Anda di halaman 1dari 8

i

TUGAS TEKNIK DEMOGRAFI


DETERMINAN FERTILITAS

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Demografi)

NAMA : SAID RIZKI ANANDA


NIM : C1A020033
PRODI : EKONOMI PEMBANGUNAN
KELAS : R-001
DOSEN : DRS. PURWAKA HARI PRIHANTO, M.SI

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
1. Data Perkembangan Angka Fertilitas, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu dan Usia
Harapan Hidup Provinsi Bengkulu...........................................................................................1
a) Perkembangan Angka Fertilitas..........................................................................................1
b) Angka Kematian Bayi.........................................................................................................2
c) Angka Kematian Ibu...........................................................................................................2
d) Usia Harapan Hidup............................................................................................................3
2. Faktor Dominan Penyebab Perubahan Angka Fertilitas & Angka Kematian Bayi Di Provinsi
Bengkulu...................................................................................................................................4
3. Alasan Angka Kematian Bayi & Angka Kematian Ibu Menjadi Indikator Penting
Kependudukan..........................................................................................................................5
1

1. Data Perkembangan Angka Fertilitas, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu dan
Usia Harapan Hidup Provinsi Bengkulu
a) Perkembangan Angka Fertilitas
Angka Kelahiran Total / Total Fertility Rate (TFR) Menurut Provinsi, 1971-2020
Angka Kelahiran Total / Total Fertility Rate
PROVINSI / PROVINCE
SP1971 SP1980 SP1990 SP2000 SP2010 LF SP2020
ACEH 6,27 5,24 4,37 2,81 2,79 2,42
SUMATERA UTARA 7,20 5,94 4,29 3,10 3,01 2,48
SUMATERA BARAT 6,18 5,76 3,89 3,06 2,91 2,46
RIAU 5,94 5,44 4,09 2,77 2,82 2,28
JAMBI 6,39 5,57 3,76 2,67 2,51 2,28
SUMATERA SELATAN 6,33 5,59 4,22 2,88 2,56 2,23
BENGKULU 6,72 6,20 3,97 2,68 2,51 2,30
LAMPUNG 6,36 5,75 4,05 2,65 2,45 2,28
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG - - - 2,60 2,54 2,24
KEPULAUAN RIAU - - - - 2,38 2,21
DKI JAKARTA 5,18 3,99 2,33 1,63 1,82 1,75
JAWA BARAT 6,34 5,07 3,47 2,51 2,43 2,11
JAWA TENGAH 5,33 4,37 3,05 2,06 2,20 2,09
DI YOGYAKARTA 4,76 3,42 2,08 1,44 1,94 1,89
JAWA TIMUR 4,72 3,56 2,46 1,71 2,00 1,98
BANTEN - - - 2,72 2,35 2,01
BALI 5,96 3,97 2,28 1,89 2,13 2,04
NUSA TENGGARA BARAT 6,66 6,49 4,98 2,92 2,59 2,43
NUSA TENGGARA TIMUR 5,96 5,54 4,61 3,37 3,82 2,79
KALIMANTAN BARAT 6,27 5,52 4,44 2,99 2,64 2,33
KALIMANTAN TENGAH 6,83 5,87 4,03 2,74 2,56 2,31
KALIMANTAN SELATAN 5,43 4,60 3,24 2,33 2,35 2,31
KALIMANTAN TIMUR 5,41 4,99 3,28 2,50 2,61 2,18
KALIMANTAN UTARA - - - - - 2,35
SULAWESI UTARA 6,79 4,91 2,69 2,13 2,43 2,10
SULAWESI TENGAH 6,53 5,90 3,85 2,75 2,94 2,32
SULAWESI SELATAN 5,71 4,88 3,54 2,56 2,55 2,22
SULAWESI TENGGARA 6,45 5,82 4,91 3,31 3,20 2,57
GORONTALO - - - 2,70 2,76 2,30
SULAWESI BARAT - - - - 3,33 2,58
MALUKU 6,89 6,16 4,59 3,39 3,56 2,52
MALUKU UTARA - - - 3,18 3,35 2,47
PAPUA BARAT - - - - 3,18 2,66
PAPUA 7,20 5,35 4,70 3,28 2,87 2,76
INDONESIA 5,61 4,68 3,33 2,34 2,41 2,18

Sumber: Sensus Penduduk (SP) dan Long Form SP2020, BPS


2

Dari hasil Sensus Penduduk 2010, kondisi kependudukan di Bengkulu tidak lebih baik dari
keadaan kependudukan di tingkat nasional. Angka kelahiran Provinsi Bengkulu masih lebih
tinggi dibandingkan angka kelahiran nasional. Total Fertility Rate (TFR) sebesar 2,51 pada tahun
2010 & 2,30 pada tahun 2020 masih lebih tinggi dibanding TFR nasional diangka 2,41% (2010)
& 2,18% (2020). Interpretasinya adalah jumlah anak yang akan lahir dari seorang perempuan di
tahun 2010 adalah sebanyak 2-3 orang anak, sedangkan pada tahun 2020 jumlah anak yang akan
lahir dari seorang perempuan adalah sebanyak 2 anak. Hal ini menandakan adanya penurunan
pada TFR di Provinsi Bengkulu.

b) Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi/AKB (Infant Mortality Rate/IMR) Menurut Provinsi , 1971-2020

IMR
PROVINSI
SP1971 SP1980 SP1990 SP2000 SP2010 LF SP2020
BENGKULU 167 111 69 53 27 19,73
INDONESIA 145 109 71 47 26 16,85
Sumber:BPS

Infant Mortality Rate (IMR) dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan angka
kematian bayi di Provinsi Bengkulu. Dan berdasarkan data di atas, didapatkan angka IMR
Provinsi Bengkulu sebesar 27 pada tahun 2010 yang berarti kematian bayi atau anak usia kurang
dari satu tahun adalah sebanyak 27 kematian per 1000 kelahiran pada tahun 2010 di Provinsi
Bengkulu. Sedangkan pada tahun 2020 IMR Provinsi Bengkulu mengalami penurunan yakni
sebesar 19,73 yang menandakan kematian bayi atau anak usia kurang dari satu tahun adalah
sebanyak 19-20 kematian per 1000 kelahiran pada tahun 2010 di Provinsi Bengkulu.

c) Angka Kematian Ibu


Angka Kematian Ibu/Maternal Mortality Rate/MMR Long Form SP2020 Result by
Province, 2020
MMR
PROVINSI
LF SP2007 LF SP2020
BENGKULU 157 179
Sumber: BPS
Maternal Mortality Rate atau MMR adalah alat untuk mengukur Angka Kematian Ibu (AKI).
MMR merupakan kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42
hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan,
3

yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain. Pada data MMR kali ini penulis tidak
dapat menemukan data yang relevan terkait angka kematian ibu di Provinsi Bengkulu pada tahun
2010, maka dari itu penulis menggunakan data pada tahun 2007 sebagai pembanding MMR pada
tahun 2020.
Berdasarkan data LF SP2007 & SP2020 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan
angka kematian ibu di Bengkulu sebesar 157 pada tahun 2007 yang artinya terdapat 157
kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran
hidup pada tahun 2007. Sementara, Hasil LF SP2020 menunjukkan angka kematian ibu di
Bengkulu sebesar 179 yang artinya terdapat 179 kematian perempuan pada saat hamil, saat
melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2020.
Dari data tersebut diinterpretasikan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) pada 1 dasawarsa
terakhir mengalami peningkatan yang signifikan yang mana hal ini merupakan hal negatif terkait
indikator peningkatan kondisi kesehatan, sosial, dan ekonomi di Provinsi Bengkulu.

d) Usia Harapan Hidup


Umur Harapan Hidup Saat Lahir (UHH) (Tahun)

UHH
KAB/KOTA
2010 2020
Bengkulu Selatan 66.95 67.90

Rejang Lebong 67.20 68.57

Bengkulu Utara 67.28 68.19

Kaur 65.36 66.63

Seluma 66.31 67.75

Mukomuko 65.57 66.64

Lebong 61.95 63.29

Kepahiang 66.51 67.95

Bengkulu Tengah 67.57 68.19

Kota Bengkulu 69.31 70.13

BENGKULU 67.82 69.35

Sumber:BPS
Dari data BPS di atas, ditemukan bahwa pada tahun 2010 angka usia harapan hidup sebesar
67,82 tahun yang berarti secara rata-rata di Provinsi Bengkulu seorang pada saat lahir akan dapat
4

diharapkan hidup selama 67,82 tahun lagi. Sementara, pada tahun 2020 angka usia harapan hidup
Provinsi Bengkulu sebesar 69,35 tahun yang berarti secara rata-rata seorang pada saat lahir akan
dapat diharapkan hidup selama 69,35 tahun lagi. Diinterpretasikan angka usia harapan hidup di
Provinsi Bengkulu pada 1 dasawarsa terakhir (2010-2020) mengalami tren positif meningkat dari
67,82 tahun pada 2010 menjadi 69,35 di tahun 2020. Secara keseluruhan, usia harapan hidup
yang meningkat adalah hasil dari perbaikan dalam bidang kesehatan, perbaikan kondisi ekonomi,
peningkatan kesadaran masyarakat, perubahan sosial, serta perkembangan teknologi dan
kebijakan publik yang mendukung kesehatan masyarakat.

2. Faktor Dominan Penyebab Perubahan Angka Fertilitas & Angka Kematian Bayi Di
Provinsi Bengkulu

Secara umum penurunan TFR yang sangat cepat, baik di Bengkulu maupun ditingkat
nasional, dapat dijelaskan dari sejumlah faktor sosial-ekonomi, baik lingkup makro maupun
mikro. Meskipun angka pertumbuhan penduduk Bengkulu mengalami penurunan tajam, namun
pada tahun 2010 angkanya masih lebih tinggi (2,51) daripada LPP nasional (2,41). Data ini
menjelaskan bahwa upaya pengendalian kelahiran di Provinsi Bengkulu tidak lebih baik dari
Provinsi lain di Indonesia seperti DIY & DKI dimana angka laju pertumbuhan penduduk mereka
pada 2010 dibawah angka 2.
Beberapa pemerhati kependudukan sepakat bahwa melemahnya program pengendalian
kelahiran salah satunya disebabkan oleh peran BKKBN yang termarginalkan sejak era reformasi.
Isu pengedalian penduduk terkooptasi oleh eforia politik yang berkepanjangan hingga saat ini,
dimana anggaran pembangunan dan fokus perhatian pemerintah lebih berorientasi pada agenda-
agenda politik seperti Pemilu, pilkada, serta korupsi elite politik dan pemerintah. Lebih jauh
peran BKKBN dikerdilkan dengan kebijakan otonomi tentang tugas pengendalian penduduk
kepada pemerintah daerah kabupaten/kota.
Penurunan TFR di Provinsi Bengkulu tidak dapat terlepas dengan program dari BKKBN
yang hingga saat ini masih berupaya untuk meningkatkan jumlah peserta KB aktif, meskipun
tidak sekuat usaha pemerintahan Orde Baru. Dari hasil SDKI 2007 diketahui bahwa angka
peserta KB aktif di Bengkulu mencapai 73,9, yang merupakan capaian tertinggi di
Indonesia.Upaya penurunan angka TFR ini akan selalu diupayakan oleh BKKBN Provinsi
Bengkulu sebagaimana telah tertuang dalam target yang telah ditetapkan oleh institusi ini, yaitu
mewujudkan penduduk tumbuh seimbang, selain juga menetapkan target capaian MDG’s pada
2015 TFR sebesar 2,1 dan NRR sebesar 1. Upaya mencapai target MDG’s tersebut jelas tidak
5

mudah, mengingat belum tegasnya komitmen pemerintah untuk menurunkan angka pertumbuhan
penduduk. Hasil Sensus Penduduk 2010 sungguh diluar perkiraan, dimana TFR Bengkulu
sebesar 2,5 lebih besar daripada periode sebelumnya. Hal ini mengindikasikan belum padunya
arah dan strategi upaya-upaya mewujudkan pembangunan berbasis kependudukan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Ketidaktegasan pemerintah pusat terhadap
persoalan kependudukan dalam derajat tertentu telah menyebabkan pemerintah daerah
memarginalkan isu kependudukan. Hal itu diperkuat oleh hasil Sensus 2010 yang menunjukan
fakt memprihatinkan berkaitan dengan penanganan masalah kependudukan sejak reformasi.
Lebih jauh upaya penurunan angka kelahiran selalu berhadapan dengan nilai-nilai sosial
budaya masyarakat. Masyarakat Bengkulu yang sebagian besar adalah komunitas tradisional
masih cukup kuat memegang nilai-nilai sosial-tradisional yang terkadang bertolak belakang
dengan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Tingginya angka fertilitas penduduk Bengkulu pada tahun 2010 juga dipengaruhi oleh faktor
jumlah anak ideal dalam keluarga. Merubah paradigma seperti ini tentu saja bukan hal yang
mudah, meskipun juga bukan hal yang mustahil untuk dilakukan. Modernisasi dan peningkatan
pendidikan masyarakat Indonesia diharapkan akan mampu merubah pandangan-pandangan yang
lebih berorientasi ke norma keluarga kecil (nuclear family), namun belum ada kajian yang dapat
dijadikan rujukan mengenai jumlah anak ideal dalam setiap keluarga di era pasca reformasi.

3. Alasan Angka Kematian Bayi & Angka Kematian Ibu Menjadi Indikator Penting
Kependudukan

Angka kematian bayi dan angka kematian ibu adalah indikator penting dalam kependudukan
untuk menilai kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Kedua indikator
tersebut memberikan wawasan tentang kualitas kesehatan ibu dan anak, efektivitas sistem
kesehatan, tingkat pembangunan manusia, dan kemajuan pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan. Tingginya angka kematian bayi dan ibu dapat mengindikasikan berbagai masalah
dan tantangan kesehatan dalam sistem kesehatan, sementara angka yang rendah berkontribusi
pada indeks pembangunan manusia yang lebih tinggi dan kemajuan dalam mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, memantau indikator-indikator ini sangat penting
untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan mempromosikan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa kedua indikator tersebut dianggap penting:
6

a) Kualitas & sistem kesehatan suatu wilayah dapat diukur dengan menilai angka kematian bayi
dan angka kematian ibu. Ini adalah indikator penting yang menentukan kesejahteraan ibu dan
bayi. Angka kematian bayi mengacu pada jumlah kematian bayi di bawah usia satu tahun
pada populasi tertentu, sedangkan angka kematian ibu mencerminkan jumlah kematian yang
terjadi selama kehamilan, persalinan, atau dalam waktu enam minggu setelah melahirkan.
Tingkat yang meningkat dari indikator-indikator ini dapat menandakan masalah kesehatan
yang mendasarinya, termasuk penyakit menular, kekurangan gizi, akses terbatas ke layanan
kesehatan, atau perawatan pranatal yang tidak memadai.
b) Angka kematian bayi dan angka kematian ibu juga berhubungan erat dengan indeks
pembangunan manusia (IPM) suatu negara. Korelasi antara indeks pembangunan manusia
(IPM) suatu negara dengan angka kematian bayi dan angka kematian ibu adalah signifikan.
IPM merupakan ukuran kemajuan kesejahteraan manusia, termasuk kesehatan, pendidikan,
dan pendapatan. Dampak kematian bayi dan ibu terhadap HDI suatu negara patut
diperhatikan karena mempengaruhi harapan hidup dan kualitas hidup manusia. HDI suatu
negara meningkat ketika tingkat kematian bayi dan ibu rendah dan berkurang ketika mereka
tinggi.
c) Angka kematian bayi dan angka kematian ibu juga merupakan indikator yang relevan untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Pentingnya angka kematian bayi dan
angka kematian ibu tidak bisa dilebih-lebihkan dalam mencapai Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (SDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). SDG nomor
3 yang bertujuan untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan yang baik,
menggabungkan tujuan khusus untuk meminimalkan kematian bayi dan ibu. Dengan
demikian, kemajuan menuju pencapaian tujuan ini memerlukan analisis dari angka kematian
bayi dan ibu.

Anda mungkin juga menyukai