Anda di halaman 1dari 3

5. Jelaskan fungsi sistem saraf otonom dalam regulasi tubuh!

Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf yang mengatur sebagian besar fungsi viseral tubuh.
Sistem ini membantu mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinal, pengosongan
kandung kemih, berkeringat, suhu tubuh, serta banyak aktivitas lain; beberapa di antaranya hampir
sepenuhnya diatur oleh sistem saraf otonom, sedangkan yang lain sebagian saja.

Jalur saraf autonom

Setiap jalur saraf autonom yang berjalan dari SSP ke suatu organ yang disarafi adalah suatu
rangkaian dua-neuron. Badan sel neuron pertama dalam rangkaian ini terletak di SSP. Aksonnya,
serat praganglion, bersinaps dengan badan sel neuron kedua, yang terletak di dalam suatu ganglion.
(Ingat kembali bahwa ganglion adalah kelompok badan sel neuron diluar SSP.) Akson neuron kedua,
serat pascaganglion, menyarafi organ efektor.

Sistem saraf autonom memiliki dua subdivisi-sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Serat saraf
simpatis berasal dari kornu lateral regio toraks (dada) dan lumbal (abdomen) korda spinalis.
Sebagian besar serat praganglion simpatis sangat pendek, bersinap dengan badan sel neuron
pascaganglion di dalam ganglion yang terletak di rantai ganglion simpatis (juga disebut trunkus
simpatikus)yang berada di sepanjang kedua sisi kordaspinalis. Serat pascaganglion yang panjang
berasal dari rantai ganglion dan berakhir di organ efektor.

Serat praganglion parasimpatis berasal dari daerah kranium (otak) dan sakrum (korda spinalis bagian
bawah) SSP. Serat-serat ini lebih panjang daripada serat praganglion simpatis karena mereka tidak
berakhir hingga mereka mencapai ganglion terminal yang terletak di dalam atau di dekat organ
efektor. Serat pascaganglion yang sangat pendek berakhir di sel-sel organ itu sendiri.

Serat praganglion simpatis dan parasimpatis mengeluarkan neurotransmiter yang sama, asetilkolin
(ACh), tetapi ujung pascaganglion kedua sistem saraf ini mengeluarkan neurotransmiter yang
berbeda (neurotransmiter yang memengaruhi organ efektor). Serat pascaganglion parasimpatis
mengeluarkan asetilkolin. Karena itu, serat-serat ini, bersama dengan semua serat praganglion
autonom, disebut serat kolinergik. Sebagian besar serat pascaganglion simpatis, sebaliknya, disebut
serat adrenergik karena mengeluarkan noradrenalin, yang umum dikenal sebagai norepinefrin.

Medula adrenal adalah suatu ganglion simpatis modifikasi yang tidak membentuk serat
pascaganglion. Pada stimulasi oleh serat praganglion yang berasal dari SSP, bagian ini mengeluarkan
hormon katekolamin (lihat h. 127) ke dalam darah (lihat Gambar 7-2). Tidaklah mengherankan,
hormon-hormon tersebut identik atau serupa dengan neurotransmiter simpatis pascaganglion.
Sekitar 20% produk hormon medula adrenal adalah norepinefrin, sisa 80%nya berkaitan erat dengan
epinefrin (adrenalin) Hormon-hormon ini, secara umum, memperkuat aktivitas sistem saraf simpatis.
Sebagian besar organ viseral disarafi oleh serat saraf simpatis dan parasimpatis. Inervasi suatu organ
tunggal oleh kedua cabang sistem saraf autonom dikenal sebagai inervasi ganda.

Seperti yang dapat Anda lihat dari tabel, sistem saraf simpatis dan parasimpatis umurnnya
menimbulkan efek yang berlawanan pada organ tertentu. Stimulasi simpatis meningkatkan denyut
jantung, sementara stimulasi parasimpatis menurunkannya; stimulasi simpatis memperlambat
pergerakan di dalam saluran pencernaan, sementara stimulasi parasimpatis meningkatkan motilitas
saluran cerna. Perhatikan bahwa kedua sistem meningkatkan aktivitas beberapa organ dan
menurunkan aktivitas organ lainnya. Daripada menghapal suatu daftar seperti di Tabel 7-2, lebih baik
kita secara logika mengerti kerja kedua sistem dengan pertama-tama memahami situasi ketika tiap-
tiap sistem mendominansi. Kedua sistem biasanya aktif parsial; yaitu, dalam keadaan normal
terdapat aktivitas potensial aksi di kedua serat simpatis dan parasimpatis yang menyarafi suatu
organ. Aktivitas yang terus-menerus ini disebut tonus simpatis atau parasimpatis. Pada keadaan
tertentu, aktivitas salah satu divisi mendominansi. Dominansi simpatis pada suatu organ tertentu
terjadi ketika frekuensi impuls serat simpatis ke organ meningkat melebihi tingkat tonus, disertai
oleh penurunan secara bersamaan frekuensi potensial aksi serat parasimpatis di bawah tingkat
tonus ke organ yang sama. Kebalikannya terjadi ketika parasimpatis mendominansi.

SAAT DOMINANSI SIMPATIS


Sistem simpatis mendorong respons-respons yang mempersiapkan tubuh untuk aktivitas fisik berat
dalam situasi darurat atau penuh stres, misalnya ancaman fisik dari luar. Respons ini biasanya
disebut sebagai respons "berjuang-atau-lari" (beberapa ahli fisiologi juga memasukkan ketakutan)
karena sistem simpatis menyiapkan tubuh untuk melawan atau lari dari (dan ditakuti oleh) ancaman.
Pikirkan halhal yang dibutuhkan oleh tubuh dalam situasi ini. Jantung berdenyut lebih cepat.

dan lebih kuat, tekanan darah meningkat akibat konstriksi (penyempitan) generalisata pembuluh
darah, saluran napas berdilatasi (membuka lebar) untuk memaksimalkan aliran udara, glikogen (gula
simpanan) dan simpanan lemak diuraikan untuk mengeluarkan bahan bakar tambahan ke dalam
darah, dan pembuluh darah yang mendarahi otot rangka berdilatasi. Semua respons ini ditujukan
untuk meningkatkan aliran darah kaya nutrien dan beroksigen ke otot rangka sebagai antisipasi
terhadap aktivitas fisik berat. Selain itu, pupil berdilatasi dan mata menyesuaikan diri untuk melihat
jauh, memungkinkan yang bersangkutan dapat melihat seluruh hal yang mengancam. Berkeringat
meningkat sebagai antisipasi terhadap peningkatan berlebih produksi panas oleh aktivitas fisik.
Karena aktivitas pencernaan dan kemih tidak esensial untuk menghadapi ancaman, sistem simpatis
menghambat aktivitas-aktivitas ini.

SAAT DOMINASI PARASIMPATIS

Sistem parasimpatis mendominasi pada keadaan tenang dan santai. Pada keadaan tanpa ancaman
ini, tubuh dapat berkonsentrasi melaksanakan aktivitas "rumah tangga"nya, misalnya pencernaan.
Sistem parasimpatis mendorong fungsi tubuh tipe "istirahat-dan-cerna" ini sambil memperlambat
aktivitas-aktivitas yang di tingkatkan oleh sistem simpatis. Sebagai contoh, jantung tidak perlu
berdetak keras dan kuat jika seseorang berada dalam keadaan tenang.

Terdapat beberapa pengecualian terhadap aturan umum persarafan timbal-balik ganda oleh dua
cabang sistem saraf autonom tersebut, yang paling menonjol adalah:

 Pembuluh darah yang memiliki persarafan (sebagian besar arteriol dan vena disarafi; arteri
dan kapiler tidak) hanya menerima serat saraf simpatis. Regulasi dilaksanakan dengan
meningkatkan atau menurunkan frekuensi lepas-muatan di atas atau di bawah kadar tonus
di serat-serat simpatis ini. Satu-satunya pembuluh darah yang menerima serat simpatis dan
parasimpatis adalah pembuluh yang mendarahi penis dan klitoris. Kontrol persarafan
rangkap atas organ-organ ini penting untuk menghasilkan ereksi.
 Sebagian besar kelenjar keringat disarafi hanya oleh saraf simpatis. Serat pascaganglion
saraf-saraf ini bersifat tak-lazim karena mengeluarkan asetilkolin dan bukan norepinefrin
 Kelenjar liur disarafi oleh kedua divisi autonom,tetapi tidak seperti di tempat lain, aktivitas
simpatis dan parasimpatis tidak antagonistik. Keduanya merangsang sekresi air liur, tetapi
volume dan komposisi liur berbeda, bergantung pada cabang autonom mana yang dominan.

Medula adrenal adalah suatu ganglion simpatis modifikasi yang tidak membentuk serat
pascaganglion. Pada stimulasi oleh serat praganglion yang berasal dari SSP, bagian ini mengeluarkan
hormon katekolamin (lihat h. 127) ke dalam darah (lihat Gambar 7-2). Tidaklah mengherankan,
hormon-hormon tersebut identik atau serupa dengan neurotransmiter simpatis pascaganglion.
Sekitar 20% produk hormon medula adrenal adalah norepinefrin, sisa 80%nya berkaitan erat dengan
epinefrin (adrenalin) Hormon-hormon ini, secara umum, memperkuat aktivitas sistem saraf simpatis.

Anda mungkin juga menyukai