Anda di halaman 1dari 76

EFEKTIVITAS SERAPAN LOGAM BERAT Pb PADA BAHAN

VEGETATIF TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus Annuus L )


DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN Pb DENGAN DOSIS YANG
BERBEDA

Oleh:

ESRA YULIANA MANALU

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

DEPARTEMEN ILMU

TANAH MALANG

2023
EFEKTIVITAS SERAPAN LOGAM BERAT Pb PADA BAHAN
VEGETATIF TANAMAN BUNGA MATAHARI (Helianthus Annuus L )
DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN Pb DENGAN DOSIS YANG
BERBEDA

Oleh

ESRA YULIANA MANALU

185040201111164

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

DEPARTEMEN TANAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana


Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

DEPARTEMEN TANAH

MALANG

2023
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa segala pernyataan dalam skripsi ini merupakan


hasil penelitian saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing. Skripsi ini
tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar di perguruan tinggi manapun dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan
rujukannya dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 02 April 2023

Esra Yuliana Manalu


Skripsi ini kupersembahkan untuk

kedua orang tua tercinta, serta oppung


dan adikku tersayang
i

RINGKASAN

Esra Yuliana Manalu. 185040201111164. Efektivitas Serapan Logam Berat Pb


Pada Bahan Vegetatif Tanaman Bunga Matahari (Helianthus Annuus L)
Dengan Perlakuan Pemberian Pb Dengan Dosis yang Berbeda. Dibawah
Bimbingan Prof. Dr. Ir. Syekhfani. MS. Sebagai Pembimbing Utama.

Logam berat merupakan logam yang memiliki unsur logam yang berat
molekulnya tinggi. Dalam kadar yang rendah, logam berat umumnya telah
beracun bagi tanaman serta hewan dan juga manusia. Logam berat timbal (Pb)
merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan
organisme lainnya. Keberadaan Unsur logam Pb pada tanah akibat dari berbagai
aktivitas manusia menyebabkan terjadinya penimbunan dan peningkatan Pb pada
tanah. Timbal (Pb) dapat bersumber dari hasil pembakaran bahan tambahan Pb
pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb anorganik, limbah
domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Pada penelitian ini
memanfaatkan tanaman hiperakumulator bunga matahari sebagai tindakan
fitoremediasi untuk mengetahui efektivitas serapan logam berat Pb pada tanaman
bunga matahari dalam meremediasi dosis Pb yang bervariasi.
Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
Rancangan Acak Kelompok 1 faktor dengan tiga kali pengulangan. Faktor yang
dimaksud yaitu variasi pemberian pencemar Pb pada tanah yaitu 350 ppm, 800
ppm, 1000 ppm, dan 4300 ppm. Data yang diperoleh dianalisis dengan tabel
ANOVA ( Analysis of Variance) dengan tingkat signifikan nyata (Alpha) sebesar
5%. Apabila terdapat perbedaan beda yang nyata antara perlakuan, maka
dilakukan uji lanjut untuk melihat pengaruh antar perlakuan dengan Uji Beda
Nyata Terkecil ( BNT).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari variasi
pemberian dosis Pb terhadap keefektifan tanaman bunga matahari dalam
meremediasi. Tanaman bunga matahari yang ditanam pada media tanah dengan
perlakuan dosis Pb 350 ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm dari awal remediasi sampai
akhir penelitian masih terlihat sehat, sedangkan tanaman bunga matahari yang
ditanam pada media tanam perlakuan dosis Pb 4300 ppm pada minggu pertama
remediasi tanaman mengalami klorosis, pada konteks bunga matahari tanaman
yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi logam Pb pada konsentrasi tinggi
menunjukan warna daun yang lebih kuning kecoklatan hingga tanaman mati .
Hasil analisis Pb pada tanaman menunjukkan bahwa setiap perlakuan memiliki
konsentrasi Pb berbeda pada setiap bagian tanaman. Konsentrasi logam timbal di
batang dan daun nilainya pada perlakuan 350 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm lebih
kecil. Konsentrasi Pb bagian akar lebih besar diikuti dengan daun dan terakhir
batang.
ii

SUMMARY

Esra Yuliana Manalu. 185040201111164. The Effectiveness of Pb Heavy


Metal Uptake on Vegetative Materials of Sunflower Plants (Helianthus
Annuus L) With Pb Treatment With Different Doses. Under the Guidance of
Prof. Dr. Ir. Syekhfani, MS. As Supervisor.

Heavy metals are metals that have metallic elements with high
molecular weights. In low levels, heavy metals are generally toxic to plants and
animals as well as humans. Heavy metal lead (Pb) is a heavy metal that is harmful
to human health and other organisms. The presence of Pb in the soil as a result of
various human activities causes the accumulation and increase of Pb in the soil.
Lead (Pb) can be sourced from the combustion of Pb additives in motor vehicle
fuels resulting in inorganic Pb emissions, domestic waste, industrial waste, and
agricultural waste. In this study, using sunflower hyperaccumulator plants as a
phytoremediation measure to determine the effectiveness of Pb heavy metal
uptake in sunflower plants in remediating various Pb doses.
The experimental design carried out in this study was a 1-factor
randomized block design method with three repetitions. The factor in question is
the variation in the provision of Pb contaminants to the soil, namely 350 ppm, 800
ppm, 1000 ppm, and 4300 ppm. The data obtained were analyzed using the
ANOVA table (Analysis of Variance) with a significant level of significance
(Alpha) of 5%. If there is a significant difference between the treatments, then
further tests are carried out to see the effect between treatments with the Least
Significant Difference Test (BNT).
The results showed that there was an effect of variations in the dosage of
Pb on the effectiveness of sunflower plants in remediation. Sunflower plants
grown on soil media with treatment at doses of 350 ppm, 800 ppm, and 1000 ppm
from the beginning of remediation until the end of the study still looked healthy,
while sunflower plants grown on planting media were treated with doses of Pb
4300 ppm in the first week of plant remediation. experienced chlorosis, in the
context of sunflower plants growing on soil contaminated with Pb metal at high
concentrations showed a more brownish yellow leaf color until the plant died. The
results of Pb analysis in plants showed that each treatment had different Pb
concentrations in each part of the plant. The concentrations of lead in the stems
and leaves were lower in the 350 ppm, 800 ppm and 1000 ppm treatments. The Pb
concentration in the roots was higher followed by leaves and finally stems.
iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini berjudul “Efektivitas Serapan Logam Berat Pb pada Bahan
Vegetatif Tanaman Bunga Matahari (Helianthus Annuus L) Dengan Perlakuan
Pemberian Timbal Dengan Dosis yang Berbeda”. Penyusunan tugas akhir ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian. Pada
kesempatan kali ini, penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya
kepada:
1. Bapak Syahrul Kurniawan, SP, MP, Ph.D. selaku Ketua Departemen Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya;
2. Bapak Prof.Dr.Ir Syekhfani,Ms selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
membimbing dan memberikan arahan serta motivasi dengan sabar dan tekun
kepada penyusun hingga dapat menyelesaikan Skripsi ini;
3. Bapak Prof.Dr.Ir. Zaenal Kusuma, S.U, Bapak Dr. Kurniawan Sigit Wicaksono,
SP.,M.Sc, Ibu Nina Dwi Lestari, SP., M,Ling selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan petunjuk, masukan, dan bantuannya selama proses penyusunan
Skripsi ini.
4. Orang tua dan keluarga penulis khususnya kepada Bapak, Ibu dan Adik-adik
tercinta yang telah membantu dan memberikan doa, semangat, dorongan serta
motivasi;
5. Ratih, Yemi, Cindy, Meiwani, Ester, Yuli Yanti, Vebita dan Winda Romelia
dan teman teman satu Organisasi Kemhas Malang yang selalu memberikan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini;
6. Teman teman Agroekoteknologi 2018 yang selalu memberikan dukungan moral
dalam proses penyelesaian Skripsi;
7. Segenap pihak yang membantu dalam proses penelitian Skripsi yang saya
lakukan.
Semoga segala bimbingan, dukungan, doa, bantuan, semangat, dorongan
serta motivasi yang telah diberikan dibalaskan oleh Tuhan. Menyadari adanya
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penyusun mengharapkan saran demi
lebih baiknya Skripsi ini. Harapan penyususn semoga Skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penyusun maupun semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 02 April 2023

Esra Yuliana Manalu


iv

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama lengkap Esra Yuliana Manalu dilahirkan di Pakkat


pada tanggal 20 Februari 2000 sebagai putri dari ayah yang bernama Jonson
Manalu dan ibu Megawati Silitonga. Penulis menempuh pendidikan di SDN
173473 Sihorbo Tanjung pada tahun 2006 dan selesai tahun 2012. Pada tahun
2012 sampai 2015 penulis melanjutkan pendidikan di SMP N 4 Pakkat. Pada
tahun 2015 sampai 2018 penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 1 Pakkat.
Semasa Sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas, penulis aktif
dalam keorganisasian sekolah berupa organisasi OSIS.
Pada tahun 2018 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Strata-1 Program
Studi Agroekoteknologi melalui jalur SNMPTN dan pada tahun 2020 terdaftar
sebagai mahasiswa minat Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya, Malang. Pada masa pendidikannya penulis aktif sebagai
asisten praktikum, diantaranya yaitu asisten praktikum dan tutorial ekologi
pertanian.
v

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN...........................................................................................................i
SUMMARY.............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL..................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ix
I. PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................4
1.4 Hipotesis Penelitian........................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
2.1 Fitoremediasi..................................................................................................5
2.2 Mekanisme Fitoremediasi..............................................................................6
2.3 Tanaman Hiperakumulator.............................................................................8
2.4 Klasifikasi Bunga Matahari............................................................................9
2.5 Logam Berat Timbal (PB)............................................................................10
III. METODE PENELITIAN.................................................................................16
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................16
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................16
3.3 Rancangan Penelitian...................................................................................18
3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian..................................................................19
3.4.1 Persiapan Tanah dan Tanaman..............................................................19
3.4.2 Pemberian Pb pada tanah.......................................................................20
3.4.3 Penanaman Bunga Matahari..................................................................20
3.4.4 Pengamatan dan Pemeliharaan..............................................................20
vi
3.4.5 Pengambilan Sampel Tanah dan Tanaman............................................21
3.4.6 Analisa Sampel......................................................................................21
3.5 Analisa Data.................................................................................................23
3.6 Diagram Alir Penelitian................................................................................24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................17
4.1 Karakteristik Media Tanam Tanah...............................................................17
4.2 Kondisi Lingkungan Selama Penelitian.......................................................26
4.3 Konsentrasi Timbal (Pb) dalam Tanaman....................................................29
4.4 Faktor Biokonsentrasi dan Faktor Translokasi.............................................33
V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................26
5.1 Kesimpulan...................................................................................................26
5.2 Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36
LAMPIRAN...........................................................................................................40
vii

DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

Teks

1. Kisaran Logam Berat sebagai Pencemar dalam Tanah......................................11


2. Batas Kritis Logam Berat pada Tanah, Air dan Tanaman.................................13
3. Ambang batas Logam Berat yang diterapkan pada tanah (US. EPA 1993).....15
4. Alat dan Bahan...................................................................................................17
5. Perlakuan dengan Rancangan Acak Kelompok 1 Faktor...................................19
6. Karakteristik Media Tanam...............................................................................17
7. Konsentrasi Pb pada tanaman............................................................................31
8. Faktor Biokonsentrasi dan Faktor Translokasi..................................................33
viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

Gambar 1. Mekanisme Fitoremediasi Menyerap polutan........................................8


Gambar 2. Bunga Matahari......................................................................................9
Gambar 3. Lokasi Penelitian..................................................................................16
Gambar 4. Diagram Tahapan Penelitian................................................................24
Gambar 5. Distribusi Suhu Tanah Selama Penelitian............................................26
Gambar 6. Distribusi pH Tanah selama Penelitian................................................28
Gambar 7. Kondisi tanaman bunga matahari pada remediasi Minggu kedua.......30
Gambar 8. Konsentrasi Pb tanaman pada akhir penelitian....................................32
ix

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman

Teks

1. Perhitungan Penambahan Konsentrasi Pb......................................................40


2. Konversi Satuan Hasil Pengujian Media Tanam............................................41
3. Hasil pengukuran suhu tanah dan pH tanah...................................................42
4. Berat basah dan kering tanaman pada akhir penelitian....................................445
5. Kandungan Pb pada Tanaman (mg/kg)..............................................................46
6. Pengujian Anova Konsentrasi Pb setelah Perlakuan..........................................47
7. Hasil Pengujian Kandungan Pb pada tanaman akhir penelitian........................52
8. Hasil Pengujian Kandungan NPK dan Pb pada Media Tanam..........................55
9. Dokumentasi......................................................................................................56
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran tanah yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam beberapa
dekade terakhir telah menjadi persoalan yang serius bagi lingkungan dan juga
bagi kesehatan. Pencemaran tanah bisa disebabkan dari aktivitas dari manusia
yang menyebabkan keberadaan unsur logam pada tanah seperti penggunaan bahan
agrokimia (pupuk, pestisida dan fungisida), polusi (asap kendaraan bermotor),
penggunaan bahan bakar minyak, pupuk organik, buangan limbah rumah tangga,
industri dan pertambangan yang apabila tidak dikelola dengan baik serta
bertanggung jawab akan memberikan pengaruh negatif pada lingkungan seperti
terjadinya kontaminasi logam-logam pada tanah dan tumbuh - tumbuhan
(Alloway dan Ayres, 1997).
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah,
maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan dapat berakhir pada tanah dan
akhirnya dapat terangkut pada jaringan tanaman yang sebagian dikonsumsi oleh
manusia ataupun hewan. Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan
baku logam bisa berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran yang
melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian dan meresahkan masyarakat
yang tinggal disekitar daerah perindustrian maupun masyarakat pengguna produk
industri tersebut. Hal itu terjadi karena sangat besarnya resiko terpapar logam
berat maupun logam transisi yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi
tertentu. Zat beracun tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air, tanah dan udara diatasnya. (Widowati et
al., 2008).
Undang undang Nomor 32 Tahun 2009 menegaskan pencemaran lingkungan
hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidupn yang telah ditetapkan. Pencemaran
tanah merupakan keadaan dimana adanya berbagai bahan substansi kimia yang
masuk kedalam lapisan tanah sehingga mengubah struktur dan lingkungan di
dalam tanah. Dampak pencemaran tanah terhadap lingkungan bisa
mengakibatkan kerusakan ekosistem. Beberapa dampak lingkungan yang
2

disebabkan oleh pencemaran tanah adalah hilangnya keanekaragaman biologi,


menurunkan kesuburan tanah, hilangnya biota tanah yang bisa mengakibatkan
tanah menjadi tidak subur seperti sedia kala, perubahan struktur tanah bila ada
polutan yang mematikan komponen penting pada tanah dan paparan polutan
berbahaya yang bisa mematikan sejumlah jenis tanaman dan hewan dan sebagai
akibatnya terjadi kelangkaan spesies.
Logam berat merupakan logam yang memiliki unsur logam yang berat
molekulnya tinggi. Dalam kadar yang rendah, logam berat umumnya telah
beracun bagi tanaman serta hewan dan juga manusia. Ada beberapa jenis logam
berat yang menimbulkan pencemaran pada lingkungan yaitu Mercuri (Hg),
Khrom (Cr), Kadmium (Cd), Timbal (Pb) serta Arsen (Ar) yang lebih dikenal
dengan nama plumbum atau timah ( Asmadi dan Suharno,2012). Logam berat
sangat sulit terdegradasi di alam dan sangat mudah berikatan dengan molekul lain
yang bisa menghambat atau merusak fungsi suatu enzim atau logam esensial
lainnya. Peningkatan konsentrasi logam berat di lingkungan dapat menimbulkan
efek yang cukup serius terhadap seluruh bentuk kehidupan. Bagi manusia gejala
toksisitas logam berat dapat berupa kerusakan jantung, hati, kanker, kelainan dan
kerusakan sistem syaraf. Bagi tanaman keracunan logam dapat menyebabkan
memendeknya akar, gugurnya daun, klorosis dan kekurangan nutrisi ( Munir,
2006).
Salah satu logam berat yang dapat mencemari tanah yang dibahas dalam
penelitian ini adalah Pb atau timbal. Timbal merupakan logam yang sangat rendah
daya larutnya, bersifat pasif , dan mempunyai daya translokasi yang rendah mulai
dari akar sampai organ tumbuhan lainnya (Darmono, 1995). Limbah logam berat
Pb tersebut akan masuk kedalam tanah, sehingga cemaran yang dihasilkan dari
berbagai aktivitas manusia dapat meningkatkan kandungan Pb pada tanah. Logam
berat timbal merupakan salah satu logam berat yang berbahaya bagi kesehatan
manusia dan organisme lainnya. Logam berat dalam tanah dapat terakumulasi
dalam tanaman dan hal ini dapat mengganggu kesehatan manusia jika dikonsumsi
(Hardiani, 2009). Logam Timbal (Pb) merupakan jenis logam dengan sifat mudah
dimurnikan dari pertambangan dan pengolahan bijih dengan karakteristik warna
abu-abu kebiruan yang mengkilat (Murthy et al., 2014).
3

Logam Pb banyak dideteksi pada tumbuhan air yang secara langsung maupun
tidak langsung rentan terhadap pencemaran pada sebuah perairan. Limbah yang
dihasilkan oleh masyarakat di sekitar sungai seperti limbah rumah tangga juga
industri pabrik dapat menyebabkan masuknya logam Pb ke dalam perairan.
sehingga bisa mengakibatkan pengendapan di dalam sedimen perairan.
Pengendapan tersebut bisa meningkat seiiring dengan berjalannya waktu dan
banyaknya kadar logam berat yang terdapat pada pasokan limbah yang dibuang ke
perairan tersebut. Logam berat kemudian akan terakumulasi oleh air serta
makhluk hidup lainnya, salah satunya yaitu tumbuhan. Tumbuhan mampu
menyerap logam berat dari akar (Irwan dkk., 2008). Alloway (1995) menyatakan
bahwa kelebihan logam berat Pb dalam tanah bukan hanya meracuni tanaman dan
organisme, tetapi dapat berimplikasi pada pencemaran lingkungan.
Menurut Prasasti et al., (2006), timbal (Pb) dapat bersumber dari hasil
pembakaran bahan tambahan Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor
menghasilkan emisi Pb anorganik. Selain itu Pb juga dapat berasal dari limbah
domestik, limbah industri, dan limbah pertanian. Limbah domestik berasal dari
daerah pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain lain.
Limbah pertanian yang bisa menghasilkan Pb berasal dari sisa sisa pupuk sintetik
untuk menyuburkan tanah/tanaman, misalnya pupuk urea, pestisida pemberantas
hama tanaman. Limbah industri yang dapat menghasilkan Pb dan dapat
mencemari tanah berasal dari daerah pabrik, manufaktur, industri kecil dan
industri perumahan. Keberadaan Unsur logam Pb pada tanah akibat dari berbagai
aktivitas manusia tersebut menyebabkan terjadinya penimbunan dan peningkatan
Pb pada tanah. Kelebihan Logam berat Pb pada tanah dapat bersifat racun pada
manusia, hewan, tumbuhan dan juga pada lingkungan.
Pada penelitian ini tanaman bunga matahari digunakan sebagai tanaman
fitoremediasi yang dimanfaatkan untuk meremediasi tanah yang tercemar dengan
berbagai variasi dosis logam Pb. Bunga matahari adalah tanaman cepat tumbuh
dengan produksi biomassa yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan buat
fitoremediasi (penyerapan) logam logam beracun di tanah yang terkontaminasi.
Bunga matahari adalah tumbuhan yang bisa dimanfaatkan untuk remediasi logam
timbal (Noviardi dan Damanhuri, 2015). Bunga matahari merupakan
4

hiperakumulator Pb dan diendapkan dalam jaringan daun dan batang (Gratao dkk.,
2005). Tanaman ini merupakan tanaman hias sehingga baik digunakan untuk
membersihkan lahan yang terletak di tepi jalan atau areal perkantoran pada lahan
bekas tambang (Gratao dkk., 2005).
Fitoremediasi dengan tanaman bunga matahari , pencemar tanah berupa
logam berat Pb yang telah terakumulasi dan mengalami penimbunan dalam tanah
akan dimobilisasi, didetoksifikasi atau diakumulasi pada organ tumbuhan
sehingga pencemar tersebut berkurang atau tidak lagi berbahaya bagi lingkungan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas serapan logam berat Pb
pada bahan vegetatif tanaman bunga matahari dalam meremediasi logam berat Pb
yang berbeda beda dosis, dimana dosis yang diberikan sangat tinggi dan melewati
batas maksimum Pb dalam tanah yang telah ditetapkan, mulai dari dosis Pb350
ppm, dosis Pb800 ppm, dosis Pb1000 ppm dan dosis Pb4300 ppm dalam tanah.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana efektivitas
tanaman bunga matahari sebagai tanaman hiperakumulator dalam meremediasi
tanah tercemar logam berat Pb dengan dosis Pb yang sangat tinggi dan melewati
batas maksimum yang telah ditetapkan dalam tanah.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang ada, tujuan yang dicapai dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari bahan vegetatif tanaman
bunga matahari dalam menyerap berbagai variasi dosis logam berat Pb yang
diberikan, mulai dari dosis Pb yang rendah dengan dosis 350 ppm, dosis Pb800
ppm, dosis Pb1000 ppm dan dosis Pb4300 ppm yang merupakan dosis yang sangat
tinggi melewati batas maksimum yang ditetapkan.

1.4 Hipotesis Penelitian


Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan dari dosis
Pb menurunkan kemampuan bunga matahari dalam menyerap Pb.
5

1.5 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

Manfaat Khusus:

1) Memberikan pengetahuan tentang bagaimana efektivitas tanaman bunga


matahari dalam menyerap logam berat Pb yang berbahaya dengan dosis
tinggi yang melewati batas maksimum yang telah ditetapkan.
2) Sebagai salah satu cara dalam mengatasi pencemaran logam Pb pada tanah
dapat dilakukan dengan teknik fitoremediasi.

Manfaat Umum:

1) Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam


pengolahan tanah yang tercemar logam berat Pb yang overdosis.
2) Bagi Masyarakat, sebagai sumber informasi bagi masyarakat bahwa
tanaman bunga matahari dapat digunakan untuk meremediasi tanah yang
tercemar logam berat yang berbahaya.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fitoremediasi
Istilah umum fitoremediasi berasal dari bahasa Yunani yaitu phyto
(tumbuhan), yang dilekatkan pada akar bahasa Latin remedium (untuk
memperbaiki atau menghilangkan kejahatan) (Ali et al., 2013). Fitoremediasi
merupakan teknologi alternatif atau pelengkap yang dapat digunakan bersama
dengan atau menggantikan teknologi pembersihan konvensional mekanis yang
seringkali memerlukan input modal tinggi dan padat karya serta energi (Pandey
et al., 2016).
Fitoremediasi ialah teknologi remediasi in-situ yang memanfaatkan
kemampuan yang melekat pada tumbuhan hidup (Manousaki and Kalogerakis,
2011; Wang et al., 2017). Fitoremediasi adalah pemanfaatan tumbuhan hijau
ataupun mikroorganisme yang berasosiasi untuk menyerap, memindahkan,
menurunkan aktivitas unsur toksik, dan mengurangi kandungan senyawa toksik
dalam tanah (Truu et al., 2003). Secara tidak langsung fitoremediasi merupakan
suatu usaha menghilangkan, memindahkan, menstabilkan atau menghancurkan
bahan pencemar baik senyawa organik maupun non organik yang memanfaatkan
tanaman dan dilakukan secara in-situ.
Fitoremediasi ialah istilah luas yg digunakan Sejak tahun 1991 untuk
mendeskripsikan penggunaan tumbuhan untuk mengurangi volume, mobilitas,
atau toksisitas kontaminan dalam tanah, air tanah, atau media terkontaminasi
lainnya (Sood et al., 2012). Fitoremediasi menggunakan tanaman untuk
membersihkan pencemaran pada lingkungan. Tanaman dapat membantu
membersihkan berbagai jenis polusi termasuk logam, pestisida, bahan peledak,
dan minyak. tanaman juga membantu mencegah angin, hujan, dan air tanah
membawa polutan dari lokasi ke area lain (Antoniadis et al., 2017).
Fitoremediasi juga dapat diartikan sebagai pemanfaatan tanaman atau
tumbuhan untuk menyerap, mendegradasi, menghilangkan, menstabilkan atau
menghancurkan bahan pencemar seperti logam berat maupun senyawa organik
lainnya. Pada penelitian fitoremediasi yang dilakukan di lapangan ada beberapa
persyaratan bagi tanaman yang akan digunakan sebagai tanaman hiperakumulator
6

dalam penelitian tersebut. Tidak semua jenis tanaman dapat digunakan karena
tidak semua tanaman dapat melakukan metabolisme, volatilisasi dan akumulasi
semua polutan dengan mekanisme yang sama. Fitoremediasi ialah teknologi in-
situ non-destruktif dan hemat biaya yang dapat digunakan untuk membersihkan
tanah yang terkontaminasi. Potensi teknologi ini di daerah tropis cukup tinggi
karena kondisi iklim yang mendukung pertumbuhan tanaman dan merangsang
kegiatan mikroba (Saier dan Trevors, 2010).
Mekanisme dan efisiensi fitoremediasi bergantung pada jenis kontaminan,
ketersediaan hayati dan sifat tanah (Li et al., 2012). ada beberapa cara tanaman
membersihkan atau memulihkan area yang tercemar. Penyerapan kontaminan di
tanaman terjadi terutama melalui sistem akar, di mana merupakan mekanisme
utama untuk mencegah toksisitas. Sistem akar menyediakan luas permukaan yang
sangat besar yang menyerap dan mengakumulasi air dan nutrisi penting untuk
pertumbuhan bersama dengan kontaminan non-esensial lainnya (Ma et al., 2011).

2.2 Mekanisme Fitoremediasi


Berdasarkan mekanisme tanaman, Fahruddin (2012) menyatakan bahwa
dalam meremediasi logam berat maupun senyawa organik pencemar lainnya dapat
dibagi menjadi beberapa proses yaitu:
1. Fitoekstraksi
Fitoekstraksi merupakan serapan dan translokasi logam berbahaya didalam
tanah oleh akar tanaman. Fitoekstraksi terutama digunakan untuk treatment tanah
yang terkontaminasi (Glick, 2010). Untuk menghilangkan kontaminasi dari tanah,
pendekatan ini menggunakan tanaman untuk menyerap, memusatkan, dan
mengendapkan logam beracun dari tanah yang terkontaminasi ke dalam biomassa
di atas tanah (pucuk, daun, dan anggota tumbuhan lainnya.)
2. Rizofiltrasi
Rizofiltrasi terutama digunakan untuk memulihkan air tanah yang
diekstraksi, air permukaan, dan air limbah dengan konsentrasi kontaminan rendah.
Metode ini merupakan metode adsorpsi atau pengendapan ke akar tanaman atau
penyerapan kontaminan dalam larutan yang mengelilingi zona akar (Wang et al.,
2017). Rhizofiltrasi biasanya dieksploitasi di air tanah (baik in situ atau
diekstraksi), air permukaan, atau air limbah untuk menghilangkan logam atau
7

senyawa anorganik lainnya (Vamerali et al., 2010). Rhizofiltrasi dapat digunakan


untuk Pb, Cd, Cu, Ni, Zn, dan Cr, yang tertahan di dalam akar (Vamerali et al.,
2010).
3. Fitovolatilisasi
Fitovolatilisasi melibatkan penggunaan tanaman untuk mengambil
kontaminan dari tanah, mengubahnya menjadi bentuk yang mudah menguap dan
memindahkannya ke atmosfer (Saier and Trevors, 2010). Fitovolatilisasi juga
melibatkan kontaminan yang dibawa ke dalam tubuh tumbuhan, tetapi kemudian
kontaminan yang memiliki bentuk yang mudah menguap, atau produk degradasi
yang mudah menguap diangkut dengan uap air dari daun (Wang et al., 2017).
4. Fitodegradasi
Fitodegradasi merupakan usaha merubah atau memetabolisme bahan
pencemar dalam jaringan. Dehalogenase merupakan salah satu contoh dalam
mekanisme ini dimana merombak senyawa bergugus oksigenase atau halogen
dalam perombakan senyawa aromatik.
5. Fitostabilisasi
Fitostabilisasi adalah suatu fenomena menstabilkan tanah yang tercemar
dengan memproduksi senyawa kimia tertentu.
6. Fitotransformasi
Fitotrasformasi merupakan perubahan senyawa yang beracun menjadi
senyawa yang lebih sederhana seperti karbon dioksida, air dan metan sebagai
bentuk bahan yang tidak beracun. Tanaman akan merombak bahan organik
dengan menggunakan air sebagai bahan bakarnya. Berikut merupakan gambaran
dari penjelasan mekanisme fitoremediasi Gambar 1.
8

(Sumber: Tangahu et.al, 2011)


Gambar 1. Mekanisme Fitoremediasi Menyerap polutan
Keuntungan dari teknik fitoremediasi ini adalah dapat bekerja pada
senyawa organik dan anorganik, prosesnya dapat dilakukan secara insitu dan
eksitu, mudah diterapkan dan tidak memerlukan biaya yang tinggi, teknologi yang
ramah lingkungan dan bersifat estetik bagi lingkungan, serta dapat meremediasi
kontaminan yang berbahaya dalam jumlah yang besar. Sedangkan kerugian dari
fitoremediasi ini adalah prosesnya memerlukan waktu yang lama, bergantung
pada keadaan iklim, dapat menyebabkan terjadinya penimbunan logam berat pada
jaringan dan biomasa tumbuhan atau tanaman, dan juga dapat mempengaruhi
ekosistem sehingga terjadi ketidakseimbangan rantai makanan pada ekosistem
( Caroline Jenny dan Moa Guido Arron, 2015) .

2.3 Tanaman Hiperakumulator

Hiperakumulator adalah tanaman yang dapat menyerap logam berat


berbahaya sekitar 1% dari berat keringnya. Semua tumbuhan memiliki
kemampuan dalam menyrap logam berat tetapi dalam jumlah yang berbeda.
Sejumlah tumbuhan dari banyak famili memiliki sifat hipertoleran, yaitu mampu
meremediasi logam berat berbahaya dengan konsentrasi tinggi dan
mengakumulasikannya pada jaringan akar dan tajuknya, sehingga bersifat
hiperakumulator. Sifat hiperakumulator berarti dapat mengakumulasi unsur logam
tertentu dengan konsentrasi tinggi pada tajuknya dan dapat digunakan untuk
tujuan fitoekstraksi. Dalam fitoekstraksi, untuk menghilangkan kontaminasi dari
9

tanah, pendekatan ini menggunakan tanaman untuk menyerap, memusatkan, dan


mengendapkan logam beracun dari tanah yang terkontaminasi ke dalam biomassa
di atas tanah (pucuk, daun, dan anggota tumbuhan lainnya) dan dibuang pada saat
tanaman panen (Fahruddin, 2012).
Ciri ciri tumbuhan hiperakumulator adalah: (i) Tahan terhadap unsur
logam dalam konsentrasi tinggi pada jaringan akar dan tajuk; (ii) Tingkat laju
penyerapan unsur dari tanah lebih tinggi dibanding tumbuhan lain; (iii) Memiliki
kemampuan mentranslokasi dan mengakumulasi dari akar ke tajuk dengan laju
yang tinggi; (iv) Memiliki potensi produksi biomassa yang tinggi (Reeves, 1992).

2.4 Klasifikasi Bunga Matahari

Bunga matahari merupakan tanaman cepat tumbuh dengan produksi


biomasa yang tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk fitoremediasi
(penyerapan) logam- logam beracun pada tanah yang terkontaminasi. Bunga
matahari merupakan tanaman yang dapat di manfaatkan untuk remediasi logam
timbal (Pb) pada limbah batubara (Noviardi dan Damanhuri, 2015).
Bunga matahari merupakan tanaman asli Amerika Utara yang berasal dari
negara bagian Kansas dan tumbuh liar di kawasan Amerika Serikat (Cobia,1978).
Menurut Putri (2016) dalam taksonomi tumbuhan, kalsifikasi bunga matahari
yaitu, Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo:
Asterales, Famili: Asteraceae, Genus: Helianthus, Spesies: Helianthus annus L.
Bentuk fisik tanaman bunga matahari dapat dilihat pada Gambar 2.

(Sumber: Google.com)
Gambar 2. Bunga Matahari
10

Helianthus annuus merupakan tumbuhan tropika, mempunyai suhu udara


antara 20-30°C kelembaban udara (RH) antara 50-80%, curah hujan antara 1000-
3000mm / tahun dan merata sepanjang tahun. Tanah yang ideal untuk tumbuh
adalah tanah pasir atau lempung berpasir dengan tekstur gembur, mempunyai pH
6,5-7,5 dan system drainasenya baik. Helianthus annuus termasuk tanaman
berhari panjang (long day plant) karena membutuhkan intensitas cahaya matahari
yang tinggi dan cukup lama sehingga lokasi penanaman harus di tempat terbuka
atau cukup mendapatkan sinar matahari kebutuhan sinar matahari rata-rata lebih
dari 10 jam perhari.
Bunga matahari merupakan hiperakumulator Pb dan diendapkan dalam
jaringan daun dan batang (Gratao dkk., 2005). Tanaman ini merupakan tanaman
hias sehingga baik digunakan untuk membersihkan lahan yang terletak di tepi
jalan atau areal perkantoran pada lahan bekas tambang (Gratao dkk., 2005).
Menurut Amaliyah (2011), tanaman bunga matahari mampu mereduksi
logam Pb yang ada pada tanah. Tempat akumulasi tertinggi pada tanaman bunga
matahari terdapat di dalam akar (53,67%), sedangkan pada bagian biji
mengakumulasi sebesar (25,42%), daun (11,01%), batang (5,05%) dan bunga
(4,85%). Tanaman bunga matahari menyerap Pb optimal pada umur 10 minggu
(14,60%) dan akumulasi Pb tertinggi pada umur 12 minggu (73%). Total Pb yang
diserap oleh tanaman bunga matahari selama 12 minggu sebesar 331,50 ppm
dengan serapan Pb rata rata 66,30%. Tanaman bunga matahari digolongkan ke
dalam tanaman hiperakumulator ditinjau dari kemampuan tanaman
mengakumulasi Pb di dalam daun lebih dari 0,1% yakni sebesar 0,18%.

2.5 Logam Berat Timbal (PB)

Logam berat (LB) pada jumlah kecil dapat dimanfaatkan oleh tanaman,
namun dalam konsentrasi tinggi akan Mengganggu pertumbuhan (Oves dkk.,
2012). pada konsentrasi tinggi, tumbuhan akan mengalami kerusakan akut dengan
tanda-tanda seperti klorosis, perubahan warna, nekrosis serta kematian seluruh
bagian tumbuhan. Disamping perubahan morfologi juga akan terjadi perubahan
kimia, biokimia, fisiologi dan strukur tumbuhan (Oves dkk., 2012).
LB dikelompokkan dalam satu kategori dari 53 unsur yg memiliki massa
jenis spesifik lebih dari 5 g/cm2 , dengan nomor atom 22 hingga 92. Logam berat
11

dianggap berbahaya bagi kesehatan Bila terakumulasi secara berlebihan di dalam


tubuh (Oves dkk., 2012), beberapa diantaranya bersifat karsinogenik
(menstimulasi pembentukan kanker). Beberapa kasus di dunia, bahkan Indonesia
sebagian besar diakibatkan oleh pencemaran lingkungan dari limbah industri,
baik pertambangan kadar logam berat maupun pertanian. Toksisitas kadar logam
berat di lingkungan telah meningkat secara drastis sebagai akibat dari aktivitas
manusia (Adewole dkk., 2010).
Menurut Palar (2004), logam berat masih termasuk golongan logam
dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya
terletak dari dampak yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau
masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Secara umum karakteristik logam berat
diantaranya memiliki berat jenis lebih dari 5 gr/cm3, memiliki nomor atom 22-34
dan 40-50 serta unsur-unsur lantanida dan aktinida, mempunyai respon biokimia
khas (spesifik) pada organisme hidup. Pada Tabel 1 dapat dilihat kisaran logam
berat sebagai pencemar dalam tanah dan tanaman.
Tabel 1. Kisaran Logam Berat sebagai Pencemar dalam Tanah

Kisaran Kadar Logam Berat (ppm)


Unsur Tanah Tanaman
As 0,1-40 0,1-5
B 2-100 30-75
F 30-300 2-20
Cd 0,1-7 0,2-0,8
Mn 100-4000 15-200
Ni 10-1000 1
Zn 10-300 15-200
Cu 2-100 4-15
Pb 2-200 0,1-10
Sumber: Barchia (2009)

Pb termasuk dalam kelompok logam berat golongan IVA dalam sistem


periodik unsur kimia. Timbal atau timah hitam adalah sejenis logam lunak
berwarna cokelat dengan nomor atom 82, berat atom 207,19, titik leleh 327,5 ºC,
titik didih 1725 ºC dan berat jenis 11,4 gr/mL. Timbal termasuk logam berat
”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air.
Timbal adalah sebuah unsur yang biasanya ditemukan di dalam batu - batuan,
12

tanah, tumbuhan dan hewan. Timbal 95% bersifat anorganik dan pada umumnya
dalam bentuk garam anorganik yang umumnya kurang larut dalam air. Selebihnya
berbentuk timbal organik. Timbal organik ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra
Ethyl Lead (TEL) dan Tetra Methyl Lead (TML). Jenis senyawa ini hampir tidak
larut dalam air, namun dapat dengan mudah larut dalam pelarut organik misalnya
dalam lipid. Waktu keberadaan timbal dipengaruhi oleh beberapa faktor 26 seperti
arus angin dan curah hujan. Timbal tidak mengalami penguapan namun dapat
ditemukan di udara sebagai partikel. Karena Timbal merupakan sebuah unsur
maka tidak mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat dihancurkan
(Fardiaz, 2008). Logam timbal juga mudah dimurnikan sehingga banyak
digunakan oleh manusia pada berbagai kegiatan misalnya pertambangan, industri
dan rumah tangga. Pada pertambangan timbal berbentuk senyawa sulfida (PbS).
Pb jarang ditemukan di alam dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk
senyawa dengan molekul lain, misalnya dalam bentuk PbBr2 dan PbCl2 (Gusnita,
2012). Dalam bentuk oksida Pb digunakan sebagai pigmen/zat warna dalam
industri kosmetik dan glace serta industri keramik yang sebagian diantaranya
digunakan dalam peralatan rumah tangga.
Keberadaan Timbal di lingkungan umumnya berasal dari polusi kendaraan
bermotor, tambang timah, pabrik plastik, pabrik cat, percetakan, peleburan timah.
Logam Timbal diperairan merupakan suatu masalah yang perlu mendapat
perhatian khusus, karena logam berat ini dapat berpengaruh buruk terhadap
seluruh organisme. yang ada di perairan dan dapat terakumulasi dalam rantai
makanan (Tangio, 2013).
Penggunaan Timbal terbesar adalah dalam produksi baterai penyimpan
untuk mobil, di mana digunakan metalik dan komponen-komponennya. Elektroda
dari beberapa baterai mengandung struktur inaktif yang disebut grid yang dibuat
dari alloy Timbal yang mengandung 93% Timbal dan 7% antimony. Struktur ini
merupakan penyangga mekanik dari komponen baterai yang aktif dan merupakan
jalur aliran listrik. Bagian yang aktif dari baterai terdiri dari Timbal Dioksida
(PbO2) dan logam Timbal yang terikat pada grid (Kristanto, 2004). Penggunaan
lainnya dari Timbal adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis
kabel, dan solder, bahan kimia, pewarna, dan lain-lainnya. Beberapa produk
13

logam dibuat dari Timbal murni yang diubah menjadi beberapa bentuk, dan
sebagian besar terbuat dari alloy Timbal. Komponen Timbal juga digunakan
sebagai pewarna cat karena kelarutannya di dalam air rendah, dapat berfungsi
sebagai pelindung, dan terdapat dalam berbagai warna, yang sering digunakan
adalah Timbal putih yang mempunyai rumus Pb(OH)2.2PbCO3. Timbal juga
digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut
dengan glaze (Fardiaz, 2008)
Alloway (1995) menyatakan bahwa kelebihan logam berat Pb dalam tanah
bukan hanya meracuni tanaman dan organisme, tetapi dapat berimplikasi pada
pencemaran lingkungan. Batas kritis untuk beberapa kontaminan logam berat
pada tanah dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Batas Kritis Logam Berat pada Tanah, Air dan Tanaman
Logam Berat Tanaha (ppm) Airb (ppm) Tanamanc (ppm)
Pb 100 0,0003 50
Cd 0,5 0,005-0,10 5-30
Co 10 0,4-0,6 15-30
Cr 2,5 0,5-1,0 5-30
Ni 20 0,2-0,5 5-30
Cu 60-125 2-3 20-100
Mn 1500 - -
Zn 70 5-10 100-400
Sumber: Kementerian Kependudukan dan lingkungan Indonesia
a

bekerjasama dengan Universitas Dalhouse Canada


b
Pemerintah Republik Indonesia (1990)
c
Alloway dan Ayres (1997)
Timbal dapat masuk ke dalam badan perairan melalui pengkristalan
diudara dengan bantuan air hujan, melalui proses modifikasi dari batuan mineral
akibat hempasan gelombang dan angin. Timbal yang masuk ke dalam badan
perairan merupakan dampak dari aktivitas kehidupan manusia. Diantaranya adalah
air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan penggunaan logam
Timbal (Deri dkk, 2013).
Timbal (Pb) yang diserap oleh tanaman sebagian besar diakumulasi oleh
organ tanaman, yaitu daun, batang, akar dan akar umbi-umbian (bawang merah).
Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah.
Konsentrasi timbal yang tinggi (100- 1000 mg/kg) akan menyebabkan pengaruh
14

toksik pada proses fotosintesis serta pertumbuhan. Timbal hanya mempengaruhi


tumbuhan Bila konsentrasinya tinggi (Anonymous, 1998 dalam Charlena, 2004).
Tumbuhan dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan dan
kandungan bahan organik tanah rendah. Pada keadaan ini logam berat Pb akan
terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah.
Jika logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi
serapan Pb oleh akar tanaman. Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat
yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia serta merupakan unsur logam
berat yang tidak dapat terurai oleh proses alam. Timbal merupakan logam berat
yang sangat beracun, dapat dideteksi secara mudah pada seluruh benda mati di
lingkungan dan seluruh sistem biologis. Sumber utama timbal pada tubuh
manusia berasal dari makanan dan minuman. Komponen ini beracun terhadap
semua aspek kehidupan. Timbal menunjukkan beracun pada sistem saraf,
hemetologik, hemetotoksik dan mempengaruhi kerja ginjal. Rekomendasi dari
WHO, logam berat Pb bisa ditoleransi dalam seminggu dengan dosis 50 mg/kg
berat badan untuk dewasa dan 25 mg/kg berat badan untuk bayi serta anak-anak.
mobilitas timbal di tanah dan tumbuhan cenderung lambat dengan kadar
normalnya di tanaman berkisar 0,53 ppm.
Kadar Pb maksimum pada tumbuhan tidak diperkenankan melebihi batas.
Menurut Heriyanto dan Endro (2011), kadar Pb pada tumbuhan yang masih dapat
ditolerir adalah sekitar 0,1 – 10 ppm bahan kering. Adapun pada penelitian ini
menggunakan kadar Pb sebesar 5 ppm, konsentrasi ini masih dalam rentang
ambang batas tersebut.
Unsur timbal sampai saat ini masih dianggap sebagai bahan pencemar
yang dapat menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan. Jumlah logam Pb
yang ada di dalam tanah yang melebihi standar baku mutu akan menyebabkan
lingkungan tidak dapat melakukan pembersihan sendiri (self purification),
sehingga diperlukan suatu cara pengolahan khusus ( Robin et al.,2015).
Nilai ambang logam berat yang tercemar dalam tanah berbeda pada
masing masing negara. Untuk Indonesia dengan tingkat pelapukan tanah yang
intensif, kemungkinan daya sangga tanah terhadap logam berat lebih rendah
sehingga nilai ambang batasnya akan lebih rendah dari negara industri lain.
15

USDA membuat standar nilai ambang untuk industri yang limbahnya yang akan
dibuang ke lahan pertanian. Ambang batas logam berat yang diterapkan pada
tanah disajikan pada Tabel 3 berikut.
Tabel 1. Ambang batas Logam Berat yang diterapkan pada tanah (US. EPA 1993)

Logam Berat Konsentrasi Maksimum Bahan Pencemar


ppm
Arsenic Cadmium 75
Chromium 85
Copper 3000
Lead 4300
Mercury 420
Molybdenum 840
Nickel 57
Selenium 75
Zinc 100

Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan pencemaran logam


berat yang mencemari lingkungan sangat penting diketahui batas nilai ambang
logam. Nilai ambang batas kisaran logam yang diperbolehkan dalam tanah, dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengingatkan telah terjadi
pencemaran pada tanah, sehingga arahan penanggulangannya dapat ditetapkan.
Hal untuk standarisasi mutu lingkungan, agar lingkungan hidup terjaga terutama
sungai dan lahan pertanian.
III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di rooftop tempat tinggal peneliti yang berlokasi di jl.
Kertosariro No 63, Malang (Gambar 3). Lokasi penelitian berada pada garis
112°61’15” Bujur Timur dan 7°95’77’’ Lintang Selatan. Analisis laboratorium
dilaksanakan di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Malang. Waktu
penelitian dilaksanakan mulai dari bulan April hingga September 2022.

Gambar 3. Lokasi Penelitian


3.2 Alat dan Bahan
Pada setiap penelitian diperlukan alat maupun bahan untuk menunjang
agar proses penelitian berjalan lancar. Alat dan bahan yang digunakan pada saat
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
17

Tabel 4. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan Fungsi

A. Alat

1. Polybag Tempat media tanam

2. Botol penyiram Alat penyiram tanaman

3. Soil tester Mengukur pH tanah dan suhu tanah

4. Gunting Memotong tanaman

5. Masker Pelindung diri

6. Sarung tangan Pelindung diri

7. Wadah Wadah mengeringkan tanah

8. Timbangan digital Mengukur Pb(NO3)2

9. Plastik klip Penyimpanan sampel

10. Kamera Mendokumentasikan kegiatan

11. Spidol putih Penanda Sampel

B. Bahan

1. Tanah Media tanam dan objek penelitian

2. Bibit bunga matahari Tanaman hiperakumulator


pereduksi logam Pb

3. Pb(NO3)2 Pencemar buatan

4. Air Menyiram tanaman


18

3.3 Rancangan Penelitian


Rancangan percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
Rancangan Acak Kelompok 1 faktor dengan tiga kali ulangan. Faktor yang
dimaksud yaitu variasi pemberian pencemar Pb pada tanah yaitu 350 ppm, 800
ppm, 1000 ppm, dan 4300 ppm dengan pengulangan tiga kali sehingga diperoleh
perlakuan yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Parameter utama yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah


konsentrasi logam Pb pada tanah dan tanaman. Sedangkan parameter pendukung
yang dianalisis yaitu derajat keasaman (pH) dan suhu tanah. Data yang diperoleh
akan dianalisis dengan tabel ANOVA (Analysis of Variance) menggunakan
program Microsoft Excel 2013 dengan tingkat signifikan nyata (Alpha) sebesar
5%. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil uji konsentrasi Pb dengan tiga
kali pengulangan, sedangkan variabel bebas yaitu Konsentrasi Pb.

Uji statistik ANOVA ini tujuannya untuk mengetahui pengaruh pemberian


dosis Pb yang bervariasi terhadap kemampuan tanaman bunga matahari sebagai
hiperakumulator. Apabila hasil uji F hitung pada tabel Anova lebih besar dari F
tabel (0,05), maka perlakuan berpengaruh nyata, namun apabila F hitung lebih
kecil dari F tabel (0,05) maka dinyatakan tidak berpengaruh nyata. Apabila
terdapat perbedaan pengaruh yang nyata antara perlakuan, maka dilakukan uji
lanjut untuk melihat pengaruh antar perlakuan dengan Uji Beda Nyata Terkecil
( BNT).
19

Tabel 5. Perlakuan dengan Rancangan Acak Kelompok Sederhana

Ulangan
Perlakuan
U1 U2 U3

Pb350 Pb350U1 Pb350U2 Pb350U3

Pb800 Pb800U1 Pb800U2 Pb800U3

Pb1000 Pb1000U1 Pb1000U2 Pb1000U3

Pb4300 Pb4300U1 Pb4300U2 Pb4300U3

Keterangan :
Pb350 : Tanah tercemar 350 ppm Pb
Pb800 : Tanah tercemar 800 ppm Pb
Pb1000 : Tanah tercemar 1000 ppm Pb
Pb4300 : Tanah tercemar 4300 ppm Pb

3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Tahapan pelaksanaan penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap yang
meliputi tahap persiapan tanah, tahap pemberian Pb pada tanah, tahap penanaman
bunga matahari, tahap pengamatan dan pemeliharaan, tahap pengambilan sampel
dan tahap analisis sampel tanah dan tanaman.

3.4.1 Persiapan Tanah dan Tanaman


Tanah dan kompos dipersiapkan dengan melakukan beberapa tahap yaitu
pengeringan tanah dan kompos, dan penimbangan tanah dan kompos. Kegiatan
pengeringan tanah dan kompos dilakukan di rooftop tempat tinggal peneliti
selama 3 hari dengan bantuan sinar matahari. Kemudian setelah tanah dan kompos
kering kemudian ditimbang sebanyak 3 kg dengan perbandingan komposisi media
tanam yakni 1:2 (1 kg kompos dan 2 kg tanah) dan dimasukkan ke dalam polybag,
dengan jumlah keseluruhan polybag sebanyak 12 buah. Tanaman yang digunakan
pada proses fitoremediasi ini adalah tanaman bunga matahari.
20

3.4.2 Pemberian Pb pada tanah


Tanah yang telah tercemar logam Pb dipersiapkan dengan mencampur
logam Pb yang telah dipersiapkan. Logam Pb yang dicampur pada tanah berupa
padatan. Adapun dosis Pb yang diberikan pada tanah yaitu 350 ppm, 800 ppm,
1000 ppm, 4300 ppm. Logam Pb yang dicampur pada tanah berupa padatan untuk
dosis 350 ppm diberikan logam Pb(NO3)2 seberat 1,68 gram, untuk dosis 800
ppm diberikan logam Pb(NO3)2 seberat 3,84 gram dan untuk dosis 1000 ppm
diberikan logam Pb(NO3)2 seberat 4,80 gram dan untuk dosis 4300 ppm diberikan
logam Pb(NO3)2 seberat 20,63 gram pada tiap pot yang telah ditentukan,
perhitungan penambahan Pb dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah itu tanah
dihomogenkan dan didiamkan selama 1 hari , lalu tanah siap untuk ditanami
bunga matahari.

3.4.3 Penanaman Bunga Matahari


Sebelum dilakukan penanaman biji bunga matahari terlebih dahulu
dilakukan penyiraman menggunakan air pada masing masing polybag. Kemudian
bibit bunga matahari dimasukkan dengan kedalaman ± 1 cm ke dalam tanah.
Jumlah bibit yang ditanam yaitu sebanyak 4 buah/polybag. Kemudian setelah 2
minggu penanaman, bunga matahari yang telah tumbuh akan diseleksi dan
disisakan 2 tanaman. Pada kegiatan seleksi dilihat tanaman yang memiliki tinggi
dan jumlah daun tanaman bunga matahari yang seragam. Dua tanaman yang telah
diseleksi merupakan tanaman yang akan digunakan untuk penelitian.

3.4.4 Pengamatan dan Pemeliharaan


Pengamatan dan pemeliharaan selama penelitian dilakukan selama waktu
8 minggu. Adapun parameter yang diamati selama penelitian dilakukan adalah pH
media tanam, suhu media tanam dan analisis konsentrasi Pb pada tanah dan
tanaman. Pengukuran pH tanah dilakukan setiap hari, sedangkan untuk
pengukuran suhu tanah dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan
12.00 WIB. Waktu pengukuran suhu tanah tersebut dipilih karena saat jam
tersebut terdapat rentang suhu yang cukup signifikan, karena suhu akan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk analisis konsentrasi Pb pada tanah
dan tanaman dilakukan pada minggu ke 8 setelah penanaman bunga matahari.
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian yaitu penyiraman
21

tanaman yang dilakukan setiap dua hari sekali, penyiangan tanaman dari gulma
dan pemberian insektisida apabila pada tanaman terdapat serangan hama.

3.4.5 Pengambilan Sampel Tanah dan Tanaman


Pengambilan sampel dilakukan pada minggu ke 8 setelah proses
remediasi. Sampel tanah yang diambil berasal dari 12 polybag yaitu 4 polybag
dengan perlakuan dosis Pb 350ppm,800ppm,1000ppm dan 4300 ppm. Sampel
tanah yang diambil juga 4 Polybag kemudian dihomogenkan terlebih dahulu,
kemudian dikeringkan di nampan. Pengeringan tanah dilakukan selama 1 hari.
Setelah tanah kering tanah dihaluskan dengan mortar, tanah yang telah halus
dimasukkan kedalam plastik klip, setelah itu tanah yang telah di ambil dibawa ke
laboratorium untuk pengujian konsentrasi Pb. Pengambilan sampel pada tanaman
bunga matahari, bagian yang diambil untuk dilakukan uji logam Pb adalah bagian
akar, batang dan daun. Pada saat proses pemanenan, tanaman dibersihkan terlebih
dahulu kemudian tanaman dipisahkan akar, batang dan daun. Bagian tanaman
yang sudah dipisahkan ditimbang berat basahnya dan dimasukkan kedalam
kantong kertas untuk dikeringkan ke dalam oven pada suhu 80°C selama 48 jam.
Setelah bagian tanaman telah kering, ditimbang berat keringnya.

3.4.6 Analisa Sampel


Pengujian Pb pada tanaman dilakukan pada bagian akar, batang dan daun,
sementara pengujian Pb pada tanah dilakukan pada tanah yang telah dihaluskan
terlebih dahulu. Pengujian Pb pada akhir penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kadar Pb yang telah terakumulasi oleh tanaman. Pengujian
konsentrasi Pb pada tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia FMIPA
Universitas Malang. Analisis konsentrasi Pb di laboratorium menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

Pengujian Pb pada tanaman bunga matahari dilakukan dengan cara


pengabuan basah menggunakan HNO3 dan HCLO4. Prosedur pengujian
konsentrasi Pb pada tanaman yaitu menimbang 0,5g contoh tanaman lolos ayakan
0,5 mm ke dalam tabung digestion, kemudian sampel di bawa ke ruang asam
selanjutnya ditambahkan 5 ml HNO3 p.a. dan 1,5 ml HCLO4 p.a, kemudian
sampel dipanaskan dalam digestion blok dengan suhu 100°c-200°c selama ±30
22

menit sampai dengan uap kuning habis. Destruksi selesai setelah keluar uap putih
dan sisa ekstrak ±0,5 ml, lalu tabung diangkat dan dibiarkan dingin. Setelah
ekstrak telah dingin ekstrak kemudian diencerkan dengan air bebas ion hingga
volume tepat 50 ml dan kocok dengan pengocok tabung hingga homogen lalu
untuk hasil akhir mengukur kandungan logam menggunakan AAS.

Pengujian Pb pada tanah dilakukan dengan cara ekstrak HCL 25%.


Prosedur pengujian konsentrasi Pb pada tanah yaitu menimbang 2 gr contoh tanah
lolos ayakan 0,5 mm, kemudian dimasukkan kedalam botol kocok dan
ditambahkan 20 ml HCL 25%. Setelah itu disentrifuse, ekstrak hasil disentrifuse
di pipet sebanyak 2 ml ekstrak jernih contoh kedalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 20 ml air bebas ion dan dikocok. Ekstrak didiamkan selama 30
menit, lalu mengukur kandungan logam beratnya menggunakan AAS.

Hasil konsentrasi logam Pb pada masing masing bagian tanaman dan tanah
didapatkan dari hasil uji di Laboratorium. Hasil uji dilakukan pada tiga kali
ulangan yang kemudian di rata rata pada setiap perlakuan. Dari setiap perlakuan
dihitung total konsentrasi logam Pb untuk mengetahui konsentrasi logam Pb
dalam tanaman secara keseluruhan pada masing masing perlakuan. Perhitungan
dilakukan pada masing masing bagian tanaman yaitu bagian akar, batang dan
daun. Hasil akumulasi logam Pb pada tanaman pada setiap perlakuan kemudian di
rata rata dari tiga kali pengulangan. Perhitungan akumulasi logam Pb dilakukan
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam Pb yang telah di terakumulasi
dalam tanaman.

𝐶 𝑃𝑏 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
(𝐶𝐴 × 𝐵𝑘𝐴) + (𝐶𝐵𝑃 × 𝐵𝑘𝐵𝑃) + (𝐶𝐵𝑆 × 𝐵𝑘𝐵𝑆) + (𝐶𝐷 × 𝐵𝑘𝐷)
= 𝐵𝑘𝐴 + 𝐵𝑘𝐵𝑃 + 𝐵𝑘𝐵𝑆 + 𝐵𝑘𝐷

Keterangan:
C = Konsentrasi Pb (mg/kg)
Ak. Pb = Akumulasi Pb (mg/tanaman)
CA = Konsentrasi Akar (mg/kg)
CBP = Konsentrasi batang primer (mg/kg)
CBS = Konsentrasi Batang sekunder (mg/kg)
23

CD = Konsentrasi Daun (mg/kg)


BkA = Berat kering akar (kg)
BkBP = Berat kering batang primer (kg)
BkBS = Berat kering batang sekunder (kg)
BkD = Berat kering daun (kg)

3.5 Analisa Data


Analisis data dilakukan setelah diketahui konsentrasi Pb yang diserap oleh
bunga matahari pada bagian akar, batang dan daun setelah dilakukan
fitoremediasi. Beberapa tahapan yang dilakukan yaitu menganalisis data
akumulasi logam Pb, BCF (Bioconcentration Factor) dan TF (Translocation
Factor) pada masing-masing bagian tanaman setiap perlakuan.

𝐵𝐶𝐹 𝐷𝑎𝑢𝑛
𝑇𝐹 = 𝐵𝐶𝐹 𝐴𝑘𝑎𝑟

Nilai BCF (Bioconcentratioon Factor) untuk mengetahui tingkat


akumulasi logam pada tanaman dilakukan dengan cara menghitung konsentrasi
logam pada media tanam dan akar. Faktor biokonsentrasi (BCF) merupakan
perbandingan antara konsentrasi logam di akar dengan konsentrasi di media
tanam. BCF pada akar dihitung untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi
logam pada akar yang berasal dari media tanam. Parameter BCF ini merupakan
perbandingan antara konsentrasi senyawa di lingkungan dan di dalam jaringan
(Crookes, 2011).

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑜𝑔𝑎𝑚 𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑗𝑢𝑘 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛


𝐵𝐶𝐹 = 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑙𝑜𝑔𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ

Hasil uji laboratorium dan perhitungan matematis kemudian diolah


menggunakan progam Microsoft Excel 2013 untuk mendapatkan data ANOVA,
jika nilai p-value lebih kecil dari 0,05 (p-value <0,05) maka akan dilanjutkan
dengan uji beda nyata (BNT) taraf 5%.
24

3.6 Diagram Alir Penelitian


Tahapan tahapan penelitian yang dilakukan dirangkum dalam sebuah diagram
alir yang dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram Tahapan Penelitian


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Media Tanam Tanah


Karakteristik kimia tanah yang diuji sebelum perlakuan diantaranya adalah
konsentrasi logam Pb, N, P, K. Tanah dan kompos dicampur dengan
perbandingan 1: 2 (1 kg kompos : 2 kg tanah). Pengujian konsentrasi Pb pada
tanah bertujuan untuk mengetahui konsentrasi logam Pb yang telah ada pada
media tanam sebelum perlakuan, sedangkan pengujian konsentrasi NPK pada
media tanam bertujuan untuk mengetahui konsentrasi NPK yang tersedia pada
tanah. Hasil pengujian karakteristik tanah dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Karakteristik Media Tanam

Kadar Konsentrasi (mg/kg)


N 2600
P 85,70
K 331,93
Pb 0,00632
Sumber : Hasil Pengujian Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Malang
(2022)

Kadar konsentrasi NPK dan Pb pada tanah didapatkan dari hasil analisis
Lab Kimia FMIPA Universitas Malang dilakukan konversi menjadi satuan yang
sama (mg/kg) pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil analisa kadar Pb yang
terdapat pada tanah awal dari penelitian ini adalah sebesar 0,00632 mg/kg. Hasil
analisa kadar Pb dalam tanah termasuk dalam kategori rendah. Menurut Alloway
(1995) hasil analisa kadar Pb pada tanah awal dalam batas normal atau batas
toleransi logam berat Pb dalam tanah kurang dari kisaran 2-300 mg/kg. Sementara
kandungan Pb dalam dalam media tanam pada perlakuan penambahan Pb dengan
dosis 350 ppm, 800 ppm, 1000 ppm dan 4300 ppm dikatakan terkontaminasi
karena melebihi batas normal atau batas toleransi logam berat Pb dalam tanah.
26

4.2 Kondisi Lingkungan Selama Penelitian

Selama penelitian berlangsung, setiap hari dilakukan kegiatan pengukuran


suhu tanah dan pH tanah. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengetahui kondisi
lingkungan selama berlangsungnya penelitian. Hasil pengukuran suhu tanah
selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
40
Suhu Minimum Pb350
ppm
Suhu Maksimum Pb350
35 ppm
Suhu Minimum Pb800
ppm
Suhu°C

Suhu Maksimum Pb800


30 ppm
Suhu Minimum Pb1000
ppm
Suhu Maksimum Pb1000
25
ppm
Suhu Minimum Pb4300
ppm
Suhu Maksimum Pb4300
20
ppm
0 10 20 30 40

Gambar 5. Distribusi Suhu Tanah Selama Penelitian


Pengukuran suhu maksimum dilakukan pada pukul 12.00 WIB,
pengukuran suhu minimum dilakukan setiap pukul 07.00 WIB. Hasil pengukuran
suhu tanah pada perlakuan Pb350 ppm terdapat suhu maksimum yang paling
tinggi sebesar 37°C dan yang paling rendah sebesar 32°C. Pengukuran suhu
minimum nilai suhu tanah yang paling tinggi yaitu sebesar 27°C dan yang paling
rendah sebesar 23°C. Hasil pengukuran suhu tanah pada perlakuan dosis Pb 800
ppm, Pb1000 ppm dan Pb4300 ppm memiliki nilai suhu tanah sama. Pada suhu
maksimum nilai suhu paling tinggi sebesar 37°C dan suhu paling rendah sebesar
30°C. Pengukuran suhu minimum nilai suhu tanah tertinggi sebesar sebesar 27°C
dan yang paling rendah sebesar 23°C. Naik turunnya suhu media tanam ini
dipengaruhi oleh suhu ruang. Suhu ruang yang tinggi dipengaruhi intensitas
matahari yang mengenai ruangan secara langsung dan mempengaruhi suhu media
tanam yang berada di dalamnya, menurut Ardhana dan Gede (2012) ada beberapa
faktor yang membuat tinggi rendahnya temperatur tanah salah satunya yaitu
27

terdapat dari faktor luar antara lain radiasi matahari, awan, curah hujan, kecepatan
angin dan kelembaban udara. Sedangkan untuk faktor dalam meliputi faktor tanah
yang meliputi struktur tanah, kadar air tanah, kandungan bahan organik, pH tanah
dan warna tanah.

Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh


terhadap kehidupan tumbuhan dan mikroba, dimana suhu berperan bersamaan
dengan cahaya matahari. Suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi
dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses proses kimia dalam tumbuhan
tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor faktor
lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi, sehingga air
yang ada pada tanah akan berkurang. Menurut Putnam et al. (1990) bunga
matahari tumbuh optimum pada suhu tanah berkisar antara 15-16°C. Sehingga
dapat diketahui bahwa selama penelitian berlangsung pertumbuhan bunga
matahari tidak mencapai suhu optimum, karena lebih dari 16°C.

Menurut penelitian Deus (2015), suhu mempengaruhi perfoma tumbuh


tanaman tetapi tidak secara signifikan pada produksi biomassa. Menurut Maryani
(2012), suhu memberi pengaruh terhadap fotosintesa, tingginya suhu akan
meningkatkan fotosintesa. Pada umumnya respirasi berjalan lambat ketika suhu
rendah, namun akan meningkat jika suhu tinggi. Demikian halnya dengan
absorbsi air dan unsur hara oleh akar tanaman akan meningkat dengan tingginya
suhu.
Selama penelitian juga dilakukan pengukuran pH tanah. Pada penelitian
ini pengukuran pH tanah dilakukan setiap harinya. Logam Pb memiliki nilai pH
optimum sendiri pada saat fase transfer ion, menurut penelitian Harimu (2010)
kondisi optimum untuk ion Pb(II) dalam transfer ion adalah saat pH berada pada
nilai 5. Hasil pengukuran pH tanah setiap harinya dapat dilihat pada Gambar 6.
28

7
6,5
6
5,5 pH Tanah Pb350 ppm
pH Tanah

5 pH Tanah Pb800 ppm


4,5 pH Tanah Pb1000 ppm
4 pH Tanah Pb4300 ppm
3,5
3
0 10 20 30 40
Hari

Gambar 6. Distribusi pH Tanah selama Penelitian


Semakin banyak penambahan zat kimia Pb pada media tanam akan
semakin meningkatkan tingkat keasaman pada tanah, dimana dapat dilihat pada
grafik pH media tanam paling rendah ada pada perlakuan 4300 ppm. Dari ke
empat perlakuan pemberian dosis yang diberikan, pada dosis 4300 ppm tingkat
keasaman pada tanah sangat masam karena hasil pengukuran pH tanah lebih
rendah dari 4,5. Pada Perlakuan dosis 800 ppm dan 1000 ppm tingkat keasaman
tanah masam karena dari hasil penelitian diperoleh data pH tanah berkisar antara
4,5-5,5. Sedangkan pada perlakuan dosis 350 ppm tingkat keasaman tanah yang
diperoleh agak masam karena data pH tanah yang diperoleh berkisar antara 5,6-
6,5. Menurut Suriana dan Irni (2013), tanaman bunga matahari tumbuh baik pada
pH berkisar antara 5,7-8,1. Sehingga dapat diketahui bahwa pH tanah selama
penelitian di perlakuan dosis 800 ppm, 1000 ppm dan 4300 ppm tidak termasuk
kedalam kondisi pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman bunga matahari.
Sedangkan di perlakuan 350 ppm termasuk kedalam kondisi pH yang baik untuk
pertumbuhan tanaman bunga matahari. Namun, menurut Putnam et al.,(1990),
tanaman bunga matahari tidak memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap pH
tanah, sehingga kondisi pH tanah tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman bunga matahari. Selama penelitian terjadi penaikan dan penurunan pH
tanah. Menurut Rini et al.,(2007), kenaikan dan penurunan pH pada tanah
disebabkan karena adanya asam asam organik pada tanah. Kenaikan dan
29

penurunan pH media tanam selama penelitian masih tergolong rendah (masam)


yang dapat berpengaruh pada penyerapan logam oleh tanaman. Hal ini sesuai
menurut Zulfikah et al.,(2014) pH tanah sangat berpengaruh terhadap aktivitas
penyebaran logam dalam tanah karena dalam keadaan masam kation logam sangat
larut dan tersedia bagi tanaman.
Kenaikan dan penurunan pH media tanam selama penelitian masih
tergolong rendah (masam) yang dapat berpengaruh pada penyerapan logam oleh
tanaman. Hal ini sesuai menurut Zulfikah et al., (2014) pH tanah sangat
berpengaruh terhadap aktivitas penyebaran logam dalam tanah karena dalam
keadaan masam kation logam sangat larut dan tersedia bagi tanaman. Soepardi
(1983) menyatakan bahwa ketersediaan kation-kation logam menurun dengan
meningkatnya pH tanah. Dengan naiknya pH, bentuk kation logam berubah
Menurut Caroline dan Moa (2015), nilai pH tanah yang tinggi dapat merubah
logam Pb menjadi senyawa yang mengendap. Penyerapan Pb oleh tanaman
melalui akar hanya terjadi apabila Pb yang terdapat di dalam tanah berbentuk
senyawa yang larut air (Novandri et al., 2014). Timbal dapat membentuk senyawa
PbCO3 yang akan mengendap pada pH>6 (Evanko and Dzomback,1997).

4.3 Konsentrasi Timbal (Pb) dalam Tanaman

Unsur Pb merupakan kelompok logam berat yang tidak esensial bagi


tumbuhan, bahkan dapat mengganggu siklus hara dalam tanah. Unsur Pb sampai
saat ini masih dipandang sebagai bahan pencemar yang dapat menimbulkan
pencemaran tanah dan lingkungan (Juhaeti dkk, 2004). Tanaman fitoremediator
harus tumbuh secara lokal, memiliki tingkat toleransi yang memadai terhadap
kontaminan serta hubungan korelasi tinggi antara tingkat kontaminasi dalam
lingkungan dan jaringan tanaman (Krolak et al., 2003).
Pada penelitian ini, tanaman bunga matahari ditanam sebagai tanaman
hiperakumulator dalam media tanah yang diberikan cemaran logam Pb sebesar
350 ppm, 800 ppm, 1000 ppm dan 4300 ppm. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa tanaman bunga matahari yang ditanam pada dosis Pb sangat
tinggi menunjukkan warna daun yang lebih kuning kecoklatan pada remediasi
minggu pertama, setelah remediasi minggu kedua tanaman bunga matahari yang
diberi perlakuan pemberian dosis Pb 4300 ppm mengalami klorosis hingga
30

tanaman mati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alaboudi et al., (2018) yang
menyatakan bahwa pada konsentrasi tinggi, tanaman akan mengalami
penghambatan pertumbuhan serta kerusakan pada bagian akar sehingga biomassa
dari tanaman tersebut akan berkurang. Pada konteks bunga matahari, tanaman
yang tumbuh pada tanah yang terkontaminasi logam Pb pada konsentrasi tinggi
menunjukan warna daun yang lebih kuning kecoklatan. Gejala ini terlihat pada
tanaman bunga matahari yang ditanam pada media tanam yang diberi dosis Pb
4300 ppm. Sedangkan, tanaman yang tumbuh pada tanah yang tercemar logam
Pb pada konsentrasi rendah masih terlihat sehat. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian dimana tanaman bunga matahari yang diberi perlakuan dosis Pb 350
ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm masih terlihat sehat hingga akhir remediasi.
Kondisi tanaman bunga matahari yang mengalami klorosis pada remediasi
minggu kedua dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Kondisi tanaman bunga matahari pada remediasi Minggu kedua


Pada dosis 350 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm tanaman bunga matahari dari
awal remediasi sama akhir penelitian masih terlihat sehat, sedangkan Pb 4300
ppm didapatkan tanaman bunga matahari yang ditanam mengalami klorosis.
tanaman bunga matahari yang ditanam pada dosis Pb sangat tinggi menunjukkan
warna daun yang lebih kuning kecoklatan pada remediasi minggu pertama, setelah
remediasi minggu kedua tanaman bunga matahari yang diberi perlakuan
pemberian dosis Pb 4300 ppm mengalami klorosis hingga tanaman mati. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Alaboudi et al., (2018) yang menyatakan bahwa pada
konsentrasi tinggi, tanaman akan mengalami penghambatan pertumbuhan serta
kerusakan pada bagian akar sehingga biomassa dari tanaman tersebut akan
31

berkurang. Pada konteks bunga matahari, tanaman yang tumbuh pada tanah yang
terkontaminasi logam Pb pada konsentrasi tinggi menunjukan warna daun yang
lebih kuning kecoklatan. Gejala ini terlihat pada tanaman bunga matahari yang
ditanam pada media tanam yang diberi dosis Pb 4300 ppm.
Analisis konsentrasi logam berat menunjukkan bahwa semakin tinggi
dosis pencemar yang diberikan maka semakin besar pula konsentrasi Pb dalam
tanaman, Pb dalam Bunga Matahari semakin meningkat dengan seiring dengan
peningkatan dosis Pb. Hasil analisa menunjukkan bahwa penyerapan konsentrasi
Pb pada akar lebih besar daripada konsentrasi Pb pada batang dan Pb daun.
Menurut Kartikasari et al., (2002), konsentrasi Pb dalam akar, cabang dan daun
mengikuti urutan akar >cabang > daun. Hal ini disebabkan karena akar merupakan
organ tanaman yang berinteraksi langsung dengan logam berat yang terdapat
dalam tanah. Menurut Astrini et al., (2014), mobilitas Pb yang rendah disebabkan
oleh kuatnya afinitas pengikatan Pb pada dinding sel akar dan membentuk
endapan dan kristal, sehingga logam tersebut akan banyak tertahan di akar.
Logam Pb diserap oleh rambut akar untuk didepositkan pada dinding sel dalam
konsentrasi yang cukup tinggi. Kadar konsentrasi Pb yang diserap tanaman bunga
matahari dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Konsentrasi Pb pada tanaman

Konsentrasi Pb (mg/kg)
Perlakuan Akar Batang Daun
Pb 350 ppm 0,946185 a 0,13353 a 0,196631 a
Pb 800 ppm 1,459919 b 0,29538 b 0,420164 b
Pb 1000 ppm 1,841585 c 0,34038 c 0,510431 c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda menyatakan berbeda nyata
berdasarkan uji BNT 0,05

Hasil analisis Pb pada tanaman menunjukkan bahwa setiap perlakuan


memberikan pengaruh signifikan pada konsentrasi pada tiap bagian tanaman
dimana pada setiap bagian tanaman memiliki konsentrasi Pb berbeda.
Konsentrasi logam timbal di batang dan daun nilainya pada perlakuan 350 ppm,
800 ppm dan 1000 ppm lebih kecil. Hal ini sesuai dengan pernyatan Amaliyah
(2011) yang menyatakan bahwa tanaman bunga matahari mampu mereduksi
32

logam Pb yang ada pada tanah. Tempat akumulasi tertinggi pada tanaman bunga
matahari terdapat di dalam akar (53,67%), sedangkan pada bagian biji
mengakumulasi sebesar (25,42%), daun (11,01%), batang (5,05%) dan bunga
(4,85%). Konsentrasi Pb bagian akar lebih besar diikuti dengan daun dan terakhir
batang. Logam berat Pb tertahan di akar terlebih dahulu setelah melampaui batas
kemampuan akar mengakumulasi Pb dan kemampuan endodermis akar menahan
logam berat dari akar selanjutnya akan di translokasikan ke bagian yang lain.
Dimana mekanisme ini secara terperinci dijelaskan oleh Hardiani (2009), secara
umum tumbuhan melakukan penyerapan oleh akar, baik yang berasal dari
sedimen maupun air, kemudian terjadi translokasi kebagian tumbuhan yang lain
dan lokalisasi atau penimbunan logam pada jaringan tertentu. Adanya akumulasi
logam pada bagian tumbuhan merupakan usaha lokalisasi yang dilakukan
tumbuhan, dengan mengumpulkan dalam satu organ (Heriyanto dan Endro, 2011).

0,001
0,0009
0,0008
Konsentrasi Pb (mg/kg)

0,0007
0,0006
0,0005
0,0004
0,0003
0,0002
0,0001
0
Pb350 Pb800 Pb1000
Konsentrasi Pb 0,000485297 0,00090866 0,000916087

Gambar 8. Konsentrasi Pb tanaman pada akhir penelitian


Hasil akumulasi logam Pb pada tanaman pada setiap perlakuan di rata rata
dari tiga kali ulangan. Rata rata konsentrasi timbal (Pb) pada tanaman dari ketiga
perlakuan dengan Pb dosis 350 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm memiliki nilai
konsentrasi yang berbeda. Dimana pada perlakuan pemberian Pb dengan dosis
350 ppm rata rata nilai konsentrasi didapatkan sebesar 0,000485 mg/kg, pada
perlakuan dosis Pb 800 ppm rata rata nilai konsentrasi Pb pada tanaman sebesar
33

0,000908 mg/kg dan rata rata konsentrasi Pb pada perlakuan dosis Pb1000 ppm di
dapatkan sebesar 0,000916 mg/kg yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis
pencemar yang diberikan maka semakin besar pula konsentrasi Pb dalam
tanaman, dibuktikan dengan besarnya konsentrasi Pb dalam Tanaman bunga
matahari semakin meningkat seiring dengan peningkatan dosis perlakuan dalam
penelitian. Dalam proses akumulasi logam pada tanaman dipengaruhi juga oleh
beberapa faktor. Menurut Knox et al., (2000), penyerapan logam oleh tumbuhan
ditentukan oleh jenis tumbuhan, konsentrasi logam dalam media dan waktu
kontak/paparan dengan logam. Waktu kontak antara logam dapat mempengaruhi
daya serap tumbuhan. Dimana semakin lama waktu kontak maka penyerapan juga
akan meningkat sampai pada waktu tertentu akan mencapai maksimum dan
setelah itu akan turun kembali (Lelifajri, 2010).

4.4 Faktor Biokonsentrasi dan Faktor Translokasi

Nilai BCF (Bioconcentration Factor) didapat dari perbandingan antara


kadar logam di jaringan dengan kadar logam dalam tanah. Kemampuan tanaman
menyerap logam berat dari dalam tanah dievalusi dengan nilai BCF. Akumulasi
logam dalam tanaman tergantung pada kandungan logam dalam tanah, pH tanah,
dan spesies tanaman. Nilai BCF digunakan untuk mengetahui kemampuan
tanaman dalam mengakumulasi logam dari tanah ke bagian tubuh tanaman. Nilai
BCF merupakan ukuran seberapa besar suatu kontaminan diserap oleh tanaman
terhadap besarnya kontaminan dalam tanah.

Sementara nilai faktor translokasi didapat dari perbandingan antara nilai


faktor biokonsentrasi di bagian daun dengan faktor biokonsentrasi di bagian akar.
Faktor translokasi atau TF dihitung untuk mengetahui perpindahan akumulasi
logam dari akar ke bagian lain di tumbuhan. Besarnya nilai BCF dan TF bunga
matahari pada penelitian seperti yang tertera pada Tabel 8.
34

Tabel 8. Nilai Bioconcentration Factor (BCF) dan Translocation


Factor (TF)

Perlakuan BCF Akar BCF Daun TF


350 ppm 0,301 0,580 1,926
800 ppm 0,508 0,795 1,564
1000 ppm 0,719 1,098 1,527
4300 ppm - - -
Keterangan : - tidak dianalisa
Akar tanaman yang dimanfaatkan sebagai agen fitoremediasi memiliki
kemampuan lebih cepat menyerap kandungan logam berat Pb dari dalam tanah
untuk dipindahkan keseluruh bagian tanaman (Pranoto dan Wawan, 2020). Nilai
BCF akar dari perlakuan 350 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm nilai BCF<1. Nilai
BCF<1 menunjukkan bahwa bagian akar tanaman merupakan exluder
(Rahmayanti et al., 2018). Exluder merupakan kemampuan suatu tanaman untuk
bertahan dalam kondisi tercemar oleh logam berat dengan membatasi perpindahan
dari akar ke tajuk tanaman. Kandungan BCF daun terdapat beberapa perlakuan
yang mendapatkan nilai BCF >1 yaitu perlakuan 1000 ppm senilai 1,09 (Tabel 8).
Nilai BCF>1 menunjukkan bahwa tanaman mampu menjadi akumulator pada
bagian tajuk tanaman. Tanaman dengan nilai BCF>1 merupakan tanaman yang
banyak menyerap logam berat dan mampu menjadi tanaman akumulator logam
berat (Handayani et al., 2018). Konsentrasi Pb dalam bagian tubuh tanaman dapat
bertambah seiring dengan waktu, jumlah kandungan logam berat dan kemampuan
tanaman melakukan translokasi logam berat. TF (translocation factor) dapat
dilihat pada Tabel 8. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa hasil yang tidak
berbeda nyata (p≥0,05) antar perlakuan. Hasil nilai TF yang didapatkan TF>1
pada seluruh perlakuan. Nilai TF menunjukkan tanaman yang digunakan sesuai
dan memiliki fungsi dalam proses fitoremediasi tanah tercemar. Pemanfaatan
fitoremediasi terdapat beberapa jenis pemanfaatan, Berdasar nilai TF>1
merupakan tanaman yang sesuai sebagai tanaman fitoekstraksi dan nilai TF<1
merupakan tanaman yang sesuai sebagai tanaman fitostabilisasi (Tangahu et al.,
2011). Nilai BCF daun dan akar lebih rendah dibandingkan dengan nilai TF yang
dimiliki pada semua perlakuan menunjukkan bahwa tanaman sangat
35

memungkinkan untuk menjadi tanaman fitoektraksi yang baik dan berkelanjutan


untuk mengatasi kerusakan lahan akibat pencemaran logam berat (Alaboudi et al.,
2019). Penelitian Farobi (2019) menunjukkan hasil yang sejalan dengan hasil
penelitian ini bahwa nilai BCF dan TF berguna untuk menentukan fungsi tanaman
dalam fitoremediasi, apaiba nilai>1 dapat digolongkan dalam tanaman
hiperakumulator. Kemampuan translokasi logam Pb dalam tubuh tanaman dapat
mempengaruhi strategi remediasi yang tepat untuk digunakan dalam suatu kondisi
tercemar (Sukarjo et al., 2018).

Efisiensi fitoremediasi oleh tanaman bunga matahari perlu diketahui untuk


mengetahui persentase timbal yang telah terserap dalam tubuh tanaman. Tanaman
bunga matahari memiliki kemampuan akumulator logam berat yang baik terlebih
denga penambahan bahan organik yang cukup sehingga mampu meningkatkan
proses penyerapan logam sehingga lebih efisien sebagai tanaman remediasi (Fedje
et al., 2021). Hal tersebut didukung dengan pendapat (Usha et al., 2011) bahwa
bunga matahari mampu efisien menjadi agen akumulasi timbal dan mampu
menyerap kandungan Pb sebesar 20-30 ppm namun bergantung lama dan
kandungan logam yang terdapat pada tanah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tanaman bunga matahari yang ditanam pada media tanah dengan


perlakuan dosis Pb 350 ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm dari awal remediasi sampai
akhir penelitian masih terlihat sehat, sedangkan tanaman bunga matahari yang
ditanam pada media tanam perlakuan dosis Pb 4300 ppm pada minggu pertama
remediasi tanaman mengalami klorosis, bunga matahari yang tumbuh pada
tanah yang terkontaminasi logam Pb pada konsentrasi tinggi menunjukan warna
daun yang lebih kuning kecoklatan hingga tanaman mati . Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan dari dosis Pb yang diberikan menurunkan kemampuan
tanaman bunga matahari dalam menyerap dosis Pb.

5.2 Saran

1). Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai


bagaimana logam berat timbal dalam dosis yang sangat tinggi dapat diremediasi
oleh tanaman hiperakumulator.
2). Peneliti selanjutnya dapat melakukan variasi pemberian dosis untuk
mengetahui efisiensi penyerapan yang lebih baik dari rentang dosis yang dapat
diterima tanaman hiperakumulator bunga matahari hingga tidak mampu
meremediasi .
3). Pengujian Pb pada tanaman yang gagal meremediasi sebaiknya dilakukan
diawal setelah tanaman menunjukkan gejala klorosis dengan kondisi tanaman
yang layak untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui konsentrasi Pb
yang telah terserap.
36

DAFTAR PUSTAKA

Alaboudi, K. A., Ahmed, B., and Brodie, G. (2018). Phytoremediation of Pb and


Cd contaminated soils by using sunflower (Helianthus annuus)
plant. Annals of agricultural sciences, 63(1), 123-127.
Amaliyah Rizqi Nuri. 2011. Analisis Kemampuan Optimal Tanaman Bunga
Matahari (Helianthus annuus L.) Mendegradasi Pb dalam Tanah
Melalui Proses Fitoremediasi. Skripsi. [Online]. Diakses pada 04 April
2022.
Ali, H., Khan, E., and Sajad, M. A. (2013). Phytoremediation of heavy metals—
concepts and applications. Chemosphere, 91(7), 869-881.
Alloway, B., and Ayres, D. C. (1997). Chemical principles of environmental
pollution. CRC press.
Antoniadis, V., Levizou, E., Shaheen, S. M., Ok, Y. S., Sebastian, A., Baum, C.,
and Rinklebe, J. (2017). Trace elements in the soil-plant interface:
Phytoavailability, translocation, and phytoremediation–A
review. Earth-Science Reviews, 171, 621-645.
Ardhana dan I. P. Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Udayana University Press.
Bali.
Asmadi, S., Si, M., Suharno, S. K. M., dan Kes, M. (2012). Dasar-Dasar
Teknologi Pengolahan Air Limbah. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Astrini, A. D. R., Yusuf, M., dan Santoso, A. (2014). Kondisi perairan terhadap
struktur komunitas makrozoobenthos di muara sungai Karanganyar dan
Tapak, Kecamatan Tugu, Semarang. Journal of Marine Research, 3(1),
27-36.
Caroline, J., dan Moa, G. A. (2015, October). Fitoremediasi logam timbal (Pb)
menggunakan tanaman melati air (Echinodorus palaefolius) pada
limbah industri peleburan tembaga dan kuningan. In Seminar Nasional
Sains dan Teknologi Terapan III (pp. 733-744).
Charlena. 2004. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada
Sayur-sayuran. Falsafah Sain (PSL 702) Program Pascasarjana S3.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Cobia, D. W. (1978). Production costs and marketing. Sunflower Science and
Technology, 19, 387-405.
Darmono, T. W. (1995). Recognition of field materials of Ganoderma sp.
associated with basal stem rot in oil palm by a polyclonal
antibody. Menara Perkebunan, 63(1), 15-22.
Deri., Emiyarti dan Afu L.O.A., 2013, Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar
Mangrove Avicennia marina di Perairan Teluk Kendari. J.Mina Laut
Indonesia, Vol.1(1): 38-48.
Deus, Pedro De. 2015. The Adaptability, Biomass Production and Nutritional
Value of Introduced Grasses in Timor-Leste. Management of Animal
Husbandry Resource, Post Graduate Program of Universitas Mataram.
Indonesia.
37

Evanko, C. R., and Dzombak, D. A. (1997). Remediation of metals-contaminated


soils and groundwater (pp. 5-13). Pittsburgh, PA, USA: Ground-water
remediation technologies analysis center.
Fahruddin, F., Kasim, S., and Rahayu, E. U. (2020). Cadmium (Cd) Resistance of
Isolate Bacteria from Poboya Gold Mining in Palu, Central Sulawesi. Jurnal
Biologi Tropis, 20(2), 298-304.
Fardiaz. 2008. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fedje, K.K., Edvardsson, V. and Dalek, D. 2021. Initial study on phytoextraction
for recovery of metals from sorted and aged waste‐to‐energy bottom ash.
Journal of Soil Systems 5(3):1-14.
Glick,B.R.(2010).Using soil bacteria to facilitate phytoremediation. Biotechnology
advances, 28(3), 367-374. Gratao dkk., 2005
Gusnita, D. (2012). Pencemaran logam berat timbal (Pb) di udara dan upaya
penghapusan bensin bertimbal. Berita Dirgantara, 13(3).
Handayani, C.O., Dewi, T. dan Hidayah, A. 2018. Biokonsentrasi dan translokasi
logam berat Cd amelioran. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 5(2):841-
845.
Hardiani, H. 2009. Potensi tanaman Dalam Mengakumulasi Logam Cu Pada
Media Tanah Terkontaminasi Padat Industri Kertas. BS 44(1): 27-40.
Harimu, La. 2010. Pemisahan Ion Logam Berat Fe(III), Cr(III), Cu (II), Ni(II),
Co(II), dan Pb(II) Menggunakan Pengemban Ion Poli(Asam Eugenil
Oksiasetat) dengan Metode Transpor Membran Cair. Indo. J. Chem., 2010,
10 (1), 69 - 74
Heriyanto, N. M., dan Subiandono, E. (2011). Penyerapan polutan logam berat
(Hg, Pb dan Cu) oleh jenis-jenis mangrove. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam, 8(2), 177-188.
Irwan, A., Komari, N., dan Nova, Y. E. (2008). Kajian Penyerapan Logam Cd,
Ni, Dan Pb Dengan Variasi Konsentrasi Pada Akar, Batang, Dan Daun
Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.). Jurnal Ilmiah Berkala Sains dan
Terapan Kimia, 2(2), 53-63.
Jenny Caroline1 dan Guido Arron Moa. (2015). Fitoremediasi Logam Timbal Pb
menggunakan Tanaman Melati Air (Echinodorus palaefolius) pada Limbah
Industri Peleburan Tembaga dan Kuningan. Seminar Nasional Sains dan
Teknologi Terapan III 2015, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya.
Juhaeti T, Sharif F, Hidayati N. 2004. Inventarisasi Tumbuhan Potensial
Untuk Fitoremediasi. Jurnal Biodiversitas. Vol. 6 N0. 1 hal 31-33.
Lelifajri, L. (2010). Adsorpsi ion logam Cu (II) menggunakan lignin dari limbah
serbuk kayu gergaji. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan, 7(3).
Kristanto, P. (2004). Oksigenat Methyl Tertiary Buthyl Ether Sebagai Aditif
Octane Booster Bahan Bakar Motor Bensin. Jurnal Teknik Mesin, 4(1), pp-
25.
Królak, E. (2003). Accumulation of Zn, Cu, Pb and Cd by Dandelion (Taraxacum
officinale Web.) in Environments with Various Degrees of Metallic
Contamination. Polish Journal of Environmental Studies, 12(6).
38

Li, H. Y., Wei, D. Q., Shen, M., and Zhou, Z. P. (2012). Endophytes and their
role in phytoremediation. Fungal Diversity, 54(1), 11-18.
Ma, Y., Prasad, M. N. V., Rajkumar, M., and Freitas, H. J. B. A. (2011). Plant
growth promoting rhizobacteria and endophytes accelerate
phytoremediation of metalliferous soils. Biotechnology advances, 29(2),
248-258.
Manousaki, E., and Kalogerakis, N. (2011). Halophytes present new opportunities
in phytoremediation of heavy metals and saline soils. Industrial &
Engineering Chemistry Research, 50(2), 656-660.
Maryani, A. T. 2012. Pengaruh Volume Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan
Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama. Universitas Jambi. Jambi
Munir, E. (2006). Pemanfaatan mikroba dalam bioremediasi: suatu teknologi
alternatif untuk pelestarian lingkungan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar Tetap dalam Bidang Mikrobiologi FMIPA USU. USU Repository.
Medan.
Murthi S, Bali G, Sarangi S. K. 2014. Effect Of Lead On Growth, Protein
AndBiosorption Capacity Of Bacillus CereusIsolated From Industrial
Effluents. Journal ofEnvironmental Biology. Vol. 35(2): 407-411
Noviardi R dan Tri Padmi Damanhuri. (2015). Penyerapan Logam Timbal (Pb)
Pada Tanaman Bunga Matahari. Jurnal Ecolab. 9(2): 104 – 147
Novandri, R., Hayati, R. dan Zahara, T. 2014. Remediasi tanah tercemar logam
timbal (Pb) menggunakan tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolor L.).
Jurnal Teknik Lingkungan 1(1):1-10.
Pandey, V. C., Bajpai, O., and Singh, N. (2016). Energy crops in sustainable
phytoremediation. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 54, 58–73.
Pranoto, B.S.M. and Budianta, W. 2020. Phytoremediation of heavy metals
contaminated soil in artisanal gold mining at Selogiri, Wonogiri District,
Central Java, Indonesia. Journal of Applied Geology 5(2):64-72.
Rahmayanti, F.D., Arifin, M., Hudaya, R. dan Sandrawati, A. 2018. kelas
kemiringan dan posisi lereng terhadap ketebalan lapisan olah. Jurnal
Agrikultura 29(3):136-143.
Rini, H. Nurdin, H. Suyani dan T.B. Prasetyo. 2007. Perilaku Asam Hidroksi
Benzoat dan Asam P-Kumarat pada Tanah Gambut yang Diberi Fly Ash
serta Kaitannya dengan Unsur Kalsium dan Magnesium. Jurnal Pilar Sains
6(2)ISSN 1412-5595.
Robin, N., R. Hayati dan T. A Zahara. 2015. Remediasi Tanah Tercemar Logam
Timbal (Pb) Menggunakan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus Tricolor
L). Pontianak: Universitas Tanjungpura
Saier, M. H., and Trevors, J. T. (2010). Phytoremediation. Water, Air, and Soil
Pollution, 205(1), 61-63.
Sood, A., Uniyal, P. L., Prasanna, R., and Ahluwalia, A. S. (2012).
Phytoremediation Potential of Aquatic Macrophyte, Azolla. AMBIO, 41(2),
122–137.
Sukarjo, S., Hidayah, A. dan Zulaehah, I. 2018. Pengaruh pupuk terhadap
akumulasi dan translokasi kadmium dan timbal di tanah dan tanaman.
39

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek III


3(2018):205-211.
Sunitha, M. S. L., Prashant, S., Kumar, S. A., Rao, S., Narasu, M. L., and Kishor,
B. K. (2013). Cellular and molecular mechanisms of heavy metal tolerance
in plants: a brief overview of transgenic plants over- expressing
phytovhelatin synthase and methallothionein gens. Plant Cell Biotechnology
and Molecular Biology. 14(2): 33-48.
Prasasti, C. I., Mukono, J., and Sudarmaji, S. (2006). Toksikologi logam berat B3
dan dampaknya terhadap kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Unair, 2(2), 3956.
Suriana, N. dan Irni 2013. Ensiklopedia dan Tanaman Obat. Rumah Ide. Malang.
Tangahu, B.V., Abdullah, S.R.S., Basri, H., Idris, M., Anuar, N. and Mukhlisin,
M. 2011. A review on heavy metals (As, Pb, and Hg) uptake by plants
through phytoremediation. Journal of Chemical Engineering 1(2011):1-31.
Tangio, J. S. (2013). Adsorpsi logam timbal (Pb) dengan menggunakan biomassa
enceng gondok (Eichhorniacrassipes). Jurnal Entropi, 8(01).
Truu, J., Talpsep, E., Vedler, E., Heinaru, E., and Heinaru, A. (2003). Enhanced
biodegradation of oil shale chemical industry solid wastes by
phytoremediation and bioaugmentation. Oil Shale, 20(3; SUPP), 421-428.
Usha, R., Vasavi, A., Thishya, K., Rani, S.J. and Supraja, P. 2011.
Phytoextraction of lead from industrial effluents by sunflower (Helianthus
annuus.L). Journal of Chemistry 4(1):8-12.
Vamerali, T., Bandiera, M., and Mosca, G. (2010). Field crops for
phytoremediation of metal-contaminated land. A review. Environmental
Chemistry Letters, 8(1), 1-17.
Vita Kartikasari Shalihuddin Djalal Tandjung, S. (2002). Akumulasi Logam Berat
Cr Dan Pb Pada Tum13uhan Mangrove... Manusia Dan
Lingkungan, 9(2002).
Wang, L., Ji, B., Hu, Y., Liu, R., and Sun, W. (2017). A review on in situ
phytoremediation of mine tailings. Chemosphere, 184, 594-600.
Widowati, W., Sastiono, A., and Jusuf, R. (2008). Efek toksik logam.wido
Zulfikah, Basir, M., dan Isrun. 2014. Konsentrasi Merkuri (Hg) dalam Tanah dan
Jaringan Tanaman Kangkung (Ipomoea reptans) yang Diberi Bokashi
Kirinyu
40

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Penambahan Konsentrasi Pb

Kebutuhan 350 ppm Pb


𝑀𝑟 𝑃𝑏 (𝑁𝑂3)2
= 350 ppm x 3kg x
𝐴𝑟 𝑃𝑏
331
= 1050 x
207

= 1678,99 mg Pb(NO3)2
= 1,68g Pb(NO3)2

Kebutuhan 800 ppm Pb


𝑀𝑟 𝑃𝑏 (𝑁𝑂3)2
= 800 ppm x 3kg x
𝐴𝑟 𝑃𝑏
331
= 2400 x
207

= 3837,68 mg Pb(NO3)2
= 3,84g Pb(NO3)2

Kebutuhan 1000 ppm Pb


𝑀𝑟 𝑃𝑏 (𝑁𝑂3)2
= 1000 ppm x 3kg x
𝐴𝑟 𝑃𝑏
331
= 3000 x
207

= 4797,10 mg Pb(NO3)2
= 4,80g Pb(NO3)2

Kebutuhan 4300 ppm Pb


𝑀𝑟 𝑃𝑏 (𝑁𝑂3)2
= 4300 ppm x 3kg x
𝐴𝑟 𝑃𝑏

= 12900 x 331
207

= 20627,54 mg Pb(NO3)2
= 20,63g Pb(NO3)2
41

Lampiran 2. Konversi Satuan Hasil Pengujian Media Tanam

N = 0,26%
= 0,26 x 10000
= 2600 mg/kg

P = 85,70 mg/kg

K = 0,85 me/100g
= 0,85 x 390,5
= 331,93 mg/kg

Pb = 0,00632 mg/kg
42

Lampiran 3. Hasil pengukuran suhu tanah dan pH tanah

Pengukuran pH tanah

Hari pH tanah
Pb350ppm Pb800 ppm Pb1000 ppm Pb4300ppm
2-Mei-2022 5,6 5 4,9 4,5
3-Mei-2022 6,5 5 4,5 4
4-Mei-2022 6 5,6 5 4,5
5-Mei-2022 6,5 5,3 4,9 3,5
6-Mei-2022 5,7 5 4,6 3,5
7-Mei-2022 5,6 5 4,5 3,6
8-Mei-2022 6,5 4,9 4,5 3,5
9-Mei-2022 5,6 5,5 4,7 4,5
10-Mei-2022 5,8 4,8 4,5 4
11-Mei-2022 5,6 5,5 4,5 3,7
12-Mei-2022 6,3 5,6 5 3,6
13-Mei-2022 5,9 5 4,5 3,5
14-Mei-2022 6,4 5,6 5 4,3
15-Mei-2022 6,5 4,7 4,5 4
16-Mei-2022 5,8 5,6 4,6 3,5
17-Mei-2022 5,6 4,7 4,5 3,2
18-Mei-2022 6 5,6 4,6 3,6
19-Mei-2022 5,7 5,5 5 3,8
20-Mei-2022 6 4,8 4,5 3,6
21-Mei-2022 5,6 4,8 4,5 3,5
22-Mei-2022 6 4,9 4,5 3,6
23-Mei-2022 6 4,6 4 4
24-Mei-2022 5,6 5,5 5 3,5
25-Mei-2022 6,2 4,5 4 4,5
26-Mei-2022 6 5 4,5 4
27-Mei-2022 6,1 4,9 4,5 4,3
28-Mei-2022 5,6 5,5 4,5 3,5
29-Mei-2022 6 5,4 4 3,7
30-Mei-2022 5,9 5,5 5 3,5
31-Mei-2022 6,1 4,6 4 3,8
1-Juni-2022 6 4,5 5,5 3,5
2-Juni-2022 5,8 5 4 3,9
3-Juni-2022 6,5 5,5 4,5 3,7
4-Juni-2022 6 4 4 3,5
43

Pengukuran suhu tanah

Pb350ppm Pb800 ppm Pb1000 ppm Pb4300ppm


Hari 07.00 12.00 07.00 12.00 07.00 12.00 07.00 12.
00
2- 27 36 25 35 26 35 24 36
Mei-
2022
3- 27 35 27 34 26 34 26 36
Mei-
2022
4- 26 37 26 36 25 35 26 37
Mei-
2022
5- 25 36 24 37 24 35 25 37
Mei-
2022
6- 26 36 25 35 25 34 26 36
Mei-
2022
7- 26 35 24 34 26 36 25 35
Mei-
2022
8- 25 37 24 35 25 37 26 36
Mei-
2022
9- 25 37 23 36 24 37 25 36
Mei-
2022
10- 24 35 25 32 26 33 25 34
Mei-
2022
11- 24 35 25 34 23 33 24 34
Mei-
2022
12- 23 34 24 32 25 34 24 33
Mei-
2022
13- 23 33 23 30 24 28 24 30
Mei-
2022
14- 24 33 23 31 23 30 25 28
Mei-
2022
15- 24 34 25 33 24 31 25 30
Mei-
2022
16- 26 34 24 35 25 34 26 32
Mei-
2022
17- 27 32 26 30 27 29 26 30
Mei-
44

18- 25 32 25 33 26 30 24 31
Mei-
2022
19- 25 33 26 32 24 31 23 31
Mei-
2022
20- 26 34 25 35 23 33 24 34
Mei-
2022
21- 27 35 25 32 27 31 27 34
Mei-
2022
22- 26 35 26 34 25 34 24 35
Mei-
2022
23- 24 36 23 37 24 35 23 36
Mei-
2022
24- 23 35 25 34 24 33 23 34
Mei-
2022
25- 23 37 25 37 24 37 23 36
Mei-
2022
26- 24 36 24 37 23 35 24 36
Mei-
2022
27- 24 37 25 34 24 35 23 37
Mei-
2022
28- 25 34 26 33 23 34 25 32
Mei-
2022
29- 25 33 26 30 24 29 26 31
Mei-
2022
30- 26 33 25 31 25 28 25 30
Mei-
2022
31- 27 32 26 30 27 32 25 31
Mei-
2022
1- 27 33 27 32 24 30 27 32
Juni-
2022
2- 26 34 25 33 26 34 23 35
Juni-
2022
3- 24 34 25 35 23 35 26 33
Juni-
45

Lampiran 4. Berat basah dan kering tanaman pada akhir penelitian Berat

basah tanaman (gram)

Perlakuan Ulangan Akar Batang Daun Total


Pb350 1 20 16 10 46
2 17 10 8 35
3 15 12 6 33
Pb800 1 23 8 7 38
2 19 14 9 42
3 21 11 5 37
Pb1000 1 18 15 7 40
2 12 7 7 26
3 10 9 8 27
Pb4300 1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -

Berat kering tanaman (gram)

Perlakuan Ulangan Akar Batang Daun Total


Pb350 1 5 3 2 10
2 3 2 3 8
3 2 2 2 6
Pb800 1 6 2 2 12
2 4 2 2 8
3 4 3 2 9
Pb1000 1 3 3 2 8
2 2 2 2 6
3 2 2 2 8
Pb4300 1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
46

Lampiran 5. Kandungan Pb pada Tanaman (mg/kg)

Perlakuan Ulangan Akar Batang Daun


Pb350 ppm 1 0,1849
0,9016 0,0848
2
0,8419 0,0821 0,1826
3
0,8952 0,0753 0,1659
Pb800 ppm 1
1,3621 0,1939 0,4227
2
1,4647 0,1921 0,3982
3
1,3531 0,1799 0,3831
Pb1000 ppm 1
1,6761 0,2424 0,5284
2
1,8516 0,1997 0,4639
3
1,7972 0,2138 0,4825
Pb4300 ppm 1 - - -

2 - - -

3 - - -
47

Lampiran 6. Pengujian Anova Konsentrasi Pb setelah Perlakuan Pada

Akar

ulangan

Perlakuan 1 2 3 Jumlah rerata


Pb350 0,9016 0,8419 0,8952 2,6387 0,879567
Pb800 1,3621 1,4647 1,3531 4,1799 1,3933
Pb1000 1,6761 1,8516 1,7972 5,3249 1,774967
Pb4300 0 0 0 0 0
Jumlah 3,9398 4,1582 4,0455 12,1435

FK 12,28872
JKT 5,333549
JKK 0,005964
JKP 5,307571
JKG 0,020013

ANOVA

f tabel f tabel
SK DB JK KT F Hit 5% 1%
Kelompok 2 0,005964 0,002982 0,894058 5,4133 10,925
perlakuan 3 5,307571 1,76919 530,4036 4,7571 9,78
Galat 6 0,020013 0,003336
Total 11 5,333549

sd t 5%/2 BNT

sd 0,027226 2,446912 0,066619


48

perlakuan rata rata rata rata + bnt simbol

Pb350 0,879567 0,946185 a

Pb800 1,3933 1,459919 b

Pb1000 1,774967 1,841585 c

Pada Batang

Perlakuan ulangan Jumlah rerata


1 2 3
Pb350 0,0848 0,0821 0,0753 0,2422 0,1211
Pb800 0,1939 0,1921 0,1799 0,5659 0,28295
Pb1000 0,2424 0,1997 0,2138 0,6559 0,32795
Pb4300 0 0 0 0 0
Jumlah 0,5211 0,4739 0,469 1,464

Fk 0,178608
Jkt 0,092205
Jkk 0,000414
Jkp 0,091095
Jkg 0,000697

ANOVA

f tabel f tabel
SK DB JK KT F Hit 5% 1%

Kelompok 2 0,000414 0,000207 1,781848 5,4133 10,925

Perlakuan 3 0,091095 0,030365 261,4718 4,7571 9,78

Galat 6 0,000697 0,000116

Total 11 0,092205
49

Sd t5%/2 BNT
0,00508 2,446912 0,01243

perlakuan rata rata rata rata + bnt simbol

Pb350 0,1211 0,13353 a

Pb800 0,28295 0,29538 b

Pb1000 0,32795 0,34038 c

Pada Daun

Perlakuan ulangan Jumlah rerata


1 2 3
Pb350 0,1849 0,1826 0,1659 0,5334 0,1778
Pb800 0,4227 0,3982 0,3831 1,204 0,401333
Pb1000 0,5284 0,4639 0,4825 1,4748 0,4916
Pb4300 0 0 0 0 0
Jumlah 1,136 1,0447 1,0315 3,2122

Fk 0,859852
Jkt 0,446421
Jkk 0,001619
Jkp 0,443203
Jkg 0,001599
50

ANOVA

f tabel f tabel
SK DB JK KT F Hit 5% 1%

Kelompok 2 0,001619 0,00081 3,037817 5,4133 10,925

perlakuan 3 0,443203 0,147734 554,3417 4,7571 9,78

Galat 6 0,001599 0,000267

Total 11 0,446421

sd t5%/2 BNT

0,007696 2,446912 0,018831

perlakuan rata rata rata rata + bnt simbol

Pb350 0,1778 0,196631 a

Pb800 0,4013 0,420164 b

Pb1000 0,4916 0,510431 c

Total Pb

Perlakuan u1 u2 u3 jumlah rerata


Pb 350
ppm 0,00051322 0,00040471 0,000379 0,00129673 0,000432243
Pb 800
ppm 0,0009405 0,00087992 0,000746 0,00256682 0,000855607
Pb 1000
ppm 0,0009196 0,0008384 0,000831 0,0025891 0,000863033
Pb 4300
ppm 0 0 0 0 0
51

jumlah 0,00237332 0,00212303 0,001956 0,00645265

FK 3,46972E-06
JKT 1,55617E-06
JKK 2,20291E-08
JKP 1,52145E-06
JKG 1,26928E-08

ANOVA

f tabel f tabel
SK DB JK KT F Hit 5% 1%

Kelompok 2 2,20291 1,10146 5,206687 5,4133 10,925

perlakuan 3 1,52145 5,07149 239,7339 4,7571 9,78

Galat 6 1,26928 2,11547

Total 11 1,55617

sd 2,1681905
t5%/2 2,446912
bnt 5,3053605

perlakuan rata rata rata rata + bnt simbol

Pb350 0,000432 0,000485 a

Pb800 0,000856 0,000909 b

Pb1000 0,000863 0,000916 bc


52

Lampiran 7. Hasil Pengujian Kandungan Pb pada tanaman akhir penelitian


53
54
55

Lampiran 8. Hasil Pengujian Kandungan NPK dan Pb pada Media Tanam


56

Lampiran 9. Dokumentasi

Pencampuran Media tanam dengan Pb

Pengukuran pH tanah
57

Pengukuran Suhu Tanah

Hari pertama remediasi


58

Kegiatan penyiraman pada remediasi minggu pertama

Kondisi Tanaman setelah hari terakhir remediasi


59

Pemanenan Bunga Matahari untuk sampel penelitian

Anda mungkin juga menyukai