Esra Yuliana Manalu-185040201111164-SKRIPSI-me
Esra Yuliana Manalu-185040201111164-SKRIPSI-me
Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN ILMU
TANAH MALANG
2023
EFEKTIVITAS SERAPAN LOGAM BERAT Pb PADA BAHAN
VEGETATIF TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus Annuus L )
DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN Pb DENGAN DOSIS YANG
BERBEDA
Oleh
185040201111164
DEPARTEMEN TANAH
SKRIPSI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
DEPARTEMEN TANAH
MALANG
2023
PERNYATAAN
RINGKASAN
Logam berat merupakan logam yang memiliki unsur logam yang berat
molekulnya tinggi. Dalam kadar yang rendah, logam berat umumnya telah
beracun bagi tanaman serta hewan dan juga manusia. Logam berat timbal (Pb)
merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan
organisme lainnya. Keberadaan Unsur logam Pb pada tanah akibat dari berbagai
aktivitas manusia menyebabkan terjadinya penimbunan dan peningkatan Pb pada
tanah. Timbal (Pb) dapat bersumber dari hasil pembakaran bahan tambahan Pb
pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb anorganik, limbah
domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Pada penelitian ini
memanfaatkan tanaman hiperakumulator bunga matahari sebagai tindakan
fitoremediasi untuk mengetahui efektivitas serapan logam berat Pb pada tanaman
bunga matahari dalam meremediasi dosis Pb yang bervariasi.
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
Rancangan Acak Kelompok 1 faktor dengan tiga kali pengulangan. Faktor yang
dimaksud yaitu variasi pemberian pencemar Pb pada tanah yaitu 350 ppm, 800
ppm, 1000 ppm, dan 4300 ppm. Data yang diperoleh dianalisis dengan tabel
ANOVA ( Analysis of Variance) dengan tingkat signifikan nyata (Alpha) sebesar
5%. Apabila terdapat perbedaan beda yang nyata antara perlakuan, maka
dilakukan uji lanjut untuk melihat pengaruh antar perlakuan dengan Uji Beda
Nyata Terkecil ( BNT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari variasi
pemberian dosis Pb terhadap keefektifan tanaman bunga matahari dalam
meremediasi. Tanaman bunga matahari yang ditanam pada media tanah dengan
perlakuan dosis Pb 350 ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm dari awal remediasi sampai
akhir penelitian masih terlihat sehat, sedangkan tanaman bunga matahari yang
ditanam pada media tanam perlakuan dosis Pb 4300 ppm pada minggu pertama
remediasi tanaman mengalami klorosis, pada konteks bunga matahari tanaman
yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi logam Pb pada konsentrasi tinggi
menunjukan warna daun yang lebih kuning kecoklatan hingga tanaman mati .
Hasil analisis Pb pada tanaman menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki
konsentrasi Pb berbeda pada setiap bagian tanaman. Konsentrasi logam timbal di
batang dan daun nilainya pada perlakuan 350 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm lebih
kecil. Konsentrasi Pb bagian akar lebih besar diikuti dengan daun dan terakhir
batang.
ii
SUMMARY
Heavy metals are metals that have metallic elements with high
molecular weights. In low levels, heavy metals are generally toxic to plants and
animals as well as humans. Heavy metal lead (Pb) is a heavy metal that is harmful
to human health and other organisms. The presence of Pb in the soil as a result of
various human activities causes the accumulation and increase of Pb in the soil.
Lead (Pb) can be sourced from the combustion of Pb additives in motor vehicle
fuels resulting in inorganic Pb emissions, domestic waste, industrial waste, and
agricultural waste. In this study, using sunflower hyperaccumulator plants as a
phytoremediation measure to determine the effectiveness of Pb heavy metal
uptake in sunflower plants in remediating various Pb doses.
The experimental design carried out in this study was a 1-factor
randomized block design method with three repetitions. The factor in question is
the variation in the provision of Pb contaminants to the soil, namely 350 ppm, 800
ppm, 1000 ppm, and 4300 ppm. The data obtained were analyzed using the
ANOVA table (Analysis of Variance) with a significant level of significance
(Alpha) of 5%. If there is a significant difference between the treatments, then
further tests are carried out to see the effect between treatments with the Least
Significant Difference Test (BNT).
The results showed that there was an effect of variations in the dosage of
Pb on the effectiveness of sunflower plants in remediation. Sunflower plants
grown on soil media with treatment at doses of 350 ppm, 800 ppm, and 1000 ppm
from the beginning of remediation until the end of the study still looked healthy,
while sunflower plants grown on planting media were treated with doses of Pb
4300 ppm in the first week of plant remediation. experienced chlorosis, in the
context of sunflower plants growing on soil contaminated with Pb metal at high
concentrations showed a more brownish yellow leaf color until the plant died. The
results of Pb analysis in plants showed that each treatment had different Pb
concentrations in each part of the plant. The concentrations of lead in the stems
and leaves were lower in the 350 ppm, 800 ppm and 1000 ppm treatments. The Pb
concentration in the roots was higher followed by leaves and finally stems.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini berjudul “Efektivitas Serapan Logam Berat Pb pada Bahan
Vegetatif Tanaman Bunga Matahari (Helianthus Annuus L) Dengan Perlakuan
Pemberian Timbal Dengan Dosis yang Berbeda”. Penyusunan tugas akhir ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Pada
kesempatan kali ini, penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya
kepada:
1. Bapak Syahrul Kurniawan, SP, MP, Ph.D. selaku Ketua Departemen Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya;
2. Bapak Prof.Dr.Ir Syekhfani,Ms selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
membimbing dan memberikan arahan serta motivasi dengan sabar dan tekun
kepada penyusun hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini;
3. Bapak Prof.Dr.Ir. Zaenal Kusuma, S.U, Bapak Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono,
SP.,M.Sc, Ibu Nina Dwi Lestari, SP., M,Ling selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan petunjuk, masukan, dan bantuannya selama proses penyusunan
Skripsi ini.
4. Orang tua dan keluarga penulis khususnya kepada Bapak, Ibu dan Adik-adik
tercinta yang telah membantu dan memberikan doa, semangat, dorongan serta
motivasi;
5. Ratih, Yemi, Cindy, Meiwani, Ester, Yuli Yanti, Vebita dan Winda Romelia
dan teman teman satu Organisasi Kemhas Malang yang selalu memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini;
6. Teman teman Agroekoteknologi 2018 yang selalu memberikan dukungan moral
dalam proses penyelesaian Skripsi;
7. Segenap pihak yang membantu dalam proses penelitian Skripsi yang saya
lakukan.
Semoga segala bimbingan, dukungan, doa, bantuan, semangat, dorongan
serta motivasi yang telah diberikan dibalaskan oleh Tuhan. Menyadari adanya
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penyusun mengharapkan saran demi
lebih baiknya Skripsi ini. Harapan penyususn semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang membutuhkan.
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN...........................................................................................................i
SUMMARY.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.4 Hipotesis Penelitian........................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
2.1 Fitoremediasi..................................................................................................5
2.2 Mekanisme Fitoremediasi..............................................................................6
2.3 Tanaman Hiperakumulator.............................................................................8
2.4 Klasifikasi Bunga Matahari............................................................................9
2.5 Logam Berat Timbal (PB)............................................................................10
III. METODE PENELITIAN.................................................................................16
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................16
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................16
3.3 Rancangan Penelitian...................................................................................18
3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian..................................................................19
3.4.1 Persiapan Tanah dan Tanaman..............................................................19
3.4.2 Pemberian Pb pada tanah.......................................................................20
3.4.3 Penanaman Bunga Matahari..................................................................20
3.4.4 Pengamatan dan Pemeliharaan..............................................................20
vi
3.4.5 Pengambilan Sampel Tanah dan Tanaman............................................21
3.4.6 Analisa Sampel......................................................................................21
3.5 Analisa Data.................................................................................................23
3.6 Diagram Alir Penelitian................................................................................24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................17
4.1 Karakteristik Media Tanam Tanah...............................................................17
4.2 Kondisi Lingkungan Selama Penelitian.......................................................26
4.3 Konsentrasi Timbal (Pb) dalam Tanaman....................................................29
4.4 Faktor Biokonsentrasi dan Faktor Translokasi.............................................33
V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................26
5.1 Kesimpulan...................................................................................................26
5.2 Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN...........................................................................................................40
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
Logam Pb banyak dideteksi pada tumbuhan air yang secara langsung maupun
tidak langsung rentan terhadap pencemaran pada sebuah perairan. Limbah yang
dihasilkan oleh masyarakat di sekitar sungai seperti limbah rumah tangga juga
industri pabrik dapat menyebabkan masuknya logam Pb ke dalam perairan.
sehingga bisa mengakibatkan pengendapan di dalam sedimen perairan.
Pengendapan tersebut bisa meningkat seiiring dengan berjalannya waktu dan
banyaknya kadar logam berat yang terdapat pada pasokan limbah yang dibuang ke
perairan tersebut. Logam berat kemudian akan terakumulasi oleh air serta
makhluk hidup lainnya, salah satunya yaitu tumbuhan. Tumbuhan mampu
menyerap logam berat dari akar (Irwan dkk., 2008). Alloway (1995) menyatakan
bahwa kelebihan logam berat Pb dalam tanah bukan hanya meracuni tanaman dan
organisme, tetapi dapat berimplikasi pada pencemaran lingkungan.
Menurut Prasasti et al., (2006), timbal (Pb) dapat bersumber dari hasil
pembakaran bahan tambahan Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor
menghasilkan emisi Pb anorganik. Selain itu Pb juga dapat berasal dari limbah
domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Limbah domestik berasal dari
daerah pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain lain.
Limbah pertanian yang bisa menghasilkan Pb berasal dari sisa sisa pupuk sintetik
untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas
hama tanaman. Limbah industri yang dapat menghasilkan Pb dan dapat
mencemari tanah berasal dari daerah pabrik, manufaktur, industri kecil dan
industri perumahan. Keberadaan Unsur logam Pb pada tanah akibat dari berbagai
aktivitas manusia tersebut menyebabkan terjadinya penimbunan dan peningkatan
Pb pada tanah. Kelebihan Logam berat Pb pada tanah dapat bersifat racun pada
manusia, hewan, tumbuhan dan juga pada lingkungan.
Pada penelitian ini tanaman bunga matahari digunakan sebagai tanaman
fitoremediasi yang dimanfaatkan untuk meremediasi tanah yang tercemar dengan
berbagai variasi dosis logam Pb. Bunga matahari adalah tanaman cepat tumbuh
dengan produksi biomassa yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan buat
fitoremediasi (penyerapan) logam logam beracun di tanah yang terkontaminasi.
Bunga matahari adalah tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk remediasi logam
timbal (Noviardi dan Damanhuri, 2015). Bunga matahari merupakan
4
hiperakumulator Pb dan diendapkan dalam jaringan daun dan batang (Gratao dkk.,
2005). Tanaman ini merupakan tanaman hias sehingga baik digunakan untuk
membersihkan lahan yang terletak di tepi jalan atau areal perkantoran pada lahan
bekas tambang (Gratao dkk., 2005).
Fitoremediasi dengan tanaman bunga matahari , pencemar tanah berupa
logam berat Pb yang telah terakumulasi dan mengalami penimbunan dalam tanah
akan dimobilisasi, didetoksifikasi atau diakumulasi pada organ tumbuhan
sehingga pencemar tersebut berkurang atau tidak lagi berbahaya bagi lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas serapan logam berat Pb
pada bahan vegetatif tanaman bunga matahari dalam meremediasi logam berat Pb
yang berbeda beda dosis, dimana dosis yang diberikan sangat tinggi dan melewati
batas maksimum Pb dalam tanah yang telah ditetapkan, mulai dari dosis Pb350
ppm, dosis Pb800 ppm, dosis Pb1000 ppm dan dosis Pb4300 ppm dalam tanah.
Manfaat Khusus:
Manfaat Umum:
2.1 Fitoremediasi
Istilah umum fitoremediasi berasal dari bahasa Yunani yaitu phyto
(tumbuhan), yang dilekatkan pada akar bahasa Latin remedium (untuk
memperbaiki atau menghilangkan kejahatan) (Ali et al., 2013). Fitoremediasi
merupakan teknologi alternatif atau pelengkap yang dapat digunakan bersama
dengan atau menggantikan teknologi pembersihan konvensional mekanis yang
seringkali memerlukan input modal tinggi dan padat karya serta energi (Pandey
et al., 2016).
Fitoremediasi ialah teknologi remediasi in-situ yang memanfaatkan
kemampuan yang melekat pada tumbuhan hidup (Manousaki and Kalogerakis,
2011; Wang et al., 2017). Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan hijau
ataupun mikroorganisme yang berasosiasi untuk menyerap, memindahkan,
menurunkan aktivitas unsur toksik, dan mengurangi kandungan senyawa toksik
dalam tanah (Truu et al., 2003). Secara tidak langsung fitoremediasi merupakan
suatu usaha menghilangkan, memindahkan, menstabilkan atau menghancurkan
bahan pencemar baik senyawa organik maupun non organik yang memanfaatkan
tanaman dan dilakukan secara in-situ.
Fitoremediasi ialah istilah luas yg digunakan Sejak tahun 1991 untuk
mendeskripsikan penggunaan tumbuhan untuk mengurangi volume, mobilitas,
atau toksisitas kontaminan dalam tanah, air tanah, atau media terkontaminasi
lainnya (Sood et al., 2012). Fitoremediasi menggunakan tanaman untuk
membersihkan pencemaran pada lingkungan. Tanaman dapat membantu
membersihkan berbagai jenis polusi termasuk logam, pestisida, bahan peledak,
dan minyak. tanaman juga membantu mencegah angin, hujan, dan air tanah
membawa polutan dari lokasi ke area lain (Antoniadis et al., 2017).
Fitoremediasi juga dapat diartikan sebagai pemanfaatan tanaman atau
tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, menghilangkan, menstabilkan atau
menghancurkan bahan pencemar seperti logam berat maupun senyawa organik
lainnya. Pada penelitian fitoremediasi yang dilakukan di lapangan ada beberapa
persyaratan bagi tanaman yang akan digunakan sebagai tanaman hiperakumulator
6
dalam penelitian tersebut. Tidak semua jenis tanaman dapat digunakan karena
tidak semua tanaman dapat melakukan metabolisme, volatilisasi dan akumulasi
semua polutan dengan mekanisme yang sama. Fitoremediasi ialah teknologi in-
situ non-destruktif dan hemat biaya yang dapat digunakan untuk membersihkan
tanah yang terkontaminasi. Potensi teknologi ini di daerah tropis cukup tinggi
karena kondisi iklim yang mendukung pertumbuhan tanaman dan merangsang
kegiatan mikroba (Saier dan Trevors, 2010).
Mekanisme dan efisiensi fitoremediasi bergantung pada jenis kontaminan,
ketersediaan hayati dan sifat tanah (Li et al., 2012). ada beberapa cara tanaman
membersihkan atau memulihkan area yang tercemar. Penyerapan kontaminan di
tanaman terjadi terutama melalui sistem akar, di mana merupakan mekanisme
utama untuk mencegah toksisitas. Sistem akar menyediakan luas permukaan yang
sangat besar yang menyerap dan mengakumulasi air dan nutrisi penting untuk
pertumbuhan bersama dengan kontaminan non-esensial lainnya (Ma et al., 2011).
(Sumber: Google.com)
Gambar 2. Bunga Matahari
10
Logam berat (LB) pada jumlah kecil dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
namun dalam konsentrasi tinggi akan Mengganggu pertumbuhan (Oves dkk.,
2012). pada konsentrasi tinggi, tumbuhan akan mengalami kerusakan akut dengan
tanda-tanda seperti klorosis, perubahan warna, nekrosis serta kematian seluruh
bagian tumbuhan. Disamping perubahan morfologi juga akan terjadi perubahan
kimia, biokimia, fisiologi dan strukur tumbuhan (Oves dkk., 2012).
LB dikelompokkan dalam satu kategori dari 53 unsur yg memiliki massa
jenis spesifik lebih dari 5 g/cm2 , dengan nomor atom 22 hingga 92. Logam berat
11
tanah, tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya
dalam bentuk garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya
berbentuk timbal organik. Timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra
Ethyl Lead (TEL) dan Tetra Methyl Lead (TML). Jenis senyawa ini hampir tidak
larut dalam air, namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik misalnya
dalam lipid. Waktu keberadaan timbal dipengaruhi oleh beberapa faktor 26 seperti
arus angin dan curah hujan. Timbal tidak mengalami penguapan namun dapat
ditemukan di udara sebagai partikel. Karena Timbal merupakan sebuah unsur
maka tidak mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat dihancurkan
(Fardiaz, 2008). Logam timbal juga mudah dimurnikan sehingga banyak
digunakan oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya pertambangan, industri
dan rumah tangga. Pada pertambangan timbal berbentuk senyawa sulfida (PbS).
Pb jarang ditemukan di alam dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk
senyawa dengan molekul lain, misalnya dalam bentuk PbBr2 dan PbCl2 (Gusnita,
2012). Dalam bentuk oksida Pb digunakan sebagai pigmen/zat warna dalam
industri kosmetik dan glace serta industri keramik yang sebagian diantaranya
digunakan dalam peralatan rumah tangga.
Keberadaan Timbal di lingkungan umumnya berasal dari polusi kendaraan
bermotor, tambang timah, pabrik plastik, pabrik cat, percetakan, peleburan timah.
Logam Timbal diperairan merupakan suatu masalah yang perlu mendapat
perhatian khusus, karena logam berat ini dapat berpengaruh buruk terhadap
seluruh organisme. yang ada di perairan dan dapat terakumulasi dalam rantai
makanan (Tangio, 2013).
Penggunaan Timbal terbesar adalah dalam produksi baterai penyimpan
untuk mobil, di mana digunakan metalik dan komponen-komponennya. Elektroda
dari beberapa baterai mengandung struktur inaktif yang disebut grid yang dibuat
dari alloy Timbal yang mengandung 93% Timbal dan 7% antimony. Struktur ini
merupakan penyangga mekanik dari komponen baterai yang aktif dan merupakan
jalur aliran listrik. Bagian yang aktif dari baterai terdiri dari Timbal Dioksida
(PbO2) dan logam Timbal yang terikat pada grid (Kristanto, 2004). Penggunaan
lainnya dari Timbal adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis
kabel, dan solder, bahan kimia, pewarna, dan lain-lainnya. Beberapa produk
13
logam dibuat dari Timbal murni yang diubah menjadi beberapa bentuk, dan
sebagian besar terbuat dari alloy Timbal. Komponen Timbal juga digunakan
sebagai pewarna cat karena kelarutannya di dalam air rendah, dapat berfungsi
sebagai pelindung, dan terdapat dalam berbagai warna, yang sering digunakan
adalah Timbal putih yang mempunyai rumus Pb(OH)2.2PbCO3. Timbal juga
digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut
dengan glaze (Fardiaz, 2008)
Alloway (1995) menyatakan bahwa kelebihan logam berat Pb dalam tanah
bukan hanya meracuni tanaman dan organisme, tetapi dapat berimplikasi pada
pencemaran lingkungan. Batas kritis untuk beberapa kontaminan logam berat
pada tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Batas Kritis Logam Berat pada Tanah, Air dan Tanaman
Logam Berat Tanaha (ppm) Airb (ppm) Tanamanc (ppm)
Pb 100 0,0003 50
Cd 0,5 0,005-0,10 5-30
Co 10 0,4-0,6 15-30
Cr 2,5 0,5-1,0 5-30
Ni 20 0,2-0,5 5-30
Cu 60-125 2-3 20-100
Mn 1500 - -
Zn 70 5-10 100-400
Sumber: Kementerian Kependudukan dan lingkungan Indonesia
a
USDA membuat standar nilai ambang untuk industri yang limbahnya yang akan
dibuang ke lahan pertanian. Ambang batas logam berat yang diterapkan pada
tanah disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 1. Ambang batas Logam Berat yang diterapkan pada tanah (US. EPA 1993)
A. Alat
B. Bahan
Ulangan
Perlakuan
U1 U2 U3
Keterangan :
Pb350 : Tanah tercemar 350 ppm Pb
Pb800 : Tanah tercemar 800 ppm Pb
Pb1000 : Tanah tercemar 1000 ppm Pb
Pb4300 : Tanah tercemar 4300 ppm Pb
tanaman yang dilakukan setiap dua hari sekali, penyiangan tanaman dari gulma
dan pemberian insektisida apabila pada tanaman terdapat serangan hama.
menit sampai dengan uap kuning habis. Destruksi selesai setelah keluar uap putih
dan sisa ekstrak ±0,5 ml, lalu tabung diangkat dan dibiarkan dingin. Setelah
ekstrak telah dingin ekstrak kemudian diencerkan dengan air bebas ion hingga
volume tepat 50 ml dan kocok dengan pengocok tabung hingga homogen lalu
untuk hasil akhir mengukur kandungan logam menggunakan AAS.
Hasil konsentrasi logam Pb pada masing masing bagian tanaman dan tanah
didapatkan dari hasil uji di Laboratorium. Hasil uji dilakukan pada tiga kali
ulangan yang kemudian di rata rata pada setiap perlakuan. Dari setiap perlakuan
dihitung total konsentrasi logam Pb untuk mengetahui konsentrasi logam Pb
dalam tanaman secara keseluruhan pada masing masing perlakuan. Perhitungan
dilakukan pada masing masing bagian tanaman yaitu bagian akar, batang dan
daun. Hasil akumulasi logam Pb pada tanaman pada setiap perlakuan kemudian di
rata rata dari tiga kali pengulangan. Perhitungan akumulasi logam Pb dilakukan
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam Pb yang telah di terakumulasi
dalam tanaman.
𝐶 𝑃𝑏 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
(𝐶𝐴 × 𝐵𝑘𝐴) + (𝐶𝐵𝑃 × 𝐵𝑘𝐵𝑃) + (𝐶𝐵𝑆 × 𝐵𝑘𝐵𝑆) + (𝐶𝐷 × 𝐵𝑘𝐷)
= 𝐵𝑘𝐴 + 𝐵𝑘𝐵𝑃 + 𝐵𝑘𝐵𝑆 + 𝐵𝑘𝐷
Keterangan:
C = Konsentrasi Pb (mg/kg)
Ak. Pb = Akumulasi Pb (mg/tanaman)
CA = Konsentrasi Akar (mg/kg)
CBP = Konsentrasi batang primer (mg/kg)
CBS = Konsentrasi Batang sekunder (mg/kg)
23
𝐵𝐶𝐹 𝐷𝑎𝑢𝑛
𝑇𝐹 = 𝐵𝐶𝐹 𝐴𝑘𝑎𝑟
Kadar konsentrasi NPK dan Pb pada tanah didapatkan dari hasil analisis
Lab Kimia FMIPA Universitas Malang dilakukan konversi menjadi satuan yang
sama (mg/kg) pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil analisa kadar Pb yang
terdapat pada tanah awal dari penelitian ini adalah sebesar 0,00632 mg/kg. Hasil
analisa kadar Pb dalam tanah termasuk dalam kategori rendah. Menurut Alloway
(1995) hasil analisa kadar Pb pada tanah awal dalam batas normal atau batas
toleransi logam berat Pb dalam tanah kurang dari kisaran 2-300 mg/kg. Sementara
kandungan Pb dalam dalam media tanam pada perlakuan penambahan Pb dengan
dosis 350 ppm, 800 ppm, 1000 ppm dan 4300 ppm dikatakan terkontaminasi
karena melebihi batas normal atau batas toleransi logam berat Pb dalam tanah.
26
terdapat dari faktor luar antara lain radiasi matahari, awan, curah hujan, kecepatan
angin dan kelembaban udara. Sedangkan untuk faktor dalam meliputi faktor tanah
yang meliputi struktur tanah, kadar air tanah, kandungan bahan organik, pH tanah
dan warna tanah.
7
6,5
6
5,5 pH Tanah Pb350 ppm
pH Tanah
tanaman mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alaboudi et al., (2018) yang
menyatakan bahwa pada konsentrasi tinggi, tanaman akan mengalami
penghambatan pertumbuhan serta kerusakan pada bagian akar sehingga biomassa
dari tanaman tersebut akan berkurang. Pada konteks bunga matahari, tanaman
yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi logam Pb pada konsentrasi tinggi
menunjukan warna daun yang lebih kuning kecoklatan. Gejala ini terlihat pada
tanaman bunga matahari yang ditanam pada media tanam yang diberi dosis Pb
4300 ppm. Sedangkan, tanaman yang tumbuh pada tanah yang tercemar logam
Pb pada konsentrasi rendah masih terlihat sehat. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian dimana tanaman bunga matahari yang diberi perlakuan dosis Pb 350
ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm masih terlihat sehat hingga akhir remediasi.
Kondisi tanaman bunga matahari yang mengalami klorosis pada remediasi
minggu kedua dapat dilihat pada Gambar 7.
berkurang. Pada konteks bunga matahari, tanaman yang tumbuh pada tanah yang
terkontaminasi logam Pb pada konsentrasi tinggi menunjukan warna daun yang
lebih kuning kecoklatan. Gejala ini terlihat pada tanaman bunga matahari yang
ditanam pada media tanam yang diberi dosis Pb 4300 ppm.
Analisis konsentrasi logam berat menunjukkan bahwa semakin tinggi
dosis pencemar yang diberikan maka semakin besar pula konsentrasi Pb dalam
tanaman, Pb dalam Bunga Matahari semakin meningkat dengan seiring dengan
peningkatan dosis Pb. Hasil analisa menunjukkan bahwa penyerapan konsentrasi
Pb pada akar lebih besar daripada konsentrasi Pb pada batang dan Pb daun.
Menurut Kartikasari et al., (2002), konsentrasi Pb dalam akar, cabang dan daun
mengikuti urutan akar >cabang > daun. Hal ini disebabkan karena akar merupakan
organ tanaman yang berinteraksi langsung dengan logam berat yang terdapat
dalam tanah. Menurut Astrini et al., (2014), mobilitas Pb yang rendah disebabkan
oleh kuatnya afinitas pengikatan Pb pada dinding sel akar dan membentuk
endapan dan kristal, sehingga logam tersebut akan banyak tertahan di akar.
Logam Pb diserap oleh rambut akar untuk didepositkan pada dinding sel dalam
konsentrasi yang cukup tinggi. Kadar konsentrasi Pb yang diserap tanaman bunga
matahari dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Konsentrasi Pb pada tanaman
Konsentrasi Pb (mg/kg)
Perlakuan Akar Batang Daun
Pb 350 ppm 0,946185 a 0,13353 a 0,196631 a
Pb 800 ppm 1,459919 b 0,29538 b 0,420164 b
Pb 1000 ppm 1,841585 c 0,34038 c 0,510431 c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda menyatakan berbeda nyata
berdasarkan uji BNT 0,05
logam Pb yang ada pada tanah. Tempat akumulasi tertinggi pada tanaman bunga
matahari terdapat di dalam akar (53,67%), sedangkan pada bagian biji
mengakumulasi sebesar (25,42%), daun (11,01%), batang (5,05%) dan bunga
(4,85%). Konsentrasi Pb bagian akar lebih besar diikuti dengan daun dan terakhir
batang. Logam berat Pb tertahan di akar terlebih dahulu setelah melampaui batas
kemampuan akar mengakumulasi Pb dan kemampuan endodermis akar menahan
logam berat dari akar selanjutnya akan di translokasikan ke bagian yang lain.
Dimana mekanisme ini secara terperinci dijelaskan oleh Hardiani (2009), secara
umum tumbuhan melakukan penyerapan oleh akar, baik yang berasal dari
sedimen maupun air, kemudian terjadi translokasi kebagian tumbuhan yang lain
dan lokalisasi atau penimbunan logam pada jaringan tertentu. Adanya akumulasi
logam pada bagian tumbuhan merupakan usaha lokalisasi yang dilakukan
tumbuhan, dengan mengumpulkan dalam satu organ (Heriyanto dan Endro, 2011).
0,001
0,0009
0,0008
Konsentrasi Pb (mg/kg)
0,0007
0,0006
0,0005
0,0004
0,0003
0,0002
0,0001
0
Pb350 Pb800 Pb1000
Konsentrasi Pb 0,000485297 0,00090866 0,000916087
0,000908 mg/kg dan rata rata konsentrasi Pb pada perlakuan dosis Pb1000 ppm di
dapatkan sebesar 0,000916 mg/kg yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis
pencemar yang diberikan maka semakin besar pula konsentrasi Pb dalam
tanaman, dibuktikan dengan besarnya konsentrasi Pb dalam Tanaman bunga
matahari semakin meningkat seiring dengan peningkatan dosis perlakuan dalam
penelitian. Dalam proses akumulasi logam pada tanaman dipengaruhi juga oleh
beberapa faktor. Menurut Knox et al., (2000), penyerapan logam oleh tumbuhan
ditentukan oleh jenis tumbuhan, konsentrasi logam dalam media dan waktu
kontak/paparan dengan logam. Waktu kontak antara logam dapat mempengaruhi
daya serap tumbuhan. Dimana semakin lama waktu kontak maka penyerapan juga
akan meningkat sampai pada waktu tertentu akan mencapai maksimum dan
setelah itu akan turun kembali (Lelifajri, 2010).
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Li, H. Y., Wei, D. Q., Shen, M., and Zhou, Z. P. (2012). Endophytes and their
role in phytoremediation. Fungal Diversity, 54(1), 11-18.
Ma, Y., Prasad, M. N. V., Rajkumar, M., and Freitas, H. J. B. A. (2011). Plant
growth promoting rhizobacteria and endophytes accelerate
phytoremediation of metalliferous soils. Biotechnology advances, 29(2),
248-258.
Manousaki, E., and Kalogerakis, N. (2011). Halophytes present new opportunities
in phytoremediation of heavy metals and saline soils. Industrial &
Engineering Chemistry Research, 50(2), 656-660.
Maryani, A. T. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama. Universitas Jambi. Jambi
Munir, E. (2006). Pemanfaatan mikroba dalam bioremediasi: suatu teknologi
alternatif untuk pelestarian lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar Tetap dalam Bidang Mikrobiologi FMIPA USU. USU Repository.
Medan.
Murthi S, Bali G, Sarangi S. K. 2014. Effect Of Lead On Growth, Protein
AndBiosorption Capacity Of Bacillus CereusIsolated From Industrial
Effluents. Journal ofEnvironmental Biology. Vol. 35(2): 407-411
Noviardi R dan Tri Padmi Damanhuri. (2015). Penyerapan Logam Timbal (Pb)
Pada Tanaman Bunga Matahari. Jurnal Ecolab. 9(2): 104 – 147
Novandri, R., Hayati, R. dan Zahara, T. 2014. Remediasi tanah tercemar logam
timbal (Pb) menggunakan tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L.).
Jurnal Teknik Lingkungan 1(1):1-10.
Pandey, V. C., Bajpai, O., and Singh, N. (2016). Energy crops in sustainable
phytoremediation. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 54, 58–73.
Pranoto, B.S.M. and Budianta, W. 2020. Phytoremediation of heavy metals
contaminated soil in artisanal gold mining at Selogiri, Wonogiri District,
Central Java, Indonesia. Journal of Applied Geology 5(2):64-72.
Rahmayanti, F.D., Arifin, M., Hudaya, R. dan Sandrawati, A. 2018. kelas
kemiringan dan posisi lereng terhadap ketebalan lapisan olah. Jurnal
Agrikultura 29(3):136-143.
Rini, H. Nurdin, H. Suyani dan T.B. Prasetyo. 2007. Perilaku Asam Hidroksi
Benzoat dan Asam P-Kumarat pada Tanah Gambut yang Diberi Fly Ash
serta Kaitannya dengan Unsur Kalsium dan Magnesium. Jurnal Pilar Sains
6(2)ISSN 1412-5595.
Robin, N., R. Hayati dan T. A Zahara. 2015. Remediasi Tanah Tercemar Logam
Timbal (Pb) Menggunakan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus Tricolor
L). Pontianak: Universitas Tanjungpura
Saier, M. H., and Trevors, J. T. (2010). Phytoremediation. Water, Air, and Soil
Pollution, 205(1), 61-63.
Sood, A., Uniyal, P. L., Prasanna, R., and Ahluwalia, A. S. (2012).
Phytoremediation Potential of Aquatic Macrophyte, Azolla. AMBIO, 41(2),
122–137.
Sukarjo, S., Hidayah, A. dan Zulaehah, I. 2018. Pengaruh pupuk terhadap
akumulasi dan translokasi kadmium dan timbal di tanah dan tanaman.
39
LAMPIRAN
= 1678,99 mg Pb(NO3)2
= 1,68g Pb(NO3)2
= 3837,68 mg Pb(NO3)2
= 3,84g Pb(NO3)2
= 4797,10 mg Pb(NO3)2
= 4,80g Pb(NO3)2
= 12900 x 331
207
= 20627,54 mg Pb(NO3)2
= 20,63g Pb(NO3)2
41
N = 0,26%
= 0,26 x 10000
= 2600 mg/kg
P = 85,70 mg/kg
K = 0,85 me/100g
= 0,85 x 390,5
= 331,93 mg/kg
Pb = 0,00632 mg/kg
42
Pengukuran pH tanah
Hari pH tanah
Pb350ppm Pb800 ppm Pb1000 ppm Pb4300ppm
2-Mei-2022 5,6 5 4,9 4,5
3-Mei-2022 6,5 5 4,5 4
4-Mei-2022 6 5,6 5 4,5
5-Mei-2022 6,5 5,3 4,9 3,5
6-Mei-2022 5,7 5 4,6 3,5
7-Mei-2022 5,6 5 4,5 3,6
8-Mei-2022 6,5 4,9 4,5 3,5
9-Mei-2022 5,6 5,5 4,7 4,5
10-Mei-2022 5,8 4,8 4,5 4
11-Mei-2022 5,6 5,5 4,5 3,7
12-Mei-2022 6,3 5,6 5 3,6
13-Mei-2022 5,9 5 4,5 3,5
14-Mei-2022 6,4 5,6 5 4,3
15-Mei-2022 6,5 4,7 4,5 4
16-Mei-2022 5,8 5,6 4,6 3,5
17-Mei-2022 5,6 4,7 4,5 3,2
18-Mei-2022 6 5,6 4,6 3,6
19-Mei-2022 5,7 5,5 5 3,8
20-Mei-2022 6 4,8 4,5 3,6
21-Mei-2022 5,6 4,8 4,5 3,5
22-Mei-2022 6 4,9 4,5 3,6
23-Mei-2022 6 4,6 4 4
24-Mei-2022 5,6 5,5 5 3,5
25-Mei-2022 6,2 4,5 4 4,5
26-Mei-2022 6 5 4,5 4
27-Mei-2022 6,1 4,9 4,5 4,3
28-Mei-2022 5,6 5,5 4,5 3,5
29-Mei-2022 6 5,4 4 3,7
30-Mei-2022 5,9 5,5 5 3,5
31-Mei-2022 6,1 4,6 4 3,8
1-Juni-2022 6 4,5 5,5 3,5
2-Juni-2022 5,8 5 4 3,9
3-Juni-2022 6,5 5,5 4,5 3,7
4-Juni-2022 6 4 4 3,5
43
18- 25 32 25 33 26 30 24 31
Mei-
2022
19- 25 33 26 32 24 31 23 31
Mei-
2022
20- 26 34 25 35 23 33 24 34
Mei-
2022
21- 27 35 25 32 27 31 27 34
Mei-
2022
22- 26 35 26 34 25 34 24 35
Mei-
2022
23- 24 36 23 37 24 35 23 36
Mei-
2022
24- 23 35 25 34 24 33 23 34
Mei-
2022
25- 23 37 25 37 24 37 23 36
Mei-
2022
26- 24 36 24 37 23 35 24 36
Mei-
2022
27- 24 37 25 34 24 35 23 37
Mei-
2022
28- 25 34 26 33 23 34 25 32
Mei-
2022
29- 25 33 26 30 24 29 26 31
Mei-
2022
30- 26 33 25 31 25 28 25 30
Mei-
2022
31- 27 32 26 30 27 32 25 31
Mei-
2022
1- 27 33 27 32 24 30 27 32
Juni-
2022
2- 26 34 25 33 26 34 23 35
Juni-
2022
3- 24 34 25 35 23 35 26 33
Juni-
45
Lampiran 4. Berat basah dan kering tanaman pada akhir penelitian Berat
2 - - -
3 - - -
47
Akar
ulangan
FK 12,28872
JKT 5,333549
JKK 0,005964
JKP 5,307571
JKG 0,020013
ANOVA
f tabel f tabel
SK DB JK KT F Hit 5% 1%
Kelompok 2 0,005964 0,002982 0,894058 5,4133 10,925
perlakuan 3 5,307571 1,76919 530,4036 4,7571 9,78
Galat 6 0,020013 0,003336
Total 11 5,333549
sd t 5%/2 BNT
Pada Batang
Fk 0,178608
Jkt 0,092205
Jkk 0,000414
Jkp 0,091095
Jkg 0,000697
ANOVA
f tabel f tabel
SK DB JK KT F Hit 5% 1%
Total 11 0,092205
49
Sd t5%/2 BNT
0,00508 2,446912 0,01243
Pada Daun
Fk 0,859852
Jkt 0,446421
Jkk 0,001619
Jkp 0,443203
Jkg 0,001599
50
ANOVA
f tabel f tabel
SK DB JK KT F Hit 5% 1%
Total 11 0,446421
sd t5%/2 BNT
Total Pb
FK 3,46972E-06
JKT 1,55617E-06
JKK 2,20291E-08
JKP 1,52145E-06
JKG 1,26928E-08
ANOVA
f tabel f tabel
SK DB JK KT F Hit 5% 1%
Total 11 1,55617
sd 2,1681905
t5%/2 2,446912
bnt 5,3053605
Lampiran 9. Dokumentasi
Pengukuran pH tanah
57