Anda di halaman 1dari 1

Di pinggiran hutan yang lebat dan gelap, ada seorang anak laki-laki sedang menggembala domba

milik majikannya. Tugas itu dia lakukan setiap hari dengan perasaan sangat bosan. Untuk mengusir
kejenuhan, dia selalu membawa seruling dan seekor anjing peliharaannya. Itu berarti, hanya ada dua hal
yang bisa dilakukan sambil mengawasi domba-domba. Menghibur diri dengan meniup seruling, atau
bermain-main dengan anjing.

Suatu hari penggembala kecil ini membayangkan, apa yang akan terjadi seumpama ada serigala
muncul dari dalam hutan untuk memangsa domba. Sang majikan pernah berpesan, kalau serigala
datang menyerang, dia harus berteriak kencang-kencang untuk memanggil bantuan. Warga kampung di
sekitar situ pasti akan segera datang menolong dia mengusir serigala. Tapi itu tidak pernah terjadi,
setidaknya sampai hari ini. Belum pernah ada seekor serigala pun datang mendekat mengincar
dombanya.mSi gembala kecil mulai membayangkan ide jahil. Menurutnya, pasti lucu kalau dia hanya
pura-pura melihat serigala, kemudian menjerit memanggil orang sekampung untuk datang menolong.
Maka dia pun membuka mulut lebar-lebar dan berteriak, “Serigala! Serigala!” Dalam sekejap, orang-
orang pun datang berduyun-duyun, siap melakukan apapun untuk mengusir sergiala jahat. Mereka
meninggalkan berbagai pekerjaan penting demi membantu si penggembala.Tapi yang mereka temukan
hanya seorang anak yang sedang terbahak-bahak, merasa berhasil menipu mereka. Ia sangat geli meihat
ekspresi warga yang kaget mendengar ada serigala. Sadar dikibuli, orang-orang pun bubar dan kembali
ke aktivitas mereka. “Aku hanya mengetes, apakah bila serigala nanti datang mengejar domba, kalian
mau membantuku mengusir dia,” alasan penggembala, tanpa merasa bersalah.

Beberapa hari kemudian, dia mengulangi kejadian itu. Anak penggembala menjerit keras dengan nada
panik, “Serigala! Serigala!” Dan lagi-lagi orang sekampung yang baik hati pun segera datang. Mereka
berlari sekencang mungkin agar tidak terlambat memberikan bantuan. Tapi, sekali lagi, yang mereka
temukan bukan serigala sedang menyerang domba-domba. Melainkan seorang anak penggemaba jahil
sedang tertawa puas terbahak-bahak sambil memegang perutnya. “Oh, kamu mengelabuhi kami,”
geram seorang petani. Dia meninggalkan ladangnya begitu mendengar teriakan minta tolong tadi.
“Jangan lakukan itu lagi,” pesan seorang ibu pembuat roti. “Atau kami tidak akan memercayaimu lagi,”
ancam warga lainnya. Orang-orang pun bubar sambil bergumam kesal. Anak gembala hanya tertawa
puas melihat kemarahan mereka.Tapi dia tidak juga kapok. Besoknya, ia mengulang berteriak “Serigala!
Serigala!” saat tidak ada satu pun serigala yang mendekat. Meski awalnya mereka ragu apakah ini benar
atau hanya permainan, warga kembali datang untuk membantunya. Lalu mereka bergegas pulang
dengan marah karena bosan dipermainkan si penggembala cilik.

Suatu sore, saat matahari mulai tenggelam, tak disangka seekor serigala benar-benar muncul di
pinggiran hutan. Serigala buas itu tampak lapar dan mulai menyambar domba-domba. Anak
penggembala sangat panik dan ketakutan. Ia berlari terbirit-birit mencari bantuan. “Serigala! Serigala!”
teriaknya, berharap ada yang segera datang untuk menolong. Tapi meski orang-orang kampung
mendengar suara teriakan itu, tak ada satu pun yang mau datang menghampiri. “Dia tidak akan bisa
menipu kita lagi,” kata mereka, yakin teriakan itu hanya omong kosong si penggembala, seperti
sebelum-sebelumnya.Serigala itu pun berhasil menerkam banyak domba sampai kenyang. Anak gembala
tidak berdaya mengusirnya sendirian. Kini dia jera, sadar orang-orang tidak datang bukan karena tak
ingin membantu. Melainkan karena ulahnya sendiri, yang sering membohongi mereka berkali-kali.

Anda mungkin juga menyukai