Bab 2
Bab 2
Model Bumi
II.1. Macam Model Bumi
Fenomena bahwa bentuk bumi berupa bidang lengkung dengan permukaannya yang
tidak teratur serta tidak dapat dituliskan rumus matematisnya, mengakibatkan proses
hitungan posisi tidak dapat dilakukan di atasnya, meskipun pengukuran atau pengambilan
datanya dilakukan di atas permukaan bumi. Oleh karena itu besaran-besaran hasil ukuran
harus dipindahkan terlebih dulu pada suatu bidang referensi hitungan yang lebih teratur
bentuknya. Bidang tersebut merupakan suatu bidang rekaan yang bentuknya hampir
menyerupai bentuk bumi yang digunakan sebagai model geometri dari permukaan bumi
yang dinamakan model bumi. Adapun macam-macam model bumi adalah:
a. Geoid
b. Elipsoid
c. Bola
d. Bidang Datar
II.2. Geoid
Geoid didefinisikan sebagai salah satu bidang equipotensial gaya berat (bidang nivo)
yang berimpit dengan permukaan air laut rata-rata (mean sea level / msl). Sedang bidang
equipotensial (bidang nivo) adalah bidang yang merupakan tempat kedudukan titik-titik
yang memiliki nilai potensial gaya berat yang sama.
Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 7
Bab II. Model Bumi – Modul Sistem Koordinat dan Hitungan Geodesi RM, 2017
Di bumi ini terdapat banyak sekali bidang equipotensial gaya berat. Karena adanya
kenyataan bahwa distribusi massa bumi tidak merata yang menyebabkan adanya variasi
atau perbedaan nilai gaya berat, maka bidang-bidang nivo ini tidak saling sejajar satu sama
lain. Namun demikian, meskipun tidak saling sejajar, tetapi sifat penting yang dimiliki oleh
bidang nivo ini adalah bahwa bidang-bidang nivo ini tidak akan pernah saling berpotongan
satu sama lain, karena saling melingkupi (Gambar II.4).
II.3. Elipsoid
Elipsoid dapat digunakan sebagai bidang referensi hitungan karena bentuknya teratur
dan dapat dituliskan rumus matematisnya. Yang dimaksud elipsoid disini adalah elips yang
berotasi pada sumbu pendeknya. Sebagai bentuk bumi, geometri elipsoid ini agak melebar
sepanjang ekuator dan menggepeng (pepat) di kedua kutubnya. Hal ini disebabkan karena
perputaran bumi pada porosnya dengan gaya sentrifugal paling besar di ekuator sehingga
menyebabkan wilayah ekuator memiliki diameter yang lebih besar (Gambar II.6). Bentuk
elipsoid seperti itu juga dinamakan sebagai spheroid oblate (elipsoid yang datar pada
kutub-kutubnya). Elipsoid yang digunakan sebagai model bumi sering disebut elipsoid
referensi.
Gambar II.7 memperlihatkan sebuah titik P terletak di atas permukaan bumi. Titik Q
adalah proyeksi titik P di atas elipsoid referensi sepanjang garis normal (n), sedangkan titik
P’adalah proyeksi titik P di atas geoid sepanjang garis arah gaya berat (g).
Jarak vertikal titik P ke Q merupakan tinggi titik P di atas permukaan bumi terhadap
bidang referensi elipsoid dinamakan tinggi normal atau tinggi geometris (h), sedangkan
jarak antara titik P ke P’ merupakan tinggi titik P di atas permukaan bumi terhadap bidang
referensi geoid dinamakan tinggi orthometris (H), sehingga: h = H + N*.
Gambar II.8. Tinggi (undulasi) geoid (N*) dan sudut defleksi vertikal
GEOID
λ
η
ξ ELIPSOID
Elips merupakan garis/busur tempat kedudukan titik-titik yang jumlah jaraknya tetap
(= 2a) terhadap dua titik (fokus) tertentu. Makin pipih elips, maka kedua titik fokus F 1 dan
F 2 makin menjauhi pusat elips O. Parameter elipsoid dinyatakan dengan besaran setengah
sumbu panjang elips (a) dan setengah sumbu pendek elips (b) serta penggepengan (f).
b
β
a
O
P
Gambar II.10. Geometri elips
Di bawah ini diberikan beberapa besaran fundamental elips yang lain dan rumus-
rumus dasar pada elipsoid yang penting (untuk penjabarannya dapat dilihat pada pustaka
yang diacu):
e2
e' 2 (5)
1 e2
f 1 1 e2 (7)
Gambar II.12. Jari-jari kelengkungan meridian (M) dan vertikal utama (N)
R MN
a 1 e 2
1/ 2
(10)
1 e 2 Sin 2
8. Panjang busur paralel (L) pada lintang dengan beda bujur :
"
L N Cos (11)
"
" = 206264,8062
A ( 2 1 ) B C
S a (1 e 2 ) ( Sin 2 2 Sin 21 ) ( Sin 4 2 Sin 41 )
" 2 4
D E
( Sin 6 2 Sin 6 1 ) ( Sin 8 2 Sin 81 )
6 8
F
( Sin 10 2 Sin 101 ) (12)
10
35 6 315 8 31185 10
D e e e
512 2048 131072
315 8 3465 10
E e e
16384 65536
693
F e10
131072
normal Bn b , dan selanjutnya ketika diarahkan ke titik A, maka perpotongan bidang normal
pada titik B melalui A dengan elipsoid menurut irisan B-b-A disebut potongan normal
langsung dari titik B ke titik A atau disebut pula potongan normal balik dari titik A ke B.
K Meridian Q
Meridian P
α PQ
Q
P
α QP
nP
Ekuator nQ
Garis geodesik antara 2 buah titik pada permukaan elipsoid adalah merupakan suatu
kurva yang mempunyai jarak terpendek antara kedua titik tersebut. Jika terletak pada
permukaan bidang datar, garis geodesik adalah garis lurus (horisontal), pada permukaan
bola merupakan busur lingkaran (bagian dari lingkaran besar / great circles), sedang pada
permukaan elipsoid merupakan suatu kurva yang mempunyai dua kelengkungan. Garis
geodesik di atas bidang lengkung adalah garis lengkung (kurva) yang mempunyai bidang
singgung di tiap-tiap titiknya yang memuat bidang normal di titik tersebut (lihat gambar
II.18).
Z
Q
θ2
Q
θ1
α’ QP P
θ3
α PQ
O R
P α PR
R
Y
X
Adanya pengertian potongan normal dan garis geodesik perlu diperhatikan dalam
mereduksi arah ukuran di permukaan bumi menjadi arah di atas elipsoid. Arah ukuran di
permukaan bumi adalah arah potongan normal, sedangkan arah di atas elipsoid adalah arah
garis geodesik. Untuk merubah arah potongan normal menjadi arah geodesik perlu
diberikan koreksi garis geodesik. Posisi garis geodesik terhadap potongan normal secara
Departemen Teknik Geodesi FT-UGM 17
Bab II. Model Bumi – Modul Sistem Koordinat dan Hitungan Geodesi RM, 2017
pendekatan dapat dinyatakan dengan besarnya sudut yang dibentuk antara potongan
normal langsung dan potongan normal baliknya. Dari gambar II.17, besarnya sudut di titik
P yang terbentuk akibat adanya potongan normal langsung dari P ke Q dan potongan
normal langsung dari Q ke P dapat dihitung dengan rumus:
........... (13)
Sedangkan besarnya sudut antara garis geodesik dengan potongan normal langsung pada
masing-masing titik () adalah sepertiga (1/3) dari besarnya sudut antara potongan
normal langsung dan potongan normal balik pada titik yang bersangkutan (lihat gambar
II.19).
................ (14)
Gambar II.19. Sudut antara garis geodesik dengan potongan normal langsung