Anda di halaman 1dari 11

1.

Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilisasi, nidasi,


implantasi dari janin intra uterin

2. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan pembentukan janin intra uterin

• Minggu 1 -> konsepsi hingga nidasi


Fertilisasi (pembuahan), proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di daerah
ampula tuba uterina. Fase fertilisasi meliputi:

1. Penetrasi Korona Radiata


Dari 200 hingga 300 juta spermatozoa yang normalnya diletakkan di
dalam saluran genitalia wanita, hanya 300 hingga 500 yang mencapai
tempat fertilisasi. Hanya satu dari spermatozoa ini yang membuahi sel
telur. Diduga bahwa spermatozoa lainnya membantu sperma yang
membuahi dalam penetrasi sawar yang melindungi gamet wanita.
2. Penetrasi Zona Pelusida
Zona ini merupakan selubung glikoprotein yang me ngelilingi sel telur
yang mempermudah dan memper tahankan pengikatan sperma dan
memicu reaksi akrosom. Baik pengikatan maupun reaksi akrosom ini
diperantarai oleh ligan ZP3, suatu protein zona. Pelepasan enzim akrosom
(akrosin) memungkinkan sperma menembus zona sehingga berkontak
dengan membran plasma oosit (Gambar 3.5). Permeabilitas zona pelusida
berubah ketika kepala sperma berkontak dengan permukaan oosit.
3. Penyatuan Membran Sel Oosit dan Sperma
Perlekatan awal sperma pada oosit diperantarai sebagian oleh interaksi
integrin di oosit dan ligannya, disintegrin, di sperma. Sesudah perlekatan,
membran plasma sperma dan sel telur menyatu (Gambar 3.5).

Pembelahan

Ketika zigot mencapai tahap dua-sel, zigot akan mengalami serangkaian pembelahan
mitosis, yang meningkatkan jumlah sel. Sel-sel ini, yang menjadi lebih kecil setiap
kali pembelahan, dikenal sebagai blastomer

Sekitar 3 hari sesudah fertilisasi, sel-sel mudigah yang dipadatkan membelah lagi
membentuk morula 16 sel (murbei). Sel-sel bagian dalam morula membentuk massa
sel dalam (inner cell mass), dan sel-sel di sekelilingnya membentuk massa sel luar
(outer cell mass). Massa sel dalam menghasilkan jaringan mudigah yang sebenarnya,
dan massa sel luar membentuk trofoblas, yang kemudian berkembang menjadi
plasenta.

Pembentukan blastokista

Saat morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai menembus zona pelusida masuk ke
dalam ruang interselular massa sel dalam-> terbentuk sebuah rongga, blastokel. Pada
saat ini, mudigah disebut blastokista.

Pada manusia, sel-sel trofoblastik di atas kutub embrioblas mulai menembus di antara
sel-sel epitel mukosa uterus sekitar hari keenam.

• Minggu ke-2
• Minggu ke- 3
Proses paling khas selama minggu ketiga adalah gastrulasi, yang dimulai
dengan terbentuknya garis primitif, yang memiliki nodus primitif di ujung
sefaliknya. Di regio nodus dan garis, sel-sel epiblas bergerak masuk
(invaginasi) untuk membentuk lapisan sel baru, endoderm dan mesoderm. Sel-
sel yang tidak bermigrasi melalui garis namun tetap berada di epiblas
membentuk ektoderm. Oleh sebab itu, epiblas membentuk ketiga lapisan
germinativum pada mudigah, ektoderm, mesoderm, dan endoderm, dan
lapisan-lapisan ini membentuk seluruh jaringan dan organ.
3. Menjelaskan ciri-ciri bayi lahir sehat

Ciri-ciri bayi baru lahir normal adalah lahir aterm antara 37-42 minggu, berat badan 2500-
4000 gram, panjang lahir 48-52 cm. lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar
lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120- 160 kali permenit, kulit kemerah-merahan
dan licin karena jaringan subkutan yang cukup, rambut lanugo tidak terlihat dan rambut
kepala biasanya telah sempurna, kuku agak panjang dan lemas, nilai Appearance Pulse
Grimace Activity Respiration (APGAR)>7, gerakan aktif, bayi langsung menangis kuat,
genetalia pada laki-laki kematangan d itandai dengan testis yang berada pada skrotum dan
penis yang berlubang sedangkan genetalia pada perempuan kematangan ditandai dengan
labia mayora menutupi labia minora, refleks rooting susu terbentuk dengan baik, refleks
sucking sudah terbentuk dengan baik

4. Menjelaskan pemenuhan gizi pada janin

5. Menjelaskan kelainan perkembangan janin

Kelainan kongenital/malformasi/anomaly kongenital adalah kelainan fungsi atau struktur


yang dapat terjadi baik sejak dalam kandungan, saat lahir, atau setelah lahir.

Tipe Abnormalitas

Malformasi terjadi selama pembentukan struktur, misalnya, selama organogenesis.


Malformasi dapat mengakibatkan hilangnya suatu struktur secara total atau parsial, atau
perubahan pada konfigurasi normalnya. Malformasi disebabkan oleh faktor lingkungan
dan/atau genetik yang bekerja secara independen atau bersamaan. Sebagian besar malformasi
berawal pada usia kehamilan minggu ketiga hingga minggu kedelapan

Disrupsi menyebabkan perubahan morfologis pada struktur yang telah terbentuk dan disebabkan
oleh proses destruktif. Gangguan vaskular yang menyebabkan defek ekstremitas transversal dan
defek akibat pita amnion adalah contoh faktor destruktif yang menyebabkan disrupsi.

Deformasi terjadi akibat gaya mekanis yang mencetak bagian janin dalam jangka waktu yang lama.
Club feet, misalnya, disebabkan oleh penekanan dalam rongga amnion. Deformasi sering mengenai
sistem musculoskeletal. Contoh: talipes, dislokasi sendi panggul kongenital, skoliosis
kongenital, plagiosefali, tortikolis.
Displasia Kelainan struktur akibat fungsi atau organisasi sel abnormal. Sebagian besar
akibat mutasi gen, dan mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh.

6. Mengatahui adaptasi fisiologis bayi

a. Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada janin saat di dalam kandungan mendapatkan oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir dan plasenta lahir bernafas
menggunakan paru paru. Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
detik pertama sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena
beberapa faktor, yaitu:
1) Stimulasi mekanik, yaitu karena terdapat rongga dada pada saat melewati jalan
lahir hal tersebut mengakibatkan paru paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat
dildalamnya, sehingga akan tersisa 80-100 mL Setelah bayi lahir dan cairan tersebut
akan diganti dengan udara.
2) Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan kadar oksigen (dari 80 ke 15 mmHg), Kenaikan
kadar karbon dioksida (dari 40 ke 70 mmHg) dan penurunan PH yang akan merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus dan akibatnya akan terjadi asfiksia
sementara selama kelahiran.
3) Stimulasi sensorik yaitu adanya rangsangan suhu dingin pada bayi pada saat bayi
meninggalkan suasana hangat pada uterus dan memasuki udara luar yang dingin.
Perubahan suhu yang mendadak ini akan merangsang implus sensoris di kulit yang
kemudian disalurkan ke pusat respirasi.
4) Refleks deflasi hering breur Refleks mengeluarkan cairan dalam paru-paru dapat
menyebabkan bayi batuk dan muntah sehingga mengembangkan jaringan alveolus
paru-paru untuk pertama kali.

b. Perlindungan Termal
Bayi baru lahir berada pada suhu lingkungan lebih rendah dari pada suhu di dalam
kandungan ibu. Agar tetap mempertahankan panas dapat diperoleh dari pergerakan tungkai
dan stimulasi lemak coklat. Namun jika suhu ruangan terlalu dingin maka bayi rentan
kehilangan panas karena mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belom berfungsi secara
sempurna oleh karena itu jika tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh
maka bayi akan rentan mengalamai hipotermi.

c. Metabolisme Karbohidrat
Kehidupan janin di dalam kandungan mendapatkan kebutuhan glukosa dari plasenta.
Tindakan penjepitan tali pusat menyebabkan bayi harus mulai mempertahankan
kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir, glukosa darah akan menurun
dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa
dalam bentuk glikogen, terutama di hati selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.

d. Sitem Peredaran Darah


Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikus yang terdapat dalam
tali pusat. Dari vena umbilikus, darah masuk ke dalam vena kava inferior melalui
duktus venosus (pembuluh besar) atau hati. Dari vena kava inferior, darah berjalan
ke atrium kanan. Sebagian darah tidak masuk kedalam ventrikel kanan. Tetapi
masuk ke dalam antrium kiri melalui foramen ovale. Foramen ovale adalah lubang
pada septum interatrial yang hanya terdapat pada masa janin. Darah kemudian
masuk ke dalam ventrikel kiri lalu ke arkus aorta. Dari arkus aorta, sebagian besar
darah didistribusikan ke otak, jantung dan bagian tubuh atas setelah bersikulasi di
otak, jantung dan bagian tubuh atas, darah yang di deoksigenasi mengalir di vena
kava superior menuju ke atrium kanan kemudian ke ventrikel kanan. Dari ventrikel
kanan, darah dipompa masuk ke dalam arteri pulmonalis. Sekitar sepertiga darah
yang masuk ke ventrikel kanan tidak mengalir melalui foramen ovale, tetapi mengalir
melaui arteri pulmonalis. Sebagian besar darah dalam arteri pulmonalis disalurkan
langsung ke dalam aorta desenden melaui duktus arteriosus. Darah ini kembali ke
plasenta melalui aeorta desenden, pertukaran gas selanjutnya.
1) Adaptasi sistem peredaran darah pada bayi baru lahir
Perubahan peredaran darah yang terjadi yaitu pada saat paru paru mulai
berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen keseluruh jaringan tubuh
akan berubah. Perubahan tersebut mencangkup penutupan foramen
ovale pada atrium jantung serta penutupan duktus venosus dan duktus
arteriosus. Ketika tali pusat diklem dan bayi tarik nafas untuk pertama kali
maka sirkulasi darah akan berubah, pada saat tali pusat dipotong
resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun hal tersebut menyebabkan penutupan duktus venosus secara
pasif dalam waktu 3-7 hari dan dengan mengurangi darah aliran darah
yang melalui vena kava inferior. Ekspansi paruh menurunkan tahanan
vaskuler pulmonal sehingga meningkatkan aliran darah ke atrium kanan,
kedua hal ini menyebabkan tekanan atrium kanan berkurang, sedangkan
tekanan atrium kiri meningkat , Perubahan tekanan ini ovale menutup.
Penutupan foramen ovale dapat terjadi dalam beberapa jam sampai
beberapa bulan. Peningkatan tekanan oksigen dalam arteri dan
penurunan tahanan paru yang drastis menyebabkan duktus arteriosus
melalui penutup. Peningkatan kinsentrasi oksigen dalam darah dan
penurunan prostaglandin endogen yang dihasilkan oleh plasenta
membantu penutupan dukstus arteriosus. Pada 93% bayi cukup bulan,
duktus arteriosus secara fungsional menutupi dalam 60 jam. Perubahan
lain yang terjadi adalah menutupnya vena umbilikalis, dan artikel, dan
arteri hipogastrika dari tali pusat secara fungsional dalam beberapa menit
setelah tali pusat diklem serta penutupan jaringan fibrosa yang
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.

e. Sistem Gastrointestinal
Janin ketika sudah cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks gumoh
dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi
baru lahir menelan karena terdapat sentuhan pada langit-langit mulut bayi sehingga
memicu bayi untuk menghisap selain itu juga karena adanya kerja peristaltik lidah
dan rahang yang memeras air susu dan payudara ke kerongkongan bayi sehingga
memicu refleks untuk menelan. Gumoh sering terjadi pada bayi baru lahir karena
hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belom sempurna. Kapasitas
lambung bayi baru lahir cukup bulan sekitar 30 cc, kapasitas lambung ini akan
bertambah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan dan perkembangan pada
bayi. Pada pencernaan bayi baru lahir menggandung zat berwarna hitam kehijauan
yang terdiri atas mukopolisakarida. Zat ini disebut mekonium. Mekonium biasanya
dikelurkan 12-24 jam pertama dan dalam dalam 4 hari biasanya feses sudah
terbentuk dan berwarna kekuningan. Enzim dalam saluran pencernaan biasanya
sudah terdapat pada neonatus, kecuali pada amilase dan lipase. Amilase dihasilkan
dari kelenjar saliva setelah 3 bulan dan oleh prankes setelah usia 6 bulan.
Sementara lipase baru dihasilkan oleh pankreas setelah usia 6 bulan.

f. Sistem Kekebalan
Tubuh (Imun) Pada saat dalam kandungan plasenta merupakan sawar yang
menjaga janin bebas dari antigen dan stres imunologis. Setelah lahir, bayi 17
menjadi rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi karena sistem kekebalan
tubuhnya belom matang, Sistem kekebalan tubuh akan memberikan kekebalan alami
dan kekebalan yang didapat, kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh
yang meminimalisir infeksi. Contoh kekebalan alami adalah perlindungan oleh
membran mukosa kulit , fungsi saringan saluran nafas, pembentukan koloni mikroba
oleh kulit dan usus, serta perlindunga kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu sel darah yang dapat
membunuh mikroorganisme asing. Namum pada BBL sel darah ini belom matang
oleh karena itu belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien ,
kekebalan ini didapat ketika bayi sudah dapat membentuk reaksi antibodi terhadap
antigen asing. Belum matangnya kekebalan alami pada bayi maka menyebabkan
bayi rentan mengalami terkena infeksi, oleh karena itu pencegahan terhadap infeksi
(seperti pada praktik persalinan yang aman dan menyusi ASI sacara dini sangat
penting terutama kolostrum). Bayi baru lahir dan bayi yang lahir prematur. Beresiko
tinggi terkena infeksi selama beberapa bulan pertama kehidupanya. Infeksi
merupakan penyebab pertama morbiditas dan mortalitas. Bayi baru lahir tidak dapat
membatasi patogen yang menrobos masuk akibat hipofungsi mekanisme inflamasi
dan imun.

g. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal


Kadar natrium bayi baru lahir relatif lebih besar dari pada kalium karena ruangan
ekstra seluler yang luas. Ginjal telah berfungsi tetapi belum sempurna karena nefron
masih belom banyak. Laju filtrasi glomerulus BBL hanyalah 30-50% akibatnya
kemampuan mengeluarkan limbah dari dalam masih kurang. Bayi baru lahir sudah
harus buang air kecil dalam 24 jam pertama jumlah urine sekitar 20-30 mL/Jam dan
meningkat sekitar 100-200 Ml/Jam pada akhir minggu pertama. Bayi yang diberikan
susu formula umumnya lebih sering BAK, tetapi jumlah urin bayi yang diberikan ASI
meningkat 3-4 hari setelah kolostrum sudah tidak produksi lagi. Setelah hari keempat
bayi seharusnya sudah BAK 6-8 kali setiap 24 jam.

h. Sistem Hepatik
Hati terus membantu pembentukan darah selama janin dalam kandungan maupun
bayi sudah lahir. Selama periode neonatal, hati menghasilkan zat yang esensial
untuk pembekuan darah. Hati juga mengendalikan jumlah bilirubin tak terkonjugasi
yang bersikulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan secara bersamaan
dengan pemecahan sel sel darah merah. Bayi baru lahir akan terjadi perubahan
kimia dan morfologis yaitu kenaikan kadar protein serta penurunan kadar lemak dan
glikogen .enzim hati akan aktif sekitar 3 bulan setelah kelahiran. Daya detoksifikasi
hati pada bayi baru lahir belom sempurna oleh karena itu harus hati –hati dalam
pemberian obat-obatan. Penyimpanan zat besi selama dalam kandungan cukup
memadai bagi bayi sampai 4-6 bulan kehidupan ekstrauterin. Bayi prematur dan bayi
BBLR memiliki cadangan zat besi yang lebih sedikit yang hanya memadai 2-3 bulan
pertama. Pada saat ini bayi lebih rentan terhadap defisiensi zat besi.

i. Sistem Saraf
Pada saat bayi lahir sistem saraf belom terintegrasi sempurna namun cukup untuk
mendukung kehidupan di ekstarauterin. Sebagian besar fungsi neourologis berupa
refleks primitif misalnya refleks moro, refleks rooting, refleks menghisap dan
menelan, refleks batuk dan bersin, refleks grasping, refleks stepping, refleks tonus
leher dan refleks babinski. Sistem saraf autonom sangat penting selama transisi
karena merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan keseimbangan
asam-basa, mengatur sebagian kontrol suhu. Fungsi sensoris bayi baru lahir sudah
sangat berkembang dan memiliki dampak signifikan pada pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk proses perlekatan.
1) Pendengaran →Berkembang sangat baik saat lahir. Bayi bereaksi
terhadap suara dengan berpaling ke arah sumber suara. Bayi baru lahir memberi
respons terhadap suara berfrekuensi rendah seperti suara denyut jantung atau lagu
nina bobo dengan menurunkan aktivitas motorik dan berhenti menangis. Suara yang
berfrekuensi tinggi memicu reaksi waspada
2) Pengecap→ Mampu membedakan rasa manis dan asam pada usia 72
jam. 3) Penghirup→ Mampu membedakan antara bau ASI ibunya dengan
ASI yang lain
4) Peraba →Sensitif terhadap nyeri bereaksi terhadap stimulasi taktil.
5) Penglihatan➔ Mampu memfokuskan pada objek yang terang dan berjarak
20 cm. pupil bereaksi terhadap cahaya da refleks berkedip mudah
dirangsang. Bayi sangat sensitif terhadap cahaya jika ruangan dalam kondisi
gelap maka bayi refleks membuka mata dengan lebar dan melihat
disekelilingnya.
7. Menjelaskan macam- macam pemeriksaan fisik pada bayi
1. Pada saat lahir
Tujuannya:
• Untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
• Untuk mencari kelainan kongenital yang perlu penanganan segera
• Menetukan prognosis neonatus
• Menetukan perawatan neonatus selanjutnya
2. Dalam 24 jam di ruang perawatan
3. Pemeriksaan pada waktu pulang

Penilaian fisik lengkap harus dilakukan pada saat pertama kali bayi dirawat. Pastikan hasil
penilaian dicatat dengan akurat. Penilaian mencakup:
• Tanda-tanda vital
• Pengukuran pertumbuhan
• Penilaian sistem
• Pemeriksaan alat tubuh

• Minggu I kehidupan : posisi tubuh bayi seperti posisi dalam kandungan -> fleksi penuh
pada sendi lengan, siku, panggul dan lutut
• Frekuensi jantung normal : 120 – 160 kali/ menit
• Frekuensi nafas normal : 40 – 60 kali/ menit
• Suhu tubuh : axila
(36.5 – 37.5 oC)
• Frekuensi BAK : sampai 6-12 kali/ hari
• Frekuensi BAB : 4 – 7 kali/ hari
• Sebagian bayi tidur selama 14 – 18 jam dalam 24 jam

Kepala
Rabalah kepala sepanjang garis sutura dan fontanela, apakah ukuran dan lebarnya normal.
Sutura yang berjarak lebar menandakan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran normal letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang
tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontenela
anterior harus diraba, fontanela yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanela menonjol
hal ini diakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi
akibat dehidrasi. Lakukan pemeriksaan terhadap adanya trauma kelahiran misalnya, caput
suksedaneum, cephal hematoma, perdarahan subaponeuroti/ fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan konginetal seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan
sebagainya.

Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini dikarenakan
posisi bayi intrauteri. Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti sindrom down atau
sindrom piere robin. Peratikan juga kelainan wajah akibat trauma lahir seperti laserasi,
paresi N. Fasialis.

Mata
Pada saat memperiksa mata, goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata
bayi terbuka, lakukan pemeriksaan terhdap jumlah mata, eposisi atau letak mata, periksa
adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaukoma
konginetal, mulanya akan tampak sebagi pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada
kornea. Katarak konginetal akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus
tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kecil (kolobama) yang dapat
mengindikasi adanya defek retina. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarhan
konjungtiva atau retina. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman
gonokokus dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan
epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.

Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi
harus bernapas dengan hidung, bila melalui hidung maka harus diperhatikan kemungkinan
ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang
terkadang berdarah, ini kemungkinan adanya sifilis konginetal. Periksa adanya pernapasan
cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukan adanya gangguan
pernapasan.

Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidak simetrisan bibir
mennjukan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukan micrognatia. Periksa adanya
bibir sumbing, adanya gigi atau ranua (kristal lunak yang berasal dari dasar mulut). Periksa
keutuhan langit-langit, terutama pada persambungkan antara palatum keras dan lunak.
Perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi akibat
Epistein’s pearl atau gigi. Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi
dengan edema otak atau tekanan intrakranial meninggi sering kali lidahnya keluar masuk
(tanda foote)

Telinga
Telinga diperiksa kanan dan kiri, periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada
bayi cukup bulan, tulag rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna
dengan lengkungan yang jelas dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga
yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu
(Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal.

Leher
Biasanya leher bayi pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus
baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan adanya kelainan tulang leher.
Periksa adanya trauma leher menyebabkan kerusakan pada fleksus brakialis. Lakukan
perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan periska adanya pembesaran
kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang
leher menunjukan adanya kemungkinan trisomi 21 (sindrom down).

Dada
Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi
mengalami Pneumonia toraks, paralisis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan
yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau
interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan. Pada bayi cukup bulan, puting susu
sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris. Payudara tampak membesar tetapi ini
merupakan keadaan yang normal.

Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat
bernapas. Kaji adanya pembengkakan. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat
hernia diafagmatika. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-spleno-megali
atau tumor lainnya. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis,
omfalokel, atau ductus omfaloentriskus persisten.

Genitalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm, lebar 1-1,3 cm. Periksa lubang uretra. Preputisium
tidak boleh ditarik karena menyebabkan fimosis. Perhatikan adanya hiposdia dan epispadia.
Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua. Pada bayi perempuan
cukup bulan labia mayora menutupi labia minora. Lubang uretra terpisah dengan lubang
vagina. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah pada vagina. Hal ini disebabkan
pengaruh hemoroid ibu (withdrawl bedding).

Anus dan Rektum


Periksa adanya kelainan atresia ani, kaji posisinya. Mekonium secara umum keluar pada 24
jam pertama. Jika sampai 48 jam belum keluar kemungkinan adanya mekonium plug
syndrom, megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan.

Ekstremitas
Pada tangan, kedua lengan bayi harus sama panjang, periksa dengan cara meluruskan
kedua lengan ke bawah. Kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan ada kerusakan neurologis atau fraktur. Telapak tangan harus dapat terbuka,
garis tangan yang hanya satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti
trisomi 21. Perhatikan adanya polidaktili atau sidaktili. Periksa adanya paronisia pada kuku
yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga menimbulkan luka dan perdarahan. Pada kaki
dan tungkai, periksa kesimetrisan kaki dan tungkai. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kurang
nya gerakan berkaitan dengan fraktur, kerusakan neurologis. Periksa adanya polidaktil atau
sindaktili pada jari kaki.

Kulit
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir. Periksa adanya pembekakan. Perhatikan
adanya verniks kaseosa. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi
kurang bulan.

Pemeriksaan Neurologis

a) Reflek Terkejut/ Refleks Moro


Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka
akan menimbulkan gerakan terkejut.
b) Reflek Menggenggam
Apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari pemeriksa, maka ia akan
berusaha menggenggam jari pemeriksa
c) Reflek Mencari/ Refleks Rooting
Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia akan menoleh dan
mencari sentuhan itu.
d) Reflek Mengisap/ Sucking Refleks
Apabila bayi diberi dot/puting, maka ia berusaha mengisap
e) Reflek Glabella/ Glabellar Reflex
Apabila bayi disentuhpada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa,
maka ia akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan mata.
f) Gland Refleks
Apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri, maka ia berusaha
mengangkat kedua pahanya
g) Tonick Neck Refleks
Apabila bayi diangkat dari tempat tidur, maka ia akan berusaha mengangkat
kepalanya
8. Menjelaskan antanetal care

Konsep Antenatal Care (ANC)


antenatal care merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas kesehatan dalam
membina suatu hubungan dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan
persalinannya. Menurut (Sulistyawati, 2009: 4) tujuan ANC adalah sebagai berikut:
▪ Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan
tumbuh kembang janin
▪ Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental serta
sosial ibu dan bayi
▪ Mengenali dan mengurangi secara dini adanya masalah/ gangguan dan
kemungkinan komplikasi yang terjadi selama masa kehamilan
▪ Mempersiapkan kehamilan dan persalinan cukup bulan, dengan
selamat, baik ibu maupun bayi dengan trauma seminimal mungkin
▪ Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI ekslusif
berjalan normal
▪ Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam memelihara bayi agar
dapat tumbuh dan berkembang secara normal.
▪ Mengurangi bayi lahir prematur, kelahiran mati, kematian neonatal
▪ Mempersipakan kesehatan yang optimal bagi janin.

Standar pelayanan ANC 10T :


a) Ukur tinggi badan satu kali

b) Pengukuran tekanan darah


Tekanan darah normal 90/60- 120/80 mmHg. Bila tekanan darah lebih besar atau
sama dengan 140/90 mmHg, ada faktor risiko hipertensi dalam kehamilan

c) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) Bila < 23,5 cm menunjukkan ibu hamil
menderita kurang energi kronis (KEK) dan berisiko melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR).
d) Pengukuran tinggi fundus uteri Pengukuran tinggi fundus uteri berguna untuk
melihat pertumbuhan janin apakah sesuai dengan usia kehamilan.

e) Penentuan presentasi janin dan perhitungan DJJ Apabila trimester III bagian bawah
janin bukan kepala atau kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan
letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung janin kurang dari 120x/menit atau
lebih dari 160x/menit menunjukkan ada tanda gawat janin.

f) Penentuan status imunisasi tetanus toksoid (TT) Diperlukan mendapat suntikan


tetanus toksoid sesuai anjuran petugas kesehatan untuk mencegah tetanus pada ibu
dan bayi.

g) Pemberian tablet tambah darah Sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah
setiap hari minimal selama 90 tablet. Tablet tambah darah diminum pada malam hari
untuk mengurangi mual.

h) Tes Laboratorium
➢ Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi
ibu hamil bila diperlukan.
➢ Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu anemia.
➢ Tes pemeriksaan urine.
➢ Tes pemeriksaan darah lainnya, sesuai indikasi seperti
malaria, HIV, sifilis dan lain-lain
i) Tes terhadap penyakirt menular seksual (PMS) PMS yang terjadi selama kehamilan
berlangsung akan menyebabkan kelainan atau cacat bawaan pada janin dengan segala
akibatnya. Oleh karena itu, tes PMS perlu dilakukan agar dapat ditegakkan diagnosa
secara dini dan mendapatkan pengobatan secara tepat. 47

j) Temu wicara atau konseling Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai


perawatan kehamilan, pencegahan kelainan bawaan, persalinan dan inisiasi menyusu
dini (IMD), nifas, perawatan bayi bayi lahir, ASI ekslusif, keluarga berencana dan
imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat kunjungan ibu
hamil

9. Menjelaskan hubungan antara ibu dan janin

Anda mungkin juga menyukai