LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (PASRAWATI)
LK 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (PASRAWATI)
I
KELAS : 144 - 180 - 3 - Kelas 001 Matematika - Kemenag
DOSEN
Narsum : Mar'atul Jannah, M.Pd.
Dosen IAIN kudus
Waktu : Selasa, 12 September 2023
Penyebab motivasi belajar matematika anak2 rendah :
A. Faktor intern :
Kesadaran diri dari anak yang rendah akan pentingnya belajar.
Mindset anak tidak belajar pun bisa naik kelas.
B. Faktor ekstern
1. Kluarga : tidak adanya perhatian dari kluarga.
2. Lingkungan sekitar:
3. Cara mengajar guru Pembelajaran yg berpusat pada guru,tidak
menggunakan media pembelajaran.
4. Sarana prasarana sekolah yang kurang mendukung.
5. Tidak adanya layanan konseling dari bk tentang cita2
KETUA MGMP
Narsum : Muhammad Ansar, S.Ag
(Ketua MGMP Matematika MA se-Kab. Sinjai)
Waktu : Selasa, 12 September 2023
1. Memberikan ruang kelas yang menyenangkan
2. Memahami karakter atau cara belajar yang diinginkan siswa
3. Memberi nilai/angka dan memberi pujian
4. Melakukan monitoring ke setiap individu atau kelompok siswa
5. Media pembelajaran yang beragam
6. Menerapkan Model pembelajaran Berbasis masalah
DOSEN
Narsum : Dr. Abd. Kadir Jaelani, S.Pd., M.Pd.
Matakuliah yang diampu: Geometri
Universitas Muhammadiyah Makassar
Waktu : Selasa, 12 September 2023
Cara menyajikan materi pelajaran yang disampaikan oleh Guru kurang menarik
dan kurangnya kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola kelas
2 Rendahnya minat literasi SUMBER KAJIAN LITERATUR : Dengan merujuk dari sumber kajian literatur
siswa dalam pembelajaran JURNAL ILMIAH melalui jurnal ilmiah , wawancara, dan keadaan
matematika H.Fuadi, A.Z.Robbia, Jamaluddin, A.W. Jufri. Analisis Faktor Penyebab Rendahnya dilapangan, eksplorasi penyebab masalah
Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik sebagai berikut :
Program Studi Magister PendidikanIPA, Pascasarjana Universitas Mataram. 2020 1. Kondisi Siswa yang diidentifikasi :
https://bitly.ws/UhKD a. Kemampuan merubah soal cerita
Faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik menjadi model matematika siswa masih
1. Pemilihan sumber belajar rendah
2. Miskonsepsi Beberapa siswa kesulitan memodelkan
3. Pembelajaran tidak kontekstual soal cerita karena belum terbiasa
4. Rendahnya kemampuan membaca b. Siswa belum terbiasa berliterasi dalam
5. Lingkungan dan iklim belajar bentuk membaca, menulis, berbicara,
menyelesaikan soal dll.
Menurut Jesica (2017) dikarenakan: Siswa belum memiliki kebiasaan
1.Kebiasaan membaca belum dimulai dari rumah membaca dan menulis yang ditanamkan
2.Sarana membaca yang minim oleh orangtua, sehingga beberapa siswa
3.Kurang motivasi untuk membaca juga memiliki kemampuan membaca dan
4.Sikap malas untuk mengembangkan gagasan menulis yang rendah hal ini berdampak
pada kurangnya motivasi siswa untuk
Hapsari, Y. I., dkk (2019) Faktor yang menjadikan minat siswa pada tingkat rata-rata membaca.
ke bawah yaitu faktor intern dan ekstern. c. Siswa lebih tertarik bermain media sosial
a.Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari diri sendiri seperti kecerdasan, atau game dibandingkan melakukan
minat dan perhatian, motivasi, ketekunan, sikap, kebiasaan membaca, serta kondisi literasi. Sehingga membuat siswa malas
fisik dan kesehatan. membaca, lebih suka menonton.
b.Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar individu tersebut seperti Kesimpulan :
Perpustakaan yang seadanya, bahan bacaan yang sudah usang bahkan beberapa • Beberapa siswa belum memiliki kebiasaan
tidak layak pakai, rendahnya dorongan dari guru, tidak dorongan dari orang tua, berliterasi, sehingga minat untuk
orang tua yang tidak memfasilitasi dikarenakan ekonomi kurang, tidak ada perhatian berliterasi rendah
orang tua terhadap minat membaca anak. kebanyakan orang tua lebih terfokus • Ketertarikan yang tinggi terhadap gatget
pada hasil belajar, pembiasaan membaca yang tidak didapatkan siswa sejak kecil. untuk bermedia sosial sehingga membuat
Pengaruh lingkungan dan teman bermain yang tidak terbiasa dengan membaca siswa malas membaca karena lebih suka
secara tidak langsung akan mempengaruhi minat baca siswa. Pengaruh teknologi menonton.
yang tidak terkendali. Misalnya pengaruh
smartphone atau gadget tidak digunakan dengan bijak, pengaruh acara televisi
sehingga siswa melupakan tugasnya sebagai siswa. Bermain bersama teman tidak
mengenal waktu, sehingga tidak ada waktu untuk belajar apa lagi membaca 2. Sarana Prasarana
a. Ketersediaan buku diperpustakaan yang
kurang lengkap untuk menunjang literasi
SUMBER WAWANCARA siswa selain itu hanya bisa ke
GURU/ TEMAN SEJAWAT perpustakaan saat jam istirahat sehingga
Narsum : Sasri Marlina S.Si (35) waktunya terbatas.
Satuan Kerja : MTsN 5 Kampar b. Kurangnya program sekolah dan guru
Waktu : Senin, 11 September 2023 dalam meningkatkan literasi siswa
a. Siswa tidak terbiasa/ tidak suka membaca Hal ini terlihat dari pojok baca yang belum
b. Buku bacaan tidak sesuai minat maksimal, madding yang tidak banyak isi,
c. Koleksi buku tidak sesuai dengan kebutuhan siswa ekskul seperti speech yang kurang
d. Belum adanya inovasi yang cocok untuk kegiatan literasi dalam pembelajaran diminati siswa.
Kesimpulan :
WAKA KURIKULUM • Sarana pendukung untuk literasi masih
Narsum : Ana Nurdiana S.Pd (45) kurang
Satuan Kerja : MTsN 2 Solok Selatan • Kurangnya program sekolah dan guru
Waktu : Senin, 11 September 2023 dalam meningkatkan literasi siswa
1. Minat membaca siswa kurang
2. Terlalu banyak bermain HP sehingga kurangnya interaksi sosial anak KESIMPULAN :
Analisis eksplorasi penyebab masalah
KEPALA MADRASAH rendahnya minat literasi siswa pada pelajaran
Narsum : M.Sahlan Putra Tama, S.Si. M.Pd (47) matematika adalah :
Waktu : Senin, 11 September 2023
1. Guru perlu meningkatkan kemampuan pedagogiknya agar dapat berinovasi 1. Beberapa siswa belum memiliki kebiasaan
dalam pembelajaran literasi matematika berliterasi, sehingga minat untuk
2. Perlu pemantauan intensif dari seluruh guru terkait kegiatan literasi siswa yang berliterasi rendah
dilaksanakan 30 menit sebelum pulang. 2. Ketertarikan yang tinggi terhadap gatget
3. Persoalan minat literasi khususnya membaca siswa bukan hanya menjadi untuk bermedia sosial sehingga membuat
tanggung jawab guru Bahasa, melainkan tanggung jawab semua guru mata siswa malas membaca karena lebih suka
pelajaran menonton.
3. Sarana pendukung untuk literasi masih
WAWANCARA PAKAR kurang
GURU SENIOR 4. Kurangnya program sekolah dan guru
Narsum : Bu Sri Mulyati, M.Pd. dalam meningkatkan literasi siswa
Guru SMP N 1 bodeh Comal.
Guru senior.
S2 pendidikan matematika
Waktu : 12 September 2023
Sebagai guru penggerak
Secara umum kemampuan literasi numerasi di Indonesia masih tergolong rendah,
hal ini bisa dilihat dari hasil ANBK di setiap satuan pendidikan.
1. Hasil ANBK termuat dalam rapor pendidikan satuan Pendidikan baik jenjang SD,
SMP maupun SMA.
2. Kemampuan literasi siswa rendah karena kurangnya kesadaran diri untuk
memahami dan menganalisa soal yang ada, serta masih kurangnya sarana
prasarana yang mendukung untuk proses literasi.
3. Cara mengetahui kemampuan literasi numerasi siswa rendah adalah dari hasil
ANBK secara umum, kl dalam sehari-hari pada pembelajaran bisa dilihat dari
kemampuan siswa mengerjakan soal bentuk literasi numerasi
4. Faktor yg menyebabkan kemampuan literasi numerasi rendah adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi dan kesadaran diri
dari siswa untuk memahami literasi dan numerasi. Faktor eksternal meliputi
sarana prasarana, guru serta proses pembelajaran yang ada di satuan
Pendidikan.
5. Cara untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa antara lain:
- pembiasaan dalam proses belajar mengajar menggunakan soal literasi
nunerasi untuk asesmen.
- memberikan pemantapan materi/ pengayaan terkait literasi numerasi
- Menyediakan sarana prasarana yang lebih mendukung untuk meningkatkan
atau menggali kemampuan literasi numerasi siswa, misalnya membuat pojok
baca di setiap ruang kelas atau ruang terbuka yang ada di
satuan Pendidikan.
DOSEN
Dr. Abd. Kadir Jaelani, S.Pd., M.Pd.
Matakuliah yang diampu: Geometri
Universitas Muhammadiyah Makassar
Waktu : 12 September 2023
Kemampuan berhitung siswa rendah disebabkan lemahnya pemahaman konsep
siswa terhadap operasi bahkan tidak memahami apa itu operasi yg merupakan
fungsi. Serta siswa masih cenderung menghafal.
3 Kemampuan numerasi SUMBER KAJIAN LITERATUR : Dengan merujuk dari sumber kajian literatur
siswa kurang JURNAL ILMIAH melalui jurnal ilmiah , wawancara, dan keadaan
Mukminah, Hirlan Sriyanti. Analisis Kesulitan Belajar Berhitung Siswa pada Mata dilapangan, eksplorasi penyebab masalah
Pelajaran Matematika. PGSD UNU NTB.2021 sebagai berikut :
https://bitly.ws/wn5F 1. Kondisi Siswa yang diidentifikasi :
Kesulitan belajar ini disebabkan oleh berbagai macam faktor,diantaranya a. Kemampuan berhitung siswa kurang.
disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal Hal ini disebabkan karena :
Faktor Internal : - Tingkat kecerdasan siswa yang rendah,
1. Kondisi tubuh dan mental siswa sehingga kurang memahami konsep
2. Emosional siswa hitungan.
3. Kecerdasan siswa yang rendah - Siswa kurang memperhatikan saat
4. Sikap siswa dalam pembelajaran yang kurang memperhatikan proses pembelajaran sehingga
berdampak pada rendahnya
2. Khafid(2021) kesulitan belajar dipengaruhi oleh bakat siswa minat pemahaman konsep siswa
siswa,kesehatan siswa,motivasi siswa, cara belajar siswa,dan cara mengajar guru - Siswa tidak terbiasa menggunakan
kemampuan berhitung
3.Muhibbin Syah (2016) Kesulitan pada operasi hitung yang dialami siswa adalah b. Siswa merasa tidak memiliki bakat
kekurangmampuan siswa dalam operasional aritmatika dan ketidakcermatan siswa keterampilan numerasi meliputi
dalam melakukan operasi hitung. berhitung, kemampuan menggunakan
Faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal bilangan symbol, dan kemampuan menyelesaikan
berpangkat adalah: faktor intern yang terdiri dari faktor diri sendiri dan motivasi, masalah (soal cerita) sehingga bersikap
serta faktor keluarga, faktor sekolah. acuh dan mengandalkan kepada kawan
yang dianggapnya mampu atau
3.Utari Oktaviani dkk (2020) Penyebab kemampuan dasar matematika kurang: mengandalkan alat hitung.
Faktor internal yang mencakup peserta didik tidak tertarik dengan matematika, Kesimpulan :
kemampuan dasar berhitung siswa lemah, rendahnya pemahaman konsep peserta • Siswa kurang memahami konsep hitungan
didik, peserta didik tidak mengerti lambang-lambang dalam matematika, kurangnya karena tingkat kecerdasan, kebiasaan,
kedisiplinan peserta didik, dan kurangnya motivasi belajar peserta didik. motivasi belajar yang rendah sehingga
Faktor eksternal mencakup ruang kelas yang panas sehingga membuat tidak kemampuan berhitung kurang
nyaman, ruang kelas yang bising karena dekat dengan ruang praktik sehingga • Siswa merasa tidak memiliki bakat
fokus peserta didik tidak keterampilan numerasi meliputi berhitung,
Optimal. kemampuan menggunakan symbol, dan
kemampuan menyelesaikan masalah (soal
cerita) sehingga bersikap acuh dan
SUMBER WAWANCARA : mengandalkan kepada kawan yang
GURU/ TEMAN SEJAWAT dianggapnya mampu atau mengandalkan
Narsum : Alfa Rismon, S.Pd (40) alat hitung.
Satuan Kerja : MTsN 2 Solok Selatan
Waktu : Senin, 11 September 2023 2. Guru , diidentifikasi :
1. Kurangnya Kemampuan siswa dalam literasi numerasi - Cara mengajar guru yang kurang
2. Antara literasi dan numerasi siswa sering gagal konsep memberikan motivasi dan menekankan
pada kemampuan numerasi siswa
KEPALA MADRASAH Kesimpulan :
Narsum : Idham Arif, S.Ag (45) • Cara mengajar guru kurang menekankan
Waktu : Senin, 11 September 2023 pada kemampuan numerasi siswa
a. Tingkat literasi numerasi masih rendah.
b. Dilihat nilai maple-mapel lainnya rendah apalagi mapel matematika. KESIMPULAN :
c. Penyebab rendahnya numerasi siswa karena tidak adanya kemauan dan Analisis eksplorasi penyebab masalah
kemampuan siswa dalam berhitung. kemampuan numerasi siswa kurang adalah :
d. Tingkat dasar saja masih sulit apa lagi yg berbasis literasi numerasi 1. Siswa kurang memahami konsep hitungan
e. Cara meningkatkan literasi dan numerasi guru harus lebih kreatif dan karena tingkat kecerdasan, kebiasaan,
membiasakan melatih anak2 untuk mengerjakan soal yang melibatkan literasi motivasi belajar yang rendah sehingga
kemampuan berhitung kurang.
PENGAWAS MADRASAH 2. Siswa merasa tidak memiliki bakat
Narsum : Dra Hj Munasifah, M.S.I. (52) keterampilan numerasi meliputi berhitung,
Waktu : Senin, 11 September 2023 kemampuan menggunakan symbol, dan
a. Masih banyak ditemukan kemampuan literasi numerasi siswa rendah, bahkan kemampuan menyelesaikan masalah (soal
cenderung sebagian besar anak2 ketika diberikan soal yang setaraf ANBK cerita) sehingga bersikap acuh dan
anak2 tidak bisa mengerjakan. mengandalkan kepada kawan yang
b. Karena tidak adanya pembiasaan dari guru untuk melatih soal2 yg melibatkan dianggapnya mampu atau mengandalkan
literasi numerasi. alat hitung
c. Diketahui dari hasil rapot ANBK yang mencakup literasi numerasi masih 3. Cara mengajar guru kurang menekankan
rendah. pada kemampuan numerasi siswa
d. Dari siswanya sendiri, terlebih dari gurunya, yang tidak membiasakan
memberikan soal HOTS atau soal literasi numerasi.
e. Caranya yaitu guru harus membiasakan soal literasi numerasi dan soal HOTS
disetiap pelajarannya. Mungkin awal mula berat, tapi lama kelamaan saya
yakin akan meningkat
WAWANCARA PAKAR
GURU SENIOR
Narsum : Bu Sri Mulyati, M.Pd.
Guru SMP N 1 bodeh Comal.
Guru senior.
S2 pendidikan matematika
Waktu : 12 September 2023
Sebagai guru penggerak
Secara umum kemampuan literasi numerasi di Indonesia masih tergolong rendah,
hal ini bisa dilihat dari hasil ANBK di setiap satuan pendidikan.
6. Hasil ANBK termuat dalam rapor pendidikan satuan Pendidikan baik jenjang SD,
SMP maupun SMA. 😀
7. Kemampuan literasi siswa rendah karena kurangnya kesadaran diri untuk
memahami dan menganalisa soal yang ada, serta masih kurangnya sarana
prasarana yang mendukung untuk proses literasi. 🤭
8. Cara mengetahui kemampuan literasi numerasi siswa rendah adalah dari hasil
ANBK secara umum, kl dalam sehari-hari pada pembelajaran bisa dilihat dari
kemampuan siswa mengerjakan soal bentuk literasi numerasi
9. Faktor yg menyebabkan kemampuan literasi numerasi rendah adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi dan kesadaran diri
dari siswa untuk memahami literasi dan numerasi. Faktor eksternal meliputi
sarana prasarana, guru serta proses pembelajaran yang ada di satuan
Pendidikan.
10. Cara untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa antara lain:
- pembiasaan dalam proses belajar mengajar menggunakan soal literasi
nunerasi untuk asesmen.
- memberikan pemantapan materi/ pengayaan terkait literasi numerasi
- Menyediakan sarana prasarana yang lebih mendukung untuk meningkatkan
atau menggali kemampuan literasi numerasi siswa, misalnya membuat pojok
baca di setiap ruang kelas atau ruang terbuka yang ada di satuan Pendidikan
DOSEN
Dr. Abd. Kadir Jaelani, S.Pd., M.Pd.
Matakuliah yang diampu: Geometri
Universitas Muhammadiyah Makassar
Waktu : 12 September 2023
Kemampuan berhitung siswa rendah disebabkan lemahnya pemahaman konsep
siswa terhadap operasi bahkan tidak memahami apa itu operasi yg merupakan
fungsi. Serta siswa masih cenderung menghafal.
LK 1.2 Eksplorasi Masalah
Kelompok 2
Masalah yang telah
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Terdapat siswa (jenjang Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur dan wawancara,
menengah pertama) yang 1. Menurut Mumpuno & Afifah (2022) guru sering kali dihadapi pada anak yang dapat disimpulkan bahwa penyebab adanya
belum bisa baca tulis. mengalami kesulitan membaca khususnya di kelas rendah. Kesulitan-kesulitan siswa jenjang menengah pertama yang belum
tersebut antara lain: kurang mengenali huruf, membaca kata demi kata, pemparafase bisa baca tulis adalah :
yang salah, penghilangan, pengulangan pembalikan, penyisipan, penggantian, 1. Faktor internal siswa, berupa
menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan kepala, kesulitan konsonan. keterlambatan perkembangan intelektual
Sumber : siswa tersebut.
Mumpuni, A., & Afifah, N. (2022). ANALISIS PEMBELAJARAN MEMBACA DAN 2. Faktor eksternal siswa, meliputi: a)
MENULIS PERMULAAN SISWA SEKOLAH DASAR. Buletin Ilmiah Pendidikan, 1(2), 73- faktor lingkungan keluarga berupa
80. kurangnya komunikasi yang harmonis
antara siswa dan orang tua; 2) faktor
2. Lerner J.W (1985) mengemukakan Konsep learning disability menunjukkan anak lingkungan sekolah berupa kurangnya
yang mengalami gangguan pada satu atau lebih dari proses psikologi dasar termasuk penanganan yang tepat terhadap siswa
pemahaman dalam menggunakan bahasa lisan atau tertulis yang dimanifestasikan berkebutuhan khusus dan dipengaruhi
dalam ketidaksempurnaan dalam mendengar berpikir berbicara membaca mengeja juga oleh kondisi covid-19 yang sempat
atau mengerjakan hitungan matematika. mengganggu proses pembelajaran di
Sumber : sekolah dalam beberapa tahun.
Suparno. 2006. Model layanan pendidikan untuk anak berkesulitan belajar. Jurnal
pendidikan khusus vol 2 no 2 november 2006. FIP UNY.
Hasil Wawancara
Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum MTsN 1 Manado (Marlina Maladjim, M.Pd)
Anak yang tidak bisa baca tulis disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
sosial bagaimana dia belajar dan apakah dia memiliki fasilitas untuk belajar. faktor kedua
adalah faktor intelektual anak yang tidak bisa baca tulis bisa jadi memiliki IQ di bawah
normal .
Guru BK MTsN 1 Manado
(Rifni Ika Sari Susanti, S.Psi)
Faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang lancar membaca terdiri dari 2 faktor yaitu :
1. Faktor internal berupa rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa dan
afektifnya.
2. Faktor eksternal meliputi pengaruh lingkungan keluarga. Faktor eksternal yang kedua
adalah lingkungan sekolah.
Pakar/Dosen Tadris Matematika IAIN Kendari
(Firman Riansyah, S.Pd., M.Sc.)
Keterlambatan baca tulis di jenjang SMP biasanya memang karena sudah bawaan dari
lahir atau bisa juga karena penanganan yang salah dari guru sebelumnya. Memang ada
beberapa anak yang “spesial”, sehingga perlakuannya juga khusus. Tidak boleh
disamaratakan dengan teman-temannya.
2. Sebagian besar siswa Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur dan wawancara,
belum bisa operasi dasar 1. Penelitian oleh Lawrence Mundia (2012) ikut menguatkan penelitian ini. Penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab sebagian
matematika seperti yang berjudul The Assessment of Math Learning Difficulties in a Primary Grade-4 Child besar siswa belum bisa operasi dasar
penjumlahan bilangan with High Supprot Need: Mixed Methodf Approach menemukan bahwa siswa matematika seperti penjumlahan bilangan
bulat, perkalian, dan lain- mengalami kesulitan matematika yaitu: ketidakmampuan menggunakan operasi bulat, perkalian, dan lain-lain, adalah :
lain. matematika dengan tepat, tidak memahami hubungan antara satuan, puluhan, dan 1. Faktor internal siswa, meliputi :
ribuan. Faktor yang menyebabkan kesulitan matematika antara lain diskalkulia, diskalkulia, disleksia, kepercayaan diri
disleksia, kepercayaan diri yang rendah, dan kecemasan matematika. Hasil penelitian yang rendah, kecemasan matematika,
tersebut juga mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan matematika. dan minat belajar yang kurang.
Sumber : 2. Guru memperlakukan siswa dengan cara
Diakses dari https://lib.unnes.ac.id/24893/1/1401412428.pdf pada tanggal 9 yang sama sehingga kurang
September 2023, pukul 10.15 WIB. memperhatikan siswa yang memiliki
kemampuan operasi dasar yang kurang.
Kesimpulan : 3. Konsep matematika tidak diajarkan
Faktor yang menyebabkan kesulitan matematika antara lain diskalkulia, disleksia, dengan cara yang tepat.
kepercayaan diri yang rendah, dan kecemasan matematika. 4. Kurangnya penggunaan media yang
menarik untuk meningkatkan
2. Penelitian oleh Takbir Ali (2011) dengan judul Exploring Students’ Learning Difficulties pemahaman dasar siswa.
in Secondary Mathematics Classroom in Gilgit Baltistan and Teachers’ Effort to Help
Students Overcome These Diffculties menunjukkan hasil bahwa guru mempengaruhi
pemahaman konsep siswa. Selain itu, penelitian tersebut juga menekankan pada
pentingnya pengetahuan matematika dan mengaitkankanya dengan pemahaman
konsep yang baru. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kerjasama antar guru,
sekolah, kurikulum, dan lingkungan yang konsusif untuk mendukung siswa belajar
matematika secara mendalam.
Sumber :
Diakses dari https://lib.unnes.ac.id/24893/1/1401412428.pdf pada tanggal 9 September
2023, pukul 10.23 WIB.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang dipaparkan, guru menjadi faktor yang mempengaruhi
pemahaman konsep siswa dan berpengaruh pada kesulitan belajar matematika.
Hasil Wawancara
Guru Matematika MAN 3 Solok (Febrisa Yusmita, S.Pd) :
a. Belum tuntasnya pemahaman siswa dari tingkat sebelumnya
b. Penjelasan konsep matematika yang kurang spesifik di tingkat sebelumnya (SD)
c. Kurangngnya penggunaan media pembelajaran yang mestinya bisa memfasilitasi
pemahaman siswa untuk konsep dasar matematika
d. Guru matematika yang umumnya dilabeli guru killer, sehingga siswa kurang fokus
dalam mengikuti pembelajaran, karena rasa takut.
3. Siswa beranggapan bahwa Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur dan wawancara,
matematika adalah 1. Judul : Pengelolaan Kelas Guru dalam Pembelajaran Matematika dapat disimpulkan bahwa penyebab siswa
pelajaran yang sulit Penulis: Ulfa Nurani (2020) beranggapan bahwa matematika adalah
Siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit disebabkan oleh pelajaran yang sulit adalah :
pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Untuk mengubah mindset bahwa 1. Model dan media pembelajaran guru
matematika sulit dengan penggunaan media yang menyenangkan dalam pembelajaran yang kurang menarik
matematika. 2. Pembelajaran matematika tidak
Sumber: kontekstual.
http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/912 3. Siswa tidak memiliki minat di bidang
matematika.
2. Judul : Faktor Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Dalam Belajar Matematika
Penulis: Muhammad Naufal Farhan dan Jumardi (2023)
4. Pola pikir matematika itu sulit yang
Faktor siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit: ditumbuhkan oleh lingkungan keluarga
a. Tidak sukanya siswa terhadap mata pelajaran matematika maupun teman-temannya.
b. Sulitnya mengerjakan soal matematika
c. Tidak aktifnya siswa dalam bertanya kepada guru
d. Kurangnya siswa untuk mendapatkan bimbingan khusus sehingga siswa mengalami
kesulitan belajar matematika.
Sumber:
https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio/article/view/4934
Hasil Wawancara:
4. Siswa tidak konsentrasi Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur dan wawancara,
selama pembelajaran 1. Hal-hal yang menyebabkan kurangnya konsentrasi siswa dapat disimpulkan bahwa penyebab siswa
matematika dalam belajar: tidak konsentrasi selama pembelajaran
a. Tidak sarapan pagi matematika adalah :
b. Pengaruh dari HP 1. Faktor internal siswa seperti minat dan
c. Keluarga yang broken home motivasi belajar yang kurang, tidak
d. Kurang tidur sarapan pagi, dan kurang tidur.
e. Pengaruh dari cuaca 2. Faktor eksternal siswa, meliputi:
gangguan dari lingkungan belajar (teman,
Sumber: suara bising dari luar kelas, cuaca), model
Diakses dari : https://www.matrapendidikan.com/2016/11/penyebab-siswa-kurang-fokus- dan media pembelajaran yang kurang
dalam.html , pada tanggal 9 September 2023, Pukul 10.02 WIB. menarik, jadwal yang tidak sesuai
harapan, tugas dari mata pelajaran lain
2. Menurut Surya (2009), beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi bertumpuk, hingga masalah keluarga
rendahnya konsentrasi belajar siswa antara lain, yaitu sebagai berikut:
a. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.
b. Timbulnya perasaan negatif.
c. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
d. Bersifat pasif dalam belajar.
e. Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.
f. Gangguan kebugaran jasmani.
Sumber:
Diakses dari :
https://www.kajianpustaka.com/2021/10/konsentrasi-belajar.html pada tanggal 9
September 2023, Pukul 10.11 WIB.
Hasil Wawancara
Guru MAN 1 Padang Lawas (Anggun Setia Dewi S.Pd.I):
a. Faktor Internal, meliputi: (1) rendahnya motivasi siswa dalam belajar, (2) rendahnya
minat siswa terhadap mata pelajaran matematika (3) kurang tidur
b. Faktor eksternal, meliputi : (1) materi matematika yang dianggap sulit oleh peserta
didik, (2) jadwal pelajaran matematika yang tidak sesuai harapan, misalnya di jam
terakhir mata pelajaran (3) cuaca dan iklim yang ekstrim, misalnya cuaca yang
terlalu panas.
Wakil Kepala Madrasah bid.Kurikulum MAN 1 Padang Lawas (Fatimah Hasna S.Pd)
:
a. Kurang tidur, sehingga mengantuk di kelas
b. Keadaaan dari rumah, misalnya keluarga yang broken home
c. Metode atau media yang digunakan guru kurang menarik perhatian siswa
d. Tidak minatnya siswa pada materi tersebut.
Kepala MAN 1 Padang Lawas (Hj.Mahnidar Azwarni S.Ag) :
a. Kurangnya minat dan motivasi belajar peserta didik
b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif dan berantakan
c. Keadaan fisik yang tidak fit, misalnya tidak sarapan
d. Metode ajar guru yang kurang tepat
Wuju, Wilibertus dan Putra, Tommy Fimi. 2020. Hubungan Antara Guru dan Siswa
dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas XII-IPS III SMA Negeri 9
Samarinda Tahun Pelajaran 2018/2019. Cendikia (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran)
IKIP PGRI Kalimantan Timur. Vol. 4, No. 2 Juni 2020
Hasil Wawancara:
1. Kepala Madrasah
▪ Target Capaian Kurikulum
Guru masih banyak yang hanya fokus memberikan materi saja ke siswa, dapat
disebabkan adanya beberapa alasan, salah satunya yaitu dapat berupa adanya
target capaian materi pada kurikulum yang memang harus dicapai. Sehingga
menyebabkan guru lebih terfokus pada penyampaian materi saja kepada
siswa.
▪ Keterbukaan Guru
Beberapa Guru masih hanya fokus kepada materi, dapat disebabkan karena
tidak semua guru memiliki kepribadian yang lebih terbuka dan merasa
nyaman untuk diketahui masalah personalnya dan juga mengetahui masalah
personal orang lain. Alhasil guru ingin lebih tenang dan nyaman tanpa
memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan siswa.
2. Guru
▪ Minimnya waktu khusus di luar jam pembelajaran
Guru masih terfokus pada penyampaian materi saja karena minimnya waktu
di luar pembelajaran untuk bisa menjalin hubungan lebih baik lagi ke siswa.
Waktu pembelajaran yang sudah full sampai pukul 15.15 di madrasah
menyebabkan guru juga jadi lebih sulit menjalin hubungan secara lebih rinci
ke siswa.
2. Guru Senior
Guru masih terfokus pada penyampaian materi saja dapat disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu:
▪ Kondisi kelas yang fakum
▪ Siswa sangat enggan untuk memberikan respon umpan balik setelah guru
menyampaikan materi
▪ Siswa bersikp acuh dan hanya ingin menerima saja materi yang diberikan guru
▪ Guru kurang mampu mengaitkan materi dengan masalah kontektual, sehingga
terkesan monoton dan akhirnya hanya materi saja yang disampaikan di kelas.
2 Guru bersikap Kajian Literatur Berdasarkan hasil ekplorasi kajian literatur dan
tidak adil dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diambil
pilih kasih 1. Seseorang guru tidak boleh pilih kasih dalam masalah apapun, sikap pilih kasih akan kesimpulan bahwa penyebab guru bersikap tidak adil dan
membuat kebijakan guru tidak dihormati muridnya, seperti tidak mengindahkan pilih kasih kepada siswa adalah :
perintah guru, oleh sebab itu sikap pilih kasih jangan sampai ditujukan guru kepada 1. Kurangnya wawasan guru tentang model dan
muridnya. metode pembelajaran
2. Guru kurang terampil mengelola kelas
Jamal Makmur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif Dan Inovativ
3. Tingkat kecerdasan siswa dalam menangkap
(Yogyakarta: Diva press, 2010), hlm. 105.
materi
2. Guru di indonesia tuh sangat lucu, mereka tidak bisa menghargai murid yang belum 4. Latar belakang keluarga siswa
bisa, tidak mampu, aneh sekali sama orang-orang indonesia. Bukan itu saja, yang selalu
bikin sakit hati guru selalu meremehkan murid atau siswa yang bodoh atau belum bisa, 5. Sebagian besar madrasah masih memberikan
ini memang sangat menyakitkan bukan, bagi para murid. UMR guru yang rendah
6. Sebagian guru masih enggan memperluas dan
Nur Syafiqoh, Bagaimana Sikap Pilih Kasih Guru Ke Murid?. (www.edukasiku.com : meningkatkan kemampuan diri menjadi lebih
2019) baik lagi
7. Kebutuhan di luar madrasah yang semakin
3. Karena fokus guru hanya tertuju pada satu orang murid saja, murid yang lainnya akan bertambah dan ekonomi yang rendah
mulai bosan dan ngantuk. Malas mendengarkan merasa tidak dianggap murid di kelas menyebabkan guru masih bersikap kurang adil.
itu. Tertidur pun dibentak. Sudah nggak diperhatikan, merasa disepelekan, giliran Hal ini seperti cermin begitu, apa yang guru
tertidur disalahkan. Fenomena guru pilih kasih memang bagai buah si malakama. Entah peroleh akan guru terapkan. Seperti itu.
diperhatikan atau ditinggal tidur, sama-sama menderita. Cemburu atau dimarahi.
Hudaraja, Arya. 2018. Kimcilisasi and young zaman now. Sukabumi: CV Jejak.
Wawancara
1. Kepala Madrasah
• Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas yang monoton dengan model dan
metode pembelajaran yang kurang beragam berpotensi besar menyeret guru pada
sikap tidak adil/pilih kasih. Beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan agar
tidak dianggap sebagai guru pilih kasih :
1. Melarang anak untuk menjawab pertanyaan sebelum seluruh anak menjawab
pertanyaan pancingan saya. Kelebihan metode ini adalah saya lebih
mengenal siswa yang kurang aktif sehingga saya memperhatikannya lebih
lagi dibanding yang sudah bisa.
2. Membagi kelompok dengan sistem acak. Kelemahan metode ini adalah
adanya peluang dimana siswa kelompok pintar dengan siswa kelompok
pintar lain.
3. Memuji hasil kerja semua siswa dan tidak hanya sekedar tanda tangan dan
selesai. Melakukan follow up assessment sangatlah penting untuk
memotivasi siswa.
2. Teman Sejawat
• Siswa yang pintar atau sebaliknya
Dalam proses pembelajaran di kelas, ada guru yang selalu memeriksa ke meja
siswa yang itu-itu saja. Biasanya siswa yang sering mendapat “kunjungan” adalah
siswa yang pintar. Atau sebaliknya, saat mengajar guru selalu menyebut nama
siswa yang kurang mengerti secara terus menerus. Misalnya “Dodi sudah paham?”
Kebiasaan seperti ini dapat membuat siswa-siswa lainnya merasa iri.
3. Guru BK
Salah satu karakter guru yang paling disukai siswa adalah ketika guru tersebut bisa
menjadi panutan untuk semua kalangan. Mulai dari sifat yang ramah, baik, smart dan
peduli pada semua orang ada dalam diri guru itu, sudah pasti ia akan dijadikan panutan
oleh siswa-siswinya.
2. Guru Senior
Seharusnya sikap seperti ini tidak lagi ada di dalam diri seorang guru, namun jika pun
masih terdapat yang seperti ini, ini dapat disebabkan dengan beberapa hal:
▪ Sebagian besar madrasah masih memberikan UMR guru yang rendah
▪ Sebagian guru masih enggan memperluas dan meningkatkan kemampuan diri
menjadi lebih baik lagi
▪ Kebutuhan di luar madrasah yang semakin bertambah dan ekonomi yang
rendah menyebabkan guru masih bersikap kurang adil. Hal ini seperti cermin
begitu, apa yang guru peroleh akan guru terapkan. Seperti itu.
3. Menurut Dalyono (2001) mengemukakan minat belajar adalah satu aspek psikis yang
timbul karena adanya daya tarik luar dari individu dan juga daya tarik dalam individu
dan besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Perbedaan remaja yang
tinggal dalam keluarga utuh dan broken home adalah:
1. Terdapat perbedaan minat belajar antara siswa yang berasal dari keluarga
broken home dengan minat belajar remaja dari keluarga utuh.
2. Minat belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada minat
belajar siswa dari keluarga utuh.
3. Keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan
terhadap minat belajar siswa.
ampak kondisi keluarga broken home pada motivasi belajar anak mempunyai
dampak yang negatif,
seperti halnya dampak yang telah dialami oleh subjek S dan subjek Y. Kurangnya
perhatian dan dukungan dari
orang tua serta kondisi anak yang tidak memiliki motivasi belajar berdampak pada
menurunnya motivasi
belajar anak, ini ditandain dengan anak yang malas belajar sehingga mengakibatkan
nilai atau prestasi
belajarnya menurun. Tetap
ampak kondisi keluarga broken home pada motivasi belajar anak mempunyai
dampak yang negatif,
seperti halnya dampak yang telah dialami oleh subjek S dan subjek Y. Kurangnya
perhatian dan dukungan dari
orang tua serta kondisi anak yang tidak memiliki motivasi belajar berdampak pada
menurunnya motivasi
belajar anak, ini ditandain dengan anak yang malas belajar sehingga mengakibatkan
nilai atau prestasi
belajarnya menurun. Tetap
4. Jurnal Educatio ISSN: 2459-9522 (Print), 2548-6756 (Online) Vol. 9, No. 2, 2023, pp.
1153-1159
5. Keluarga broken home adalah kondisi ketidakutuhan dalam keluarga yang diakibatkan
oleh perceraian, kematian antara suami dan istri atau suami istri yang sudah tidak
memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi (Gintulangi et al, 2017).
6. Broken home merupakan kondisi keluarga yang tidak lagi harmonis dan tidak berjalan
layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera (Najmudin, 2021)
7. Menurut Irza, dkk (2022:10899) Siswa yang tumbuh di lingkungan keluarga broken
home cenderung kurang mendapat perhatian dan sokongan keluarga dalam
pendidikan, sehingga anak-anak kurang termotivasi dalam belajar hal ini ditunjukkan
dengan tidak mengerjakan PR, terlambat sekolah dan absensi yang tidak hadir tanpa
keterangan jelas
8. Menurut Merlin, dkk (2021:7) mengatakan bahwa faktor menyebab yang
mempengaruhi rendahnya minat belajar siswa broken home ialah faktor keluarga
dampak yang ditimbulkan adalah prestasi akademik menurun, sulit memahami ilmu
pengetahuan, serta lalai terhadap tugas yang diberikan
9. Penelitian yang dilakukan Idriani et al (2018) yang menyimpulkan bahwa dampak
perceraian orang tua terhadap motivasi belajar anak adalah yang pertama memiliki
motivasi belajar rendah, kedua adalah konsentrasi belajar terganggu, suasana rumah
yang selalu ribut, pertentangan dan perceraian akan mengakibatkan terganggunya
ketenangan dan konsentrasi belajar anak sehingga anak tidak bisa belajar dengan
baik, yang terakhir adalah anak kurang disiplin orang tua memiliki pengaruh dalam
kedisiplinan anak di sekolah.
T ; Apakah ada perbedaan karakter, sifat antara siswa yang beraasal dari
keluarga brokenhome dengan siswa dari keluarga yang Utuh,,
J ; ada, diantaranya siswa yang berasal dari keluarga brokenhome sering
mencari perhatiaan dengan cara menampakan sedikit sifat kenakalan
remajanya misalnya suka menjaili teman, ada juga yang mempunyai sifat
emosi yg lebih tinggi dari siswa lainnya ada juga yang cendrung pendiam
dan kurang percaya diri
Hasil wawancara:
1. Dengan Kepala Madrasah:
• Terbatasnya alat komunikasi : Terkadang orangtua siswa tidak memiliki
alat komunikasi, sehingga sulit untuk dihubungi pihak madrasah. Bahkan
terkadang orangtua siswa memiliki alat komunikasi tetapi jaringan
komunikasi yang kurang memadai.
• Kurangnya Informasi yang Jelas: Terkadang, guru mungkin tidak
menyediakan informasi yang cukup konkret atau jelas tentang
perkembangan anak kepada orangtua, atau sebaliknya. Hal ini dapat
menyebabkan ketidakpastian dan kebingungan.
2. Dengan guru :
• Kurangnya Waktu: Kedua pihak seringkali sibuk dengan tanggung jawab
mereka masing-masing, sehingga sulit untuk menemukan waktu yang cocok
untuk berkomunikasi. Guru memiliki banyak siswa untuk diurus, sedangkan
orangtua mungkin memiliki pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga.
• Kesalahpahaman :
Terkadang, guru dan orangtua dapat memiliki kesalahpahaman tentang satu
sama lain. Guru mungkin memiliki persepsi negatif tentang orangtua yang
tidak terlibat, sementara orangtua mungkin merasa guru tidak memahami
anak mereka sepenuhnya
Dengan Tim Pakar
Dosen:
Menjalin hubungan antara guru dan orang tua merupakan hal yang cukup baik dilakukan
di kalangan pendidikan saat ini. Apalagi pada zaman peradapan 21 saat ini, akses
komunikasi semakin mudah. Namun jika pun masih terdapat kendala, maka hal ini tentu
perlu ditelusuri lagi penyebab masalahnya. Bisa saja dikarenakan sibuknya orang tua siswa
atau guru yang kurang memiliki waktu lebih untuk bisa intens berkomunikasi terkait
perkembangan anak di madrasah.
Guru Senior:
Komunikasi yang kurang efektif antara guru dengan orang tua di madrasah dapat
disebabkan adanya beberapa hal, antara lain:
▪ Sistem administrasi madrasah yang masih kurang rapi, sehingga ketika guru
membutuhkan kontak orang tua siswa berdasarkan administrasi siswa di awal
menjadi sulit,
▪ Tidak semua orang tua terjangkau alat komunikasi yang memadai dan jaringan
internet yang baik
▪ Siswa yang tinggalnya jauh dari orang tua
5 Orangtua tidak peduli Kajian literatur: Setelah dilakukan analisis terhadap kajian literatur dan
dengan perkembangan 1. Kurniawati Syahrani, Yohanes Bahari, Rustiyarso Program Studi Pendidikan Sosiologi hasil wawancara, serta dikonfirmasi melalui observasi
siswa di madrasah FKIP UNTAN Pontianak pada file:///C:/Users/User/Downloads/11421-36046-1- bahwa penyebab Orang tua tidak peduli dengan
PB%20(1).pdf perkembangan anak adalah :
Para orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak bisa dilihat dari 1. Orang tua yang memiliki berbagai kesibukan
keseharian yang sibuk bekerja, tidak banyak meluangkan waktu untuk anaknya, sehingga tidak punya banyak waktu di rumah.
jarang mengingatkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah, jarang menyuruh 2. Orang tua yang menyerahkan sepenuhnya
belajar, dan tidak mau tahu tentang kemajuan belajar anak disekolah pendidikan anaknya di madrasah.
2. Fahriati1,2 , Syuraini1 1 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan 3. Tidak menyadari bahwa bahwa orang tua adalah
Universitas Negeri Padang 2 fahriati14@gmail.com pada agen pertama dan utama bagi perkembangan
file:///C:/Users/User/Downloads/100600-24547-3-PB%20(1).pdf dan pengetahuan anak.
4. Sistem ekonomi yang lemah, menyebabkan
Temuan penelitian menunjukkan bahwa gambaran kepedulian yang diberikan orang orang tua terbebani dengan tuntutan hidup
tua terhadap anak berada pada kategori rendah, hal ini ditandai dengan banyaknya yang sulit
responden yang menjawab jarang. Dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar 5. Banyak anak yang akan menyebabkan orang tua
orang tua masih kurang peduli kepada anak pada saat di rumah, baik itu dalam merasa jenuh dan lelah jika harus terlibat
membimbing anak dalam belajar, mengawasi anak serta memberi memberi arahan langsung dengan komunikasi guru terkait
kepada anak, hanya beberapa orang tua saja yang sering peduli kepada anak saat di perkembangan anak di madrasah.
rumah. 6. Kurangnya pengetahuan orang tua terkait
pendidikan, sehingga akan menyebabkan orang
Hasil wawancara tua enggan dan acuh jika harus berurusan
1. Kepala Madrasah dengan dunia pendidikan anak di madrasah
a. Orang tua tidak mempunyai pandangan bahwa keluarga merupakan sumber apalagi berkomunikasi secara langsung kepada
pendidikan yang paling utama bagi anak-anak. Orang tua adalah guru pertama guru terkait hal ini.
dalam pendidikan, mereka jugalah yang memberikan pengaruh paling lama
terhadap perkembangan kepribadian anak.
b. Ketika waktu dan energi orang tua lebih banyak dihabiskan untuk yang lain
ketimbang untuk anaknya, perkembangan anak akan menurun tajam.
2. Teman Sejawat
a. Orang tua yang memiliki tingkat ekonomi masih rendah sering disibukkan dengan
pekerjaan sehari-hari yang menyebabkan mereka cenderung tidak peduli dalam
perkembangan anaknya di madrasah.
b. Menganggap madrasah dengan sejumlah guru-gurunya sebagai orang mumpuni
yang memiliki kemampuan segalanya untuk mengatasi segala permasalahan yang
terjadi di madrasah
Masalah yang
Analisis eksplorasi penyebab
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
masalah
diidentifikasi
1 Guru 1. Uda Awak dalam (11, 2015) ❖ Metode konvensional lebih
menggunakan https://www.matrapendidikan.com/2015/11/mengajar-dengan-metode-konvensional.html/ mudah dan nyaman untuk
model Ada beberapa alasan tertentu sehingga mengharuskan guru untuk menerapkan metode mengajar yang diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran sederhana, bersifat konvensional. Di antaranya: proses pembelajaran
yang kurang a. Sarana dan prasarana pembelajaran masih terbatas. matematika
inovatif. b. Metode konvensional mudah diterapkan dalam mengajar. ❖ Ada beberapa guru yang belum
c. Metode sederhana tidak memerlukan prosedur dan langkah yang ribet. mengetahui model-model
d. Disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran dan karakter peserta didik. pembelajaran inovatif
❖ Sarana dan prasarana
2. Abdul Latip (12, 2018) dalam pembelajaran masih terbatas
https://www.kompasiana.com/altip/5c0db2cbab12ae71c8361e04/saatnya-tinggalkan-metode-pembelajaran- untuk menerapkan
konvensional?page=3&page_images=1/ pembelajaran inovatif
Faktor yang pada akhirnya "memaksa" guru untuk menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam ❖ Guru memerlukan alokasi waktu
setiap pembelajaran antara lain: yang lebih panjang jika
a. Tuntutan sistem, maksud dari tuntutan sistem dalam hal ini berkaitan dengan target dan capaian menggunakan pembelajaran
kurikulum yang harus diselesaikan. Dengan struktur kurikulum yang cukup gemuk, para guru dituntut inovatif dibandigkan dengan
untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan waktu yang terbatas. metode pembelajaran
b. Kebiasaan, sebagian guru tidak terbiasa dengan metode pembelajaran kekinian yang mungkin secara konvensional
sintaks (tahapan pembelajaran) memiliki berbagai kekhasan dan ketentuan. Hal tersebut membuat ❖ Siswa lebih memilih untuk
sebagian guru merasa ribet ketika menerapkan metode pembelajaran kekinian. mendengarkan langsung
penjelasan dari guru
3. Kelemahan pembelajaran inovatif sebagai berikut : – Siswa yang kurang aktif dalam proses belajar akan dibandingkan mereka harus
semakin tertinggal Siswa yang kurang mempunyai semangat dalam belajar dan memiliki kemampuan lemah mencari sendiri solusi dari
maka akan sulit mengikuti pelajaran. Mereka akan pasif dalam menerima pelajaran disbanding siswa yang materi pelajarannya
aktif. – Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain
Pembelajaran inovatif harus dilakukan secara intensif, dengan menerapkan banyak
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/17/konsep-dasar-metode-pembelajaran-inovatif/
Hasil Wawancara:
Kepala Madrasah :
1. Masih ada beberapa guru yang belum memahami mengenai model pembelajaran inovatif. Di RPP guru sudah
membuat strategi pembelajaran inovatif tetapi dalam penerapan di kelas tidak terlaksana sesuai RPP.
2. Guru merasa nyaman mengajar secara konvensional
3. Keterbatasan sarana dan prasarana di madrasah yang menjadi penyebab guru masih menggunakan model
pembelajaran yang kurang inovatif
Rekan Sejawat :
1. Kurangnya pemahaman guru tentang model pembelajaran inovatif
2. Guru merasa nyaman mengajar secara konvensional
3. Pemahaman guru bahwa siswa lebih ingin mendengarkan penjelasan dari guru
4. Banyaknya tugas tambahan sehingga tidak ada waktu untuk menyiapkan pembelajaran dengan model-model
pembelajaran inovatif
Siswa :
1. Siswa lebih suka mendengar langsung penjelasan guru dibanding mencari sendiri materi pelajaran
Pakar (dosen):
1. Masih ada beberapa guru yang masih menggunakan metode konvensional khususnya guru senior
2. Tidak ada minat untuk mengubah pola mengajar di kelas, seolah-olah hanya menyelesaikan tugas saja
4. Keterbatasan sarana dan prasarana di madrasah yang menjadi penyebab guru masih menggunakan model
pembelajaran yang kurang inovatif
5. Sebagian guru tidak merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan ilmu siswa
6. Terkadang guru sudah menerapkan pembelajaran inovatif tapi siswa tidak dapat merespon karena
kemampuan dasarnya sangat rendah
2 Guru kurang 1. Dengan demikian, guru juga harus senantiasa meningkatkan keahliannya dan senantiasa mengikuti ❖ Guru enggan mengikuti
termotivasi untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu menghadapi berbagai tantangan. (Evi pelatihan secara offline karena
mengembangkan Isna Yunita, 2019) biasanya lokasinya jauh dari
diri melalui https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJEE/article/view/19407 madrasah jadi meskipun kepala
kegiatan madrasah memberikan izin
pelatihan 2. Beberapa masalah yang dihadapi oleh MGMP disajikan berikut ini. untuk mengikuti kegiatan
mengenai model- a. Program MGMP terlalu umum dan program tersebut dilaksanakan oleh anggota, baik di perkotaan pelatihan, tetapi guru
model maupun pedesaan. Misalnya, MGMP hanya membahas indikator tes tetapi tidak membicarakan menganggap daripada
pembelajaran persoalan yang dihadapi oleh guru sebagai anggota MGMP itu sendiri dalam kegiatan belajar mengikuti kegiatan pelatihan
inovatif. mengajarnya. lebih baik untuk istirahat.
b. Partisipasi anggota MGMP kurang maksimal karena tidak semua anggota MGMP mengikuti kegiatan ❖ Pelatihan online terkendala
MGM. Hal itu karena sekolah hanya mengirim perwakilan saja disebabkan oleh kurangnya biaya. jaringan (kebanyakan pelatihan
c. Jarak antara sekolah dan kegiatan MGMP jauh terutama guru yang mengajar di daerah pedesaan. online materinya malam saat
d. Motivasi guru juga kurang walaupun kepala sekolah memberikan izin untuk mengikuti kegiatan MGMP guru sudah berada di rumah,
karena guru menganggap daripada mengikuti kegiatan MGMP lebih baik untuk istirahat. dengan kondisi di rumah
e. Kegiatan MGMP di daerah kadang-kadang bersamaan dengan kegiatan mengajar. Hal tersebut jaringan internet susah)
menyebabkan tujuan MGMP untuk meningkatkan proses pembelajaran malah sebaliknya lebih buruk ❖ Ada beberapa guru yang kurang
karena guru meninggalkan jam mengajar. memahami IT sehingga enggan
https://pskp.kemdikbud.go.id/assets_front/images/produk/1- mengikuti pelatihan mengenai
gtk/buku/1629816100_Puslitjak_36_Peran_MGMP_dalam_Meningkatkan_Mutu_Pembelajaran_di_SMA.pdf pembelajaran inovatif
3. Amalia & Mila (2016). Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer. Fakultas Teknologi Informasi. Universitas
kristen Satya Wacana. https://123dok.com/document/z1d0jn3z-institutional-repository-christian-university-
analisis-hambatan-pengintegrasian-teknologi.html
Faktor penyebab guru belum maksimal dalam memanfaatkan IT dalam kegiatan PBM adalah:
a. fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan teknologi, umur, dan waktu.
b. Hambatan dari diri guru sendiri yaitu kemauan guru untuk mempelajari teknologi dan memotivasi diri
sendiri untuk mencoba dan belajar suatu teknologi, sehingga kemampuan guru yang rendah dalam
menggunakan teknologi dapat teratasi,
Hasil Wawancara:
Kepala Madrasah :
1. Biasanya jika ada pelatihan offline, peserta yang bisa ikut dibatasi jumlahnya, madrasah hanya diberi kuota
1 atau 2 guru yang mewakili untuk ikut pelatihan
2. Pelatihan online terkendala waktu dan jaringan
Rekan Sejawat :
1. Pelatihan secara offline biasanya lokasinya jauh dari madrasah
2. Pelatihan online terkendala jaringan (kebanyakan pelatihan online materinya malam saat guru sudah berada
di rumah, dengan kondisi di rumah jaringan internet susah).
3. Motivasi guru kurang walaupun kepala madrasah memberikan izin untuk mengikuti kegiatan pelatihan karena
guru menganggap daripada mengikuti kegiatan pelatihan lebih baik untuk istirahat.
4. Jika ada kegiatan MGMP, kadang-kadang jadwalnya bersamaan dengan kegiatan mengajar. Hal tersebut
menyebabkan tujuan MGMP untuk meningkatkan proses pembelajaran malah sebaliknya lebih buruk karena
guru meninggalkan jam mengajar.
Pakar (Dosen) :
1. Kurangnya minat akibat tidak adanya dukungan dari pihak madrasah
2. Kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh guru
3. Terkadang ada guru yang berkeinginan untuk mengikuti pelatihan tetapi tidak tersentuh informasi dari satuan
kerja
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Kelompok 5
Hasil Wawancara :
Assalamualaikum wr wb. bisa bantu saya untuk berbagi atau menjelaskan tentang permasalahan-permasalahan di bawah ini :
1. Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal berbasis HOTS
2. Siswa kesulitan dalam memahami masalah matematika (soal cerita)
3. Siswa kadang mengalami miskonsepsi di beberapa materi pelajaran matematika.
Wawancara pakar (Dr. Shahibul Ahyan, M. Pd (Dosen Prodi Pendidikan Matematika, Kaprodi prodi S1 Pendidikan IPA Universitas Hamzanwadi Selong, Editor in chief jurnal
elemen (sinta 2)))
1. Soal-soal yang biasa diberikan guru dan yang ada di buku teks biasanya berupa soal-soal Lower Order Thinking (LOT), hanya membutuhkan hafalan dan ingatan belum
sampai ke analysis dan membuat (creating). Masih level rendah pada taksonomi Bloom, seharusnya soal-soalnya mulai dari level rendah sampai level tertinggi untuk menggali
kognitif siswa.
2. Soal-soal yg sering diberikan oleh guru biasanya berupa soal-soal yang abstrak, yang jauh dari konteks kehidupan siswa. Kalaupun diberikan soal cerita namun kadang kurang
match dengan kondisi real siswa dan cenderung konteksnya dipaksakan.
3. Pemahaman konsep dasar matematis belum terinternalisasi pada diri siswa, mereka cenderung mengingat dan menghafal serta mengikuti prosedur yang ada. Guru juga
cenderung membelajarkan matematika untuk menghafalkan rumus, bukan mengkonstruk pemahaman terkait rumus tsb.
Dari Bu Indriyana :
Wawancara dengan (Dr. Muh Anwar, S.Pd, M.Pd (WI Kemenag Sulut)
Mengenai siswa kesulitan soal HOTS
• Karena konsep dasar belum d pahami dan peserta didik blm mendapatkan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar yg di miliki anak
• stimulasi soal tdk jelas yg d berikan ole guru
• Guru blm memberikan pembelajaran konsep dasarnya yang maksimal
2. Mengenai soal cerita
• karena faktor siswa kurang cermat membaca pokok masalahnya yg ada di soal cerita tersebu -Guru juga blm menyampaikan materi pokok sesuai materi esensial
3. Miskinsepsi
• saat guru memberikan materi tdk secar detail me jelaskan esensi materi itu sendiri, sehingga peserta didik bingungung menentukan konsep yg akan d d pahami
Dari Bu Rifqah :
Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal berbasis HOTS
a) Menurut pendapat bapak/ibu seberapa penting penerapan soal hots dalam pembelajaran?
Jawaban :
b) Menurut pendapat bapak/ibu apakah siswa kita di madrasah sudah mampu mengerjakan soal hots?
c) Menurut pendapat bapak/ibu apakah siswa kita di madrasah mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hots?
Jawaban : Melihat kondisi saat ini, siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hots.
d) Menurut pendapat bapak/ibu bagaimana menghadapi siswa kita di madrasah yang kesulitan mengerjakan soal hots?
Jawaban : Upaya untuk menghadapi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal hots yaitu perlu adanya rancangan guru mulai dari proses pembelajaran dan evaluasi. 1)Saat
proses pembelajaran berlangsung maka guru sebaiknya mendesain proses pembelajaran yg merangsang kemampuan tingkat tnggi siswa dan soal² yg dimunculkan dalam
proses pembelajaran sudah menggunakan soal² hots . 2) Untuk evaluasi juga diharapkan guru sudah menggunakan soal tes hots, sehingga siswa juga sudah terbiasa dalam
menganalisis soal level hots tsb.
Wawancara dengan guru inti kesulitan siswa dalam pembelajaran hots dikarenakan guru belum terbiasa untuk mengajar kan siswa dengan soal soal yg memerlukan analisis,
padahal sebenarnya soal hots itu tidak sulit. Andai dibiasakan setidak nya dari tingkat SMP maka siswa apalagi yang ditingkat SMA akan lebih mudah untuk memahami dan
mengerjakan soal hots. Sebenarnya karena belum dibiasakan saja, oleh karenanya guru ketika mengajar hendaknya ketika memberi soal latihan tidak apa apa sedikit berbeda
dari contoh soal yg sudah dibahas, asal masih sesuai dengan konsep dan materi yg diajarkan.
Dari Bu Riskah :
Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar (Ibu Nishbah Fadhelina, M.Pd. dosen Universitas Samudra):
Permasalahan mengenai HOTS bisa disebabkan oleh berbagai faktor:
1. Guru yang tidak memiliki pelatihan yang memadai dalam merancang dan mengajar soal-soal HOTS mungkin merasa tidak yakin atau tidak siap untuk mengimplementasikannya
dalam pengajaran mereka.
2. Kurangnya sumber daya seperti buku teks yang sesuai, perangkat teknologi, atau bahan ajar yang mendukung HOTS dapat menjadi hambatan
3. Terdapat pemahaman yang beragam tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan HOTS, dan perbedaan pemahaman ini dapat menyulitkan implementasi yang konsisten
4. Siswa mungkin kurang termotivasi untuk terlibat dalam aktivitas HOTS jika mereka tidak melihat nilai atau relevansinya dalam kehidupan mereka
5. Pendekatan pengajaran yang lebih tradisional, yang didominasi oleh guru dan hafalan, tidak selalu mendorong HOTS. Pendekatan yang lebih kolaboratif dan berpusat pada
siswa sering dianggap lebih efektif
Drs. Soleman Lubis, M.A dosen STAIRA Batang Kuis, Deli Serdang
Kesimpulan dari 3 permasalahan:
1. Pembelajaran hots belum banyak di terapkan secara konsisten di madrasah dikarenakan soal hots sendiri memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga pemahaman yang
dimiliki oleh siswa juga harus tinggi karena membutuhkan analisis yang tinggi.
2. Mengenai soal yang berbentuk narasi, sebenarnya baik untuk meningkatkan kemampuan literasi, tapi pada kenyataannya para siswa sering salah dalam menafsirkan soal
bentuk narasi, yang mengakibatkan siswa sering salah menjawab, karena itu gurupun harusnya lebih konsisten memberikan soal soal narasi untuk melatih kemampuan
memahami konsep dan memperbaiki kemampuan literasi siswa
3. miskonsepsi yang sering dialami siswa juga bisa di akibatkan karena metode yang di sampaikan oleh guru saat penyampaian materi salah atau kurang tepat, oleh karena itu
guru harus mencari terlebih dahulu apa penyebab miskonsepsi yang dihadapi oleh siswanya, kemudian dengan tepat mencari atau mengembangkan metode atau cara
pembelajaran yang efektif untuk menyampaikan materi tersebut
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Kelompok 6
Masalah yang telah
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Penguasaan guru tentang Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
IT masih kurang 1. Menurut Montolalu dan Lagi (2018), keharusan menguasai komputer dan teknologi pemahaman guru tentang IT masih kurang
informasi bagi para guru tidak mudah. Bagi guru-guru berusia muda yang telah mengenal melalui berbagai literasi dan wawancara
komputer pada saat sekolah dan kuliah mungkin tidak akan mengalami kesulitan, namun maka dapat ditentukan penyebab masalah
yang sesuia dengan kondisi satuan
bagi guru-guru yang telah berusia lebih tua yang tidak pernah mengenal komputer selama
pendidikan sebagai berikut :
hidupnya, hal ini jelas akan menjadi kendala. 1. Guru yang sudah berusia tua memiliki
pemahaman IT yang kurang yang
Montolalu, C., & Langi, Y. (2018). Pengaruh pelatihan dasar komputer dan teknologi disebabkan karena kurangnya pelatihan
informasi bagi guru-guru dengan uji-t berpasangan (paired sample t- 2. Kurangnya kompetensi dalam
test). d'CARTESIAN: Jurnal Matematika dan Aplikasi, 7(1), 44-46. memanfaatkan teknologi
Berdasarkan kajian literatur terhadap identifikasi masalah pemahaman guru tentang IT masih 3. Lebih mempertahankan cara tradisional
kurang dapat dilihat dari faktor guru yang telah berusia lebih tua yang tidak pernah mengenal dalam menyampaian pembelajaran
komputer akan menjadi kendala untuk menggunakan IT dalam pembelajaran 4. Guru menganggap bahwa perangkat
teknologi susah untuk di operasikan atau
digunakan
2. Fauzan & Pimada (2018) menemukan bahwa para guru masih menggunakan sedikit
variasi dalam pemanfaatan teknologi karena fasilitas perangkat teknologi belum
memadai, akses internet yang terbatas, juga adanya isu seperti kurangnya kompetensi
dan kepercayaan diri guru dalam memanfaatkan teknologi.
Fauzan, U., & Pimada, L. H. (2018). ICT-Based Teaching of English at Madrasah Aliyah in
Kalimantan. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 5(2), 193–211.
https://doi.org/10.15408/tjems.v5i2.10414
Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah pemahaman guru tentang IT masih kurang
dapat dilihat dari kurangnya kompetensi dan kepercayaan diri guru dalam memanfaatkan
teknologi
3. Menurut Anggraeni, Nurlaeli, dan Mufidah (2020), pembelajaran di sekolah kebanyakkan
masih bersifat konvensional dengan memanfaatkan sarana papan tulis sebagai media.
Sebagian besar guru juga masih belum mampu menggunakan teknologi yang bervariasi
untuk menyampaikan materi.
Anggraeny, D., Nurlaili, D. A., & Mufidah, R. A. (2020). Analisis teknologi pembelajaran dalam
pendidikan Sekolah Dasar. Fondatia, 4(1), 150-157.
Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah pemahaman guru tentang IT masih kurang
dapat dilihat dari sebagian besar guru masih belum mampu menggunakan teknologi yang
bervariasi untuk menyampaikan informasi
Hasil wawacancara
1. Kepala madrasah : (Lasirin Hidayatullah, S.Ag.,M.Pd.I)
• Guru yang berusia tua kurang memahami IT
• Sarana yang ada di madrasah kurang mendukung
• Kurangnya pelatihan dalam pemanfaatan IT dalam proses pembelajaran
2. Teman sejawat (Abdul Waris S.Pd.,M.Pd)
• Kurangnya kesempatan dalam mengembangkan diri
• Kurangnya waktu dalam merencanakan pelajaran menggunakan IT
Teman Sejawat (Nurhidayati Nasution)
• Guru menganggap bahwa perangkat teknologi susah untuk di operasikan atau
digunakan
• Terdapat anggapan bahwa menggunakan teknologi mempersulit guru karena di tuntut
untuk selalu mampu memperbaharui pengetahuan dari berbagai sumber
• Beberapa Pendidikan masih mempertahankan cara tradisional dalam menyampaikan
materi pembelajaran
• Akses internet yang terbatas
Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah sarana prasarana di madrasah yang belum
memadai dapat dilihat dari Pengelolaan saran dan prasarana merupakan kegiatan yang
sangat penting di sekolah.
2. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ialah melalui proses
pembelajaran di sekolah. Dimana suksesnya pembelajaran didukung oleh adanya
pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah secara
efektif dan efisien. (Fuad & Martin, 2016: 1)
https://www.kompasiana.com/vonny33414/63e488b4c3ce1f546d6ba602/permasalahan-
sarana-dan-prasarana-di-sekolah
Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah sarana prasarana di madrasah yang belum
memadai dapat dilihat dari pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang
ada di sekolah secara efektif dan efisien.
Hasil wawacancara
1. Kepala madrasah : (Lasirin Hidayatullah, S.Ag.,M.Pd.I)
• Sarana dan prasarana terkait media pembelajaran masih kurang
• Keterbatasan anggaran