Province. The findings include: 1) Inclusive
education spans a long history to the present, from segregative to inclusive patterns; 2) Educational
Development includes multi-dimensional content that includes content modification, approaches
debate, structure, and paradigms that support more the sense of humanity; 3) Challenges in Bangka
Belitung include the problem of qualified schools that have not reached a balanced ratio with the
number of needs; 4) Bangka Belitung has potential that requires good government support,
community support, and the socio-cultural conditions of Bangka Belitung that are needed with
multiculturalism issue.

Kata Kunci: History of Inclusive Education, opportunities and challenges of implementing inclusive
schools, Children with Special Needs (ABK)

Abstrak: Di Indonesia, Praktik penyelenggaraan pendidikan bagi anak berkebutuhan


khusus bermula sejak tahun 1901 telah diselenggarakan oleh lembaga-lembaga sosial
masyarakat maupun kelompok-kelompok keagamaan. Perubahan secara radikal mulai
berawal pada tahun 1990 dimana munculnya paradigma pendidikan inklusi yang kuat
dengan muatan-muatan humanis. Adapun core dalam paradigma ini adalah adanya
pemberian layanan terhadap keberagaman di tengah keseragaman. Tulisan ini bertujuan
untuk mengupas paradigma pendidikan inklusi beserta tantangan dan peluangnya di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tulisan ini mengoperasikan penelusuran kepustakaan

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 61 of 19
© Author et al, Licensee Psychosophia, Islamic Psychology Program, IAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Indonesia. Psychosophia strongly support the Open Submission Date : April 07, 2020
Access Initiative. Abstract and full text of the article published by Psychosophia are freely Review Date ; April 16, 2020
accessible to everyone immediately after publication. This is an Open Access article Publish Date : June 01, 2020
distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is
properly cited.
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

dan pengalaman penulis selama di lapangan untuk mengeksplorasi tentang ruang lingkup
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan memetakan peluang dan tantangan layanan
pendidikan inklusi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Temuan tulisan ini antara lain:
1) Pendidikan inklusi merentang dalam sejarah yang panjang hingga saat ini, dari pola
segregatif hingga inklusif; 2) Perkembangan Pendidikan inklusi mencakup multidimensi
yang mencakup modifikasi konten, pendekatan, struktur, dan paradigma yang semakin
menghargai humanitas; 3) Tantangan di Bangka Belitung mencakup isu ketersediaan
sekolah yang mumpuni belum mencapai rasio yang seimbang dengan jumlah kebutuhan; 4)
Bangka Belitung mempunyai potensi yang menyangkut isu dukungan pemerintah yang
baik, dukungan masyarakat, dan kondisi sosial budaya Bangka Belitung yang terbiasa
dengan multikulturalisme.

Kata Kunci: Sejarah Pendidikan Inklusi, peluang dan tantangan penerapan sekolah inklusi,
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 62 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

Pendahuluan merasakan bahwa penting untuk dikaji


Penulisan singkat ini tentu saja lebih jauh mengenai ABK. Hal ini tidak
diawali dari perjalanan karir penulis lain dan tidak bukan dikarenakan anak
setelah menyelesaikan studi magister anak berkebutuhan khusus semakin hari
profesi psikologi di Yogyakarta sejak semakin meningkat dan mereka sering
tahun 2015, kemudian bekerja di Pusat mendapatkan diskriminasi dalam realitas
Layanan Autis Provinsi Bangka Belitung masyarakat setempat. Perjalanan terus
dimana penulis diminta menjadi asessor berlanjut hingga saat ini dalam
di pusat layanan autis. Ketertarikan pada peningkatan kapasitas dan
anak berkebutuhan khusus lainnya pula pendampingan Anak Berkebutuhan
diawali dengan dibukakannya layanan Khusus.
asesmen anak dengan segala macam Penulisan artikel ini diracik pula
indikasi dengan beragam hambatan. berdasarkan pengalaman penulis sejak
Walaupun di pusat layanan autis secara tahun 2016 ketika diminta memberikan
spesifik hanya menerima anak dengan pelayanan asesmen dan identifikasi anak
indikasi autis namun pelayanan asesmen dengan kecenderungan berkebutuhan
tidak saja terhenti pada layanan autis saja khusus di sekolah-sekolah seputaran
melainkan anak-anak lainnya. Pangkalpinang, dan terus berlanjut dikala
Perjalanan ini terus berlanjut penulis menjalani MoU dengan beberapa
dengan adanya undangan undangan dari sekolah di Kabupaten Bangka Tengah,
beberapa SLB di Prov. Kep. Bangka Bangka Barat, Bangka Selatan, Bangka
Belitung untuk mempelajari dan Induk, serta perjumpaan dengan beberapa
mendalami segala macam hambatan dan narasumber pusat yang fokus pada
gangguan Anak Berkebutuhan Khusus penerapan sekolah inklusi. Tentu saja
atau penyandang disabilitas, menghadiri tuisan ini hanya secerca catatan dalam
beberapa pelatihan, workshop, seminar perjalanan di lapangan. Tentu dalam
tentang anak berkebutuhan khusus baik penulisan ini bukan sebatas asumsi
di Bangka Belitung, Bandung, Blitar, melainkan data lapangan yang dibuat
Denpasar. Dari sini pulalah awal dalam kesimpulan singkat dikarenakan
pertemuan dengan beberapa ahli seperti tulisan ini akan dikembangkan bagi riset
bertemu dengan salah satu psikolog ke depan.
Senior ibu Endang salah satu pengajar di Anak merupakan dambaan bagi
fakultas psikologi di Surabaya, bertemu seluruh orangtua. Anak ialah generasi
dengan pakar terapis ABK bapak Ito Budi yang dipersiapkan untuk melanjutkan
Waskita serta perjumpaan dengan estapeta/eksistensi keluarga. Biasanya di
beberapa praktisi PLB yang bekerja awal awal proses pembuahan/
sebagai dosen tetap di UPI Bandung perkawinan tidak jarang orangtua pula
bapak Dr. Endang Rohyadi M.Pd yang menempatkan harapan yang setinggi-
fokus pada materi Inklusi , Terapis Wicara tingginya untuk anaknya kelak. Namun,
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tidak jarang pula terkadang anak
Fisioterapi di Bangka Belitung. Lambat dilahirkan tidak sesuai dengan harapan
laun menjadikan penulis semakin yang diinginkan atau anak dengan

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 63 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

kondisi berkebutuhan khusus. Anak adalah disability, istilah ini dapat


dengan Berkebutuhan Khusus ialah anak diterjemahkan tidak lengkapnya, hilang,
Anak yang mengalami gangguan fisik, kurangnya fungsi dari sensor.
mental, sosial, dan emosional Menguatkan pendapat di atas, WHO
(Mangunsong, 2014). Gangguan ini pada tahun 2007 memaparkan hal yang
biasanya sudah terdeteksi pada masa sama antara impairment dan disability.
kehamilan hingga usia dini tumbuh Impairmet diidentikkan dengan defisit
kembang. atau abnormalitas pada sturktur tubuh
Bersandingan penjelasan di atas, atau fungsi fisiologis yang mencakup
banyak defenisi yang di semata dalam fungsi mental. Sementara disability ialah
menterjemahkan apa itu ABK, seperti melingkupi impairment namun adanya
defenisi yang dikemukakan oleh Garnida aspek negatif dalam interaksi antara
(2018), yang menjelaskan bahwa anak individu dan faktor kontekstual yang
berkebutuhan khusus memiliki arti yang melingkupi lingkungan dan faktor
lebih luas dibandingkan dengan anak luar personal (Handayani & Azura, 2018).
biasa. Anak berkebutuhan khusus ialah Sedangkan handicapped ialah dimaknai
anak yang dalam sisi pendidikan dengan ketidakmampuan individu yang
memerlukan pelayanan yang spesifik, disebabkan dari impairment atau disability
berbeda dengan anak pada umumnya. sehingga individu tidak dapat melakukan
Anak berkebutuhan khusus ini peran sosial yang sangat esensial.
mengalami hambatan dalam belajar dan Peristilahan di atas, terlebih di
perkembangan. Oleh sebab itu, anak Indonesia baru disebutkan dalam
berkebutuhan khusus memerlukan undang-undang secara khusus pada
layanan pendidikan dan kebutuhan yang tahun 1950 melalui UUD No. 4, kemudian
khusus. disusul dengan Undang-Undang No. 12
Garnida (2008) menambahkan pula tahun 1954 dengan istilah anak cacat atau
ABK sendiri terbagi dalam dua macam dengan anak dengan ketunaan atau anak
antara lain adalah ABK yang sifatnya dengan kekurangan. Anak berkebutuhan
permanen dimana ABK ini cenderung khusus lainnya dikenal pula dengan
menetap, dari lahir, gangguan biologis istilah exceptional child yang mencakup
sedangkan kedua ialah temporer yang anak yang mengalami kelainan, sehingga
sifatnya dipengaruhi bukan dari lahir, mereka membutuhkan pelayanan dan
bisa dari lingkungan, kondisi peperangan, pendidikan secara khusus. Ahli lainnya
korban bullying dan sebagainya. juga menyebutkan definisi tentang anak
Blackhurst, et al. dalam Aziz (2018) berkebutuhan khusus ini adalah ABK
menjelaskan ABK sendiri dapat adalah anak dengan karakter yang
diterjemahkan ke dalam beberapa berbeda dengan lainnya dari sisi mental,
penyebutan antara lain impairment yang sensori, komunikasi, perilaku sosial serta
ditandai dengan rusak, cacat atau sakit karakteristik fisik (Hallahan & Kauffman,
yang bermuara adanya gangguan 2006).
biologis. Sedangkan yang berikutnya Sementara itu, dalam Konvensi
adalah handicap, cenderung tidak bisa Hak-Hak Penyandang Disabilitas pada
mengakses lingkungan dan terakhir tahun 2006 yang diratifikasi melalui UU

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 64 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

No. 19 tahun 2011, disabilitas dijelaskan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh


sebagai hasil dari interaksi antar orang- sebagai akibat dari luka, penyakit,
orang dengan keterbatasan kemampuan pertumbuhan yang salah bentuk, dan
dan sikap dan lingkungan yang akibatnya kemampuan untuk melakukan
menghambat partisipasi penuh dan efektif gerakan-gerakan tubuh tertentu
mereka di dalam masyarakat berdasarkan mengalami penurunan. Sedangkan,
kesetaraan dengan yang lainnya (The secara definitif pengertian tunadaksa
United National dalam Handayani & adalah ketidakmampuan anggota tubuh
Azura, 2018). untuk melaksanakan fungsinya
Secara umum ABK dapat disebabkan oleh berkurangnya
dikategorisasikan dalam: a) Anak dengan kemampuan anggota tubuh untuk
masalah belajar dan perilaku yang melaksanakan fungsi secara normal
melingkupi anak dengan tunagrahita, sebagai akibat dari luka, penyakit, atau
kesulitan belajar, autisme, ADHD, pertumbuhan yang tidak sempurna
tunalaras; sedangkan b) anak dengan sehingga untuk kepentingan
disabilitas Fisik dan sensori berupa pembelajarannya perlu layanan secara
tunarungu, tunawicara, tunanetra, khusus. Dengan demikian, dalam
tunadaksa; dan c) Ialah anak dengan memberikan layanan disekolah
kemampuan intelektual superior atau memerlukan modifikasi dan adaptasi
anak dengan bakat istimewa (Handayani yang diklasifikasikan dalam tiga kategori
& Azura, 2018). Adapun penjelasannya umum, yaitu kerusakan saraf, kerusakan
dijelaskan di bawah ini (Kementerian tulang, dan anak dengan gangguan
pendidikan nasional, 2010): kesehatan lainnya. Kerusakan saraf
Pertama, Tunarungu adalah suatu disebabkan karena pertumbuhan sel saraf
istilah umum yang menunjukkan yang kurang atau adanya luka pada
kesulitan mendengar dari yang ringan sistem saraf pusat.
sampai berat, digolongkan ke dalam tuli Ketiga, anak tunagrahita memiliki
dan kurang dengar. Orang tuli adalah IQ di bawah rata-rata anak normal pada
yang kehilangan kemampuan mendengar umumnya. Sehingga menyebabkan fungsi
sehingga menghambat proses informasi kecerdasan dan intelektual mereka
bahasa melalui pendengaran, baik terganggu yang menyebabkan
memakai ataupun tidak memakai alat permasalahan-permasalahan lainnya
bantu dengar dimana batas pendengaran yang muncul pada masa
yang dimilikinya cukup memungkinkan perkembangannya. Oleh karena itu,
keberhasilan proses informasi bahasa dalam keterangannya terdapat beberapa
melalui pendengaran. Sedangkan hal yang perlu diperhatikan, seperti : 1).
klasifikasi berdasarkan atas ambang batas Fungsi intelektual umum secara
kemampuan mendengar terdiri atas signifikan berada dibawah rata-rata,
ringan (26-54 dB), sedang (55-69 dB), berat maksudnya bahwa kekurangan itu harus
(70-89), dan sangat berat (90 dB k eatas). benar-benar meyakinkan sehingga yang
Kedua, ketunadaksaan yaitu bersangkutan memerlukan layanan
seseorang yang mengalami kesulitan pendidikan khusus. Sebagai contoh, anak

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 65 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

normal rata-rata mempunyai IQ fisik seperti merasa sakit atau ketakutan


(Intelligence Quotient) 100, sedangkan yang berkaitan dengan orang atau
anak tunagrahita memiliki IQ paling permasalahan di sekolah. Para orangtua
tinggi 70; 2). Kekurangan dalam tingkah menerapkan disiplin rendah terhadap
laku penyesuaian (perilaku adaptif), anak-anaknya tetapi selalu memberikan
maksudnya bahwa yang bersangkutan reaksi terhadap perilaku yang kurang
tidak/kurang memliki kesanggupan baik, tidak sopan, suka menolak
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan sepertinya dapat menjadi sebab seorang
yang sesuai dengan usianya. Ia hanya anak menjadi agresif, nakal atau jahat.
mampu melakukan pekerjaan seperti Kelima, Tunawicara. Anak dengan
yang dapat dilakukan oleh anak yang hendaya pendengaran dan bicara
usianya lebih muda darinya; 3). (tunarungu tunawicara), pada umumnya
Ketunagrahitaan berlangsung pada mereka mengalami hambatan
periode perkembangan, maksudnya pendengaran dan kesulitan melakukan
adalah ketunagrahitaan itu terjadi pada komunikasi secara lisan dengan orang
usia perkembangan yaitu sejak konsepsi lain. Bila dibandingkan dengan anak cacat
hingga usia 18 tahun. Berdasarkan lainnya, penderita tunawicara cenderung
beberapa uraian di atas dapat tergolong yang paling ringan, karena
disimpulkan bahwa tunagrahita mengacu secara umum mereka tidak kelihatan
pada fungsi intelekual umum yang berada memiliki kelainan dan tampak seperti
di bawah rata-rata yang menyebabkan orang normal.
kesulitan dalam beradaptasi seperti Keenam, Tunanetra. Anak yang
kesulitan dalam melakukan kegiatan- mengalami hambatan pengelihatan atau
kegiatan yang sesuai dengan usianya dan tuna netra atau anak dengan hendaya
berlangsung sejak dalam kandungan penglihatan, perkembangannya berbeda
hingga usia 18 tahun. dengan anak-anak berkebutuhan khusus
Keempat, Tunalaras adalah individu lainnya, tidak hanya dari sisi pengelihatan
yang mengalami hambatan dalam tetapi juga dari hal-hal lain. Bagi peserta
mengendalikan emosi dan kontrol sosial. didik yang memiliki sedikit atau tidak
Definisi anak tunalaras atau emotionally melihat sama sekali, harus mempelajari
handicapped atau behavioral disorder lebih lingkungan sekitarnya dengan
terarah. Anak dengan hambatan menyentuh dan merasakannya. Perilaku
emosional atau kelainan perilaku, apabila untuk mengetahui objek dengan cara
menunjukkan adanya satu atau lebih dari mendengarkan suara dari objek yang akan
lima komponen berikut ini: tidak mampu diraih adalah perilakunya dalam
belajar bukan disebabkan karena faktor perkembangan motorik. Untuk dapat
intelektual, sensori atau kesehatan, tidak merasakan perbedaan setiap objek yang
mampu untuk melakukan hubungan baik dipegangnya, anak dengan hambatan
dengan teman-teman dan guru-guru, pengelihatan selalu menggunakan indera
bertingkah laku atau berperasaan tidak raba dengan jari-jarinya. Kegiatan ini
pada tempatnya, secara umum mereka merupakan perilakunya untuk menguasai
selalu dalam keadaan tidak gembira atau dunia presepsi dengan menggunakan
depresi, dan bertendensi ke arah simptom indera sensorik.

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 66 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

Ketujuh, Kesulitan belajar. Anak memerlukan pelayanan khusus Baker


dengan kesulitan belajar merupakan salah (Tirtonegoro, 1984). Hal lain pula
satu jenis anak berkebutuahan khusus ditemukan pengalaman pribadi yang
yang ditandai dengan adanya kesulitan tidak stabil, tidak dapat menyesuaikan
untuk mencapai standar kompetensi diri, sangat emosional, tidak bisa
(prestasi) yang telah ditentukan dengan diberikan kritikan, tidak bisa menjadi
mengikuti pembelajaran konvensional. pemimpin diantara IQ lainnya.
Learning disability merupakan salah satu Kesepuluh, Anak dengan lamban
istilah yang mewadahi berbagai jenis belajar/ slow learner ialah anak yang
kesulitan yang dialami anak terutama memiliki potensi intelegensia sedikit
yang berkaitan dengan masalah dibawah anak normal tetapi anak ini tidak
akademis, kesulitan bidang akademik di termaksud dalam kategorisasi anak
sekolah yang sangat spesifik yaitu dengan tunagrahita biasanya memiliki IQ
kesulitan dalam satu jenis/bidang kisaran 80—70, dalam penjelasannya anak
akademik seperti berhitung/matematika ini dicirikan dengan lemahnya pada aspek
(diskalkulia), kesulitan membaca berpikir, lamban dalam memberikan
(disleksia), kesulitan menulis respon dalam aktfitas kesehariannya
(disgraphia), kesulitan berbahasa namun kemampuannnya diatas dari anak
(dysphasia), kesulitan tidak terampil dengan tunagrahita, dari sisi lain
(dispraksia}. kemampuan berpikir abstraknya
Kedelapan, Autis ialah merupakan cenderung lebih rendah dari sisi fisik anak
gangguan perpasif dimana diidentikan ini pada dasarnya tidak ada masalah
dengan kata autos/ automatic dimana apapun dan normal. Namun, pada saat di
berjalan sendirinya. Dalam makna lain kelas cenderung lambat dalam menerima
autis ini dicirikan kesulitan dalam pelajaran, sering mengalami remedial,
merespon dan mencirikan diri dengan jarang memberikan respon kosa kata yang
emosi dan isyarat sosial, tidak mampu banyak, adapun ciri lainnya adalah anak
membedakan isyarat ekpresi yang jelas, ini biasanya memiliki nilai sekolah
kurang memiliki empati dan simpati yang dibawah 6, lambat dalam mengerjakan
kuat, ekpresi yang kaku, mudah meledak- pekerjaan yang diberikan di sekolah, daya
ledak, perilaku yang kerap berulang, sulit tangkap pada mata pelajaran cenderung
diajak berkomunikasi, menyendiri, lambat, pernah tinggal kelas, waktu yang
mengabaikan situasi disekelilingnya. dibutuhkan anak lambat belajar ialah
Kesembilan, Anak dengan lebih lama dibandingkan dengan anak
kecerdasan diatas rata rata/Supernormal lainnya (Garnida, 2018).
ialah anak dengan kecerdasan diangka Di Indonesia sendiri Anak ABK
kurang lebi 170-200 keatas, secara dengan populasi terbesar keempat di
intelegensia pada dasarnya sangat baik, dunia, jumlah anak berkebutuhan khusus
namun pada aspek kepribadian belum ternyata cukup banyak. Jika dilihat dari
tentu terintegrasi dengan baik, semakin angka dalam tahun pada tahun 2003 anak
tinggi IQ semakin sulit untuk beradaptasi berkebutuhan khusus diperkirakan
dan hal ini yang menyebabkan sebanyak 0.7 % penduduk Indonesia dari

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 67 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

211.428.572 yang artinya terdapat Potret Perjalanan Pendidikan Terhadap


1.480.000 Jiwa diindikasikan ABK, Anak Berkebutuhan Khusus dari
sedangkan data 2009 anak ABK Segregatif hingga Inklusif
mengalami peningkatan sebanyak Konsep pendidikan anak
2.126.998 (BPS dalam Aziz 2018). berkebutuhan khusus dapat ditelusuri
Mengenai data terbaru di Indonesia dengan mengikuti perjalanan historis dari
memang belum punya data yang akurat perkembangan pendidikan ABK itu
dan spesifik tentang berapa banyak sendiri. Beberapa perjalanan sejarah
jumlah anak berkebutuhan khusus. munculnya ide memberikan pelayanan
Berdasarkan data dari kepada anak berkebutuhan khusus pada
www.kemdikbud.go.id (diakses pada dzaman reinesans pada masa ini
tanggal 11 Oktober 2018), data anak ABK pendampingan terhadap ABK terkesan
di Indonesia mencapai 1,6 juta. Namun, cukup unik. Pada perkembangan
secara umum PBB memperkirakan bahwa selanjutnya yaitu pada abad ke 16,
paling sedikit ada 10 persen anak usia beberapa usaha telah dilakukan untk
sekolah yang memiliki kebutuhan khusus membantu individu yang mengalami
di dunia. Mengenai jenis ABK sendiripun gangguan penglihatan, seperti oleh
cenderung beragam dari berbagai Spaniard Fransisco Lucal dari Saragosa
tingkatan dan kategorisasi baik yang yang membuat surat melalui pahatan
ringan, sedang, berat dan sangat berat. dalam tulisan di sebuah kayu untuk
Adapun penyebab lahirnya anak membantu orang dalam gangguan
dengan berkebutuhan khusus antara lain penglihatan. Pada abad 16 ini pula ada
ialah, sejak sebelum kelahiran adapun suatu kemiripan metode yang hampir
penjelasannya ialah semenjak anak dalam mirip dengan huruf braile yang pernah
kandungan yang biasanya tidak disadai dikembangkan oleh Girolima Cardano
oleh orangtua seperti gangguan genetik dari Italia untuk memberikan pelayanan
yang berdampak pada kromosom, khusus pada orang individu yang
transformasi, sisi lainnya seperti infeksi memiliki masalah dalam penglihatan
kehamilan yang disebabkan adanya (Wagg dalam Dapa 2019).
parasit golongan protozoa dari hewan Berlanjut pada abad 17 dan 18,
hewan tertentu seperti penularannya dari pendampingan pada ABK mulai semakin
hewan anjing, burung, tikus. Sisi lainnya jelas dimana terdapat perubahan tingkah
seperti usia ibu hamil dengan reskio, laku sosial dan moral masyarakat
tinggi badan kurang 145 CM, berat badan menyangkut pelayanan terhadap ABK.
dibawah standar. Setelah proses kelahiran ada perubahan pandangan dalam
seperti kekurangan oksigen, vacum, memberikan pelayanan dan perhatian
kehamilan terlalu lama, keracunan sebagaimana anak normal lainnya.
ketuban dan terakhir adalah setelah beberapa filosof yang memberikan
kelahiran seperti terkena virus TBC, perhatiannya antara lain ialah John Locke
kekurangan gizi, kecelakaan. dan Jean Jacques Rousseau yang
memberikan sumbangan pemikirannya.
Pada era ini mulailah muncul persepsi
yang baik bagi pendidikan khusus yang

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 68 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

disponsori oleh Saxe-Gotha, sekolah daripada masalah pengobatan atau medis.


umum Amerika, kemudian sekolah amal Yang di sinilah mulai adanya organisasi
perta untuk perkembangan pendidikan yang dibuat oleh Montessori disini selain
kristen di Inggris, dan beberapa sekolah ia mendampingi siswa dengan ABK
khusus untuk anak tunarungu dan namun memberikan pelatihan pada guru
tunanetra. guru yang memiliki kesenangan dalam
Pada abad berikutnya adalah pendampingan ABK. Mulai adanya alat
pertengahan abad 18, didirikannya sekolah bantu dalam pengajaran, alat alat didaktif
de I’Eee’s untuk tunarungu, sekolah dan perjalanan sejarah ini hingga
Valentin Hauys untuk tunanetra di Paris munculnya tokoh psikologi seperti Alfred
tempat Louis Braille belajar dan kemudian dan Binet yang mulai menyusun skala usia
menemukan tulisan yang menggunakan 6 untuk mengetes intelegensia, sebagai
(enam) titik untuk membaca dan menulis catatan mereka berdua menyusun skala
tunanetra yang dikenal saat ini adalah bukan pada anak normal melainkan pada
Huruf Braille. Sekolah pertama untuk anak berkebutuhan khusus adapun
tunarunggu didirikan di Old Kent Road maksudnya adalah pengkatagorisasian
London, di samping kemajuan lain dalam kelas-kelas khusus pada sekolah reguler
bidang pendidikan bagi anak dengan (Dapa, 2019).
gangguan sensoris di beberapa negara Di Indonesia, praktik
Eropa. penyelenggaraan pendidikan bagi anak
Setahap demi setahap dunia berkebutuhan khusus bermula sejak tahun
pendidikan khusus mengalami 1901 telah diselenggarakan oleh lembaga-
perkembangan yang sanga pesat dengan lembaga sosial masyarakat maupun
munculnya kasus kasus tertentu seperti kelompok-kelompok keagamaan.
kelemahan fungsi kognitif, Pemerintah baru mulai mengambil peran
ditemuakannya anak kecil usia 11-12 tahun secara aktif dalam pendampingan secara
senang mengelilingi tepian desa yang nyata ialah di sekitaran tahun 1980an
bernama aeyron dibagian prancis dan dimana membentuk sekolah dasa luar
inilah awalmula ditemukan kasus anak biasa, dimana anak anak berkebutuhan
muda mengalami Autis yang bernama khusus didik secara bersama dalam satuan
viktor yang diperiksa oleh Philippe Pinel sekolah namun mereka masih terpisah
(Dapa, 2019). dengan anak anak lainnya atau yang
Sekitar tahun 1877 ada tokoh dikenal dengan sistem segeregatif. Filosofi
perempuan yang peduli pada ABK yaitu yang melandasinya adalah bahwa mereka
Dr. Deteressa Maria Montessori, pada yang berkebutuhan khusus diberikan
dzaman itu masih saja ditemukan bahwa pelayanan secara terpisah dan sistem
lumpuh, idiot, adalah masalah medis. sekolah semacam ini masih dianggap
Setelah mempelajari cerita dari kasus diskriminasi (Budiyanto, 2017).
Viktor yang diajarkan oleh Itard dan Pada pertengahan tahun 1980
seguin montesori menarik kesimpulan Yayasan Helen Keller Internasional (HKI)
bahwa masalah keterbelakangan mental mensponsori berdirinya sekolah terpadu
lebih merupakan masalah pedagogis (mainstreaming) terutama bagi anak

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 69 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

tunanetra, bekerja sama dengan Pencanangan sekolah inklusi ini


pemerintah. Adapun fiosofi yang sendiri ini sebagaimana dituangkan dalam
mendasarinya adalah mendekatkan anak Bhineka Tunggal ika, dimana
cacat pada dunia nyata, yaitu masyarakat mengandung makna walaupun berbeda
secara luas. Sistem sekolah ini mendapat beda namun tetap satu jua dimana tidak
dukungan kuat dari pemerintah, namun ada perbedaan antar satu dan lainnya yang
masih kurang memperhatikan aspek masuk dalam sila kedua dan sila kelima,
budaya setempat karena berorienta si pada dari sisi landasan lainnya sebagaimana
ide pencetus dan sponsornya. Dalam yang dicantumkan dalam landasan sosial,
perjalananya pula program ini tidak dan hal lain tercantum dalam perundang
berkembang sebagaimana yang undangan UU No 20 Tahun 2003 sistem
diharapkan atau dengan kata lain kurang pendidikan nasional, UU no 8 tahun 2016,
populer (Budiyanto, 2017) Penyandang disabilitas , PP 17 tahun 201,
Perubahan secara radikal mulai penyelengaraan dan pengelolaan
berawal pada tahun 1990 dimana pendidikan, permendiknas no 70 tahun
munculnya paradigma pendidikan inklusi 2009 tentang pendidikan inklusi. Sejarah
yang kuat dengan muatan-muatan panjang pendidikan inklusi ini pula
humanis. Adapun core dalam paradigma beriringan dengan perjalanan sejarah
ini adalah adanya pemberian layanan kehidupan manusia dan adab, sikap dan
ditegah keseragaman. Adapun kuncinya pandangan masyarakat terhadap
adalah sistem pendidikan yang mampu penyandang disabilitas telah berubah
menampung seluas mungkin masyarakat secara signifikan, dari mulai
yang beragam . implikasi ini berdampak memandangnya sebagai warga negara
pada perubahan yang radikal baik dalam yang tidak berguna; warga negara yang
tataran konseptual maupun dalam perlu mendapat santunan; warga negara
operasional. Seperti dengan sebutan anak yang perlu dididik; hingga sampai pada
cacat digeser menjadi anak berkebutuhan masa di mana penyandang disabilitas
khusus (Budiyanto, 2017). dipandang memiliki hak yang sama
Garnida (2018) menjelaskan sejarah dengan warga yang lain (Hallahan &
panjang sekoalah inklusi ini awal mulanya Kauffman, 1997). Penyandang disabilitas
ialah diprakarsai dan diawali oleh negara mendapat layanan pendidikan turut
negara Scandinavia (Denmark, Norwegia, dipengaruhi oleh sikap dan cara pandang
Swedia), sedangkan di Amerika Serikat masyarakat terhadap penyandang
dprakarsai oleh presiden Kennedy, disabilitas. Dengan kata lain,
mengirkan pakar-pakar pendidikan bagaimanakah sistem, proses, praktik, dan
khusus kenegara Scandinavia untuk pendidikan, khususnya pendidikan bagi
mempelajari konsep mainstreaming dan penyandang disabilitas tergantung pada
Least Restrictive enviroment yang ternyata filosofi yang mendasarinya. Secara
sangat bisa diterapkan di negara Amerika internasional, layanan pendidikan bagi
serikat. Selanjutnya di negara Inggris penyandang disabilitas telah berkembang
dalam Ed.Act 1991 mulai dikenalkan dari yang tradisional hingga yang modern.
dengan konsep inkulsi. Esensi dari pergeseran orientasi ini adalah
perubahan cara pandang terhadap peserta

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 70 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

didik sebagai objek material pendidikan khusus dan terpisah dari anak-anak pada
yang berdampak pada pengembangan umumnya. Dalam sistem ini kita
cara-cara intervensi yang lebih humanis mengenal sekolah-sekolah khusus yang di
(Direktorat PKLK, 2018). Dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan Sekolah
Inggris dikenal kata inclusive (inklusif), Luar Biasa (SLB). Pendidikan integratif
yaitu kata sifat yang berarti ”termasuk”, (terpadu) merupakan layanan pendidikan
dan kata include yang merupakan kata di mana penyandang disabilitas
kerja transitif dengan arti memasukkan. bersekolah bersama-sama dengan anak
Sedangkan kata bendanya adalah pada umumnya di sekolah umum
inclusion. Kata include berbeda dengan (reguler). Meskipun demikian, layanan ini
kata integrate dan segregarte sebagai kata Masih menyertakan persyaratan tertentu
kerja transitif yang berarti bagi penyandang disabilitas untuk dapat
menggabungkan dan memisahkan. bersekolah di sekolah umum, misalnya
Integration merupakan kata benda yang harus memiliki kecerdasan normal.
berarti penggabungan dan segregation Sedangkan layanan pendidikan inklusif
sebagai kata benda yang berarti merupakan layanan pendidikan yang
pemisahan. Inklusi digunakan untuk mengakomodasi semua keragaman
menggambarkan suatu kelompok yang peserta didik tanpa pengecualian. Dengan
anggotanya dalam keadaan beragam atau demikian, siapapun penyandang
bervariasi. Integrasi menggambarkan disabilitas dapat bersekolah di sekolah
suatu kelompok di mana anggotanya umum yang dikehendaki. Sehingga
beragam, tetapi setiap ragam berkumpul terdapat beberapa unsur dehumanisasi
dalam kelompok tersendiri dalam terhadap pendidikan di Indonesia
kelompok tersebut. Sedangkan segregatif khususnya pada anak berkebutuhan
menggambarkan suatu kelompok yang khusus (Direktorat PKLK, 2018).
anggotanya sejenis di mana anggota yang Oleh karena itu, para praktisi
tidak sejenis dipisahkan dari kelompok pendidikan khusus menyelenggarakan
tersebut (Direktorat PKLK, 2018). konferensi pendidikan kebutuhan khusus
Layanan pendidikan terhadap (Special Needs Education) di Salamanca,
penyandang disabilitas mengalami Spanyol tahun 1994 yang menghasilkan
perubahan yang cukup mendasar dari Pernyataan Salamanca (Salamanca
layanan pendidikan yang segregatif, Statement). Pernyataan Salamanca pada
integratif, dan inklusif. Diawali intinya menyatakan agar anak
pendidikan segregatif merupakan berkebutuhan khusus (children with
layanan pendidikan bagi penyandang special needs) mendapat layanan
disabilitas yang diberikan secara terpisah pendidikan yang lebih baik dan
antara penyandang disabilitas dan anak berkualitas. Dalam konferensi ini istilah
pada umumnya. Atau dengan kata lain, inclusive education (pendidikan inklusif)
para penyandang disabilitas secara formal mulai diperkenalkan.
mendapatkan layanan pendidikan Pendidikan inklusif tidak sama dengan
bersama-sama dengan penyandang konsep pendidikan integratif/terpadu.
disabilitas yang sejenis di tempat yang Pendidikan inklusif punya makna jauh

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 71 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

lebih luas dari pada integrasi. Pendidikan Sejarah penyediaan akses


inklusif tidak sekedar memindahkan atau pendidikan bagi difabel diteguhkan
menempatkan penyandang cacat di melalui beberapa kesepakatan-
sekolah reguler. Dalam pendidikan kesepakatan organisasi non-pemerintah
inklusif anak harus diterima di sekolah dan badan dunia. Kesepakatan tersebut
tanpa syarat dan program sekolah harus antara lain (Pratiwi, 2009):
menyesuaikan kebutuhan anak. Pertama, Deklarasi universal hak
Sedangkan dalam pendidikan integratif asasi manusia pada 1948 menegaskan
anak baru dapat diterima di sekolah jika bahwa setiap orang mempunyai hak atas
anak dapat menyesuaikan proram yang pendidikan. Kedua, Konvensi Perserikatan
ada di sekolah. Inklusi dipandang sebagai Bangsa-Bangsa tentang hak anak pada
proses yang diarahkan dan merespon 1989 mewadahi pasal tentang pendidikan
adanya kebutuhan peserta didik yang yang antidiskriminasi, pendidikan
beragam dengan cara meningkatkan berdasar kepentingan terbaik
partisipasi dalam belajar, kegiatan budaya kelangsungan hidup anak, dan
dan komunitas, dan mengurangi eksklusi menghargai pendapat anak.
dalam pendidikan (Direktorat PKLK, Ketiga, Deklarasi dunia tentang
2018). pendidikan untuk semua di Jomtien pada
Inklusi mencakup perubahan dan 1990 pasal 3 ayat 4 menyatakan bahwa
modifikasi isi, pendekatan, struktur, dan sebuah komitmen aktif harus dibuat
strategi dengan misi utamanya untuk menghilangkan kesenjangan
mengakomodasi semua anak berusia pendidikan. Pasal 2 ayat 5 menyebutkan
sekolah yang menjadi tanggung jawab langkah-langkah yang perlu diambil
sistem pendidikan reguler untuk untuk memberikan akses ke pendidikan
mendidik mereka (UNESCO, 1994). yang sama pada tiap kategori penyandang
Pendidikan inklusif diarahkan untuk cacat ditempuh sebagai bagian integral
mengakomodasi kebutuhan belajar yang dari sistem pendidikan.
sangat luas dalam setting pendidikan Keempat, Peraturan standar tentang
formal maupun informal dan tidak persamaan kesempatan bagi para
sekedar mengintegrasikan anak-anak penyandang cacat pada 1993 mulai
yang termajinalkan dalam pendidikan menyebutkan keharusan yang disediakan
mainstream. Pendidikan inklusif negara untuk konsep pendidikan bagi
merupakan pendekatan untuk mengubah penyandang cacat yakni memiliki
sistem pendidikan agar dapat kebijakan yang jelas, kurikulum fleksibel,
mengakomodasi peserta didik yang materi berkualitas dan memberi bantuan
sangat beragam. Tujuannya agar guru berkelanjutan. Masyarakat juga harus ikut
maupun peserta didik merasa nyaman berpartisipasi sebagai basis program.
dengan adanya perbedaan dan Pada akhir peraturan ini menyebutkan
memandangnya sebagai tantangan dan sekolah luar biasa tidak dikesampingkan
pengayaan dalam lingkungan belajar, dan jika pendidikan umum tidak memadai
bukan menganggapnya sebagai masalah untuk tunarungu.
(UNESCO dalam panduan Direktorat Sedangkan berikutnya kelima
PKLK, 2018). adalah pernyataan Salamanca 1999 dan

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 72 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

Kerangka Aksi tentang pendidikan sejenisnya. Beberapa diantaranya


berkebutuhan khusus. Pada pernyataan dihasilkannya Deklarasi Malioboro pada
Salamanca mulai diakui istilah sistem tanggal 17 Maret 2001, di Bandung pada
pendidikan inklusi dengan sepenuhnya tahun 2002 dengan menggelar rapat
menyesuaikan dengan kebutuhan anak dengan DPRD setempat adapun
penyandang cacat. tuntutannya adalah penghapusan sistem
Keenam, Kerangka Aksi Forum sekolah yang eksklusif menjadi Inklusif.
Pendidikan Dunia di Dakar, Senegal pada Selanjutnya Balitbang Depdiknas telah
2000. Dalam kerangka Dakar, terdapat mengadakan kajian penerapan model
fokus yang lebih kuat untuk sekolah inklusi di Gunung Kidul
mengembangkan rencana aksi nasional Yogyakarta dengan menerapkan sistem
yang kokoh dilengkapi strategi regional inklusi. Hasil ujicobanya ini selanjutnya
untuk memonitor dan evaluasi. digunakan sebagai model pengembangan
Pemerintah dan lembaga lainnya juga pendidikan inklusi di Indonesia
berjanji menciptakan lingkungan (Workshop PGPLB Dikti dalam
pendidikan yang nyaman dan inklusi. Budiyanto, 2017).
Ketujuh, Tujuan pembangunan Tindakan nyata selanjutnya
milenium yang berfokus pada penurunan dilakukan oleh direktorat PLB yang
angka kemiskinan dan pembangunan mengagendakan pendidikan inklusif
pada 2000 yang telah didukung oleh Bank telah masuk dalam agenda tahunannya
Dunia dan 149 kepala negara menyepakati dalam bentuk penyiapan dan pengkajian.
salah satu tujuan utama yakni mencapai Adapun fase dalam implementasi
pendidikan dasar universal. 8. Flagship pendidikan inklusi dapat disimpulkan
Pendidikan Untuk Semua tentang dalam beberapa tahap: 1). Ujicoba; 2).
pendidikan dan kecacatan pada 2001 yang Sosialisasi; 3). Penguatan institusi; 4).
diluncurkan oleh United Nations Regulasi; 5). Pembinaan dan
Educational, Scientific, and Cultural pengembangan (Kementrian Pendidikan
Organization (UNESCO) dan kelompok nasional, 2010).
kerja internasional untuk penyandang Pada tahun 2012 mulailah
cacat dan pembangunan bertujuan melakukan gerakan nasional pendidikan
menempatkan isu kecacatan dengan tepat inklusi. Bentuk nyata program ini adalah
pada agenda pembangunan dan dibentuknya POKJA pendidikan inklusi
memajukan pendidikan inklusi sebagai pada tiap provinsi yang menerima
perwujudan pendidikan untuk semua. Bamper yang menyelenggarakan
Tujuh Peraturan mengikat dan pendidikan inklusi. Dampak dari
kesepakatan-kesepakatan badan dunia program ini sangat luas dan
yang ada. menggembirakan pada saat ini lebih dari
Di Indonesia, sejak tahun 1990 para 12 Provinsi dan 113 Kabupaten/kota
kalangan profesional pendidikan luar inklusi yang telah mendeklarasikan diri
biasa mulai ramai membicarakan tentang sebagai Provinsi. Kota, Kabupaten dengan
pendidikan inklusif dalam bentuk pencanangan inklusi. Adapun alur
seminar-seminar, diskusi panel dan pelayanan pendidikan terhadap anak

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 73 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

berkebutuhan khusus dapat dilihat dari Perdebatan penyelenggaran


bagan dibawah ini (Kementrian pendidikan inklusi ini mendapatkan
Pendidikan nasional, 2010) respon yang cenderung beragam,
Seiring perjalanannya waktu walaupun dengan adanya pemberlakuan
pendidikan inklusi mulai didengar dan perundang-undangan, adanya konvensi
berjalan dibelahan dunia dan khususnya dunia, ada perjanjian dan sejarah masa
Indonesia adapun tujuan dari lalu dengan adanya education for all
dibentuknya sekolah inklusi antara lain: namun pendidikan inklusi memuculkan
a). Memberikan kesempatan seluas- pro dan kontra. Pada ahli yang cenderung
luasnya kepada anak (berkebutuhan pro pemberlakuan sekolah inklusi
khusus) mendapatkan pendidikan yang menyatakan bahwa antara lain: a). Tidak
layak sesuai dengan kebutuhannya; b). adanya bukti empirik bahwa dengan
Membantu mempercepat program wajib adanya SLB merupakan salah satu sistem
belajar pendidikan dasa; c). Membantu terbaik dalam pendidikan berkebutuhan
meningkatkan mutu pendidikan dasar, khusus; b). Biaya yang ditangguhkan di
menegah dengan menekan angka tinggal sekolah SLB cenderung lebih mahal; c).
kelas dan putus sekolah; d). Menciptakan Banyak anak berkebutuhan khusus yang
pendidikan dengan menghargai tinggal di daerah daerah terpencil
keseragaman tidak diskriminasi serta sehingga tidak dapat mengakses SLB
ramah terhadap pembelajaran; e). sehingga aksesbilitasnya terbatas; d). SLB
Mematuhi atuan UUD 1945, khususnya cenderung memisahkan (yang tinggal
pasal 32 ayat 1, UU 20 tahun 2003 tentang diasrama) dari realitas masyarakat; e).
SPN. Banyak anak berkebutuhan khusus di
sekolah reguler tidak ditangani dengan
baik; f). Implikasi dari SLB cenderung
terlabelisasi dengan adanya anak cacat
yang menimbulkan stigma sepanjang
hayat, orang tua tentu tidak mau di SLB;
Segeregatif g). Dengan adanya sekolah inklusi bisa
menghargai segala perbedaan.
Pada ahli yang kontra menyatakan
pula: a). hasil penelitian masih mencari
formulasi yang tepat dalam menangani
anak berkebutuhan khusus; b).
Interegatif perundang-undangan telah memfasilitasi
ABK; c). Ada semacam ketakutan anak
tidak mau menyekolahkan peserta didik
di sekolag reguler yang dikenal
memberlakukan sekolah inklusi
(populer); d). Banyak sekolah reguler
belum siap menyelenggarakan sekolah
inklusi dikarenakan menyangkut
Inklusi keterbatasan sumber daya manusia; e).

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 74 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

SLB lebih dianggap unggul (Garnida, Namun, jika dilihat dari daya tampung
2018). sekolah berdasarkan hasil dari temuan
Menyelenggarakan pendidikan dilapangan maka data anak dengan ABK
tanpa diskriminasi tentu saja bukan hal tidak sebanding dengan ketersediaan
mudah maka diperlukan langkah-langkah sekolah yang dimiliki saat ini sehingga
dalam menjalankan sekolah inklusi, perlu memaksakan anak ABK tersebut tidak
diperhatikan pemahaman masyarakat bisa dilayanan sebagaimana mestinya.
terhadap sistem inklusi sehingga tidak Namun semenjak dicanangkannya inklusi
ada kesenjangan pada masyarakat dan sejak tahun 2015 muara pendidikan anak
adanya ketakutan bahwa dengan berkebutuhan khusus di Provinsi Bangka
dicampurnya dengan ABK tidak akan Belitung mulai memberikan warna baru
menjadi masalah pada anak normal dalam tautan positif pada anak
lainnya, implikasi pada masyarakat, bagi berkebutuhan khusus.
masyarakat yang kontra tentu saja Berdasarkan uraian di atas,
memunculkan anggapan yang berbeda, pendidikan inklusif harus
sisi lainnya perlu diperhatikan pula ialah mengakomodasi semua kebutuhan anak
penyelenggaraan baik keahlian, dengan tidak mempersoalkan keadaan
kelembagaan, pola kebudayaan. sisi lain fisik, kecerdasan, sosial, emosional atau
perlu diperhatikan pula ialah mengenai kondisi-kondisi lain. Di samping itu,
kurikulum dan pendanaan (Garnida, dalam pendidikan inklusif harus ada
2018). elemen penting, yaitu: melibatkan semua
pelajar, lokasi belajar yang sama, dan
Peluang dan Tantangan Pelaksanaan pelayanan yang disesuaikan dengan
Pendidikan Inklusi di Provinsi Bangka kebutuhan peserta didik, lantas pada
Belitung akhirnya, apakah provinsi Bangka
Layanan pendidikan khusus, Belitung sudah benar benar siap dengan
Khususnya SLBN di provinsi Bangka pelaksanaan sistem sekolah inklusi?
Belitung Saat ini hanya memiliki 7 (tujuh) Jika dilihat dari jumlah angka anak
SLBN yang terdaftar dikabupaten kota berkebutuhan khusus sebagaimana yang
dan memiliki 2 Sekolah luar biasa yang telah digambarkan di atas, maka tentu saja
swasta antara lain ialah YPN belinyu dan pemberlakuan sistem pendidikan inklusi
YPAC kota pangkalpinang dan adalah salah satu solusi yang harus
pemerintah provinsi memiliki 3 (tiga) dijalankan mengingat akan dikemanakan
layanan keterapian antara lain di RSJ anak anak berkebutuhan khusus untuk itu
khusus tumbuh kembang anak di bawah sejak 2015 sendiri melalui kebijakan
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Gubernur kala itu dan inisiasi dari kepala
Bangka Belitung, di Pusat layanan Autis Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan
Provinsi Bangka Belitung dibawah Dinas Bangka Belitung menginginkan adanya
Pendidikan dan Panti Rehabilitasi Sosial pendidikan inklusi. Berdasarkan dari
yang memberikan pelayanan keterapian hasil temuan penulis dilapangan dalam
wicara pada anak dengan gangguan beberapa kali pelaksanaan asesment anak
wicara/hambatan wicara di Dinas Sosial. dengan kecenderungan ABK melalui

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 75 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

assesment yang beragam yang bekerjasama Tentu saja dalam artikel ini penulis
dengan beberapa kabupaten kota yang mencoba membersamai temuan-temuan
dilaksanakan di Kabupaten Bangka dilapangan dikarenakan sejak tahun 2016
Induk, Bangka Selatan, Bangka Tengah, penulis cenderung terlibat dalam
Bangka Barat, kota Pangkalpinang penjaringan siswa dengan kecenderungan
lonjakan angka anak dengan kebutuhan ABK.
khusus cenderung meningkat pada kasus Berdasarkan dari hasil wawancara
anak dengan kecenderungan Tunagrahita, kepada seluruh kepala sekolah khususnya
Slow Learner/Low Average dan data ini SD ditemukan beberapa kendala dalam
diperoleh dari hasil pengukuran alat ukur pelaksanaan pendidikan inklusi antara
WISC, WAIS, S-FRIT, sedangkan angka lain adalah guru guru menemukan
yang lain ialah anak memiliki kesulitan cara untuk melakukan
kecenderungan Tuarungu, CP, Autism, identifikasi dalam penentuan anak
ADHD, dan tunalaras dan sesuai dengan berkebutuhan khusus dikarenakan semua
kasus yang dialami anak, adapun data guru guru berlatar belaka umum sehingga
lengkap akan disampaikan pada penelitan memiliki kesulitan dalam menentukan
yang sedang dilaksanakan oleh penulis varian eror dan varian strategis anak
bersama dengan tim. berkebutuhan khusus, program pelatihan
Berbagai upaya yang telah tidak berjalan secara runut sehingga pola
dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi pembelajaran yang didapat oleh sekolah
Kepulauan Bangka Belitung dalam cenderung lompat dan tidak terarah. Dari
memberikan edukasi kepada sekolah data lainnya juga petugas atau
sekolah penyelenggara inklusi antara lain penanggung jawab pendidikan inklusi
berdasarkan hasil penelusuran dari media cenderung berubah dan tidak tentukan
online setidaknya pemerintah telah secara permanet sehingga penangung
menyelenggarakan pelatihan antara lain jawab tidak bisa maksimal dalam
telah dilaksanakan pada tahun 2015 pemberian pendampingan pada anak
dengan judul Bangka, Barometer berkebutuhan khusus dikarenakan jika
pendidikan inklusi melihat dari beberapa referensi Garnida,
(www.radarbangka.co.id, edisi 5 April Budiyanto, modul pelatihan inklusi
2020), lainnya juga sebagaimana yang cenderung harus ditentukan
dilangsir dari situs penaggungjawab yang cenderung
www.pangkalpinang.go.id dengan judul mampu mengimplementasikannya.
berita pendidikan inklusi untuk anak Selain pada temuan di atas pula,
berkebutuhan khusus, hal lainnya pula tantangan selanjutnya adalah dukungan
jika dilihat pada pemberitaan terbaru masyarakat dengan diberlakukannya
pada tanggal 3 Maret 2020 dengan judul sekolah inklusi cenderung mendapat
pelatihan pengembangan pendidikan pandangan yang beragam, antara lain
inklusi untuk anak berkebutuhan khusus orangtua takut menyekolahkan anak di
tentu banyak program yang beragam sekolah yang sudah menyelengggarakan
pada pelatihan, baik dari program pusat inklusi dikarenakan takut anak ABK akan
maupun daerah. mengganggu teman yang lain dan
ketakutannya adalah ada beberapa

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 76 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

orangtua menganggap bahwa ABK hanya sekolahkan sehingga orangtua berharap


boleh disekolahkan di SLB atau YPAC ada semacam regulasi anak siap sekolah
saja. maka jika ditelisik lebih lanjut lanjut atau anak siap kerja yang diatur
formulasi yang perlu disentuh ialah dalam Peraturan daerah
kehadiran masyarakat dalam Terlepas dari belum lamanya
memberikan penilaian sekolah inklusi. pemberlakuan pendidikan Inklusi,
Garnida (2018) menjelaskan hambatan penulis menganggap berapa potensi yang
budaya menjadi penentu ditengah semestinya menjadi modal utama dalam
ketidakmampuan masyarakat menerima pelaksanaan inklusi sehingga mampu
dan memahami informasi terkait hadirnya menuju inklusifitas sosial. Inklusifitas
anak ABK di sekolah reguler. Satu sisi lain adalah adalah dimana lingkungan secara
pula jika anaknya ABK justru orangtua umum mampu memberikan wadah pada
enggan secara budaya memasukkan anak berkebutuhan khusus baik dari sisi
anakknya kesekolah Khusus. Temuan pendidikan, hingga pada hak hak dasar
lainnya juga adalah belum adanya alur pada anak berkebutuhan khusus
pendaftaran yang jelas bagaimana dimasyarakat. Tidak ada diskriminasi dari
sebenarnya awal mula anak ABK yang cara belajar, cara mendapatkan dan
boleh tergabung pada sistem inklusi. mengembangkan minat, arah vokasional
Maka jika merujuk pada hasil pelatihan anak pasca sekolah sehingga bisa lebih
yang dikemukakan oleh Dr. Endang mandiri. Ragam peluang yang semestinya
Rohyadi, perlu dan memasifkan bisa menjadikan pendidikan Inklusi di
pengetahuan pada orangtua dan guru Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
terkait proses indentifikasi/assesment dari antara lain adalah pertama Bangka
sisi perkembangan anak dan identifkasi Belitung sudah terbiasa dengan adanya
dan asesment pada aspek pendidikan, dan perbedaan itu sudah berlangsung lama,
semestinya sejak dini orangtua telah hingga saat ini pula di Provinsi
memahami hal tersebut dan begitupula Kepulauan Bangka Belitung belum
pada para guru. ditemukan adanya konflik multikultural
Sedangkan temuan lainnya adalah yang terjadi di Provinsi Kepulauan
sekolah memerlukan semacam simulasi Bangka Belitung, sedangkan lainnya
yang jelas bagaimana pengelolaan sekolah tipologi masyarakat yang masih
inklusi, dikarenakan hingga sampai saat menjunjung tinggi urun rembuk,
ini guru guru merasakan kesulitan musyawarah dalam masyarakat sehingga
melaksanakannya pada tingkatan yang tepaselera, tenggangrasa dan saling
nyata sehingga guru tidak mengetahui memberikan dukungan masih tetap
secara pasti apa peran GPK, peran shadows terjalin harmonis.
teacher, guru kelas. Dari sisi Pasca Hal lain pula belum pernah
pendidikan, biasanya juga orangtua ditemukan kasus yang terjadi mengenai
dengan berkebutuhan khusus akan adanya masalah dalam pendampingan
merasakan kebingungan mau kemana anak ABK di SLB, Inklusi yang telah ada,
anak akan di sekolahkan dan bagaimana kini pula di Provinsi Kepulauan Bangka
penjaminan hak hidup pasca di Belitung dari sisi peluangnya di setiap

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 77 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Kurniawan

Kabupaten kota telah ada sekolah sumber Pada tahun-tahun belakangan


yaitu SLBN dan Swasta di tiap tempat diselenggarakan pula beragam pelatihan
sehingga jika guru guru memiliki yang dilaksanakan oleh pusat dan daerah
hambatan dapat mendapatkan informasi yang rutin dilakukan, perihal lainnya juga
yang tepat. Dari sisi perundang undangan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
pula, Bangka Belitung telah memiliki telah memiliki prodi yang berkaitan
Pergub terkait pendidikan inklusi dengan dukungan pada anak
sebagaimana dilansir dari berkebutuhan khusus seperti di IAIN SAS
http://jdih.babelprov.go.id tentang yang dibukakan prodi Psikologi Islam
perubahan atas Peraturan Daerah dimana mahasiswa akan dikenalkan
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bagaimana cara penanganan ABK,
Nomor 4 Tahun 2016 tentang pengelolaan bagaimana cara melakukan assesment,
dan penyelenggaraan pendidikan pada sedangkan di UBB sendiri ada jurusan
Pasal 1 Poin 25. Sosiologi dengan mata kuliah Sosiologi
Pada bidang ahli profesional, di anak berkebutuhan khusus, dan pada
Bangka Belitung sendiri memiliki banyak perguruan tinggi lainnya seperti di
praktisi baik dari Guru PLB, Psikolog, keperawatan dengan ada mata kuliah
sarjana Psikologi, Terapis dan adanya keperawatan anak sehingga anak bisa
komunitas komunitas peduli anak ABK ditangani secara medis sejak dini, dari sisi
seperti Pondok lentera yaitu komunitas lainnya juga berkat kebijakan Gubernur
pada terapis dan praktisi ABK. Dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
beberapa tahun belakangan pula pencanangan sekolah inklusi yang
Pemerintah daerah terus menambah cenderung meningkat sehingga
kuota untuk formasi CPNS dalam tiap Inklusivitas Sosial bisa segera terwujud,
tahunnya baik yang berlatar belakangan Menilik lebih pada pandangan Garnida
menjadi terapis dan guru di SLB. Dari sisi (2018, perlu diperhatikan pemahaman
Himpunan profesional pula di Bangka masyarakat terhadap sistem inklusi
Belitung semakin hari semakin sehingga tidak ada kesenjangan pada
bermunculan misalkan saja dengan ada masyarakat dan adanya ketakutan bahwa
HIMPSI Babel dimana seluruh dengan dicampurnya dengan ABK tidak
anggotanya adalah para Psikolog, Sarjana akan menjadi masalah pada anak normal
Psikologi dan akademisi psikologi, ada lainnya, implikasi pada masyarakat, bagi
pula yang lain IFI, yaitu kumpulan pada masyarakat yang kontra tentu saja
ahli Fisioterapi, IDI ikatan dokter memunculkan anggapan yang berbeda,
Indonesia, IKATWI dimana ada ikatan sisi lainnya perlu diperhatikan pula ialah
terapis Wicara Indonesia, IGPHI dengan penyelenggaraan baik keahlian,
ikatan Guru Pendidikan Khusus kelembagaan, pola kebudayaan. sisi lain
Indonesia, PERTUNI atau persatuan perlu diperhatikan pula ialah mengenai
tunanetra Indonesia, GERKAFIN gerakan kurikulum dan pendanaan.***
peduli dengan ketulian, YPD, Ikatan
Bimbingan Konseling dan beragam
oganisasi pendukung untuk kemajuan
anak dengan berkebutuhan khusus.

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 78 of 19
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity

Inclusive Education in Bangka Belitung Province of Indonesia: Challenges and Opportunities

Daftar Pustaka
Mangunsong, F. (2014). Psikologi dan
pendidikan anak berkebutuhan khusus
(Jilid 1). Jakarta: LPSP3 UI
Mangunsong, F. (2014). Psikologi dan
pendidikan anak berkebutuhan khusus
(Jilid 2). Jakarta: LPSP3 UI
Tirtonegoro, & Sutrarinah (2001). Anak
supernormal dan program
pendidikannya. Jakarta: Bumi aksara
Budiyanto (2017). Pengantar pendidikan
inklusif. Jakarta: Kencana
Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi.
Kementerian pendidikan nasional
(2009)
Friend, et al. (2015). Menuju Pendidikan
inklusi panduan praktis untuk
mengajar. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Suryani, et al. (2015). Asuhan keperawatan
anak sehat dan berkebutuhan khusus.
Yogyakarta: Pustaka Baru
Delphie, B. (2012). Pembelajaran anak
tunagrahita. Bandung: Refika
Aditama
Garnida, D. (2018). Pengantar pendidikan
inklusi. Bandung: Refika Aditama
Dapa, Nixon A. (2019). Sistem Sosial anak
berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
Ombak.
Seri Sumbangan pemikiran psikologi
untuk bangsa” Psikologi dan
pendidikan dalam konteks
kebangsaan (HIMPSI, 2018)

| Psychosophia Vol. 2, No. 1 (2020)


Page 79 of 19

Anda mungkin juga menyukai