Anda di halaman 1dari 26

PENGAMATAN GNSS METODE RADIAL

LAPORAN PRAKTIKUM SURVEI GNSS


Dosen Pengampu: M Iqbal Taftazani, S.T., M.Eng.

Oleh:
Kelompok 1B
Adrian Dwi Atmanto (21/482218/SV/19912)
Aulia Sugesti Putri (21/481907/SV/19871)
Fizqiyyah Nur Fatihah (21/483150/SV/20099)
Leonard Eka Satya Nugraha (21/481383/SV/19769)
Tri Ghoni Rorosuli (21/482520/SV/19955)
Yuli Tri Setiyorini (21/480287/SV/19604)

TEKNOLOGI SURVEI DAN PEMETAAN DASAR


DEPARTEMEN TEKNOLOGI KEBUMIAN
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

I.1. Tujuan Praktikum.....................................................................................................4

I.2. Manfaat....................................................................................................................4

I.3. Landasan Teori.........................................................................................................4

BAB II PELAKSANAAN.................................................................................................9

II.1. Diagram alir............................................................................................................9

II.2. Langkah Kerja.......................................................................................................11

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................19

III.1. Hasil Metadata.....................................................................................................19

III.2. Hasil QC Data......................................................................................................21

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................24

IV.1. Kesimpulan..........................................................................................................24

IV.2. Saran....................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.3.1 Pengukuran Statik........................................................................................5


Gambar I.3.2 Tabel Orde Jaringan.....................................................................................5
Gambar I.3.3 Mode Jaring dan Mode Radial.....................................................................6
Gambar I.3.4 Mode Jaring..................................................................................................6
Gambar I.3.5 Mode Radial.................................................................................................8
Gambar II.1.1 Diagram Alir Proses Akuisisi Data.............................................................9
Gambar II.2.1 Titik Berdiri Alat......................................................................................11
Gambar II.2.2 Melakukan Setting Alat............................................................................12
Gambar II.2.3 Pengisian Setting RTK.............................................................................12
Gambar II.2.4 Pengisian Setting Interval.........................................................................13
Gambar II.2.5 Melakukan Start Record...........................................................................13
Gambar II.2.6. New Profile..............................................................................................14
Gambar II.2.7. Load Binary File......................................................................................14
Gambar II.2.8 Memilih File.............................................................................................15
Gambar II.2.9 Proses Rinex data......................................................................................15
Gambar II.2.10 File Rinex Tersimpan.............................................................................16
Gambar II.2.11 Hasil dari File Rinex...............................................................................16
Gambar II.2.12 Membuka Command Prompt..................................................................17
Gambar II.2.14 Melakukan Pengecekan Data..................................................................18
Gambar III.1 Hasil Metadata............................................................................................19
Gambar III.2.1. Hasil QC Data........................................................................................21
Gambar III.2. 2 Gambar Keterangan Hasil QC Time Plot...............................................21
Gambar III.2. 3 Hasil Sumarry Report.............................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Praktikum


Tujuan dari Praktikum “Pengamatan GNSS Metode Radial” adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengamatan dan pengambilan data dengan metode Statik Diferensial
mode Radial menggunakan GNSS.
2. Melakukan proses pengolahan data hasil pengamatan GNSS metode Statik
Diferensial mode Radial dengan TEQC.

I.2. Manfaat
Manfaat yang didapatkan dari kegiatan praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa dapat memahami teknis pengoperasian GPS Geodetik beserta
ketelitian akurasi yang didapat dari hasil praktikum dengan meode Statik
diferensial mode Radial.
2. Mahasiswa dapat memahami proses pengolahan serta menganalisa hasil
pengolahan data GNSS dengan TEQC.
I.3. Landasan Teori
Global Navigation Satellite System (GNSS) adalah sistem navigasi satelit dengan
cakupan global. GNSS tersebut merupakan teknologi yang digunakan untuk menentukan
posisi atau lokasi (lintang, bujur, dan ketinggian) serta waktu dalam satuan ilmiah di
bumi. Survei penentuan posisi dengan pengamatan satelit GPS (survei GPS) secara
umum dapat didefinisikan sebagai proses penentuan koordinat dari sejumlah titik
terhadap beberapa buah titik yang telah diketahui koordinatnya, dengan menggunakan
metode penentuan posisi diferensial (differential positioning) serta data pengamatan fase
(carrier phase) dari sinyal GPS. Dengan GPS, titik yang akan ditentukan posisinya
dapat diam (static positioning) ataupun bergerak (kinematic positioning). Posisi titik
dapat ditentukan dengan menggunakan satu receiver GPS terhadap pusat bumi dengan
menggunakan metode absolute (point) positioning, ataupun terhadap titik lainnya yang
telah diketahui koordinatnya (monitor station) dengan menggunakan metode differential

4
(relative) positioning yang menggunakan minimal dua receiver GPS, yang menghasilkan
ketelitian posisi yang relatif lebih tinggi.
1. Metode Statik
Metode pengukuran ini melibatkan penentuan posisi titik tetap tanpa ada
pergerakan, dilakukan dengan pengamatan absolut atau diferensial. Pengamatan
dapat menggunakan metode pseudorange atau fase dan diproses setelah
pengamatan berlangsung untuk memperoleh akurasi yang tinggi dalam rentang
milimeter hingga centimeter. Metode ini biasanya digunakan untuk menentukan
titik kontrol dalam survei pemetaan dan geodetic yang ditunjukkan pada Gambar
I.3.1 Pengukuran metode Statik.

Gambar I.3.1 Pengukuran Statik


Metode pengukuran statik singkat merupakan teknik pengukuran yang
dilakukan dengan waktu pengamatan yang singkat, sekitar 5-20 menit, namun
menggunakan prosedur pengumpulan data yang sama seperti pada tabel yang
ditunjukkan pada Gambar I.3.2.

Gambar I.3.2 Tabel Orde Jaringan

5
Metode ini berbasis pada pengamatan diferensial dengan menggunakan data
fase, dan persyaratan utama adalah penentuan ambiguitas fase yang cepat dengan
menggunakan perangkat lunak pemrosesan data GNSS. Pengukuran ini
membutuhkan kondisi satelit geometri yang baik, tingkat bias dan kesalahan data
yang relatif rendah, serta lingkungan yang relatif tidak menimbulkan multipath.
Alat GNSS yang digunakan diharapkan memiliki data dual frekuensi. Metode ini
memiliki ketelitian relatif posisi titik dalam orde centimeter dan umumnya
digunakan untuk survei pemetaan dengan orde tidak terlalu tinggi, perapatan titik,
dan survei rekayasa.
Dalam pengukuran GNSS menggunakan metode diferensial statik dapat
dilakukan dengan dua mode, yaitu mode jaring dan moda radial yang ditunjukkan
pada gambar I.3.3.

Gambar I.3.3 Mode Jaring dan Mode Radial


2. Jaring
Metode jaring adalah metode yang digunakan pada saat pengambilan data
Global Positioning System. Pengambilan data ini akan menghasilkan data geometri
dimana posisi tersebut akan relatif kuat jika dibandingkan dengan metode radial.
Pada moda jaringan ini perlu diperhatikan tentang baseline trivial, karena baseline
ini diturunkan dari baseline-basline dari satu sesi pengamatan. Baseline selain
trivial dinamakan sebagai baseline independent ( basleine bebas). Dalam satu sesi
pengamatan apabila ada sejumlah n receiver beroperasi secara stimultan maka
akan ada (n-1) baseline bebas yang dapat terdiri dari beberapa kombinasi. Kualitas
posisi titik tengah yang diperoleh dipengaruhi oleh set dari (n-1) baseline bebas
yang digunakan.

6
Gambar I.3.4 Mode Jaring
Baseline trival tidak boleh disertakan dalam proses pengolahan data, untuk itu pada
saat melakukan pengukuran terdapat baseline trivial maka harus diulang pengukuran
terhadap baseline. Berikut ini peneybab baseline trivial tidak boleh digunakan dalam
pengolahan data :

a. Spesifikasi geometris jaring menjadi tidak terpenuhi


b. Informasi yang masuk ke dalam perataan jaringan menjadi berkurang.
c. Tingkat ketelitian dari tiitk yang diperoleh secara teoritis akan berkurang.
d. Hasil yang diberikan oleh hitung perataan jaring tidak mencerminkan kondisi
yang sebenarnya, atau dengan kata lain tidak realistis.
e. Pengikutsertaan baseline trivial dalam perataan jaringan akan meberikan hasil
perataan yang terkesan lebih presisi dibandingkan kondisi sebenarnya.
f. Pada dasarnya tidak ada informasi tambahan, maka tingkat ketelitian titik yang
diperoleh reatif tidak akan berubah.
g. Karena semakin banyaknya baselineyang terlibat, maka beban pengolahandata
semakin bertambah

Karakteristik dalam mode jaring sebagai berikut:

 10 baseline bebas.
 Geometri untuk penentuan posisi relatif lebih kuat.
 Ketelitian posisi yang diperoleh relatif akan lebih tinggi.
 Waktu pengumpulan dan pengolahan data relatif akan lebih lambat.

7
 Jumlah receiver dan/atau sesi pengamatan yang diperlukan relatif lebih
banyak.

3. Radial
Metode radial adalah metode yang digunakan pada saat pengambilan data
GPS menggunakan metode diferensial statik. Pengukuran ini dilakukan secara
diferensial pada setiap titik dengan referensinya menggunakan satu titik yang telah
diketahui koordinatnya, sehingga semua titik ditentukan koordinat dengan
menggunakan tiitk referensi tersebut. Pengukuran dilakukan secara simultan,
sehingga dalam membentuk sebuah baseline diperlukan minimal 2 stasiun
penerima sinyal, sebagai base dan sebagai referensi (base station). Baseline
merupakan jarak antara dua buah stasiun, jarak tersebut akan mempengaruhi
ketelitian posisi yang dihasilkan.
Mode radial merupakan pengamatan yang hanya diukur satu kali untuk
setiap titik. Ketelitian yang didapatkan dengan metode radial menghasilkan tingkat
ketelitian yang rendah. Pengukuran GNSS metode statik mode radial memiliki
waktu pengukuran yang lebih cepat atau efisien sekitar 30% sampai 40%, sehingga
biaya operasional lebih sedikit yang dikeluarkan. Dalam pengamatan jumlah
receiver yang diperlukan relatif sedikit. Contoh pengukuran metode Radial
ditunjukkan pada Gambar I.3.5.

Gambar I1.3.5 Mode Radial


Pada pengolahan vektor baseline menggunakan mode radial itu lebih baik,
karena kesalahan yang didapatkan tidak sebesar menggunakan metode jaring,

8
apabila kesalahan yang didapatkan besar maka akan mempengaruhi baseline
lainnya yang memiliki kesalahan kecil. Pada setiap pengolahan data baseline
bertujuan untuk menentukan nilai estimasi vektor baseline atau koordinat realitf.
Selain itu, kontrol kualitas dalam pengamatan menggunakan metode radial ini
relatif lemah. Proses pengolahan data hanya satu tahapan pengolahan baseline.
Hasil keluaran pengolahan data berupa data koordinat 3-dimensi titik-titik yang
telah ditentukan koordinatnya.
Karakterisitik mode Radial sebagai berikut:
 4 baseline bebas.
 Geometri untuk penentuan posisi relatif lebih lemah.
 Ketelitian posisi yang diperoleh relatif akan lebih rendah.
 Waktu pengumpulan dan pengolahan data relatif lebih cepat.
 Jumlah receiver dan sesi pengamatan yang diperlukan relatif lebih sedikit.
 Kontrol kualitas data relatif lemah.

9
BAB II
PELAKSANAAN

II.1. Diagram alir


Berikan penjelasan singkat langkah kerja/alur pengerjaan dalam bentuk diagram alir
yang ditunjukkan pada gambar II.1.1.

A. Proses Akuisisi Data

Gambar II.1.1 Diagram Alir Proses Akuisisi Data


B. Proses Konversi Data *.bin to *.Rinex yang ditunjukkan pada gambar II.1.2.

Gambar II.1.1 Diagram Alir Proses Konversi Data *.bin to *.Rinex

C. Proses Pengecekan Data yang ditunjukkan pada gambar II.1.3.

Gambar II.1.2 Diagram Alir Proses Pengecekan Data

11
II.2. Langkah Kerja

A. Proses Akuisisi Data


1. Mendirikan alat di atas titik BM yang sudah ditentukan. Ditunjukkan pada
Gambar II.2.1.

Gambar II.2.11 Titik Berdiri Alat


2. Melakukan setting alat.
a. Menghubungkan Wi-Fi handphone dengan hostpot dari device.
b. Masuk pada web browser dan memasukkan IP address 168.192.10.1
Username : admin
Password : s231
c. Memilih metode yang digunakan yaitu metode statik dan mengatur cut-
off angle. Ditunjukkan pada Gambar II.2.2.

12
Gambar II.2.2 Melakukan Setting Alat
d. Mengisi RTK Timeout, point name dan antenna height. Ditunjukkan pada
Gambar II.2.3.

Gambar II.2.3 Pengisian Setting RTK


e. Mengisi interval dari pengambilan data. Ditunjukkan pada Gambar II.2.4.

13
Gambar II.2.4 Pengisian Setting Interval
f. Setelah semua berhasil dilakukan, save dan pengukuran statik siap untuk
dimulai.
3. Melakukan start recording. Seperti pada gambar II.2.5. berikut.

Gambar II.2.5 Melakukan Start Record


4. Melakukan stop recording.

14
B. Proses Download Data
1. Menghubungkan Wi-Fi handphone dengan hotspot dari device.
2. Masuk pada web browser dan memasukkan IP address 168.192.10.1
Username : admin
Password : s231
3. Masuk pada menu download lalu memilih file yang akan di-download.
4. Klik download pada file yang dipilih.

C. Proses Convert Data *.bin to *.RINEX


1. Membuka software RinexDesktop – masuk pada menu File – pilih New
Profile. Ditunjukkan pada Gambar II.2.6.

Gambar II.2.6. New Profile


2. Memilih opsi Load Binary File seperti yang tertera pada gambar II.2.7.
kemudian pilih file *.bin yang telah diunduh sebelumnya – Open yang
ditunjukkan pada Gambar II.2.8.

Gambar II.2.7. Load Binary File

15
Gambar II.2.8 Memilih File
3. Pada jendela Configuration yang ditunjukkan pada gambar II.2.9. kemudian
pilih opsi RINEX2 – lalu klik Process Rinex.

Gambar II.2.9 Proses Rinex data


4. Muncul jendela Summary – klik OK seperti pada gambar II.2.10. maka file
RINEX akan tersimpan secara otomatis pada folder direktori dimana file *.bin
disimpan.

16
Gambar II.2.10 File Rinex Tersimpan
Hasil file Rinex yang berhasil diunduh yang ditunjukkan pada gambar II.2.11.

Gambar II.2.11 Hasil dari File Rinex


D. Pengecekan Data
a. Membuka command prompt. Ditunjukkan pada gambar II.2.12

17
Gambar II.2.12 Membuka Command Prompt
b. Masuk pada folder data rinex ditunjukkan pada gambar II.2.13.
Menuliskan pada command seperti berikut C:\Users\DELL>cd Data RINEX.

Gambar II.2.13 Masuk Pada folder Rinex


c. Melakukan pengecekan metadata seperti pada gambar II.2.14.
Menuliskan pada command seperti berikut C:\Users\DELL\Data
RINEX>teqc +meta Base1b.23o.

18
Gambar II.2.14 Melakukan Pengecekan Data
d. Melakukan QC data pada gambar II.2.15.
C:\Users\DELL\Data RINEX> teqc +qc -nav Base1b.23n Base1b.23o.

Gambar II.2.15 Melakukan QC Data

19
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Metadata

Gambar III.1 Hasil Metadata


Pada Hasil metadata Gambar III.1 menghasilkan file yang berisikan informasi
mengenai kualitas data.

Informasi yang didapatkan dari metadata tersebut meliputi:

• file name (Base1b.23o) = menunjukkan nama file

• file format (Rinex) = menunjukkan format file

• file size 5586376 bytes = menunjukkan ukuran file

• start date & time (11-5-2023 pukul 01:51:32) = waktu dan hari mulai perekaman

• final date & time (11-5-2023 pukul 02:47:19)= waktu dan hari selesai perekaman

• sample interval (sebanyak 1.0) = interval pengambilan data yaitu 1 detik


• possible missing epoch (0) = informasi waktu yang menunjukkan kapan
pengukuran dilakukan.

• 4-char station code = nama kode stasiun CORS

• Station name (BM1radial) = nama stasiun CORS

• Station id number SITE# = nomor id stasiun

• Antenna id number = nomor id antena

• Antenna type HEMS321 = merk alat yang digunakan

• Antenna lat, long, elev = koordinat dan tinggi permukaan tempat berdiri alat

• receiver ID number (19303868) = id receiver

• receiver type = merk dan seri alat

• receiver firmware (5.9Aa05) = versi firmware yang digunakan

• RINEX translator (RINEXSLX2 2.9.3) = aplikasi yang digunakan untuk


mengubah ke RINEX

• trans date & time (2023 – 05 – 11 11:20:00) = jam dan tanggal pengamatan

21
III.2. Hasil QC Data

Gambar III.2.1. Hasil QC Data


Satelit yang diterima pada pengamatan tersebut yaitu dari satelit GPS
ditandai dengan nomor SV yang tidak memiliki kode di depannya dan satelit
GLONASS ditandai dengan kode R yang ada di depan kode pada nomor SV.
Berikut ini Gambar III.2.2 keterangan untuk membaca data hasil QC time plot.
Simbol Keterangan
Data fase dan kode yang terekam adalah L1, C/A, L2 dan P2. Sedangkan A/S aktif,
O pada full qc satelit berada di atas elevation mask. Ini adalah data 2-frekuensi GPS
fase dan kode dengan kategori "the normal good"
Berdasarkan full QC, SV pada time bin ini berada di bawah elevation mask dan
_
tidak terekam oleh receiver
Berdasarkan full QC, SV pada time bin ini berada di atas elevation mask tapi tidak
-
ada data terekam oleh receiver
Berdasarkan full QC, SV pada time bin ini berada di bawah elevation mask tapi
+ datanya baik fase dan
kode dapat dipakai/ terekam oleh receiver
Berdasarkan full QC, sebagian data fase dan kode dari SV terekam berada di bawah
^
elevation mask
I Terdapat kesalahan lonospheric Delay (pada data fase)
M Satu/ lebih multipath MP1 dan MP2, atau MP15 dan MP51 slips pada time bin tsb
c Terdapat hanya data observables L1 dan C/A sekali/ lebih dari 1x pada time bin tsb
1,2 Terdapat hanya MP1 atau MP2 sekali atau lebih dari 1x pada time bin tsb

Gambar III.2. 2 Gambar Keterangan Hasil QC Time Plot

22
Gambar III.2. 3 Hasil Sumarry Report
Dalam proses pengolahan software TEQC, terdapat informasi mengenai
moving average MP12 dan MP21 yang digunakan untuk menunjukkan efek
multipath yang terjadi selama proses pengukuran dan juga sebagai acuan untuk
menilai kualitas data. Dari Gambar III.2.3 menunjukkan hasil MP12 sebesar
0.570633 m dan MP21 0.968309. Kriteria yang digunakan untuk mengecek data
dengan TEQC adalah nilai moving average MP12 dan MP21 harus kurang dari
0.5 m. Semakin kecil nilai moving average MP12 dan MP21, semakin baik
kualitas data pengukuran tersebut. Dari hasil tersebut terlihat hasil masih lebih
dari 0.5 m maka hasil tersebut masih kurang baik yaitu disebabkan bisa jadi

23
karena kondisi lapangan yang berada di dekat gedung-gedung yang mempunyai
tinggi lebih dari 10 derajat karena setting-an mask angle yang digunakan adalah
10 derajat. Hasil yang kami peroleh dari diagram obstruksi yaitu sebesar 40
derajat maka dari itu efek multipath sangat banyak terjadi pada data ini.

24
BAB IV
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum “Pengamatan GNSS Metode Radial” yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Global Positioning System (GPS) bekerja dengan cara menerima sinyal dari
satelit kemudian dilakukan penghitungan yang dapat berupa posisi, waktu, dan
kecepatan. Occupation time adalah lama total waktu yang digunakan untuk
melakukan pengamatan. Epoch adalah segala sesuati yang terekam dalam
interval waktu pengukuran. Dalam satu epoch terdapat hasil rekaman semua tipe
frekuensi gelombang dari seluruh satelit yang terekam sinyalnya pada saat
pengukuran dengan lama waktu pengukuran sesuai sampling rate/interval waktu
yang ditetapkan. Mask elevation adalah besarnya elevasi sebagai batas untuk
melakukan pengamatan.
2. Pengukuran dengan metode radial dilakukan secara diferensial pada setiap titik
dengan referensinya menggunakan satu titik yang telah diketahui koordinatnya,
sehingga semua titik ditentukan koordinat dengan menggunakan tiitk referensi
tersebut.

IV.2. Saran
Berdasarkan praktikum “Pengamatan GNSS Metode Radial” adapun kritik dan
saran yang diberikan oleh penulis antara lain sebagai berikut:

1. Untuk praktikum berikutnya diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan system


kerja GPS dengan lebih baik untuk keperluan pengukuran skala kecil maupun
besar.
2. Mahasiswa mampu bekerja sama dalam mengolah data hasil pengukuran dan
memberikan koreksi terhadap hasil pengukuran dengan lebih baik.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ramadhon, S., Miko, W. W., & Nugraha, G. (2020). Perbandingan Ketelitian Posisi Tiga
Dimensi dari Perangkat Lunak Pengolahan Data GNSS Komersial. JGISE: Journal of
Geospatial Information Science and Engineering, 3(2), 106.

Badan Standardisasi Nasional. (2002). Tata Cara Pengukuran Geodetik dengan GPS (SNI 19-
6724-2002). Jakarta.

Wahyono, E. B., & Suhattanto, M. A. (2019). Modul "Survey Satelit Pertanahan". Program
Studi Diploma IV Pertanahan, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN.

Ikbal, M.C., Yuwono, B.D., & Amarrohman, F.J. (2017). Analisis Strategi Pengolahan
Baseline GPS Berdasarkan Jumlah Titik Ikat dan Variasi Waktu Pengamatan. Jurnal
Geodesi UNDIP, 6(1), 228-237.

Khomsin, Anjasmara, I., & Romadhon, R. (2020). ANALISIS KETELITIAN HASIL


PENGAMATAN GNSS METODE RADIAL BERDASARKAN LAMA
PENGAMATAN UNTUK EFISIENSI PENGUKURAN GROUND CONTROL
POINT. Geoid, 15(1), 89 - 96. doi:10.12962/j24423998.v15i1.3998.

Anda mungkin juga menyukai