Anda di halaman 1dari 3

C.

KH Hasyim Asy’ari
KH Hasyim Asy’ari sebagai tokoh tradisionalis yang memiliki banyak peran dalam
dunia pendidikan, diharapkan mampu memberikan gambaran akan signifikan sebuah nilai
dalam sistem pendidikan.

Pemikiran KH Hasyim Asy'ari yang banyak dipengaruhi pandangan tradisionalisnya


dapat tereflek- sikan dalam tiga hal. Pertama, pandangannya terhadap ilmu dan agama.
Signifikansi pendidikan menurut KH Hasyim Asy'ari adalah upaya memanusiakan manusia
secara utuh, sehingga manusia bisa taqwa (takut) kepada Allah SWT dengan benar-benar
mengamalkan segala perintah-Nya mampu menegakkan keadilan di muka bumi, beramal
saleh dan maslahat, pantas menyandang predikat sebagai makhluk yang paling mulia dan
lebih tinggi derajatnya dari makhluk lainnya. Kedua, pemikiran pendidikan KH Hasyim
Asy'a ri senantiasa mendasarkan pada nilai-nilai moral dan etik. Dan ketiga, kekonsistenan
pemikirannya dalam menginternalisasikan nilai-nilai Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah. Bahkan
dengan pandangan tradisionalisme yang dipertahankannya, KH Hasyim Asy'ari banyak
mengadopsi tradisi pendidikan Islam klasik yang lebih mengedepankan normativitas, tradisi
belajar mengajar dan etika dalam belajar mengajar yang dipandang telah mengantarkan Islam
pada zaman keemasannya.

Dalam perkembangan kebudayaan manusia, tumbuhlah tuntutan akan adanya


pendidikan yang terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang
matang dan sistematis. Manusia ingin lebih mempertang gungjawabkan cara ia mendidik
generasi penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupnya dalam pertemanan
dan perjalanannya dengan sesama dan dunia serta hubungannya dengan Tuhan. Karena
sesungguhnya dalam dunia yang dinamis ini, masyarakat selalu mengalami perubahan.

Pandangan KH Hasyim Asy'ari tentang kehidupan selalu berorientasi pada landasan


Islam yang bersumber pada wahyu di samping dalil-dalil naqliyah dan pendekatan diri
melalui cara sufi. Dengan begitu, maka dalam menetapkan tujuan pendidikan pun
sesungguhnya tidak lepas dari ideologi yang menjadi sandaran berfikirnya.

Sebagaimana dijelaskan pada kitab Adab al-'Alim, KH Hasyim Asy'ari menyebutkan


tujuan pendidikan adalah:

1. Menjadi insan purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2. Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dari pemahaman akan tujuan pendidikan ini, nampak bahwa KH Hasyim Asy’ari
tidak menolak ilmu-ilmu sekuler (dunia) sebagai suatu syarat untuk mendapatkan
kebahagiaan di dunia. Ia hanya menjelaskan hierarki pengetahun ke dalam tiga bagian:

a) Ilmu pengetahuan yang tercela dan dilarang artinya ilmu pengetahuan yang tidak
dapat diharapkan kegunaannya baik di dunia maupun di akhirat. Seperti: ilmu sihir,
nujum, ramalan nasib, dan sebagainya.
b) Ilmu pengetahuan yang dalam keadaan tertentu men jadi terpuji, tetapi jika
mendalaminya menjadi tercela artinya ilmu yang sekiranya mendalami akan menim-
bulkan kekacauan fikiran, sehingga dikhawatirkan me nimbulkan kufur. Misalnya
ilmu kepercayaan dan keba tinan, ilmu filsafat
c) Ilmu pengetahuan yang terpuji, yakni ilmu pelajaran- pelajaran agama dan berbagai
macam ibadah Ilmu-ilmu tersebut dapat mensucikan jiwa, melepaskan diri dan
perbuatan-perbuatan tercela, membantu mengetahui kebaikan dan mengerjakannya,
mendekatkan din ke pada Allah SWT, mencari ridha-Nya dan mempersiap kan dunia
ini untuk kepentingan di akhirat.

Mengenai hukum mempelajari ilmu pengetahuan antara Kiai Hasyim Asy'ari dan al-Ghazali
terdapat kesamaan pan- dangan, yakni:

a) Fardhu 'Ain: artinya kewajiban mencari ilmu dibebankan kepada setiap muslim
(setiap individu).
b) Fardhu Kifayah: artinya ilmu yang diperlukan dalam rangka menegakkan urusan
duniawi."

Menurut KH Hasyim Asy'ari, tujuan utama ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya,


demikian ini agar dapat menghasilkan buah dan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan di
akhirat kelak. Bahkan lebih lanjut dikatakan, agar penuntut ilmu dapat memperoleh ilmu
yang bermanfaat, maka harus memperhatikan sepuluh macam etika, antara lain;
membersihkan hati dari berbagai macam gangguan keimanan dan keduniaan, membersihkan
niat, tidak me- nunda-nunda kesempatan belajar, bersabar dan bersifat qana'ah terhadap
segala macam nikmat dan cobaan, pandai mengatur waktu, menyederhanakan makan dan
minum, bersikap wara', menghindari makanan dan minuman yang bisa menyebabkan
kemalasan dan kebodohan, mengurangi waktu tidur serta meninggalkan hal-hal yang kurang
bermanfaat. Dengan demikian, arti belajar dalam pandangan KH Hasyim Asy’ari adalah
mengembangkan seluruh potensi baik jasmani maupun rohani untuk mempelajari,
menghayati, menguasai, dan mengamalkannya untuk kemanfaatan dunia dan agama.

Anda mungkin juga menyukai