Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TRANSAKSI PEMBELIAN OBLIGASI LANGSUNG DARI AFILIASI

Disusun Oleh:

KELOMPOK 6

SHINTA ECHA PUSPITA

(2005906030054)

AAS SRI MULIA

(2005906030004)

RAMAYANA

(2005906030084)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “ Laba atas Transaksi

antar Perusahaan-Obligasi ” yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi

Keuangan Lanjutan 1.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu tentang

bagaimana proses laba atas transaksi antar perusahaan-aktiva tetapdalam suatu perusahaan.

Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, kami secara langsung ataupun tidak

langsung telah mendapatkan bantuan dari dosen pembimbing mata kuliah Akuntansi Keuangan

Lanjutan 1.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran dari semua

pihak kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam

penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha

kita.

Baubau, 17 Desember 2017

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................2

BAB 2 LANDASAN TEORI...................................................................................3

A. Laba antar perusahaan atas aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan...........3

B. Laba Antar Perusahaan Aktiva Tetap Yang Dapat Disusutkan----------------7

C. Aktiva Tetap Dijual Tidak Pada Nilai Wajarnya--------------------------------9

D. Persediaan Dibeli Untuk Digunakan Sebagai Aktiva Operasi.......................11

BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................15

A. Kesimpulan ...................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang diperjual belikan di pasar

surat-surat berharga. Penjualan obligasi menimbulkan hubungan antara penerbit obligasi

sebagai debitur dan pembeli obligasi yang biasa disebut investor obligasi.

Suatu perusahaan sering kali memiliki instrument hutang dari perusahaan

afiliasinya. Aktivitas pinjam meminjam antar perusahaan dibenarkan dengan dasar

pemikiran untuk kepentingan keamanan, efisiensi, dan fleksibilitas. Walaupun masing-

masing afiliasi adalah entitas hukum yang berdiri sendiri, manajemen dari induk

perusahaan memiliki posisi untuk menegosiasikan semua pinjaman yang terjadi diantara

perusahaan afiliasi, dan keputusan untuk meminjam dari atau meminjamkan secara

langsung kepada perusahaan afiliasi benar-benar merupakan keputusan untuk

mengalihkan dana diantara perusahaan afiliasi.

Pinjam meminjam langsung antar perusahaan afiliasi menghasilkan akun

resiprokal piutang dan hutang baik pokok maupun bunganya, begitu pula dengan akun

resiprokal pendapatan dan beban. Akun-akun resiprokal ini dieliminasi dalam penyiapan

laporan keuangan konsolidasi karena piutang dan hutang antar perusahaan tidak

mencerminkan aktiva atau kewajiban dari suatu entitas yang dikonsolidasikan. Masalah

khusus dalam akuntansi obligasi dan wesel antar perusahaan timbul ketika suatu

perusahaan membeli instrument hutang afiliasinya dari pihak luar.


Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga

dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit

obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN, atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun

daerah. Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah

obligasi kupon (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku

obligasi. Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank.

Bila Anda membeli obligasi, Anda akan memperoleh bunga/kupon yang tetap secara

berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai mekanisme serta perbedaan-perbedaan

mengenai saham dan obligasi.


1.2 Rumusan Masalah
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Transaksi Obligasi Antar Perusahaan

Pada saat perusahaan mengeluarkan obligasi, kewajiban obligasinya akan mencerminkan

tingkat bunga pasar yang berlaku. Namun perubahan yang terjadi kemudiaan pada tingkat

bunga pasar akan menciptakan perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar kewajiban

tersebut. Jika tingkat bunga pasar meningkat, nilai pasar kewajiban menjadi lebih kecil

dibanding nilai bukunya dan sebagai akibatnya, perusahaan penerbit seharusnya

merealisasikan adanya keuntungan. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum,

keuntungan tersebut tidak diakui pada buku perusahaan penerbit. Begitu pula, apabila terjadi

penurunan pada tingkat bunga pasar, akan mengakibatkan adanya kerugiaan terealisasi yang

juga tidak diakui. Laba dan rugi terealisasi tapi tidak diakui ini harus diungkapkan dalam

catatan atas laporan keuangan sesuai dengan FASB Statement No. 107, “ Pengungkapan

Nilai Wajar Instrumen Financial.”

Keuntungan maupum kerugian atas obligasi yang beredar dari afiliasi yang teridentifikasi

namun tidak diakui ini, dapat diakui dengan cara menarik obligasi yang beredar. Induk

perusahaan, yang mengatur seluruh penarikan hutang dan keputusan-keputusan lainnya bagi

entitas yang dikonsolidasi, memiliki pilihan sebagai berikut :

1. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat mempergunakan sumber-sumber

yang ada untuk membeli dan menarik obligasinya sendiri.

2. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat meminjam uang dari entitas yang

bukan afiliasinya dengan tingkat bunga pasar dan menggunakan dana tersebut
untuk menarik obligasinya sendiri (pemilihan ini merupakan pembayaran

kembali).

3. Perusahaan penerbit dapat meminjam uang dari perusahaan afiliasi dan

menggunakan dana tersebut untuk menarik obligasinya sendiri.

4. Suatu perusahaan afiliasi (induk atau anak) dapat membeli obligasi dari

perusahaan penerbit dimana obligasinya ditarik secara kontruktif.

Tiga pilihan yang pertama mengakibatkan penarikan yang sesungguhnya (actual

retirement) dari obligasi. Keuntungan atau kerugiaan yang tidak diakui sebelumnya, dalam tiga

keadaan ini diakui oleh perusahaan penerbit dan diperhitungkan dalam mengukur pendapatan

bersih konsolidasi. Pilihan yang keempat mengakibatkan penarikan konstruktif. Hal ini bahwa

obligasi tersebut ditarik untuk tujuan laporan konsolidasi karena investasi obligasi dan hutang

obligasi dari induk perusahaan dan anak perusahaan adalah resiprokal yang harus dieliminasi

dalam proses konsoliasi.

Perbedaan antara nilai buku dari kewajiban obligasi dan harga beli dari investasi obligasi

adalah keuntungan atau kerugiaan dengan tujuan untuk laporan konsolidasi. Hal ini juga

merupakan keuntungan atau kerugiaan bagi induk perusahaan berdasarkan metode ekuitas

(konsolidasi satu baris). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak diakui pada buku perusahaan

penerbit yang obligasinya dimiliki sebagai suatu investasi oleh pembeli afiliasi. keuntungan

atau kerugian bagi perusahaan penerbit yang telah direalisasi oleh perubahan suku

bunga pasar setelah obligasi diterbitkan, dan hal ini diakui untuk tujuan laporan

konsolidasi ketika obligasi tersebut dibeli kembali dan dimiliki oleh entitas konsolidasi.
2.2 Keuntungan Dan Kerugian Konstruktif Atas Obligasi Antar Perusahaan

Apabila harga yang dibayar oleh suatu perusahaan afiliasi untuk memperoleh hutang dari

pihak lainnya lebih besar dari nilai buku kewajiban (nilai nominal ditambah dengan agio

yang belum diamortisasi atau dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi dan biaya

penerbitan), maka terjadi kerugiaan konstruktif atas penarikan hutang. Alternatif lain,

apabila harga yang dibayar lebih kecil dari nilai buku hutang tersebut, maka keuntungan

konstruktiflah yang terjadi. Keuntungan atau kerugian ini disebut konstruktif karena

keuntungan atau kerugian ini merupakan keuntungan atau kerugian yang direalisasi dan

diakui dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, teatapi tidak dicatat dalam buku

terpisah dari perusahaan-perusahaan afiliasi pada saat pembeliaan.

Keuntungan atau kerugian konstruktif atas obligasi adalah (1) keuntungan dan kerugian

yang direalisasi dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan. (2) yang timbul pada saat

perusahaan membeli obligasi suatu afiliasi, (3) dari entitas-entitas lainnya, (4) pada harga

dari selain nilai buku obligasi tersebut. Tidak aka nada keuntungan atau kerugian yang terjadi

akibat pembelian obligasi perusahaan afiliasi pada nilai buku atau dari pinjam meminjam

secara langsung diantara perusahaan afiliasi.

Beberapa ahli akuntansi berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian konstruktif pada

transaksi obligasi antar perusahaan seharusnya dialokasikan diantara pihak afiliasi pembeli

dan penerbit sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut. Contohnya, jika induk perusahaan

membayar Rp 99.000 untuk obligasi anak perusahaan yang beredar bernilai nominal Rp

100.000 dengan agio yang belum diamortisasi Rp 2.000, maka keuntungan konstruktif

sebesar Rp 3.000 (Rp 102.000 dikurangi dengan Rp 99.000) dialokasikan untuk induk
perusahaan sebesar Rp 1.000 dan untuk anak perusahaan sebesar Rp 2.000. dikenal sebagai

teori nominal.

Alternatif untuk teori nilai nominal ini adalah teori keagenan, diamana afiliasi yang

membeli obligasi antar perusahaan bertindak sebagai agen bagi perusahaan penerbit,

berdasarkan perintah dari manajemen induk perusahaannya. Berdasarkan teori keagenan,

keuntngan konstruktif sebesar Rp 3.000 dialokasikan ke anak perusahaan (perusahaan

penerbit), dan pengaruh pada laporan konsolidasi sama seperti jika anak perusahaan telah

membeli obligasi miliknya sendiri seharga Rp 99.000. walaupun tidak didukung oleh teori

terpisah, keuntungan dan kerugian konstruktif dialokasikan ke induk perusahaan atas dasar

kemanfaatan. Sehingga akuntansinya tidak menjadi rumit.

 Pembukuan Penerbit Obligasi

Penjualan obligasi bagi penerbit menimbulkan hutang obligasi. Apabila harga

penjualan diatas atau dibawah nilai normal, selisih harga jual dengan nilai nominal, itu

disebut premi atau diskon, dan dijurnal sebagai berikut

Kas                                                            xxx

Hutang obligasi                                              xxx

  Premi obligasi                                                xxx

apabila terjadi diskon :

Kas                                                            xxx

Diskon obligasi                                              xxx

Hutang obligasi                                              xxx


CONTOH

Pada tanggal 1 juli 2002 PT indi menerbitkan dan menjual obligasi 10 tahun nilai nominal RP 10

miliar dengan kurs penjualan 110 di pasar primer. Penjualan obligasi pada kurs 110

menunjukkan adaanya premi sebesar 10% dari harga nominal atau Rp 11 miliar. Pencatatan pada

tanggal penjualan adalah :

Kas                                                            Rp 11.000.000.000

       Hutang obligasi                                              Rp10.000.000.000

       Premi obligasi                                                Rp 1.000.000.000

Atau dapat juga di jurnal sebagai berikut :

Kas                                                            Rp 11.000.000.000

            Hutang obligasi                                              RP 11.000.000.000

Dalam contoh soal diatas, karena pada tanggal penjualan penerbit yakin PT indi

membukukan hutang obligasi Rp 11 miliar terdiri dari nilai nominal dan premi obligasi, maka

premi obligasi diamortisasi selama 10 tahun. Amortisasi pertahun adalah Rp 1.000.000.000/10

tahun atau 100. juta per tahun. PT indi menerbitkan obligasi pada pertengahan tahun, sehingga

premi obligasi utuk tahun 2002 diamortisasi setengah tahun atau Rp 50 juta dengan jurnal

amortisasi pada akhir tahun (31 desember) sebagai berikut :


Prermi Obligasi                                           Rp 50.000.000

            Beban bunga                                                 Rp 50.000.000

Atau

Hutang obligasi                                           Rp 50.000.000

            Beban bunga                                                Rp 50.000.000

Untuk kepentingan laporan keuangan priode yang berakhir 31/12/2002 PT indi mencatat

beban bunga yang harus dibayar 1 semester sebagai berikut :

Beban bunga (5% x 10 miliar)                     Rp 500.000.000

            Hutang bunga                                                Rp 500.000.000

Umur obligasi 10 tahun mengharuskan penerbit obligasi 10 tahun sejak tanggal

penerbitan atau 1 juli 2012. Pada saat obligasi membayar hutang obligasi sebesar nilai

nominalanya atau Rp 10 miliar. Amortisasi mengurangi beban bunga, sehingga total beban

bunga PT indi per tahun adalah sebagai berikut :

Penerimaan bunga per tahun, 10% x Rp 100 miliar          Rp 1000.000.000

Amortisasi Premi per tahun                                           Rp (100.000.000 

  Beban bunga per tahun                                  Rp 900.000.000


       Pada tanggal 1 juli 2007 atau 5 Tahun dari tanggal penerbitan obligasi, premi hutang

obligasi telah diamortisasi setengah dari premi pada awal penerbitan atau Rp500 juta, dengan

demikian nilai buku hutang obligasi adalah :

Nilai nominal hutang obligasi                                          Rp 10.000.000.000

Saldo premi (Rp 1 miliar - (Rp 100 juta x 5 tahun)        Rp      500.000.000

            Nilai buku  hutang obligasi 1/7/2007                  Rp  10.500.000.000

 Pembukuan Investor Obligasi

Investor atau pembeli obligasi memiliki akun “ investasi dalam obligasi “ yang

harus dicatat pada tanggal investasi atau pembeli obligasi terjadi, sebagia berikut :

Investasi dalam obligasi                               xxx

           Kas                                                               xxx

Bagi investor obligasi nilai investasi dalam obligasi dicatat sebesar harga

perolehan obligasi tersebut. Ada kalanya harga perolehan obligasi dari nilai nominal

tetapi dapat pula lebih rendah dari nilai nominal. Misalkan PT anta membeli 30% obligasi

PT indi di pasar sekunder pada tanggal 1 juli 2007 dengan harga Rp 2,95 miliar.

Pencatatan yang akan dilakukan pada PT anta adalah sebagai sebagai berikut :

Investasi dalam obligasi                               Rp 2.950.000

             Kas                                                               Rp 2.950.000


Investasi dalam obligasi memberikan pendapatan bunga bagi investor sesuai

dengan nilai nominal obligasi yang dimiliki. PT anta akan mencatat penerimaan bunga

per tahun Rp 300 juta (10% x 30% x Rp 10 Miliar) dalam dua kali penerimaan masing-

masing Rp150 juta pada tanggal 1 juli dan 5 januari. Hak PT anta atas bunga yang

diterima pada tahun 2007 adalah satu semester atau Rp150 juta karena investasi dalam

obligasi pada pertengahan tahun. Pembukuan PT anta pertanggal 31 Desember 2007

mencatat piutang bunga sebagai berikut :

Piutang bunga                                             Rp 150.000.000

            Pendapatan bunga                                         Rp 150.000.000

Selisih nilai investasi PT anta atas obligasi PT indi dengan nilai nominal pada

tanggal perolehan adalah Rp50 juta dimana investasi dalam obligasi tercatat lebih kecil

dari nilai nominal. Jurnal penyesuaian untuk tahun 2007 adalah sebagai berikut :

Investasi dalam obligasi                               Rp 5.000.000

             Pendapatan bunga                                         Rp5000.000

 Penyesuaian nilai investasi Rp10 juta pertahun meningkatkan pendapatan bunga

sehingga pendapatan bunga pertahun adalah sebagai berikut :

-Penerimaan bunga per tahun 10% x Rp 3 miliar            Rp 300.000.000

-Penyesuaian Nilai investasi                                           Rp   10.000.000

  Total pendapatan bunga per tahun                               Rp 310.000.000

Pendapatan bunga PT anta tahun 2007 adalah Rp155 juta karena investasi dimulai

1 juli sehingga hak atas bunga juga untuk setengah tahun.


2.3 Dampak Keuntungan Atau Rugi Konstruktif Setelah Tahun Berjalan

Dalam kasus PT indi dan PT anta transaksi obligasi antar perusahaan akan mempengaruhi

hubungan induk-anak hingga tanggal 1 juli 2012 atau saat obligasi jatuh tempo. Selama tahun

tersebut pendapatan investasi dipengaruhi amortisasi untung/rugi konstruktif. Misalkan

dalam tahun 2008 PT anta mengumumkan laba sebesar Rp300 juta, yakni dalam kasus

penjualan down stream, sehingga perndapatan investasi adalah sebagai berikut :

Laba anak(80% x Rp 300 juta)                                  Rp 240.000.000

Amortisasi keuntungan konstruktif                              RP (30.000.000

Pendapatan investasi                                                  Rp  210.00.000

Apabila yang terjadi adalah penjualan up stream, maka pendapatan investasi dihitung sebagai

berikut :

Laba anak (80% x Rp 300juta)                                          Rp 240.000.000

Amortisasi keuntung konstruktif (80% x Rp 30 juta)      Rp  (24.000.000

Pendapatan investasi                                                                RP 216.000.000

2.4 Keuntungan Atau Kerugian Konstruktif Dan pendapatan Investasi

Keuntungan atau kerugian konstruktif merupakan salah satu komponen pendapatan

investasi. Jumlah keuntungan atau kerugian yang mempengaruhi pendapatan investasi induk

perusahaan tergantung dari pihak penerbit atau penjual obligasi. Karena kondisi menganggap

hutangnya yang tebus dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Pembahasan selanjutnya menggunakan istilah obligasi antar perusahaan downstream

apabila induk yang merupakan pihak penerbit dan sebagai invesrtor obligasi yang diterbitkan

anak perusahaan.
Misalkan obligasi antar perusahaan PT indi dan PT anta adalah penjualan downstream.

Dalam tahun 2007 PT anta (anak perusahaan yang sahamnya yang dikuasai 80% oleh PT indi)

melaporkan laba sebesar Rp250 juta dan tidak ada selisih investasi dengan nilai buku kekayaan

anak yang diperoleh, maka pendapatan investasi adalah sebagai berikut :

Laba anak(80% x Rp 250 juta)                                                 Rp 200.000.000

Keuntungan kontruktif                                                             Rp 150.000.000

Amortisasi keuntungan kontruktif (1/2 x Rp 30 juta)              RP (15.000.000

Pendapatan investasi                                                                 Rp 335.000.000

      Apabila yang terjadi adalah penjualan upstream dimana PT indi merupakan pembeli atau

investor obligasi yang diterbitkan PT anta. Maka perhitungan pendapatan investasi PT indi

adalah sebagai berikut :

Laba anak (80% x Rp250 juta)                                                       Rp 200.000.000

Keuntungan kontruktif (Rp 150juta x 80%)                               Rp 120.000.000

Amortisasi keuntungan kontruktif (80% x Rp 30juta x 6/12) Rp (12.000.000

Pendapatan investasi                                                                       Rp 303.000.000


2.5 Obligasi Anak Perusahaan Dibeli Oleh Induk Perusahaan

Ilustrasi pada bagian ini mirip dengan ilustrasi untuk Pam dan Sue, kecuali bahwa anak

perusahaan adalah afiliasi penerbit dan penarikan konstruktif obligasi mengakibatkan kerugian

bagi entitas yang dikonsolidasikan.

Pro Corporation memiliki 90% kepemilikan pada saham biasa berhak suara Sky.

Kepemilikan Pro pada Sky tersebut diperoleh pada nilai bukunya dengan harga Rp 9.225.000

ketika modal saham Sky sebesar Rp 10.000.000 dan saldo labanya sebesar Rp 250.000.

Pada tanggal 31 Desember 2003 Sky mempunyai obligasi dengan nilai nominal Rp

100.000, tingkat bunga 10%, yang beredar dengan disagio yang belum diamortisasi sebesar Rp

3.000. Obligasi-obligasi ini mempunyai tanggal pembayaran bunga 1 Januari dan 1 Juli dan jatuh

tempo dalam waktu lima tahun, pada tanggal 1 Januari 2009.

Pada tanggal 2 Januari 2004, Pro membeli 50% obligasi yang beredar milik Sky dengan

harga Rp 5.150.000. Transaksi ini menyebabkan kerugian sebesar Rp 300.000 dari sudut

pandang entitas yang dikonsolidasikan karena kewajiban sebesar Rp 4.850.000 (50% dari nilai

buku obligasi Rp 9.700.000) ditarik secara konstruktif dengan biaya Rp 5.150.000. Kerugian

tersebut dialokasikan kepada Sky berdasarkan teori bahwa manajemen induk perusahaan

bertindak sebagai agen Sky, perusahaan penerbit pada semua transaksi obligasi antar perusahaan.

Selama tahun 2004, Sky mencatat beban bunga atas obligasi tersebut sebesar Rp

1.060.000 [(nilai nominal Rp 10.000.000 x 10%) + amortisasi disagio sebesar Rp 60.000]. Dari

beban bunga ini sebesar Rp 530.000 berhubungan dengan obligasi antar perusahaan. Pro

mencatat pendapatan bunga dari investasi pada obligasi selama tahun 2004 sebesar Rp 470.000

[(nilai nominal Rp 5.000.000 x 10%) – amortisasi agio sebesar Rp 30.000]. Perbedaan sebesar

Rp 60.000 antara beban bunga dan pendapatan bunga atas obligasi antar perusahaan tersebut
mencerminkan pengakuan satu-per-lima kerugian konstruktif yang tidak diakui pada buku Pro

dan Sky melalui amortisasi agio (buku Pro) dan amortisasi disagio (buku Sky).

 Metode Ekuitas

Sky melaporkan laba bersih sebesar Rp 750.000 pada tahun 2004, dan Pro

menghitung pendapatannya dari Sky sebesar Rp 459.000 sebagai berikut :

90% dari Rp 750.000 pendapatan dilaporkan oleh Sky Rp 675.000

Kurang : kerugian konstruktif sebesar Rp 300.000 x 90% (Rp 270.000)

Tambah : pengakuan atas kerugian konstruktif

Sebesar Rp 60.000 x 90% Rp 54.000


Pendapatan investasi dari Sky Rp 459.000

Ayat jurnal yang dibuat oleh Pro untuk mencatat investasi pada Sky selama tahun
2004 adalah sebagai berikut :

31 Desember 2004
Investasi pada Sky (+A) Rp 675.000
Pendapatan dari Sky (R,+SE) Rp 675.000
Untuk mencatat 90% dari pendapatan yang dilaporkan Sky untuk tahun 2004

31 Desember 2004
Pendapatan dari Sky (-R,-E) Rp 270.000
Investasi pada Sky (-A) Rp 270.000
Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari Sky terhadap 90% kerugian atas
penarikan konstruktif obligasi Sky. (ayat jurnal ini juda dapat dicatat pada tanggal
2 januari 2004)
31 Desember 2004
Investasi pada Sky (+A) Rp 54.000
Pendapatan dari Sky (R,+SE) Rp 54.000
Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari Sky terhadap 90% dari Rp 60.000,
pengakuan bagian per bagian dari kerugian konstruktif atas obligasi Sky selama
tahun 2004.

Untuk tahun-tahun selanjutnya hingga saat jatuh tempo obligasi tersebut,


pendapatan Pro dari Sky dihitung dengan menambahkan Rp 54.000 setiap tahunnya
pada bagian Pro atas pendapatan yang dilaporkan oleh Sky.
Saldo akun investasi Pro dan Sky pada tanggal 31 Desember 2004 adalah sebesar
Rp 10.584.000 saldo ini sama dengan nilai buku tercatat investasi Pro pada Sky pada
tanggal 1 Januari 2004 ditambah dengan pendapatan investasi dari Sky untuk tahun
2004 sebesar Rp 459.000

Investasi pada Sky, tanggal 1 Januari 2004


(Rp 11.250.000 x 90%) Rp 10.125.000
Tambah : pendapatan Sky 459.000
Investasi pada Sky, 31 Desember 20X4 Rp 10.584.000
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Beans, Floyd A, dkk. 2007. Akuntansi Lanjutan jilid 1. Edisi kedelapan. Jakarta: PT Indeks.

https://www.scribd.com/document/257611300/AKL-1-Laba-antarperusahaan-obligasi

http://elawatiekonomiislam.blogspot.co.id/2016/04/akuntansi-keuangan-lanjutan-1-

transaksi.html

https://www.scribd.com/doc/88213670/Laba-Atas-Transaksi-Antarperusahaan-Obligasi

https://huseinal-habsy.blogspot.co.id/2011/02/transaksi-antara-perusahaan-obligasi.html

https://dokumen.tips/documents/laba-atas-transaksi-antarperusahaan-obligasi.html

Anda mungkin juga menyukai