Anda di halaman 1dari 3

Ketika Muhammadiyah Lebarkan Dakwah Kultural dengan Membeli Klub Bola

Bulan ini, ada dua momen penting terjadi di Jawa Timur. Pertama,
Universitas Muhammadiyah (UMSurabaya) mensponsori Persebaya. Nilainya
dirahasiakan. Namun kabarnya cukup besar.

Kepastian kerja sama dituangkan dalam penandatanganan MoU antara Presiden


Persebaya Azrul Ananda dengan Rektor UMSurabaya Dr. dr. Sukadiono MM, Senin
(17/2/2020) lalu. Jadinya, logo UMSurabaya bakal menempel di jersey Persebaya
musim ini.

Saat itu, Azrul Ananda juga didaulat mengisi kuliah tamu. Di hadapan ribuan
mahasiswa, dosen, dan karyawan UMSurabaya, putra sulung Dahlan Iskan (mantan
Menneg BUMN) itu, tampil memukau. Dia menceritakan pengalaman manis dan getir
selama menangani klub berjuluk Bajol Ijo itu.

Saya hadir di acara tersebut. Ada beberapa catatan yang sempat saya rekam. Azrul
menuturkan jika keterlibatan perguruan tinggi yang ikut mensponsori klub olahraga di
Indonesia masih langka. Lain dengan di luar negeri. Banyak perguruan tinggi yang
jadi mitra sponsor klub olahraga. Kerja sama itu bukan sekadar untuk branding, tapi
juga berkontribusi menyalurkan atlet-atlet di klub olah raga. Itu sebabnya,
UMSurabaya bisa dibilang menjadi pionir.

Tak hanya itu, Azrul mengaku kali pertama menangani klub kebanggaan Arek-Arek
Surabaya itu dalam keadaan minus. Persebaya juga belum bermain di Liga 1, tapi Liga
2. Tapi dia melihat potensi kekuatan besar di Persebaya yang tak banyak dimiliki klub
lain. Apa itu? Suporter yang loyal dan fanatik. Data terakhir, Persebaya menjadi klub
dengan jumlah penonton terbanyak. Mengalahkan Persija, Persib, dan Arema.

Hampir semua pertandingan home Persebaya stadion selalu penuh. Ketika away, klub-
klub lain juga merasakan dampaknya. Penontonnya banyak. Tribun stadion terlihat
padat. Satu musim kompetisi yang berat. Persebaya bisa melalui dengan menjuarai
Liga 2 tahun 2017.

Momen kedua, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur dipastikan


membeli klub sepak bola dan akan ikut kompetisi Liga 2. Kabar ini belum banyak
diketahui publik. Di mana, PWM Jawa Timur sepakat mengakuisisi klub sepak bola,
Semeru FC. Klub sepak bola yang bermarkas di Lumajang. Nilainya juga
dirahasiakan. Selanjutnya, klub tersebut akan berganti nama menjadi Persatuan Sepak
Bola Hizbul Wathan (PSHW) Jatim.

Proses akuisisi sudah sampai tahap akhir. Masing-masing pihak segera menuntaskan
proses administratif sebagai syarat untuk mengikuti Kompetisi Liga 2. Pada Maret ini,
PSHW akan menjadi klub yang ikut Kompetisi Liga 2 tahun 2020.

Pembelian klub sepak bola oleh Muhammadiyah ini merupakan yang pertama kali.
Bukan tak mungkin setelah PWM Jawa Timur, PWM-PWM lain yang akan
melakukan hal serupa. Dengan pola yang sama maupun berbeda.

Banyak kalangan pun bertanya-tanya terkait langkah UMSurabaya dan PWM Jawa
Timur. Berikut alasan dan motivasinya. Pasalnya, selama ini, Muhammadiyah tidak
kelewat concern dengan dunia olahraga, khususnya sepak bola.

Muhammadiyah sebagai organisasi tertua di Indonesia itu lebih banyak


mengembangkan cakar dakwahnya melalui pendidikan, kesehatan, dan sosial. Melalui
Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), sudah ribuan sekolah, dari SD sampai
perguruan tinggi, dibangun. Dari Sabang sampai Merauke ada. Kapasitasnya juga
terus bertambah.

Juga dengan keberadaan rumah sakit, balai kesehatan ibu dan anak, balai kesehatan
masyarakat, balai pengobatan, dan apotek milik Muhammadiyah yang tersebar di
seluruh penjuru Tanah Air. Belum termasuk pondok pesantren, masjid, panti asuhan
anak yatim, panti jompo, panti wreda, panti cacat netra, dan infrastruktur sosial yang
tercecer di mana-mana.

Saya bisa mengerti langkah Muhammadiyah ini sebagai sebuah "ijtihad". Di mana,
sepak bola memang menjadi wahana efektif, strategis, dan jitu untuk menancapkan
dakwah kultural. Bagaimana pun, Muhammadiyah perlu melakukan eksplorasi lebih
lebar menjalankan dakwah kultural. Yang mungkin masih dirasakan konvensional,
rigid, dan kurang menyentuh kalangan milenial dan generasi alpha yang butuh
panduan.

Sepak bola juga bisa menjadi turning poin bagi Muhammadiyah. Setidaknya,
Muhammadiyah bisa memosisikan diri menjadi bagian penting ikut membangun dan
memerbaiki kondisi carut marut persepakbolaan nasional. Hal itu sesuai dengan watak
Muhammadiyah yang selalu berkontribusi dan mencari solusi.

Selain itu, dalam catatan sejarah, pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan sangat
menggemari bermain sepak bola. Seperti disampaikan Sukriyanto (Ketua PP
Muhammadiyah), di bawah kepemimpinan Farid Makruf (Menteri Muda Urusan Haji
era Bung Karno) kalangan pemuda Muhammadiyah menggalang dana untuk
membangun lapangan sepak bola. Ada yang satu meter, 10 meter, 50 meter, sampai
100 meter. Hingga terbeli lebih dari dua hektar.

Kala itu, arsiteknya dan pimpronya, Ir Soeratin Susrosugondo. Dia teman dan guru
KH Ahmad Dahlan. Suratin adalah salah seorang pendiri PSSI dan ketua PSSI
pertama (1930-1940). PSSI sampai sekarang masih menggelar Kompetisi Piala
Soeratin untuk U-17 ke bawah.

Instrumen yang dimiliki Muhammadiyah untuk terlibat di sepak bola, juga cukup
lengkap. Potensi Muhammadiyah untuk menjadi yang terbaik dan tampil di kasta
tertinggi juga sangat terbuka.

Tinggal komiten dan integritas yang harus dijaga. Dan kalimat kerennya bisa seperti
ini,"Sepak bola Indonesia perlu sentuhan amar makruf nahi mungkar." (agus wahyudi)

Anda mungkin juga menyukai