Anda di halaman 1dari 9

REVIEW JURNAL

UJIAN AKHIR SEMESTER


KIMIA LINGKUNGAN
PENCEMARAN TANAH AKIBAT LIMBAH ANORGANIK

Disusun oleh :
Ni Kadek Novita Indriyani (2213081011)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS ILMU MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2023
JUDUL

NAMA JURNAL 1. Kimia lingkungan, rusaknya tanah.


2. Kajian status kerusakan tanah universitas udayana.
3. Faktor penyebab rusaknya tanah.

NAMA PENULIS 1. Ganjar Arisandi, Joko subdya


2. Bintang Reditya A.S.R , A. A.I. Kesumadewi
3. Dr. Kurniamanto

TAHUN TERBIT 1. 1 januari 2016


2. 9 Maret 2018
3. 14 desember 2007

REVIEWER Ni Kadek Novita Indriyani (2213081005)

TANGGAL REVIEWER 26-30 Juni 2023

ABSTRAK Kerusakan tanah untuk produksi biomassa yang disebabkan oleh pengolahan tanah
yang tidak terkendali dapat membuat kualitas tanah menjadi menurun. kualitas tanah
menjadi menurun. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi dan status tanah
untuk produksi biomassa sebagai acuan bagi pemerintah di Kecamatan Padas untuk
melestarikan dan memperbaiki kualitas tanah. Penelitian ini bertujuan untuk
memetakan potensi dan status kerusakan tanah sebagai acuan bagi pemerintah di
Kecamatan Padas untuk melestarikan dan memperbaiki kualitas tanah. kualitas
tanah. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, dengan melakukan
pengamatan, pengambilan sampel tanah untuk analisis laboratorium dan kemudian
dilakukan skoring dan pencocokan dari hasil analisis untuk menentukan status tanah.
Hasil penelitian ini menunjukkan parameter yang berkontribusi terhadap kerusakan
tanah di Kecamatan Padas adalah permeabilitas di semua satuan peta tanah,
parameter tekstur pada satuan peta tanah 2, 3, dan 4, kemudian parameter redoks
tanah pada satuan peta tanah 3 dan 5. Hal ini disebabkan karena tekstur tanah
memiliki kandungan klei yang tinggi sehingga kemampuan menahan air tinggi yang
menyebabkan nilai permeabilitas rendah dan kondisi tanah yang jenuh air atau
tergenang akan menghasilkan nilai redoks tanah yang rendah atau nilai redoks tanah
yang rendah atau <200 mV. Kecamatan Padas Kabupaten Ngawi termasuk ke dalam
status kerusakan ringan atau RI dengan total skor 5.

Penulis melakukan penelitian ini yaitu dengan tujuan menganalisis pengaturan


mengenai pencemaran tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
yuridis normatif, dilakukan yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka atau data
sekunder. Hasil penelitian ini Penurunan kualitas tanah dapat dilihat dari beberapa
indikator yaitu derajat pelulusan air atau kemampuan menyerap air yang masih
rendah, serta kadar PH atau asam tanah cukup rendah di bawah 7,0. Kondisi tanah
dengan PH dibawah 7,0 bisa dikatakan rusak ringan hingga sedang. Kerusakan parah
jika PH menunjukan angka dibawah 4,0. Hasil pengukuran di lahan bawang merah di
Brebes kisaran empat hingga lima yang artinya kerusakan kategori ringan hingga
sedang.

PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris dengan 13,34% penduduknya adalah petani
(Sensus Pertanian,2013). Sebagian besar sistem pertanian di Indonesia berbasis tanah
sehingga tanah merupakan faktor yang sangat penting.Tanah adalah salah satu
komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral
dan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologi yang mampu menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya Tanah merupakan bagian penting
dalam menunjang kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Seperti kita ketahui
rantai makanan bermula dari tumbuhan. Manusia, hewan hidup dari tumbuhan.
Memang ada tumbuhan dan hewan yang hidup di laut, tetapi sebagian besar dari
makanan kita berasal dari permukaan tanah. Ketika suatu zat berbahaya/beracun
telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air
hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah
kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut
dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya.Namun seiring berjalannya waktu,
kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan
yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari
pengolahan tanah tersebut. Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan
kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan
berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang
dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil atau produk pertanian, terganggunya
kenyamanan, dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan
pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa
mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh
terhadap kesehatan makhluk hidup.

METODE PANELITIAN Metode penelitian deskriptif-analitis yaitu penelitian yang bertujuan untuk
memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan masalah pemecahan perkara pidana (splitsing)
dalam proses pembuktian suatu tindak pidana, dengan menggambarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berkaitan dengan splitsing dikaitkan dengan teori-
teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan
diatas. Metode Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah yuridis-
normatif, yaitu pendekatan atau penelitian hukum dengan menggunakan metode
pendekatan/teori/konsep dan metode analisis yang termasuk dalam disiplin Ilmu
Hukum yang dogmatis, penelitian hukum yang dilakukan yaitu dengan cara meneliti
bahan pustaka atau data sekunder, berupa hukum positif dan bagaimana
penerapannya dalam praktik di Indonesia. Pendekatan yuridis dalam
penelitian ini mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan penentuan daerah sampel
secara Stratified Purposive Sampling. Unit lahan dibatasi berdasarkan overlay peta
penggunaan lahan, tanah, dan lereng, sedangkan peta jumlah curah hujan tidak
digunakan karena jumlahnya relatif sama untuk wilayah penelitian.

PEMBAHASAN Pengaturan Pencemaran Tanah di Indonesia


Persoalan pencemaran lingkungan dan masalah pencemaran telah menjadi perhatian
Pemerintah sejak dibentuknya dari UU No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup ke UU No. 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup sampai ke undang-undang yang paling baru yaitu
UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berdasarkan Pasal 1 angka 14 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan definisi tentang pencemaran,
“pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan.” Menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan hidup No.
02/MENKLH/1988, “masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam air, udara, dan atau berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas
air atau udara kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.”

Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial, maka sehubungan


dengan fungsi sosialnya adalah suatu hal yang sewajarnya bahwa tanah itu harus
dipelihara baik-baik, agar bertambah kesuburannya serta dicegah kerusakannya.
Kewajiban memelihara tanah ini tidak saja dibebankan kepada pemiliknya atau
pemegang haknya yang bersangkutan, melainkan menjadi beban pula dari setiap
orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai suatu hubungan hukum dengan
tanah itu. Ketentuan yang mengatur

studi Kasus Pencemaran Tanah Kerusakan Kualitas Tanah Akibat Pestisida


Terjadi di Separuh Lahan Bawang Merah di Brebes Kondisi rusak terhadap kualitas
tanah terjadi di separuh lahan bawang merah di Kabupaten Brebes. Pemberian
pestisida tanaman bawang dinilai menjadi satu penyebab kemerosotan kualitas tanah.
Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Brebes telah melakukan pengukuran
uji kualitas tanah lahan pertanian bawang merah di beberapa desa. "Sebagian besar
atau 50 persen kualitas lahan pertanian di sentra produksi bawang merah di Brebes
sudah rusak. Terakhir kami ambil sampel lahan di Desa Padasugih, Kecamatan
Brebes," ucap Kepala KLH Brebes, Edy Kusmartono, Minggu (14/8/2016).
Menurutnya, hasil pengukuran uji kualitas tanah di lahan pertanian Desa Padasugih
dalam kondisi rusak. Banyaknya penggunaan pestisida oleh petani lah yang menjadi
penyebabnya. Selain pestisida, kata Edy, penurunan kualitas tanah juga disebabkan
pola tanam petani yang hanya menggunakan sistem satu pola tanam, yakni hanya
bawang merah. "Banyaknya penggunaan pestisida dan pola tanam petani menjadi
penyebab penurunan kualitas tanah lahan bawang merah," terangnya. Penurunan
kualitas tanah dapat dilihat dari beberapa indikator. Antara lain derajat pelulusan air
atau kemampuan menyerap air yang masih rendah, serta kadar PH atau asam tanah
cukup rendah di bawah 7,0. Kondisi tanah dengan PH dibawah 7,0 bisa dikatakan
rusak ringan hingga sedang. Sedangkan kerusakan parah jika PH menunjukan angka
dibawah 4,0. "Hasil pengukuran di lahan bawang merah di Brebes kisaran empat
hingga lima. Artinya
kerusakan kategori ringan hingga sedang," jelasnya. Hingga akhir tahun ini,
pihaknya akan terus melakukan penelitian kualitas tanah di sejumlah lokasi sentra
produksi bawang merah. Dalam dua tahun terakhir ini.

FAKTOR PENYEBAB RUSAKNYA TANAH

1. Erosi Tanah Mendengar istilah ini bukan merupakan suatu hal yang aneh di
telinga kita. Erosi tanah adalah bentuk berkurangnya lapisan tanah yang
penyebabnya adalah bisa angin atau juga air, bahkan hingga ulah manusia
sendiri. Erosi tanah ini akan memindahkan tanah dari tempat tanah semula
berada. Setidaknya ada tiga tahapan dalam proses terjadinya erosi tanah.
Pertama, tanah akan mengalami pengelupasan terlebih dahulu ketika ada angin
atau air mengenai permukaan tanah dengan tingkat intensitas yang tinggi.
Kedua, tanah mengalami pengangkutan, tanah yang terkelupas tersebut
kemudian akan diangkut baik oleh aliran air atau terjangan angin ke permukaan
tanah yang tidak lebih tinggi atau rendah. Ketiga, adalah pengendapan tanah,
ketika tanah telah berada pada permukaan yang lebih rendah sehingga tidak
mungkin untuk mengalami proses pengelupasan lagi maka ditempat yang baru
tersebutlah tanah akan mengalami pengendapan. Tahap-tahap tersebutlah yang
kemudian menjadi penyebab terjadinya kerusakan tanah.

2. Pencemaran Limbah Domestik Limbah ini bisa berbentuk padat dan juga
bisa berbentuk cair. Limbah jenis ini merupakan limbah yang berasal dari
pemukiman penduduk, pasar, perhotelan. Dan juga dari kelembagaan seperti
kantor-kantor pemerintah dan lainya. Oleh karena itu, pengolahan limbah
domestik menjadi suatu hal mutlak yang harus dilakukan. Akibat limbah
domestik ini kandungan dalam tanah akan terpengaruh dan tanah menjadi rusak.

3. Pencemaran Limbah Padat Dinamakan limbah padat sebab limbah jenis ini
tidak bisa diolah oleh mikroorganisme menjadi suatu senyawa yang bisa
menjadi unsur pembentuk tanah. Limbah ini biasanya berupa plastik, karet,
serat, bekas bahan bangunan dan lainnya. Dampak utama dari limbah ini adalah
tidak bisa ditambuhkan limbah padat oleh akar tanaman. Tidak bisa
ditembusnya senyawa tersebut oleh air sehingga unsur pembentuk mineral
tanah akan berkurang, di tambah mikroorganisme yang mampu menyuburkan
tanah juga berkurang drastis akibat berkurangnya tanaman di atas permukaan
tanah.

4. Pencemaran Limbah cair Limbah cair ini biasanya berupa bahan kimia
yang dibuat pabrikan seperti deterjen, oli dan bahan sejenis lainya. Bahaya dari
limbah ini adalah dapat membunuh mikro-organisme yang hidup di dalam
tanah. Limbah cair ini lebih banyak disebabkan oleh pencemaran limbah pabrik.

5. Pencemaran Limbah Industri Sesuai namanya limbah ini berasal dari suatu
kegiatan industri yang dilakukan pabrik. Limbah industri ini biasanya
menghasilkan suatu zat beracun yang sangat berbahaya bagi kelangsungan
hidup mikroorganisme di tanah. Limbah ini umumnya seperti zat tembaga,
logam dan industri kimia sejenis. Zat yang terkandung dalam logam biasanya
berupa Hg, Zn, Pb, Cd. (baca juga:pengolahan limbah industri). Karena
mikroorganisme di tanah berkurang maka kesuburan tanah pun juga akan
hilang.

UPAYA PENANGGULANGAN KERUSAKAN TANAH

Ketika ada kerusakan yang terjadi, maka hal wajib yang harus kita lakukan
adalah segera melakukan upaya penanggulangan. Agar apa? Tentu saja agar
kerusakan itu tidak bertambah parah. Apabila dibiarkan maka kerusakan tanah
yang terjadi akan semakin melebar bahkan bertambah parah sehingga dapat
merugikan manusia. Upaya- upaya penanggulangan yang dapat dilakukan
manusia antara lain sebagai berikut:

1. Daur ulang
Cara pertama yang dapat dilakukan sebagai upaya penanggulangan kerusakan pada
tanah adalah dengan melakukan kegiatan daur ulang. Daur ulang ini diperuntukkan
bagi sampah- sampah non organik agar dapat mengurangi polutan di tanah. Daur
ulang sampah plastik misalnya, dapat diubah mendai berbagai barang yang
bermanfaat badi kehidupan sehari- hari. Botol plastik dapat dimanfaatkan kembali
untuk membuat berbagai kerajinan tangan, maupun digunakan kembali sebagai pot
atau tempat barang. Plastik bekas minuman atau bekas detergen dapat dimanfaatkan
untuk membuat aneka kerajinan seperti tas, dompet dan lain sebagainya. Sampah-
sampah plastik terkadang juga didaur ulang menjadi plastik yang baru sehingga akan
menghemat bahan baku dalam membuat produk- produk plastik. Di lingkungan
sekolahan, zaman sekarang anak- anak sudah sangat kreatif membuat produk-
produk daur ulang. Bahkan mata pelajaran keterampilan hampir selalu mengajarkan
siswa siswi untuk membuat aneka kerajinan dari bahan bekas menjadi barang yang
mempunyai nilai jual.

2. Menampung limbah cair


Selain daur ulang, upaya untuk menanggulangi kerusakan tanah yang lainnya adalah
menampung limbah cair sisa- sisa kegiatan produksi maupun kegiatan sehari- hari.
tentu saja hal ini berlaku bagi limbah yang mempunyai bentuk cair. Limbah cair
dapat dihasilkan dari kegiatan produksi industri maupun kegiatan rumah tangga.
Limbah cair ini tidak boleh langsung di buang ke tanah karena sangat berbahaya dan
juga akan menimbulkan kerusakan pada tanah dalam jangka waktu tertentu. maka
dari itu limbah cair haruslah ditampung dan dilakukan proses pengolahan lebih lanjut
supaya lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi tanah maupun bagi
makhluk hidup yang ada di Bumi. Apabila limbah cair dihasilkan dari kegiatan
rumah tangga, maka limbah tersebut harus dibuang ke tempat atau saluran yang
tepat. Apabila limbah cair tersebut tidak berbahaya bagi lingkungan dan makhluk
hidup, maka bisa dibuang ke saluran air yang ada, seperti sekolah dan juga sungai
yang akhirnya akan bermuara ke laut. Namun apabila limbah cair dihasilkan oleh
kegiatan pabrik dalam jumlah besar dan mengandung bahan kimia yang berbahaya,
maka diperlukan pengolahan terlebih dahulu agar limbah tersebut menjadi netral dan
tidak berbahaya. setelah diolah dan mempunyai netral, barulah limbah tersebut
dibuang melalui saluran yang disediakan.

3. Mengganti bahan- bahan kimia dengan bahan- bahan organik atau


alami
Kita semua tahu bahwa limbah dari bahan- bahan kimia rata- rata mempunyai sifat
yang berbahaya. maka dari itu, alangkah lebih amannya apabila kita menggunakan
bahan- bahan yang alami sehingga menjadi lebih ramah bagi lingkungan dan juga
makhluk hidup. Ada banyak sekali alternatif dari bahan- bahan kimia yang
digunakan manusia dalam kehidupan sehari- hari. Kita mulai saja dari bahan bakar
misalnya, bahan bakar yang kita gunakan untuk menggerakkan kendaraan kita
mempunyai peran yang sangat besar bagi pencemaran udara di dunia. Bahkan saking
banyaknya pencemaran di Bumi ini, lapisan ozon yang melindungi bumi banyak
yang telah mengalami kebocoran. Akibatnya cahaya matahari yang masuk tidak
mengalami penyaringan dan banyak kerugian yang bisa ditimbulkan dan membuat
banyak jenis penyakit kulit. Maka dari itu tidak ada salahnya apabila kita
menggunakan energi alternatif yang lebih ramah, seperti menggunakan biogas atau
bioetanol sebagai pengganti bahan bakar minyak. Sekarang sudah banyak
masyarakat yang mengembangkan energi alternatif adri bahan baku alami, sehingga
lebih ramah lingkungan.

4. Rehabilitasi kerusakan sifat fisik tanah


Upaya penanggulangan kerusakan pada tanah salah satunya adalah rehabilitasi
kerusakan sifat fisik pada tanah. Kerusakan sifat fisik tanah pada umumnya
diakibatkan oleh memburuknya struktur tanah. Terjadinya kerusakan struktur tanah
ini dimulai dengan menurunnya kestabilan agregat tanah. Hal ini diakibatkan oleh
kikisan air hujan dan aliran permukaan. Penurunan kualitas kestabilan agregat tanah
ini diiringi oleh penurunan kandungan bahan- bahan organik, aktivitas perakaran
vegetasi dan jumlah mikroorganisme tanah. Untuk memperbaiki kerusakan sifat fisik
pada tanah, dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
Pengolahan tanah secara berkala untuk menghindari pergerakan tanah, Peningkatan
kandungan bahan organik tanah melalui dedaunan kering dan vegetasi penutup
lahan, Peningkatan keanekaragaman tanaman untuk dapat memperbaiki sistem
persebaran perakaran

5. Rehabilitasi kerusakan kimia dan biologi tanah


Selain kerusakan sifat fisik, tanah juga dapat mengalami kerusakan kimia dan juga
biologi. Kerusakan kimia dan biologi pada tanah ditandai dengan penurunan
kandungan bahan organik dan kenaikan kadar asam tanah. Tindakan perbaikan pada
tanah ini dilakukan dengan cara pemberian jerami dan zat kapur. Pemberian jerami
dapat meningkatkan aktivitas mikroba yang dapat membusukkan bahan- bahan tanah
dan juga menghasilkan bahan organik. Sementara pemberian zat kapur dapat
membantu menetralisir kadar asam yang ada di dalam tanah.

6. Remediasi pencemaran tanah


Upaya penanggulangan pencemaran tanah yang lainnya adalah remediasi
pencemaran tanah. Kegiatan remediasi ini merupakan upaya atau tindakan yang
dilakukan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Kegiatan remediasi
ini dibagi menjadi tiga, yakni sebagai berikut:

● Remediasi in- situ, merupakan upaya pembersihan lahan yang tercemar


tanpa harus berpindah tempat atau tetap di lokasi pencemaran saja.
● Remediasi ex- situ, merupakan pembersihan lahan yang tercemar dengan
cara menggali tanah yang tercemar dan dipindahkan ke lokasi lain.
Kemudian, setelah dipindahkan ditempat yang lebih aman maka baru bisa
dilakukan proses pembersihan pada tanah yang tercemar.
● Bioremediasi, merupakan proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan bantuan mikroorganisme seperti jamur dan juga bakteri.
Kegiatan bioremediasi ini mempunyai tujuan untuk memecah atau
mengurangi pengaruh zat pencemar.

KESIMPULAN Pencemaran Lingkungan dengan tercemarnya tanah, air, udara dan unsur
lingkungan lainnya oleh pestisida, dapat berpengaruh buruk secara langsung maupun
tidak langsung terhadap manusia dan kelestarian lingkungan hidup. Suatu pestisida
tertentu dapat merusak lapisan ozon stratosfer. Pencemaran lingkungan pada
umumnya terjadi karena penanganan pestisida yang tidak tepat dan sifat fisiko kimia
pestisidanya

SUMBER DATA 1. https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT/article/download/18205/11777


2. https://jtsl.ub.ac.id/index.php/jtsl/article/view/828
3.https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/72386/Kajian-Status-Kerusakan-Tanah-pada-
Lahan-Kebun-dan-Tegalan-untuk-

DAFTAR PUSTAKA - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar. 2012. Bidang Pertanian. Kecamatan
Denpasar Selatan

- Makhrawie. 2012. Evaluasi Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa pada


Areal Lahan Kering di Kota Tarakan. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda. Media Sains, Vol. 4,
Nomor 2.

- Nariratih, Intan., MMB Damanik, dan Gantar Sitanggang. 2013. Ketersediaan


Nitrogen pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan
Serapannya pada Tanaman Jagung. Alumnus Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1,
No.3.

Anda mungkin juga menyukai