Anda di halaman 1dari 5

Pertanyaan :

1. Pada penelitian ini disebutkan keterkaitan fillagrin ? fillagrin sendiri itu apa len dan apa
hubungannya dengan dermatitis atopik ?
Dermatitis atopik erat kaitannya dengan gangguan fungsi sawar kulit akibat
menurunnya fungsi gen yang meregulasi amplop keratin (filagrin dan lorikrin),
berkurangnya volume seramid serta meningkatnya enzim proteolitik clan trans-epider-
mal-water loss (TEWL). TEWL pada pasien DA meningkat 2-5 kali orang normal.

Filament aggregating protein (filaggrin) berperan penting dalam menjaga pelindung kulit. Ini
disintesis dalam stratum granulosum melalui stratum korneum dari prekursor besar yang disebut
profilaggrin. Profilaggrin dipecah menjadi beberapa salinan filaggrin. Keduanya merupakan komponen
utama butiran keratohyalin tipe F pada epidermis. Profilaggrin dan filaggrin berfungsi dalam menjaga
kekuatan fisik dan sifat fisiokimia epidermis lainnya. Filaggrin akan berikatan dengan sitoskeleton
keratin yang kokoh mengikat korneosit. Filaggrin sebenarnya juga membantu protein desmosomal
untuk menyatukan filamen keratin. gen fillagrin (FLG) yang dapat menimbulkan gangguan agregasi
sitoskeleton epidermis yang berfungsi membentuk matriks protein lipid sehingga mengganggu
permeabilitas kulit terhadap air dan partikel luar, misalnya alergen
Pada DA kulit menjadi kering; hal ini berhubungan dengan disfungsi
permeabilitas sawar epidermis yaitu hilangnya fungsi mutasi gen filaggrin (FLG).
Gen ini mengkode protein profilargin sebagai prekusor struktur protein FLG pada
diferensiasi kompleks epidermal. Padahal harusnya FLG terekspresi pada granula
keratohialin selama diferensiasi terminal epidermis Setelah keratinosit menjadi padat,
protein FLG melepaskan natural moisturizing factor (NMF).

2. Nah, berkaitan dengan pertanyaan nomor 1 tadi lalu bagaimana pertimbangan


keterkaitan imunitas yang selama ini kita pahami sebagai causa DA ?

sulit dipahami. Pada beberapa kasus, DA merupakan masalah kulit yang


berlangsung lama dan memerlukan lebih dari satu pengobatan.Beberapa penelitian
menunjukkan kemungkinan DA berhubungan dengan interaksi antara penurunan
fungsi sawar kulit, sistem imun, genetik, serta faktor pemicu lainnya seperti faktor
lingkungan maupun agen infeksi.
Penelitian genetik terhadap pasien asma memperlihatkan gen yang sama
dengan pasien dermatitis atopik, yaitu gen pada 11q13 sebagai gen pengkode reseptor
lgE. Ekspresi reseptor lgE tersebut pada sel penyaji antigen dapat memicu terjadinya
rangkaian peristiwa imunologi pada DA.
Umumnya pasien DA memiliki peningkatan jumlah eosinofil dan kadar serum
Immunoglobulin E (IgE). 7 Hal ini berhubungan dengan mekanisme imunologi dan
seluler yang berperan penting dalam patogenesis DA.2 Kelainan imunopato genesis
utama DA berkaitan dengan sel T helper (Th), yang berfungsi mengenali antigen dan
mengatur respon imun seperti inflamasi, pertahanan terhadap infeksi virus, serta
proliferasi sel T dan B spesifik. Sel Th berperan utama dalam patogenesis DA dimana
jumlah Th 2 lebih banyak pada penderita atopi sedangkan jumlah Th1 menurun.3
3. Nah menarik ketika disebutkan terkait faktornya berupa mutasi tadi dan imunitas,
kemudian bagaimana korelasi nya? Apakah faktor tersebut berjalan terpisah atau
merupakan mekanisme ?

Perubahan sawar kulit mengakibatkan peningkatan absorpsi dan


hipersensitivitas terhadap alergen (misalnyaalergen hiruptungaudebu rumah ).
Peningkatan TEWL dan penurunan kapasitas kemampuan menyimpan air (skin
capacitance), serta perubahan komposisi lipid esensial kulit, menyebabkan kulit DA
lebih kering dan sensitivitas gatal terhadap berbagai rangsangan bertambah. Garukan
akibat gatal menimbulkan erosi atau ekskoriasi yang mungkin dapat meningkatkan
penetrasi mikroba dan kolonisasi mikroba di kulit. Peningkatan hipersensitivitas
tersebut berdampak pula pada meningkatnya sensitivitas respirasi pasien DA terhadap
alergen di kemudian hari.

4. Bagaimana Mendiagnosis DA ? Terutama apa yang dilakukan pada PPK 1 untuk


menegakkan diagnosis ?
Pada dasarnya Mendiagnosis pasien DA membutuhkan Kriteria diagnostik
yang paling umum digunakan untuk DA mencakup 4 komponen: (1) pruritus, (2)
dermatitis pada bayi atau orang dewasa, (3) dermatitis kronis atau kambuh, dan (4)
riwayat atopi pada pribadi atau keluarga.18 Dua puluh tiga kriteria minor,
dikelompokkan menjadi fitur wajah, pemicu, komplikasi, dan lainnya (Tabel 1)
mendukung diagnosis DA. Adanya 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor diperlukan
untuk diagnosis definitif DA
z

5. Bagaimana dengan predileksi dari DA ? sepertinya tadi hanya disebutkan terkait extensor pada bayi
dan fleksor pada dewasa ?
6. Mengapa apabila dalam riwayat keluarga pasien ada yang menderita DA, keturunanya akan berisiko
mengalami DA ?

Bila salah satu orang tua memiliki riwayat DA, maka insiden terkena DA
menjadi dua kali lipat pada anaknya. Insiden ini menjadi tiga kali lipat bila riwayat
DA ditemukan pada kedua orang tua. Jika kedua orangtuanya menderita DA, maka
81% anaknya berisiko menderita DA. Apabila hanya salah satu orangtuanya
menderita DA maka risiko menderita DA menjadi 59%.

Terdapat 2 kromosom yang berkaitan erat dengan DA yaitu kromosom 1q21


dan kromosom 17q25. Hal ini masih paradoksal karena psoriasis dengan gambaran
klinis yang berbeda juga terkait dengan kromosom yang sama. Selain itu, kedua
kromosom tersebut tidak terkait dengan penyakit atopi lainnya. Juga ditemukan
peran kromosom lainnya seperti 5q31-33 sebagai penyandi gen sitokin Th2.
Sejak lama telah diketahui keterkaitan antara dermatitis atopik, asma bronkial,
rinitis alergik, dan peningkatan kadar lgE dalam serum dengan human/eukocyt
antigen (HLA) pada kromosom 6 dan lokus yang berbeda. Hasil penelitian sebagai
berikut.
1. Kromosom 5 (interleukin cluster): banyak penelitian terhadap kromosom 5
memperlihatkan hubungan antara asma, atopi, dan dermatitis atopik dengan 5q23-31
yang merupakan kluster sitokin. Sitokin tersebut adalah IL-4, IL-13, CD14 antigen
dan IL-128.

2. Kromosom 6-Major Histocompatibility Complex (MHC): hasil penelitian


menunjukkan keterikatan antara asma dan atopi dengan gen MHC-11, yaitu pada alel
HLA-DR4 dan DR7.

3. Kromosom 16: telah terdeteksi keterkaitan polimorfisme gen IL-4RA


dengan IL-4, IL-13, sitokin Th2, dan lgE dengan fenotip dermatitis atopik serta asma
bronchial.

Tidak semua fenotip DA diekspresikan oleh genotip. Gen predisposisi atopi pada ras
atau negara tertentu hasilnya bervariasi. Keadaan ini lazim ditemukan pada pola
penurunan yang bersifat multifaktor.

Anda mungkin juga menyukai