Anda di halaman 1dari 39

NAMA : PASRAWATI, S.Pd.

I
KELAS : 144 - 180 - 3 - Kelas 001 Matematika - Kemenag

LK 1.2 Eksplorasi Masalah


Kelompok 1
No. Masalah yang Hasil eksplorasi Analisis eksplorasi
telah diidentifikasi penyebab masalah penyebab masalah
1. Motivasi belajar SUMBER KAJIAN LITERATUR : Dengan merujuk dari sumber kajian literatur
matematika siswa yang JURNAL ILMIAH melalui jurnal ilmiah , wawancara, dan keadaan
rendah Amna Emda. Kedudukan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran. UIN Ar- dilapangan, eksplorasi penyebab masalah
Raniry Banda Aceh. 2017 sebagai berikut :
https://ln.run/jaTHI 1. Kondisi Guru diidentifikasi :
Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi belajar : a. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
1. Cita-cita/ aspirasi siswa kurang inovatif. Dimana guru
2. Kemampuan siswa menggunakan model pembelajaran yang
3. Kondisi siswa dan lingkungan hampir sama disetiap pertemuan.
4. Unsur-unsur dinamis dalam belajar b. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
5. Upaya guru dalam membelajarkan siswa Beberapa unsur – unsur dinamis kurang
mendukung diantaranya bahan belajar
JURNAL ILMIAH kurang menarik, alat bantu belajar,
AA Rohman, S Karimah. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Motivasi suasana belajar (apalagi saat belajar
Belajar Siswa Kelas XI.UIN Walisongo.2018 matematika jam siang), kondisi subjek
https://ln.run/NLJ_G belajar (kesiapan belajar)
Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi belajar siswa antara lain: c. Hubungan guru dan siswa
1. Tempat belajar Guru kurang berinteraksi dengan siswa
2. Fungsi fisik sehingga siswa kurang terlibat dalam
3. Kecerdasan pembelajaran
4. Sarana prasarana Kesimpulan :
5. Waktu • Penerapan model pembelajaran oleh
6. Kebiasaan belajar siswa guru kurang inovatif
7. Faktor guru • Guru kurang melibatkan siswa dalam
8. Orang tua pembelajaran
9. Faktor emosional siswa
2. Kondisi siswa bisa diidentifikasi :
JURNAL ILMIAH a. Cita-cita/ aspirasi siswa
DT Santosa, T Us. Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar dan Solusi Beberapa siswa jika ditanya belum tahu
Penanganan pada Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Sepeda Motor. FT UNY. 2016 cita-citanya apa, selain itu masih bingung
https://bitly.ws/UmwL apa yang mengaspirasi mereka dalam
Faktor-faktor penyebab motivasi belajar siswa rendah antara lain : belajar matematika selain tuntutan
1. Unsur-Unsur Dinamis Dalam Belajar Dan Pembelajaran memperoleh nilai
2. Kondisi siswa b. Kemampuan/ kecerdasan siswa
3. Upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa Tingkat kemampuan dan kecerdasan
4. Kemampuan Siswa siswa yang dilihat dari kecerdasan
5. Kondisi Lingkungan Siswa emosional maupun intelegensi siswa
6. Cita – cita siswa belum mampu mengendalikan dirinya,
mengelola emosi, dan memanfaatkan,
SUMBER WAWANCARA mengatur, serta menempatkan emosi
GURU/ TEMAN SEJAWAT secara produktif pada saat keterlibatan
Narsum : Neni Sriwahyuni S.Pd (42) didalam proses belajar.
Satuan Kerja : MTsN 5 Kampar c. Fungsi fisik dan emosional siswa
Waktu : Senin, 11 September 2023 Saat siswa kurang sehat atau secara fisik
1. Metode pembelajaran guru yang masih menyampaikan materi secara ada yang tidak sehat, sangat
ceramah karena mengejar target materi, sedangkan guru kurang mempengaruhi ketertarikan belajar yang
memperhatikan kebutuhan siswa. ditunjukkan melalui emosional siswa
2. Faktor lingkungan di madrasah yaitu hubungan siswa dengan siswa, guru d. Latar belakang keluarga siswa
dengan siswa, dan bahkan sarana prasarana yang belum sepenuhnya Kesimpulan :
mendukung • Tingkat kemampuan siswa berbeda – beda
3. Latar belakang siswa bisa dilihat dari keluarga dan lingkungan pergaulan dalam memahami materi yang diberikan
siswa. • Kondisi latarbelakang siswa dari segi cita-
cita siswa, sosial ekonomi maupun segi
WAKA KURIKULUM psikis dan fisik kurang mendukung.
Narsum : Ana Nurdiana S.Pd (45)
Satuan Kerja : MTsN 2 Solok Selatan 3. Sarana pembelajaran terbatas
Waktu : Senin, 11 September 2023 a. Kondisi lingkungan belajar
1. Sebagian guru dalam mengajar Metode yang digunakan masih monoton dan Tempat belajar yang memungkinkan
menggunakan metode lama terselenggaranya suatu pembelajaran
2. Siswa masih terpengaruh dampak negatif teknologi sehingga ketika belajar b. Alat dan bahan, sumber belajar, dan
masih banyak yang tidak fokus, melamun dan mengantuk dalam menerima media yang mendukung pembelajaran
pembelajaran Dalam satu sekolah hanya memiliki 3
proyektor, kurang menguasai aplikasi
KEPALA MADRASAH dalam matematika graph math, mat lab
Narsum : M.Sahlan Putra Tama, S.Si, M.Pd (47) dll.
Satuan Kerja : MTsN 5 Kampar Kesimpulan :
Waktu : Senin, 11 September 2023 • Sarana pembelajaran terbatas
1. Guru perlu meningkatkan kemampuan pedagogiknya agar dapat berinovasi 4. Orang Tua
sehingga membuat pembelajaran semenarik mungkin a. Kaitannya dengan peran orang tua dalam
2. Latar belakang siswa dilihat dari berbagai aspek, seperti kondisi siswa, pola asuh anak berpengaruh terhadap
kemauan siswa, gaya belajar, tujuan belajar siswa, cita-cita siswa, sosial kebiasaan anak
ekonomi siswa dan yang paling penting keterlibatan orang tua dalam pola asuh b. Latar belakang keluarga dan pendidikan
biasanya dipengaruhi latar belakang pendidikan orang tuanya juga orang tua
Kesimpulan :
3. Pembelajaran yang menarik tidak harus menunggu madrasah memiliki sarana • Kurangnya peran orang tua
dan prasarana yang mendukung, tetapi manfaatkan yang ada disekitar kita
sekreatif mungkin KESIMPULAN :
4. Bangun chemistry dengan siswa, berawal dari seringnya interaksi guru dan Analisis eksplorasi penyebab masalah motivasi
siswa maka secara tidak langsung siswa akan menyukai pelajarannya belajar siswa rendah adalah :
1. Penerapan model pembelajaran oleh guru
KEPALA MADRASAH kurang inovatif
Narsum : Al Uska, S.Pd.I,M.M.Pd (50) 2. Guru kurang melibatkan siswa dalam
Satuan Kerja : MTsN 2 Solok Selatan pembelajaran
Waktu : Senin, 11 September 2023 3. Tingkat kemampuan siswa berbeda – beda
1. Kemampuan IT guru yang masih rendah terutama guru yang sudah tua dalam memahami materi yang diberikan
2. Keberagaman metode guru dalam mengajar masih belum bervariasi 4. Kondisi latar belakang siswa dari segi
cita-cita siswa, sosial ekonomi maupun
WAWANCARA PAKAR segi psikis dan fisik kurang mendukung
DOSEN 5. Sarana pembelajaran terbatas
Narasum : hj. Ratnawati, M.Pd.I 6. Kurangnya peran orang tua
Dosen IBN Tegal, beliau juga sebagai penyelenggara lembaga pendidikan
Waktu : Selasa, 12 September 2023
Penyebab motivasi anak2 rendah :
A. Faktor intern :
Minat peserta didik pengaruh hp (jaman digital) membawa anak ke kondisi yg
serba instan.
B. Faktor ekstern
1. Kluarga : tidak adanya perhatian kepada anak karena ortu sibuk bekerja dan
cenderung sikap acuh kepada perkembangan anak.
2. Nasib kluarga kaya yg bahagia tanpa prestasi juga mendorong siswa tidak
memiliki cita2 tinggi
3. Lingkungan sekitar:
4. Sikap saling bully sesama teman yang justru malah menurunkan motivasi
anak untuk meraih cita2 tinggi.

DOSEN
Narsum : Mar'atul Jannah, M.Pd.
Dosen IAIN kudus
Waktu : Selasa, 12 September 2023
Penyebab motivasi belajar matematika anak2 rendah :
A. Faktor intern :
Kesadaran diri dari anak yang rendah akan pentingnya belajar.
Mindset anak tidak belajar pun bisa naik kelas.
B. Faktor ekstern
1. Kluarga : tidak adanya perhatian dari kluarga.
2. Lingkungan sekitar:
3. Cara mengajar guru Pembelajaran yg berpusat pada guru,tidak
menggunakan media pembelajaran.
4. Sarana prasarana sekolah yang kurang mendukung.
5. Tidak adanya layanan konseling dari bk tentang cita2

KETUA MGMP
Narsum : Muhammad Ansar, S.Ag
(Ketua MGMP Matematika MA se-Kab. Sinjai)
Waktu : Selasa, 12 September 2023
1. Memberikan ruang kelas yang menyenangkan
2. Memahami karakter atau cara belajar yang diinginkan siswa
3. Memberi nilai/angka dan memberi pujian
4. Melakukan monitoring ke setiap individu atau kelompok siswa
5. Media pembelajaran yang beragam
6. Menerapkan Model pembelajaran Berbasis masalah

DOSEN
Narsum : Dr. Abd. Kadir Jaelani, S.Pd., M.Pd.
Matakuliah yang diampu: Geometri
Universitas Muhammadiyah Makassar
Waktu : Selasa, 12 September 2023
Cara menyajikan materi pelajaran yang disampaikan oleh Guru kurang menarik
dan kurangnya kreativitas dan inovasi guru dalam mengelola kelas
2 Rendahnya minat literasi SUMBER KAJIAN LITERATUR : Dengan merujuk dari sumber kajian literatur
siswa dalam pembelajaran JURNAL ILMIAH melalui jurnal ilmiah , wawancara, dan keadaan
matematika H.Fuadi, A.Z.Robbia, Jamaluddin, A.W. Jufri. Analisis Faktor Penyebab Rendahnya dilapangan, eksplorasi penyebab masalah
Kemampuan Literasi Sains Peserta Didik sebagai berikut :
Program Studi Magister PendidikanIPA, Pascasarjana Universitas Mataram. 2020 1. Kondisi Siswa yang diidentifikasi :
https://bitly.ws/UhKD a. Kemampuan merubah soal cerita
Faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik menjadi model matematika siswa masih
1. Pemilihan sumber belajar rendah
2. Miskonsepsi Beberapa siswa kesulitan memodelkan
3. Pembelajaran tidak kontekstual soal cerita karena belum terbiasa
4. Rendahnya kemampuan membaca b. Siswa belum terbiasa berliterasi dalam
5. Lingkungan dan iklim belajar bentuk membaca, menulis, berbicara,
menyelesaikan soal dll.
Menurut Jesica (2017) dikarenakan: Siswa belum memiliki kebiasaan
1.Kebiasaan membaca belum dimulai dari rumah membaca dan menulis yang ditanamkan
2.Sarana membaca yang minim oleh orangtua, sehingga beberapa siswa
3.Kurang motivasi untuk membaca juga memiliki kemampuan membaca dan
4.Sikap malas untuk mengembangkan gagasan menulis yang rendah hal ini berdampak
pada kurangnya motivasi siswa untuk
Hapsari, Y. I., dkk (2019) Faktor yang menjadikan minat siswa pada tingkat rata-rata membaca.
ke bawah yaitu faktor intern dan ekstern. c. Siswa lebih tertarik bermain media sosial
a.Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari diri sendiri seperti kecerdasan, atau game dibandingkan melakukan
minat dan perhatian, motivasi, ketekunan, sikap, kebiasaan membaca, serta kondisi literasi. Sehingga membuat siswa malas
fisik dan kesehatan. membaca, lebih suka menonton.
b.Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar individu tersebut seperti Kesimpulan :
Perpustakaan yang seadanya, bahan bacaan yang sudah usang bahkan beberapa • Beberapa siswa belum memiliki kebiasaan
tidak layak pakai, rendahnya dorongan dari guru, tidak dorongan dari orang tua, berliterasi, sehingga minat untuk
orang tua yang tidak memfasilitasi dikarenakan ekonomi kurang, tidak ada perhatian berliterasi rendah
orang tua terhadap minat membaca anak. kebanyakan orang tua lebih terfokus • Ketertarikan yang tinggi terhadap gatget
pada hasil belajar, pembiasaan membaca yang tidak didapatkan siswa sejak kecil. untuk bermedia sosial sehingga membuat
Pengaruh lingkungan dan teman bermain yang tidak terbiasa dengan membaca siswa malas membaca karena lebih suka
secara tidak langsung akan mempengaruhi minat baca siswa. Pengaruh teknologi menonton.
yang tidak terkendali. Misalnya pengaruh
smartphone atau gadget tidak digunakan dengan bijak, pengaruh acara televisi
sehingga siswa melupakan tugasnya sebagai siswa. Bermain bersama teman tidak
mengenal waktu, sehingga tidak ada waktu untuk belajar apa lagi membaca 2. Sarana Prasarana
a. Ketersediaan buku diperpustakaan yang
kurang lengkap untuk menunjang literasi
SUMBER WAWANCARA siswa selain itu hanya bisa ke
GURU/ TEMAN SEJAWAT perpustakaan saat jam istirahat sehingga
Narsum : Sasri Marlina S.Si (35) waktunya terbatas.
Satuan Kerja : MTsN 5 Kampar b. Kurangnya program sekolah dan guru
Waktu : Senin, 11 September 2023 dalam meningkatkan literasi siswa
a. Siswa tidak terbiasa/ tidak suka membaca Hal ini terlihat dari pojok baca yang belum
b. Buku bacaan tidak sesuai minat maksimal, madding yang tidak banyak isi,
c. Koleksi buku tidak sesuai dengan kebutuhan siswa ekskul seperti speech yang kurang
d. Belum adanya inovasi yang cocok untuk kegiatan literasi dalam pembelajaran diminati siswa.
Kesimpulan :
WAKA KURIKULUM • Sarana pendukung untuk literasi masih
Narsum : Ana Nurdiana S.Pd (45) kurang
Satuan Kerja : MTsN 2 Solok Selatan • Kurangnya program sekolah dan guru
Waktu : Senin, 11 September 2023 dalam meningkatkan literasi siswa
1. Minat membaca siswa kurang
2. Terlalu banyak bermain HP sehingga kurangnya interaksi sosial anak KESIMPULAN :
Analisis eksplorasi penyebab masalah
KEPALA MADRASAH rendahnya minat literasi siswa pada pelajaran
Narsum : M.Sahlan Putra Tama, S.Si. M.Pd (47) matematika adalah :
Waktu : Senin, 11 September 2023
1. Guru perlu meningkatkan kemampuan pedagogiknya agar dapat berinovasi 1. Beberapa siswa belum memiliki kebiasaan
dalam pembelajaran literasi matematika berliterasi, sehingga minat untuk
2. Perlu pemantauan intensif dari seluruh guru terkait kegiatan literasi siswa yang berliterasi rendah
dilaksanakan 30 menit sebelum pulang. 2. Ketertarikan yang tinggi terhadap gatget
3. Persoalan minat literasi khususnya membaca siswa bukan hanya menjadi untuk bermedia sosial sehingga membuat
tanggung jawab guru Bahasa, melainkan tanggung jawab semua guru mata siswa malas membaca karena lebih suka
pelajaran menonton.
3. Sarana pendukung untuk literasi masih
WAWANCARA PAKAR kurang
GURU SENIOR 4. Kurangnya program sekolah dan guru
Narsum : Bu Sri Mulyati, M.Pd. dalam meningkatkan literasi siswa
Guru SMP N 1 bodeh Comal.
Guru senior.
S2 pendidikan matematika
Waktu : 12 September 2023
Sebagai guru penggerak
Secara umum kemampuan literasi numerasi di Indonesia masih tergolong rendah,
hal ini bisa dilihat dari hasil ANBK di setiap satuan pendidikan.
1. Hasil ANBK termuat dalam rapor pendidikan satuan Pendidikan baik jenjang SD,
SMP maupun SMA.
2. Kemampuan literasi siswa rendah karena kurangnya kesadaran diri untuk
memahami dan menganalisa soal yang ada, serta masih kurangnya sarana
prasarana yang mendukung untuk proses literasi.
3. Cara mengetahui kemampuan literasi numerasi siswa rendah adalah dari hasil
ANBK secara umum, kl dalam sehari-hari pada pembelajaran bisa dilihat dari
kemampuan siswa mengerjakan soal bentuk literasi numerasi
4. Faktor yg menyebabkan kemampuan literasi numerasi rendah adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi dan kesadaran diri
dari siswa untuk memahami literasi dan numerasi. Faktor eksternal meliputi
sarana prasarana, guru serta proses pembelajaran yang ada di satuan
Pendidikan.
5. Cara untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa antara lain:
- pembiasaan dalam proses belajar mengajar menggunakan soal literasi
nunerasi untuk asesmen.
- memberikan pemantapan materi/ pengayaan terkait literasi numerasi
- Menyediakan sarana prasarana yang lebih mendukung untuk meningkatkan
atau menggali kemampuan literasi numerasi siswa, misalnya membuat pojok
baca di setiap ruang kelas atau ruang terbuka yang ada di
satuan Pendidikan.

DOSEN
Dr. Abd. Kadir Jaelani, S.Pd., M.Pd.
Matakuliah yang diampu: Geometri
Universitas Muhammadiyah Makassar
Waktu : 12 September 2023
Kemampuan berhitung siswa rendah disebabkan lemahnya pemahaman konsep
siswa terhadap operasi bahkan tidak memahami apa itu operasi yg merupakan
fungsi. Serta siswa masih cenderung menghafal.
3 Kemampuan numerasi SUMBER KAJIAN LITERATUR : Dengan merujuk dari sumber kajian literatur
siswa kurang JURNAL ILMIAH melalui jurnal ilmiah , wawancara, dan keadaan
Mukminah, Hirlan Sriyanti. Analisis Kesulitan Belajar Berhitung Siswa pada Mata dilapangan, eksplorasi penyebab masalah
Pelajaran Matematika. PGSD UNU NTB.2021 sebagai berikut :
https://bitly.ws/wn5F 1. Kondisi Siswa yang diidentifikasi :
Kesulitan belajar ini disebabkan oleh berbagai macam faktor,diantaranya a. Kemampuan berhitung siswa kurang.
disebabkan oleh dua faktor yaitu: faktor internal dan faktor eksternal Hal ini disebabkan karena :
Faktor Internal : - Tingkat kecerdasan siswa yang rendah,
1. Kondisi tubuh dan mental siswa sehingga kurang memahami konsep
2. Emosional siswa hitungan.
3. Kecerdasan siswa yang rendah - Siswa kurang memperhatikan saat
4. Sikap siswa dalam pembelajaran yang kurang memperhatikan proses pembelajaran sehingga
berdampak pada rendahnya
2. Khafid(2021) kesulitan belajar dipengaruhi oleh bakat siswa minat pemahaman konsep siswa
siswa,kesehatan siswa,motivasi siswa, cara belajar siswa,dan cara mengajar guru - Siswa tidak terbiasa menggunakan
kemampuan berhitung
3.Muhibbin Syah (2016) Kesulitan pada operasi hitung yang dialami siswa adalah b. Siswa merasa tidak memiliki bakat
kekurangmampuan siswa dalam operasional aritmatika dan ketidakcermatan siswa keterampilan numerasi meliputi
dalam melakukan operasi hitung. berhitung, kemampuan menggunakan
Faktor penyebab kesulitan belajar siswa dalam menyelesaikan soal bilangan symbol, dan kemampuan menyelesaikan
berpangkat adalah: faktor intern yang terdiri dari faktor diri sendiri dan motivasi, masalah (soal cerita) sehingga bersikap
serta faktor keluarga, faktor sekolah. acuh dan mengandalkan kepada kawan
yang dianggapnya mampu atau
3.Utari Oktaviani dkk (2020) Penyebab kemampuan dasar matematika kurang: mengandalkan alat hitung.
Faktor internal yang mencakup peserta didik tidak tertarik dengan matematika, Kesimpulan :
kemampuan dasar berhitung siswa lemah, rendahnya pemahaman konsep peserta • Siswa kurang memahami konsep hitungan
didik, peserta didik tidak mengerti lambang-lambang dalam matematika, kurangnya karena tingkat kecerdasan, kebiasaan,
kedisiplinan peserta didik, dan kurangnya motivasi belajar peserta didik. motivasi belajar yang rendah sehingga
Faktor eksternal mencakup ruang kelas yang panas sehingga membuat tidak kemampuan berhitung kurang
nyaman, ruang kelas yang bising karena dekat dengan ruang praktik sehingga • Siswa merasa tidak memiliki bakat
fokus peserta didik tidak keterampilan numerasi meliputi berhitung,
Optimal. kemampuan menggunakan symbol, dan
kemampuan menyelesaikan masalah (soal
cerita) sehingga bersikap acuh dan
SUMBER WAWANCARA : mengandalkan kepada kawan yang
GURU/ TEMAN SEJAWAT dianggapnya mampu atau mengandalkan
Narsum : Alfa Rismon, S.Pd (40) alat hitung.
Satuan Kerja : MTsN 2 Solok Selatan
Waktu : Senin, 11 September 2023 2. Guru , diidentifikasi :
1. Kurangnya Kemampuan siswa dalam literasi numerasi - Cara mengajar guru yang kurang
2. Antara literasi dan numerasi siswa sering gagal konsep memberikan motivasi dan menekankan
pada kemampuan numerasi siswa
KEPALA MADRASAH Kesimpulan :
Narsum : Idham Arif, S.Ag (45) • Cara mengajar guru kurang menekankan
Waktu : Senin, 11 September 2023 pada kemampuan numerasi siswa
a. Tingkat literasi numerasi masih rendah.
b. Dilihat nilai maple-mapel lainnya rendah apalagi mapel matematika. KESIMPULAN :
c. Penyebab rendahnya numerasi siswa karena tidak adanya kemauan dan Analisis eksplorasi penyebab masalah
kemampuan siswa dalam berhitung. kemampuan numerasi siswa kurang adalah :
d. Tingkat dasar saja masih sulit apa lagi yg berbasis literasi numerasi 1. Siswa kurang memahami konsep hitungan
e. Cara meningkatkan literasi dan numerasi guru harus lebih kreatif dan karena tingkat kecerdasan, kebiasaan,
membiasakan melatih anak2 untuk mengerjakan soal yang melibatkan literasi motivasi belajar yang rendah sehingga
kemampuan berhitung kurang.
PENGAWAS MADRASAH 2. Siswa merasa tidak memiliki bakat
Narsum : Dra Hj Munasifah, M.S.I. (52) keterampilan numerasi meliputi berhitung,
Waktu : Senin, 11 September 2023 kemampuan menggunakan symbol, dan
a. Masih banyak ditemukan kemampuan literasi numerasi siswa rendah, bahkan kemampuan menyelesaikan masalah (soal
cenderung sebagian besar anak2 ketika diberikan soal yang setaraf ANBK cerita) sehingga bersikap acuh dan
anak2 tidak bisa mengerjakan. mengandalkan kepada kawan yang
b. Karena tidak adanya pembiasaan dari guru untuk melatih soal2 yg melibatkan dianggapnya mampu atau mengandalkan
literasi numerasi. alat hitung
c. Diketahui dari hasil rapot ANBK yang mencakup literasi numerasi masih 3. Cara mengajar guru kurang menekankan
rendah. pada kemampuan numerasi siswa
d. Dari siswanya sendiri, terlebih dari gurunya, yang tidak membiasakan
memberikan soal HOTS atau soal literasi numerasi.
e. Caranya yaitu guru harus membiasakan soal literasi numerasi dan soal HOTS
disetiap pelajarannya. Mungkin awal mula berat, tapi lama kelamaan saya
yakin akan meningkat

WAWANCARA PAKAR
GURU SENIOR
Narsum : Bu Sri Mulyati, M.Pd.
Guru SMP N 1 bodeh Comal.
Guru senior.
S2 pendidikan matematika
Waktu : 12 September 2023
Sebagai guru penggerak
Secara umum kemampuan literasi numerasi di Indonesia masih tergolong rendah,
hal ini bisa dilihat dari hasil ANBK di setiap satuan pendidikan.
6. Hasil ANBK termuat dalam rapor pendidikan satuan Pendidikan baik jenjang SD,
SMP maupun SMA. 😀
7. Kemampuan literasi siswa rendah karena kurangnya kesadaran diri untuk
memahami dan menganalisa soal yang ada, serta masih kurangnya sarana
prasarana yang mendukung untuk proses literasi. 🤭
8. Cara mengetahui kemampuan literasi numerasi siswa rendah adalah dari hasil
ANBK secara umum, kl dalam sehari-hari pada pembelajaran bisa dilihat dari
kemampuan siswa mengerjakan soal bentuk literasi numerasi
9. Faktor yg menyebabkan kemampuan literasi numerasi rendah adalah faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi motivasi dan kesadaran diri
dari siswa untuk memahami literasi dan numerasi. Faktor eksternal meliputi
sarana prasarana, guru serta proses pembelajaran yang ada di satuan
Pendidikan.
10. Cara untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa antara lain:
- pembiasaan dalam proses belajar mengajar menggunakan soal literasi
nunerasi untuk asesmen.
- memberikan pemantapan materi/ pengayaan terkait literasi numerasi
- Menyediakan sarana prasarana yang lebih mendukung untuk meningkatkan
atau menggali kemampuan literasi numerasi siswa, misalnya membuat pojok
baca di setiap ruang kelas atau ruang terbuka yang ada di satuan Pendidikan

DOSEN
Dr. Abd. Kadir Jaelani, S.Pd., M.Pd.
Matakuliah yang diampu: Geometri
Universitas Muhammadiyah Makassar
Waktu : 12 September 2023
Kemampuan berhitung siswa rendah disebabkan lemahnya pemahaman konsep
siswa terhadap operasi bahkan tidak memahami apa itu operasi yg merupakan
fungsi. Serta siswa masih cenderung menghafal.
LK 1.2 Eksplorasi Masalah
Kelompok 2
Masalah yang telah
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Terdapat siswa (jenjang Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur dan wawancara,
menengah pertama) yang 1. Menurut Mumpuno & Afifah (2022) guru sering kali dihadapi pada anak yang dapat disimpulkan bahwa penyebab adanya
belum bisa baca tulis. mengalami kesulitan membaca khususnya di kelas rendah. Kesulitan-kesulitan siswa jenjang menengah pertama yang belum
tersebut antara lain: kurang mengenali huruf, membaca kata demi kata, pemparafase bisa baca tulis adalah :
yang salah, penghilangan, pengulangan pembalikan, penyisipan, penggantian, 1. Faktor internal siswa, berupa
menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan kepala, kesulitan konsonan. keterlambatan perkembangan intelektual
Sumber : siswa tersebut.
Mumpuni, A., & Afifah, N. (2022). ANALISIS PEMBELAJARAN MEMBACA DAN 2. Faktor eksternal siswa, meliputi: a)
MENULIS PERMULAAN SISWA SEKOLAH DASAR. Buletin Ilmiah Pendidikan, 1(2), 73- faktor lingkungan keluarga berupa
80. kurangnya komunikasi yang harmonis
antara siswa dan orang tua; 2) faktor
2. Lerner J.W (1985) mengemukakan Konsep learning disability menunjukkan anak lingkungan sekolah berupa kurangnya
yang mengalami gangguan pada satu atau lebih dari proses psikologi dasar termasuk penanganan yang tepat terhadap siswa
pemahaman dalam menggunakan bahasa lisan atau tertulis yang dimanifestasikan berkebutuhan khusus dan dipengaruhi
dalam ketidaksempurnaan dalam mendengar berpikir berbicara membaca mengeja juga oleh kondisi covid-19 yang sempat
atau mengerjakan hitungan matematika. mengganggu proses pembelajaran di
Sumber : sekolah dalam beberapa tahun.
Suparno. 2006. Model layanan pendidikan untuk anak berkesulitan belajar. Jurnal
pendidikan khusus vol 2 no 2 november 2006. FIP UNY.

Hasil Wawancara
Wakil Kepala Madrasah Bidang Kurikulum MTsN 1 Manado (Marlina Maladjim, M.Pd)
Anak yang tidak bisa baca tulis disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
sosial bagaimana dia belajar dan apakah dia memiliki fasilitas untuk belajar. faktor kedua
adalah faktor intelektual anak yang tidak bisa baca tulis bisa jadi memiliki IQ di bawah
normal .
Guru BK MTsN 1 Manado
(Rifni Ika Sari Susanti, S.Psi)
Faktor-faktor yang menyebabkan siswa kurang lancar membaca terdiri dari 2 faktor yaitu :
1. Faktor internal berupa rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa dan
afektifnya.
2. Faktor eksternal meliputi pengaruh lingkungan keluarga. Faktor eksternal yang kedua
adalah lingkungan sekolah.
Pakar/Dosen Tadris Matematika IAIN Kendari
(Firman Riansyah, S.Pd., M.Sc.)
Keterlambatan baca tulis di jenjang SMP biasanya memang karena sudah bawaan dari
lahir atau bisa juga karena penanganan yang salah dari guru sebelumnya. Memang ada
beberapa anak yang “spesial”, sehingga perlakuannya juga khusus. Tidak boleh
disamaratakan dengan teman-temannya.
2. Sebagian besar siswa Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur dan wawancara,
belum bisa operasi dasar 1. Penelitian oleh Lawrence Mundia (2012) ikut menguatkan penelitian ini. Penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab sebagian
matematika seperti yang berjudul The Assessment of Math Learning Difficulties in a Primary Grade-4 Child besar siswa belum bisa operasi dasar
penjumlahan bilangan with High Supprot Need: Mixed Methodf Approach menemukan bahwa siswa matematika seperti penjumlahan bilangan
bulat, perkalian, dan lain- mengalami kesulitan matematika yaitu: ketidakmampuan menggunakan operasi bulat, perkalian, dan lain-lain, adalah :
lain. matematika dengan tepat, tidak memahami hubungan antara satuan, puluhan, dan 1. Faktor internal siswa, meliputi :
ribuan. Faktor yang menyebabkan kesulitan matematika antara lain diskalkulia, diskalkulia, disleksia, kepercayaan diri
disleksia, kepercayaan diri yang rendah, dan kecemasan matematika. Hasil penelitian yang rendah, kecemasan matematika,
tersebut juga mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan matematika. dan minat belajar yang kurang.
Sumber : 2. Guru memperlakukan siswa dengan cara
Diakses dari https://lib.unnes.ac.id/24893/1/1401412428.pdf pada tanggal 9 yang sama sehingga kurang
September 2023, pukul 10.15 WIB. memperhatikan siswa yang memiliki
kemampuan operasi dasar yang kurang.
Kesimpulan : 3. Konsep matematika tidak diajarkan
Faktor yang menyebabkan kesulitan matematika antara lain diskalkulia, disleksia, dengan cara yang tepat.
kepercayaan diri yang rendah, dan kecemasan matematika. 4. Kurangnya penggunaan media yang
menarik untuk meningkatkan
2. Penelitian oleh Takbir Ali (2011) dengan judul Exploring Students’ Learning Difficulties pemahaman dasar siswa.
in Secondary Mathematics Classroom in Gilgit Baltistan and Teachers’ Effort to Help
Students Overcome These Diffculties menunjukkan hasil bahwa guru mempengaruhi
pemahaman konsep siswa. Selain itu, penelitian tersebut juga menekankan pada
pentingnya pengetahuan matematika dan mengaitkankanya dengan pemahaman
konsep yang baru. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kerjasama antar guru,
sekolah, kurikulum, dan lingkungan yang konsusif untuk mendukung siswa belajar
matematika secara mendalam.
Sumber :
Diakses dari https://lib.unnes.ac.id/24893/1/1401412428.pdf pada tanggal 9 September
2023, pukul 10.23 WIB.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang dipaparkan, guru menjadi faktor yang mempengaruhi
pemahaman konsep siswa dan berpengaruh pada kesulitan belajar matematika.

Hasil Wawancara
Guru Matematika MAN 3 Solok (Febrisa Yusmita, S.Pd) :
a. Belum tuntasnya pemahaman siswa dari tingkat sebelumnya
b. Penjelasan konsep matematika yang kurang spesifik di tingkat sebelumnya (SD)
c. Kurangngnya penggunaan media pembelajaran yang mestinya bisa memfasilitasi
pemahaman siswa untuk konsep dasar matematika
d. Guru matematika yang umumnya dilabeli guru killer, sehingga siswa kurang fokus
dalam mengikuti pembelajaran, karena rasa takut.

Wakil Kepala Madrasah Bid. Kurikulum MAN 3 Solok


(Deny Angreyani, S.Pd):
Karena umumnya minat siswa terhadap pelajaran matematika masih kurang.

Wakil Kepala Madrasah MAN 1 Kolaka


(Rustam, S.Ag., M.MPd.) :
a. Karena kurangnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika dan
kemampuan kognitif anak tersebut sangan kurang pada bidang matematika.
b. Guru hanya sekadar menggugurkan kewajiban. Tidak ada upaya lebih untuk
mengatasi kurangnya kemampuan dasar matematika tersebut. Padahal, ini bisa
diselesaikan terlebih dahulu atau kalau perlu meluangkan waktu khusus untuk
menyelesaikan masalah ini.

Pakar/Dosen Tadris Matematika IAIN Kendari


(Firman Riansyah, S.Pd., M.Sc.)
Permasalahan operasi dasar matematika memang seharusnya diselesaikan di jenjang
SD. Setelah menyelesaikan keterpacaian fase tertentu, barulah bisa masuk ke fase
selanjutnya. Masalah ini dipengaruhi karena siswa diperlakukan sama. Padahal, harus
ada pembelajaran berdiferensiasi. Siswa yang ketinggalan, pendekatannya harus
berbeda dengan yang sudah tercapai kompetensi dasarnya.

3. Siswa beranggapan bahwa Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur dan wawancara,
matematika adalah 1. Judul : Pengelolaan Kelas Guru dalam Pembelajaran Matematika dapat disimpulkan bahwa penyebab siswa
pelajaran yang sulit Penulis: Ulfa Nurani (2020) beranggapan bahwa matematika adalah
Siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit disebabkan oleh pelajaran yang sulit adalah :
pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Untuk mengubah mindset bahwa 1. Model dan media pembelajaran guru
matematika sulit dengan penggunaan media yang menyenangkan dalam pembelajaran yang kurang menarik
matematika. 2. Pembelajaran matematika tidak
Sumber: kontekstual.
http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/912 3. Siswa tidak memiliki minat di bidang
matematika.
2. Judul : Faktor Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Dalam Belajar Matematika
Penulis: Muhammad Naufal Farhan dan Jumardi (2023)
4. Pola pikir matematika itu sulit yang
Faktor siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit: ditumbuhkan oleh lingkungan keluarga
a. Tidak sukanya siswa terhadap mata pelajaran matematika maupun teman-temannya.
b. Sulitnya mengerjakan soal matematika
c. Tidak aktifnya siswa dalam bertanya kepada guru
d. Kurangnya siswa untuk mendapatkan bimbingan khusus sehingga siswa mengalami
kesulitan belajar matematika.
Sumber:
https://ejournal.unma.ac.id/index.php/educatio/article/view/4934

Hasil Wawancara:

Kepala MIN Merauke (Ahmad Munir, S.Ag)


Kemampuan guru dalam merubah minset siswa terhadap mata pelajaran matematika.
Wakakurikulum MIN Merauke (Suparmanto, S.Pd.I)
a. Tidak menggunakan media pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran
di kelas.
b. Proses pembelajaran matematika yang tidak kontekstual.

Guru Matematika MAN 1 Kolaka (Drs. Ahmad Yani, M.Pd.):


Pola pikir bahwa matematika itu sulit biasanya tumbuh dari lingkungannya sendiri seperti
keluarga dan teman yang punya trauma dengan matematika.

Pakar/Guru Senior MAN 1 Padang Lawas


(Syarif Hadi Putra Lubis, S.Si)
1. Sudah tertanam dalam otak peserta didik bahwa matematika adalah pelajaran yang
sulit dan membosankan.
2. Minat dan bakat siswa tidak pada bidang study matematika

Pakar/Dosen Tadris Matematika IAIN Kendari


(Firman Riansyah, S.Pd., M.Sc.)
Anggapan seperti ini biasanya lahir dari apa yang siswa temui di kelas. Faktor
penyampaian guru yang belum menarik siswa, membuat siswa trauma ketika harus
bertemu lagi. Usaha guru untuk membuat matematika menjadi menarik tetapi tetap
menantang, sangat diperlukan. Tingkat kesulitannya tidak hilang, tetapi mindset siswa
harus diubah dari takut menjadi tertantang..

4. Siswa tidak konsentrasi Kajian Literatur Dari hasil kajian literatur dan wawancara,
selama pembelajaran 1. Hal-hal yang menyebabkan kurangnya konsentrasi siswa dapat disimpulkan bahwa penyebab siswa
matematika dalam belajar: tidak konsentrasi selama pembelajaran
a. Tidak sarapan pagi matematika adalah :
b. Pengaruh dari HP 1. Faktor internal siswa seperti minat dan
c. Keluarga yang broken home motivasi belajar yang kurang, tidak
d. Kurang tidur sarapan pagi, dan kurang tidur.
e. Pengaruh dari cuaca 2. Faktor eksternal siswa, meliputi:
gangguan dari lingkungan belajar (teman,
Sumber: suara bising dari luar kelas, cuaca), model
Diakses dari : https://www.matrapendidikan.com/2016/11/penyebab-siswa-kurang-fokus- dan media pembelajaran yang kurang
dalam.html , pada tanggal 9 September 2023, Pukul 10.02 WIB. menarik, jadwal yang tidak sesuai
harapan, tugas dari mata pelajaran lain
2. Menurut Surya (2009), beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi bertumpuk, hingga masalah keluarga
rendahnya konsentrasi belajar siswa antara lain, yaitu sebagai berikut:
a. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.
b. Timbulnya perasaan negatif.
c. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
d. Bersifat pasif dalam belajar.
e. Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.
f. Gangguan kebugaran jasmani.
Sumber:
Diakses dari :
https://www.kajianpustaka.com/2021/10/konsentrasi-belajar.html pada tanggal 9
September 2023, Pukul 10.11 WIB.

Hasil Wawancara
Guru MAN 1 Padang Lawas (Anggun Setia Dewi S.Pd.I):
a. Faktor Internal, meliputi: (1) rendahnya motivasi siswa dalam belajar, (2) rendahnya
minat siswa terhadap mata pelajaran matematika (3) kurang tidur
b. Faktor eksternal, meliputi : (1) materi matematika yang dianggap sulit oleh peserta
didik, (2) jadwal pelajaran matematika yang tidak sesuai harapan, misalnya di jam
terakhir mata pelajaran (3) cuaca dan iklim yang ekstrim, misalnya cuaca yang
terlalu panas.

Wakil Kepala Madrasah bid.Kurikulum MAN 1 Padang Lawas (Fatimah Hasna S.Pd)
:
a. Kurang tidur, sehingga mengantuk di kelas
b. Keadaaan dari rumah, misalnya keluarga yang broken home
c. Metode atau media yang digunakan guru kurang menarik perhatian siswa
d. Tidak minatnya siswa pada materi tersebut.
Kepala MAN 1 Padang Lawas (Hj.Mahnidar Azwarni S.Ag) :
a. Kurangnya minat dan motivasi belajar peserta didik
b. Suasana lingkungan belajar yang tidak kondusif dan berantakan
c. Keadaan fisik yang tidak fit, misalnya tidak sarapan
d. Metode ajar guru yang kurang tepat

Pakar (Guru Senior : Syarif Hadi Putra Lubis, S.Si):


1. Metode ajar guru yang kurang tepat dan kurang menarik.
2. Tidak menyukai mata pelajaran tersebut
3. Kondisi fisik peserta didik yang tidak siap untuk menerima materi
4. Keadaan lingkungan sekitar yang tidak efektif
5. Peserta didik yang kurang tidur di malam hari
6. Karena masalah pribadi siswa sehingga ia tidak fokus pada pelajaran
7. Adanya tugas mata pelajaran lain yang belum diselesaikan siswa untuk jam
pelajaran selanjutnya. Sehingga ia asyik mengerjakan tugas mata pelajaran lainnya

Pakar/Dosen Tadris Matematika IAIN Kendari


(Firman Riansyah, S.Pd., M.Sc.)
Banyak faktor yang menyebabkan siswa kehilangan konsentrasi ketika belajar. Bisa jadi
karena memang dia tidak suka matematika sehingga bosan di kelas. Bisa juga karena
karena faktor eksternal siswa, seperti teman atau lingkungan.
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Kelompok 3
Masalah yang telah
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Guru terlalu fokus Kajian Literatur Berdasarkan hasil ekplorasi kajian literatur dan
mentransfer ilmu/ 1. Rusyan, dkk. Pada karyanya di tahun 2020 mengatakan Guru berperan untuk wawancara yang telah dilakukan, dapat diambil
hanya menciptakan suasana kelas yang aktif dan bermakna, hal tersebut bergantung pada kesimpulan bahwa penyebab guru terlalu fokus
menyampaikan cara guru dalam mengelola kelas tersebut yang tidak hanya sekedar menyampaikan menyampaikan materi saja kepada siswa adalah :
materi kepada materi saja. Melalui pernyataan tersebut, maka guru perlu memberikan peluang 1. Adanya target kurikulum pusat yang menuntut
siswa kepada siswa untuk memberikan pendapatnya terkait materi yang telah diterima. untuk tercapainya materi tertentu di dalam
Dengan demikian, suasana kelas menjadi lebih aktif dan terjadi relasi antara guru pembelajaran.
dengan siswanya sehingga menjadi lebih hangat, dan kegiatan pembelajaran yang 2. Keterbukaan dan kenyamanan secara personal
berlangsung akan lebih optimal dan efektif karena guru melibatkan siswa secara pada guru dan siswa
maksimal.
3. Kurangnya sumber literatur Guru terkait
menjalin hubungan dengan siswa
Rusyan, dkk. 2020. Seri Pembaharuan Pendidikan Membangun Kelas Aktif Dan
Inspiratif. Yogyakarta: Deepublish. 4. Minimnya waktu khusus di luar jam
pembelajaran
2. Hubungan guru dengan siswa/anak didik di dalam proses belajar mengajar merupakan 5. Kemampuan guru mengelola kelas
faktor yang sangat menentukan, tidak hanya terbatas pada tuntutan materi 6. Kemampuan guru mencairkan suasana kelas
pembelajaran saja. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, pada saat pembelajaran
bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan guru- 7. Minimnya literatur guru untuk memperluas atau
siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil mengaitkan materi pembelajaran dengan
yang tidak diingikan. (Sadirman, 2011 : 147) kejadian kontekstual. Sehingga materi yang
disampaikan terkesan sangat struktural.
Sadirman A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Pt Raja Grafindo 8. Siswa sebagai penerima transfer materi hanya
Persada. bersikap menerima saja tanpa adanya respon
umpan balik yang maksimal.
3. Hubungan antara guru dan siswa adalah hubungan antara yang mengajar dengan 9. Kondisi kelas yang fakum
yang belajar, siswa dengan guru dianggap guru sebagai orang yang lebih tahu yang
memberi pengetuhan kepada siswa yang belum tahu. Sebenarnya hubungan
10. Siswa sangat enggan untuk memberikan respon
umpan balik setelah guru menyampaikan materi
keduanya lebih luas dari pada sekedar dalam konteks pengajaran. Hubungan guru dan
siswa bukan sekedar pengetahuan tetapi ada beberapa aspek di dalamnya, antara 11. Siswa bersikp acuh dan hanya ingin menerima
lain: rohani, perasaan, tingkah laku, kepribadian dari guru dan siswa itu sendiri. (Wuju saja materi yang diberikan guru
dan Putra, 2020 : 13-14)

Wuju, Wilibertus dan Putra, Tommy Fimi. 2020. Hubungan Antara Guru dan Siswa
dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas XII-IPS III SMA Negeri 9
Samarinda Tahun Pelajaran 2018/2019. Cendikia (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran)
IKIP PGRI Kalimantan Timur. Vol. 4, No. 2 Juni 2020

Hasil Wawancara:
1. Kepala Madrasah
▪ Target Capaian Kurikulum
Guru masih banyak yang hanya fokus memberikan materi saja ke siswa, dapat
disebabkan adanya beberapa alasan, salah satunya yaitu dapat berupa adanya
target capaian materi pada kurikulum yang memang harus dicapai. Sehingga
menyebabkan guru lebih terfokus pada penyampaian materi saja kepada
siswa.

▪ Keterbukaan Guru
Beberapa Guru masih hanya fokus kepada materi, dapat disebabkan karena
tidak semua guru memiliki kepribadian yang lebih terbuka dan merasa
nyaman untuk diketahui masalah personalnya dan juga mengetahui masalah
personal orang lain. Alhasil guru ingin lebih tenang dan nyaman tanpa
memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan siswa.

▪ Kurangnya sumber literatur Guru terkait menjalin hubungan dengan siswa


Guru masih minim sumber literatur terkait menjalin hubungan dengan siswa,
terkait karakteristik peserta didik. Baik pada proses pembelajaran maupun
personal.

2. Guru
▪ Minimnya waktu khusus di luar jam pembelajaran
Guru masih terfokus pada penyampaian materi saja karena minimnya waktu
di luar pembelajaran untuk bisa menjalin hubungan lebih baik lagi ke siswa.
Waktu pembelajaran yang sudah full sampai pukul 15.15 di madrasah
menyebabkan guru juga jadi lebih sulit menjalin hubungan secara lebih rinci
ke siswa.

▪ Tuntutan Kurikulum yang mengharuskan tercapainya target materi tertentu


Guru saat ini juga disibukkan dengan tuntutan kurikulum dari pemerintah yang
mengharuskan tercapainya target materi pembelajaran. Sehingga guru masih
banyak yang hanya fokus menyampaikan materi pembelajaran saja.

▪ Kenyamanan secara personal


Guru merasa nyaman untuk posisi yang tidak harus terlalu dekat secara
personal dengan siswa. Hanl ini juga akan menyebabkan kurang nyamannya
pembelajaran. Guru meminimalisir adanya kecanggungan dan kedekatan
personal yang lebih hingga akhirnya mengganggu proses pembelajaran di
madrasah nantinya.

Dengan Tim Pakar


1. Dosen Tarbiyah STAI Jam’iyah Mahmudiyah Tanjung Pura
Guru masih terfokus pada penyampaian materi saja dapat disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu:
▪ Kemampuan guru mengelola kelas
▪ Kemampuan guru mencairkan suasana kelas pada saat pembelajaran
▪ Minimnya literatur guru untuk memperluas atau mengaitkan materi
pembelajaran dengan kejadian kontekstual. Sehingga materi yang
disampaikan terkesan sangat struktural.
▪ Siswa sebagai penerima transfer materi hanya bersikap menerima saja tanpa
adanya respon umpan balik yang maksimal.

2. Guru Senior
Guru masih terfokus pada penyampaian materi saja dapat disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu:
▪ Kondisi kelas yang fakum
▪ Siswa sangat enggan untuk memberikan respon umpan balik setelah guru
menyampaikan materi
▪ Siswa bersikp acuh dan hanya ingin menerima saja materi yang diberikan guru
▪ Guru kurang mampu mengaitkan materi dengan masalah kontektual, sehingga
terkesan monoton dan akhirnya hanya materi saja yang disampaikan di kelas.

2 Guru bersikap Kajian Literatur Berdasarkan hasil ekplorasi kajian literatur dan
tidak adil dan wawancara yang telah dilakukan, dapat diambil
pilih kasih 1. Seseorang guru tidak boleh pilih kasih dalam masalah apapun, sikap pilih kasih akan kesimpulan bahwa penyebab guru bersikap tidak adil dan
membuat kebijakan guru tidak dihormati muridnya, seperti tidak mengindahkan pilih kasih kepada siswa adalah :
perintah guru, oleh sebab itu sikap pilih kasih jangan sampai ditujukan guru kepada 1. Kurangnya wawasan guru tentang model dan
muridnya. metode pembelajaran
2. Guru kurang terampil mengelola kelas
Jamal Makmur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif Dan Inovativ
3. Tingkat kecerdasan siswa dalam menangkap
(Yogyakarta: Diva press, 2010), hlm. 105.
materi
2. Guru di indonesia tuh sangat lucu, mereka tidak bisa menghargai murid yang belum 4. Latar belakang keluarga siswa
bisa, tidak mampu, aneh sekali sama orang-orang indonesia. Bukan itu saja, yang selalu
bikin sakit hati guru selalu meremehkan murid atau siswa yang bodoh atau belum bisa, 5. Sebagian besar madrasah masih memberikan
ini memang sangat menyakitkan bukan, bagi para murid. UMR guru yang rendah
6. Sebagian guru masih enggan memperluas dan
Nur Syafiqoh, Bagaimana Sikap Pilih Kasih Guru Ke Murid?. (www.edukasiku.com : meningkatkan kemampuan diri menjadi lebih
2019) baik lagi
7. Kebutuhan di luar madrasah yang semakin
3. Karena fokus guru hanya tertuju pada satu orang murid saja, murid yang lainnya akan bertambah dan ekonomi yang rendah
mulai bosan dan ngantuk. Malas mendengarkan merasa tidak dianggap murid di kelas menyebabkan guru masih bersikap kurang adil.
itu. Tertidur pun dibentak. Sudah nggak diperhatikan, merasa disepelekan, giliran Hal ini seperti cermin begitu, apa yang guru
tertidur disalahkan. Fenomena guru pilih kasih memang bagai buah si malakama. Entah peroleh akan guru terapkan. Seperti itu.
diperhatikan atau ditinggal tidur, sama-sama menderita. Cemburu atau dimarahi.

Hudaraja, Arya. 2018. Kimcilisasi and young zaman now. Sukabumi: CV Jejak.

Wawancara
1. Kepala Madrasah
• Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas yang monoton dengan model dan
metode pembelajaran yang kurang beragam berpotensi besar menyeret guru pada
sikap tidak adil/pilih kasih. Beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan agar
tidak dianggap sebagai guru pilih kasih :
1. Melarang anak untuk menjawab pertanyaan sebelum seluruh anak menjawab
pertanyaan pancingan saya. Kelebihan metode ini adalah saya lebih
mengenal siswa yang kurang aktif sehingga saya memperhatikannya lebih
lagi dibanding yang sudah bisa.
2. Membagi kelompok dengan sistem acak. Kelemahan metode ini adalah
adanya peluang dimana siswa kelompok pintar dengan siswa kelompok
pintar lain.
3. Memuji hasil kerja semua siswa dan tidak hanya sekedar tanda tangan dan
selesai. Melakukan follow up assessment sangatlah penting untuk
memotivasi siswa.

2. Teman Sejawat
• Siswa yang pintar atau sebaliknya
Dalam proses pembelajaran di kelas, ada guru yang selalu memeriksa ke meja
siswa yang itu-itu saja. Biasanya siswa yang sering mendapat “kunjungan” adalah
siswa yang pintar. Atau sebaliknya, saat mengajar guru selalu menyebut nama
siswa yang kurang mengerti secara terus menerus. Misalnya “Dodi sudah paham?”
Kebiasaan seperti ini dapat membuat siswa-siswa lainnya merasa iri.

• Siswa yang sering memberikan hadiah


Saat penyerahan raport, biasanya orang tua akan memberikan bingkisan untuk
guru. Nah, siapa yang membawa bingkisan paling berharga atau paling mahal pasti
akan menjadi perhatian. Karena merasa berterima kasih, terkadang sikap yang
ditunjukkan kepada siswa yang orang tuanya membawa bingkisan dapat berubah.
Hati-hati menjaga hati ya.

• Siswa dengan orangtua terpandang/ terkenal


Lebih perhatian pada siswa yang orang tuanya memiliki latar belakang tertentu.
Di dalam satu sekolah biasanya orang tua siswa memiliki beragam profesi. Ada
anak pengusaha, artis, pejabat, lain sebagainya. Ada kecenderungan guru lebih
perhatian misalnya kepada anak pejabat atau artis. Jika sampai hal ini terjadi, tidak
heran jika siswa lain akan merasa cemburu.

• Siswa yang duduk paling depan


Ada guru yang biasanya akrab dengan siswa yang duduk di kursi paling depan
dibanding kursi yang belakang. Siswa yang duduk paling depan biasanya lebih
mudah dikenali dan mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk berkomunikasi
dengan guru. Sedangkan siswa lain yang duduk jauh dari meja guru mendapatkan
kesempatan yang langka untuk dapat berinteraksi dengan guru.

3. Guru BK
Salah satu karakter guru yang paling disukai siswa adalah ketika guru tersebut bisa
menjadi panutan untuk semua kalangan. Mulai dari sifat yang ramah, baik, smart dan
peduli pada semua orang ada dalam diri guru itu, sudah pasti ia akan dijadikan panutan
oleh siswa-siswinya.

Dengan Tim Pakar


1. Dosen
Guru masih terindikasi bersikap kurang adil kepada siswa sebenarnya adalah
bagaimana guru mengelola kelas tersebut. Bagaimana guru bersikap agar tidak
terindikasi kurang adil kepada siswa. Seharusnya sikap ini tidak lagi ada di dalam
kepribadian guru, namun jika pun terindikasi, hal ini bisa disebabkan karena guru yang
masih enggan meningkatkan kemampuan dirinya sehingga hanya terfokus pada
beberapa siswa saja yang mampu di kelas. guru enggan memberikan bimbingan
khusus kepada beberapa siswa yang memang masih membutuhkan bimbingan guru.

2. Guru Senior
Seharusnya sikap seperti ini tidak lagi ada di dalam diri seorang guru, namun jika pun
masih terdapat yang seperti ini, ini dapat disebabkan dengan beberapa hal:
▪ Sebagian besar madrasah masih memberikan UMR guru yang rendah
▪ Sebagian guru masih enggan memperluas dan meningkatkan kemampuan diri
menjadi lebih baik lagi
▪ Kebutuhan di luar madrasah yang semakin bertambah dan ekonomi yang
rendah menyebabkan guru masih bersikap kurang adil. Hal ini seperti cermin
begitu, apa yang guru peroleh akan guru terapkan. Seperti itu.

3 Siswa berasal Kajian Literatur :


dari keluarga 1. Penyebab yang timbul keluarga broken home : Berdasarkan hasil kajian literatur masalah dan kegiatan
broken home • Penyebab fisik, yaitu kondisi yang bersifat fisik yang menyebabkan broken home wawancara yang telah dilakukan, maka dapat
seperti perceraian (divorce), kematian (death), desertion dan separatio disimpulkan terkait lemahnya hubungan guru dengan
• Penyebab psikologis, yaitu broken home yang disebabkan karena perbuatan, siswa karena dapat disebabkan dengan adanya kondisi
perbedaan pendapat, perbedaan sifat kesenangan, cemburu, tidak saling mencinta, keluarga yang broken home antara lain :
dan lain-lain yang menyebabkan terjadinya. 1. Siswa yang tumbuh di lingkungan keluarga
• Penyebab ekonomi, yaitu keadaan ekonomi yang jelek, penghasilan yang tidak broken home cenderung kurang mendapat
sesuai dengan keluarga antara kebutuhan dan pengeluaran, hal ini sehingga dengan perhatian dan sokongan keluarga dalam
mudah menimbulkan dampak psikolgis bagi keluarga. Pendidikan. Hal ini yang menyebabkan guru
• Penyebab sosial, hal ini secara tidak langsung tidak berpengaruh, tetapi sangat kesulitan akses untuk menjalin hubungan
memungkinkan terjadinya broken home misalnya: masyarakat penjudi dan dengan siswa.
peminum. 2. Siswa yang tumbuh dari keluarga broken home,
• Penyebab ideologis, yakni perbedaan paham, sikap dan pandangan, perbedaan akan cenderung memiliki minat belajar, motivasi
agama antara suami dan istri. dan prestasi belajar yang menurun.
• Kedua orang tua sibuk mencari nafkah, berkarir, perselingkuhan, dan kurang 3. Siswa yang tumbuh dari keluarga broken home,
komunikasi antara suami istri. akan cenderung memiliki sifat pemalu, tertutup
dan penyendiri. Hal ini yang menyebabkan guru
akan lebih membutuhkan effort lebih untuk
2. Dampak Negatif Keluarga Broken Home pada Psikologis Anak :
menjalin hubungan dengan siswa
• Perasan malu
• Kurangnya percaya diri
• Depresi
• Sulit fokus dalam belajar
• Suka marah
• Suka bersifat jahat /anarkis terhadap teman
#Dampak Psikologis#Kesehatan Mental#Mental Anak#Perceraian#Psikologis Anak

3. Menurut Dalyono (2001) mengemukakan minat belajar adalah satu aspek psikis yang
timbul karena adanya daya tarik luar dari individu dan juga daya tarik dalam individu
dan besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Perbedaan remaja yang
tinggal dalam keluarga utuh dan broken home adalah:
1. Terdapat perbedaan minat belajar antara siswa yang berasal dari keluarga
broken home dengan minat belajar remaja dari keluarga utuh.
2. Minat belajar siswa dari keluarga broken home lebih rendah daripada minat
belajar siswa dari keluarga utuh.
3. Keadaan keluarga broken home memberi pengaruh yang cukup signifikan
terhadap minat belajar siswa.
ampak kondisi keluarga broken home pada motivasi belajar anak mempunyai
dampak yang negatif,
seperti halnya dampak yang telah dialami oleh subjek S dan subjek Y. Kurangnya
perhatian dan dukungan dari
orang tua serta kondisi anak yang tidak memiliki motivasi belajar berdampak pada
menurunnya motivasi
belajar anak, ini ditandain dengan anak yang malas belajar sehingga mengakibatkan
nilai atau prestasi
belajarnya menurun. Tetap
ampak kondisi keluarga broken home pada motivasi belajar anak mempunyai
dampak yang negatif,
seperti halnya dampak yang telah dialami oleh subjek S dan subjek Y. Kurangnya
perhatian dan dukungan dari
orang tua serta kondisi anak yang tidak memiliki motivasi belajar berdampak pada
menurunnya motivasi
belajar anak, ini ditandain dengan anak yang malas belajar sehingga mengakibatkan
nilai atau prestasi
belajarnya menurun. Tetap
4. Jurnal Educatio ISSN: 2459-9522 (Print), 2548-6756 (Online) Vol. 9, No. 2, 2023, pp.
1153-1159
5. Keluarga broken home adalah kondisi ketidakutuhan dalam keluarga yang diakibatkan
oleh perceraian, kematian antara suami dan istri atau suami istri yang sudah tidak
memperlihatkan hubungan kasih sayang lagi (Gintulangi et al, 2017).
6. Broken home merupakan kondisi keluarga yang tidak lagi harmonis dan tidak berjalan
layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera (Najmudin, 2021)
7. Menurut Irza, dkk (2022:10899) Siswa yang tumbuh di lingkungan keluarga broken
home cenderung kurang mendapat perhatian dan sokongan keluarga dalam
pendidikan, sehingga anak-anak kurang termotivasi dalam belajar hal ini ditunjukkan
dengan tidak mengerjakan PR, terlambat sekolah dan absensi yang tidak hadir tanpa
keterangan jelas
8. Menurut Merlin, dkk (2021:7) mengatakan bahwa faktor menyebab yang
mempengaruhi rendahnya minat belajar siswa broken home ialah faktor keluarga
dampak yang ditimbulkan adalah prestasi akademik menurun, sulit memahami ilmu
pengetahuan, serta lalai terhadap tugas yang diberikan
9. Penelitian yang dilakukan Idriani et al (2018) yang menyimpulkan bahwa dampak
perceraian orang tua terhadap motivasi belajar anak adalah yang pertama memiliki
motivasi belajar rendah, kedua adalah konsentrasi belajar terganggu, suasana rumah
yang selalu ribut, pertentangan dan perceraian akan mengakibatkan terganggunya
ketenangan dan konsentrasi belajar anak sehingga anak tidak bisa belajar dengan
baik, yang terakhir adalah anak kurang disiplin orang tua memiliki pengaruh dalam
kedisiplinan anak di sekolah.

Wawancara tentang karakter siswa dari keluarga brokenhome


1. Dengan guru BP ( Pak Heri )
T ; Pak, apakah di sekolah ini ada siswa yang berasal dari keluarga
Brokenhome ?
J : ada, .. ada beberapa siswa yang berasal dari keluarga brokenhome

T ; Apakah ada perbedaan karakter, sifat antara siswa yang beraasal dari
keluarga brokenhome dengan siswa dari keluarga yang Utuh,,
J ; ada, diantaranya siswa yang berasal dari keluarga brokenhome sering
mencari perhatiaan dengan cara menampakan sedikit sifat kenakalan
remajanya misalnya suka menjaili teman, ada juga yang mempunyai sifat
emosi yg lebih tinggi dari siswa lainnya ada juga yang cendrung pendiam
dan kurang percaya diri

T ; saat proses pembelajaran di kelas adakah ada perbedaan antara siswa


yang berasal dari broken home dengan yg bukan dari keluarga
brokenhome ?
J : diantara siswa yg berasal dari keluarga brokenhome ada yg masih tetap
mempunyai semangat belajar, biasanya siswa yg seperti ini walau dari
keluarga brokenhome tapi keluarga besar seperti paman, wawak , kakek
biasa masi memberikan semangat dan motivasi sehingga siswa yg seperti
ini masih mempunyai semangat belajar,,
Akan tetapi jika keluarga besar dari siswa yang berasal dari broken home
tidak memberikan perhatian dan motivasi, siswa ini kurang semangat
dalam belajar, siswa seperti ini cendrung agak pemalas sehingga nilai
akademiknya rendah.

T ; bagaimana cara bapak mengatasi siswa yang berasal dari keluarga


brokenhome jika sering melanggar peraturan sekolah
J ; dengan cara pelakukan pendekatan secara persuasif, bicara masala
pribadi dari hati ke hati, sehingga dia memberikan informasi tentang
keluarganya. dari cerita ini saya tau kalau ternyata siswa ini berasal dari
keluarga brokenhome, setelah mengetauhui,,maka saya akan memberikan
perhatian kepada siswa tersebut.

2. Wawan cara dengan Kepala Sekola


Mengenai danfak negatik siswa dari keluarga brokenhome terhadap hasil
belajar
Diantara siswa yang ada sekolah , diantar nya ada yang berasal dari
keluarga brokenhome .dari hasil wawancara diperoleh informasi sebagai
berikut..
a. Siswa dari keluarga brokenhome cendrung kurang percayadiri,
pendiam dan ada yang bersifat sering cari perhatian
b. Saat kegiatan belajar mengajar, siswa tersebut terlihat kurang
fokus dalam belajar dan terkadang tidak mengumpulkan tugas
c. Dilihat dari nilai akademik, nilai anak yang berasal dari keluarga
brokenhome terlihat sedikit menuru,
d. Kepala sekolah mengetaui kalau siswa tersebut dari keluarga
brokenhome melalu pendekatan yang di lakukan kepala sekolah
dengan siswa tersebut
Sebagai kepala sekolah, tindakan yang sering dilakukan ialah
dengan melakukan pendekatan secara khusus, memberi perhatian
dan memberika motivasi kepada siswa
Dengan Tim Pakar
Dosen:
Sudah menjadi hal yang sangat riskan terkait kondisi anak yang berasal dari keadaan broken
home. Karena hal ini akan sangat menyebabkan sulitnya menjalin hubungan anatar guru
dengan orang tuanya.
Karena broken home, akhirnya hubungan orang tua dengan guru di madrasah seperti
memiliki jarak dan jembatan. Guru harus mendiskusikan hasil perkembangan anak di
madrasah kepada wali anak. Dan tidak semua wali anak akan bersikap terbuka kepada guru,
ada juga wali anak yang akan bersikap acuh dan simple mengatakan, kami hanya wali bukan
orang tua anak. Tentu hal ini juga kan menyebabkan sulitnya penyampaian informasi antara
pihak madrasah dengan orang tua siswa.

4 Komunikasi 1. Kajian Literatur : Berdasarkan hasil ekploras kajian literatur dan


yang kurang • Menurut Anis Pusitaningtyas (2016) mendeskripsikan komunikasi dengan wawancara yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan
efektif antara orang tua merupakan salah satu dari enam bentuk keterlibatan orang tua bahwa penyebab kurang efektifnya komunikasi antara
guru dan guna menjalin kerjasama yang kuat antara guru dan orang tua. guru dan orangtua adalah :
orangtua. Menumbuhkan hubungan guru dan orang tua merupakan hal yang 1. Alat komunikasi orangtua yang kurang memadai
dianggap penting dalam pengembangan sekolah sebagai komunitas 2. Penyampaian informasi dari guru ke orang tua
belajar. Komunikasi antara sekolah dan keluarga sangat diperlukan
atau pun sebaliknya kurang jelas
sehingga dapat memicu keterlibatan orang tua dalam proses
pembelajaran. 3. Guru dan orangtua seringkali sibuk dengan
• Menurut LoizosSymeou; Eleni Roussounidou; and Michalis (2021) tanggung jawab mereka masing-masing
mengutip tulisan Pang and Watkins yang menyatakan bahwa komunikasi 4. Guru dan orangtua memiliki kesalahpahaman
antara orang tua dan guru biasanya berupa pertukaran informasi dan ide satu sama lain.
tentang pengembangan dan perkembangan anak di sekolah dan di 5. Sistem administrasi madrasah yang masih
rumah. Orang tua memperoleh informasi tentang hal-hal yang dilakukan kurang rapi, sehingga ketika guru membutuhkan
dan diperoleh anaknya, sementara guru memperoleh data tentang kontak orang tua siswa berdasarkan administrasi
aktivitas siswanya saat bermain dan belajar di rumah. siswa di awal menjadi sulit,
• Hasil penelitian Dixon(1992), Eccles & Harold (1993), Henderson & Bella
(1994), dan Jeynes ( 2007) yang menunjukkan bahwa ketika orang tua
6. Tidak semua orang tua terjangkau jaringan
dan guru memiliki hubungan/kerjasama yang baik, maka prestasi internet yang baik
akademik dan sosial anak akan meningkat. 7. Siswa yang tinggalnya jauh dari orang tua.

Hasil wawancara:
1. Dengan Kepala Madrasah:
• Terbatasnya alat komunikasi : Terkadang orangtua siswa tidak memiliki
alat komunikasi, sehingga sulit untuk dihubungi pihak madrasah. Bahkan
terkadang orangtua siswa memiliki alat komunikasi tetapi jaringan
komunikasi yang kurang memadai.
• Kurangnya Informasi yang Jelas: Terkadang, guru mungkin tidak
menyediakan informasi yang cukup konkret atau jelas tentang
perkembangan anak kepada orangtua, atau sebaliknya. Hal ini dapat
menyebabkan ketidakpastian dan kebingungan.

2. Dengan guru :
• Kurangnya Waktu: Kedua pihak seringkali sibuk dengan tanggung jawab
mereka masing-masing, sehingga sulit untuk menemukan waktu yang cocok
untuk berkomunikasi. Guru memiliki banyak siswa untuk diurus, sedangkan
orangtua mungkin memiliki pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga.
• Kesalahpahaman :
Terkadang, guru dan orangtua dapat memiliki kesalahpahaman tentang satu
sama lain. Guru mungkin memiliki persepsi negatif tentang orangtua yang
tidak terlibat, sementara orangtua mungkin merasa guru tidak memahami
anak mereka sepenuhnya
Dengan Tim Pakar
Dosen:
Menjalin hubungan antara guru dan orang tua merupakan hal yang cukup baik dilakukan
di kalangan pendidikan saat ini. Apalagi pada zaman peradapan 21 saat ini, akses
komunikasi semakin mudah. Namun jika pun masih terdapat kendala, maka hal ini tentu
perlu ditelusuri lagi penyebab masalahnya. Bisa saja dikarenakan sibuknya orang tua siswa
atau guru yang kurang memiliki waktu lebih untuk bisa intens berkomunikasi terkait
perkembangan anak di madrasah.

Guru Senior:
Komunikasi yang kurang efektif antara guru dengan orang tua di madrasah dapat
disebabkan adanya beberapa hal, antara lain:
▪ Sistem administrasi madrasah yang masih kurang rapi, sehingga ketika guru
membutuhkan kontak orang tua siswa berdasarkan administrasi siswa di awal
menjadi sulit,
▪ Tidak semua orang tua terjangkau alat komunikasi yang memadai dan jaringan
internet yang baik
▪ Siswa yang tinggalnya jauh dari orang tua

5 Orangtua tidak peduli Kajian literatur: Setelah dilakukan analisis terhadap kajian literatur dan
dengan perkembangan 1. Kurniawati Syahrani, Yohanes Bahari, Rustiyarso Program Studi Pendidikan Sosiologi hasil wawancara, serta dikonfirmasi melalui observasi
siswa di madrasah FKIP UNTAN Pontianak pada file:///C:/Users/User/Downloads/11421-36046-1- bahwa penyebab Orang tua tidak peduli dengan
PB%20(1).pdf perkembangan anak adalah :
Para orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anak bisa dilihat dari 1. Orang tua yang memiliki berbagai kesibukan
keseharian yang sibuk bekerja, tidak banyak meluangkan waktu untuk anaknya, sehingga tidak punya banyak waktu di rumah.
jarang mengingatkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah, jarang menyuruh 2. Orang tua yang menyerahkan sepenuhnya
belajar, dan tidak mau tahu tentang kemajuan belajar anak disekolah pendidikan anaknya di madrasah.
2. Fahriati1,2 , Syuraini1 1 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan 3. Tidak menyadari bahwa bahwa orang tua adalah
Universitas Negeri Padang 2 fahriati14@gmail.com pada agen pertama dan utama bagi perkembangan
file:///C:/Users/User/Downloads/100600-24547-3-PB%20(1).pdf dan pengetahuan anak.
4. Sistem ekonomi yang lemah, menyebabkan
Temuan penelitian menunjukkan bahwa gambaran kepedulian yang diberikan orang orang tua terbebani dengan tuntutan hidup
tua terhadap anak berada pada kategori rendah, hal ini ditandai dengan banyaknya yang sulit
responden yang menjawab jarang. Dapat dideskripsikan bahwa sebagian besar 5. Banyak anak yang akan menyebabkan orang tua
orang tua masih kurang peduli kepada anak pada saat di rumah, baik itu dalam merasa jenuh dan lelah jika harus terlibat
membimbing anak dalam belajar, mengawasi anak serta memberi memberi arahan langsung dengan komunikasi guru terkait
kepada anak, hanya beberapa orang tua saja yang sering peduli kepada anak saat di perkembangan anak di madrasah.
rumah. 6. Kurangnya pengetahuan orang tua terkait
pendidikan, sehingga akan menyebabkan orang
Hasil wawancara tua enggan dan acuh jika harus berurusan
1. Kepala Madrasah dengan dunia pendidikan anak di madrasah
a. Orang tua tidak mempunyai pandangan bahwa keluarga merupakan sumber apalagi berkomunikasi secara langsung kepada
pendidikan yang paling utama bagi anak-anak. Orang tua adalah guru pertama guru terkait hal ini.
dalam pendidikan, mereka jugalah yang memberikan pengaruh paling lama
terhadap perkembangan kepribadian anak.
b. Ketika waktu dan energi orang tua lebih banyak dihabiskan untuk yang lain
ketimbang untuk anaknya, perkembangan anak akan menurun tajam.
2. Teman Sejawat
a. Orang tua yang memiliki tingkat ekonomi masih rendah sering disibukkan dengan
pekerjaan sehari-hari yang menyebabkan mereka cenderung tidak peduli dalam
perkembangan anaknya di madrasah.
b. Menganggap madrasah dengan sejumlah guru-gurunya sebagai orang mumpuni
yang memiliki kemampuan segalanya untuk mengatasi segala permasalahan yang
terjadi di madrasah

Dengan Tim Pakar


Dosen:
Orang tua tidak peduli dengan perkembangan anak menjadi faktor terbesar akhirnya guru
sulit menjalin hubungan dengan orang tua siswa.
Jika sudah ada kepedulian orang tua terhadap anak, maka mau bagaimana pun intensnya
guru mengomunikasikan perkembangan anak di madrasah, maka ini akan tetap bersikap
acuh.
Penyebab kurangnya rasa kepedulian orang tua pada anak di madrasah dapat disebabkan
dengan ebebrapa hal:
▪ Sistem ekonomi yang lemah, menyebabkan orang tua terbebani dengan tuntutan
hidup yang sulit
▪ Banyak anak yang akan menyebabkan orang tua merasa jenuh dan lelah jika harus
terlibat langsung dengan komunikasi guru terkait perkembangan anak di
madrasah.
▪ Kurangnya pengetahuan orang tua terkait pendidikan, sehingga akan
menyebabkan orang tua enggan dan acuh jika harus berurusan dengan dunia
pendidikan anak di madrasah apalagi berkomunikasi secara langsung kepada guru
terkait hal ini.
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Kelompok 4

Masalah yang
Analisis eksplorasi penyebab
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
masalah
diidentifikasi
1 Guru 1. Uda Awak dalam (11, 2015) ❖ Metode konvensional lebih
menggunakan https://www.matrapendidikan.com/2015/11/mengajar-dengan-metode-konvensional.html/ mudah dan nyaman untuk
model Ada beberapa alasan tertentu sehingga mengharuskan guru untuk menerapkan metode mengajar yang diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran sederhana, bersifat konvensional. Di antaranya: proses pembelajaran
yang kurang a. Sarana dan prasarana pembelajaran masih terbatas. matematika
inovatif. b. Metode konvensional mudah diterapkan dalam mengajar. ❖ Ada beberapa guru yang belum
c. Metode sederhana tidak memerlukan prosedur dan langkah yang ribet. mengetahui model-model
d. Disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran dan karakter peserta didik. pembelajaran inovatif
❖ Sarana dan prasarana
2. Abdul Latip (12, 2018) dalam pembelajaran masih terbatas
https://www.kompasiana.com/altip/5c0db2cbab12ae71c8361e04/saatnya-tinggalkan-metode-pembelajaran- untuk menerapkan
konvensional?page=3&page_images=1/ pembelajaran inovatif
Faktor yang pada akhirnya "memaksa" guru untuk menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam ❖ Guru memerlukan alokasi waktu
setiap pembelajaran antara lain: yang lebih panjang jika
a. Tuntutan sistem, maksud dari tuntutan sistem dalam hal ini berkaitan dengan target dan capaian menggunakan pembelajaran
kurikulum yang harus diselesaikan. Dengan struktur kurikulum yang cukup gemuk, para guru dituntut inovatif dibandigkan dengan
untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan waktu yang terbatas. metode pembelajaran
b. Kebiasaan, sebagian guru tidak terbiasa dengan metode pembelajaran kekinian yang mungkin secara konvensional
sintaks (tahapan pembelajaran) memiliki berbagai kekhasan dan ketentuan. Hal tersebut membuat ❖ Siswa lebih memilih untuk
sebagian guru merasa ribet ketika menerapkan metode pembelajaran kekinian. mendengarkan langsung
penjelasan dari guru
3. Kelemahan pembelajaran inovatif sebagai berikut : – Siswa yang kurang aktif dalam proses belajar akan dibandingkan mereka harus
semakin tertinggal Siswa yang kurang mempunyai semangat dalam belajar dan memiliki kemampuan lemah mencari sendiri solusi dari
maka akan sulit mengikuti pelajaran. Mereka akan pasif dalam menerima pelajaran disbanding siswa yang materi pelajarannya
aktif. – Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang lain
Pembelajaran inovatif harus dilakukan secara intensif, dengan menerapkan banyak
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/01/17/konsep-dasar-metode-pembelajaran-inovatif/

Hasil Wawancara:

Kepala Madrasah :
1. Masih ada beberapa guru yang belum memahami mengenai model pembelajaran inovatif. Di RPP guru sudah
membuat strategi pembelajaran inovatif tetapi dalam penerapan di kelas tidak terlaksana sesuai RPP.
2. Guru merasa nyaman mengajar secara konvensional
3. Keterbatasan sarana dan prasarana di madrasah yang menjadi penyebab guru masih menggunakan model
pembelajaran yang kurang inovatif

Rekan Sejawat :
1. Kurangnya pemahaman guru tentang model pembelajaran inovatif
2. Guru merasa nyaman mengajar secara konvensional
3. Pemahaman guru bahwa siswa lebih ingin mendengarkan penjelasan dari guru
4. Banyaknya tugas tambahan sehingga tidak ada waktu untuk menyiapkan pembelajaran dengan model-model
pembelajaran inovatif

Siswa :
1. Siswa lebih suka mendengar langsung penjelasan guru dibanding mencari sendiri materi pelajaran

Pakar (dosen):
1. Masih ada beberapa guru yang masih menggunakan metode konvensional khususnya guru senior
2. Tidak ada minat untuk mengubah pola mengajar di kelas, seolah-olah hanya menyelesaikan tugas saja
4. Keterbatasan sarana dan prasarana di madrasah yang menjadi penyebab guru masih menggunakan model
pembelajaran yang kurang inovatif
5. Sebagian guru tidak merasa bertanggung jawab terhadap perkembangan ilmu siswa
6. Terkadang guru sudah menerapkan pembelajaran inovatif tapi siswa tidak dapat merespon karena
kemampuan dasarnya sangat rendah

2 Guru kurang 1. Dengan demikian, guru juga harus senantiasa meningkatkan keahliannya dan senantiasa mengikuti ❖ Guru enggan mengikuti
termotivasi untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu menghadapi berbagai tantangan. (Evi pelatihan secara offline karena
mengembangkan Isna Yunita, 2019) biasanya lokasinya jauh dari
diri melalui https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJEE/article/view/19407 madrasah jadi meskipun kepala
kegiatan madrasah memberikan izin
pelatihan 2. Beberapa masalah yang dihadapi oleh MGMP disajikan berikut ini. untuk mengikuti kegiatan
mengenai model- a. Program MGMP terlalu umum dan program tersebut dilaksanakan oleh anggota, baik di perkotaan pelatihan, tetapi guru
model maupun pedesaan. Misalnya, MGMP hanya membahas indikator tes tetapi tidak membicarakan menganggap daripada
pembelajaran persoalan yang dihadapi oleh guru sebagai anggota MGMP itu sendiri dalam kegiatan belajar mengikuti kegiatan pelatihan
inovatif. mengajarnya. lebih baik untuk istirahat.
b. Partisipasi anggota MGMP kurang maksimal karena tidak semua anggota MGMP mengikuti kegiatan ❖ Pelatihan online terkendala
MGM. Hal itu karena sekolah hanya mengirim perwakilan saja disebabkan oleh kurangnya biaya. jaringan (kebanyakan pelatihan
c. Jarak antara sekolah dan kegiatan MGMP jauh terutama guru yang mengajar di daerah pedesaan. online materinya malam saat
d. Motivasi guru juga kurang walaupun kepala sekolah memberikan izin untuk mengikuti kegiatan MGMP guru sudah berada di rumah,
karena guru menganggap daripada mengikuti kegiatan MGMP lebih baik untuk istirahat. dengan kondisi di rumah
e. Kegiatan MGMP di daerah kadang-kadang bersamaan dengan kegiatan mengajar. Hal tersebut jaringan internet susah)
menyebabkan tujuan MGMP untuk meningkatkan proses pembelajaran malah sebaliknya lebih buruk ❖ Ada beberapa guru yang kurang
karena guru meninggalkan jam mengajar. memahami IT sehingga enggan
https://pskp.kemdikbud.go.id/assets_front/images/produk/1- mengikuti pelatihan mengenai
gtk/buku/1629816100_Puslitjak_36_Peran_MGMP_dalam_Meningkatkan_Mutu_Pembelajaran_di_SMA.pdf pembelajaran inovatif

3. Amalia & Mila (2016). Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer. Fakultas Teknologi Informasi. Universitas
kristen Satya Wacana. https://123dok.com/document/z1d0jn3z-institutional-repository-christian-university-
analisis-hambatan-pengintegrasian-teknologi.html
Faktor penyebab guru belum maksimal dalam memanfaatkan IT dalam kegiatan PBM adalah:
a. fasilitas pribadi guru, kemampuan guru menggunakan teknologi, umur, dan waktu.
b. Hambatan dari diri guru sendiri yaitu kemauan guru untuk mempelajari teknologi dan memotivasi diri
sendiri untuk mencoba dan belajar suatu teknologi, sehingga kemampuan guru yang rendah dalam
menggunakan teknologi dapat teratasi,

Hasil Wawancara:

Kepala Madrasah :
1. Biasanya jika ada pelatihan offline, peserta yang bisa ikut dibatasi jumlahnya, madrasah hanya diberi kuota
1 atau 2 guru yang mewakili untuk ikut pelatihan
2. Pelatihan online terkendala waktu dan jaringan

Rekan Sejawat :
1. Pelatihan secara offline biasanya lokasinya jauh dari madrasah
2. Pelatihan online terkendala jaringan (kebanyakan pelatihan online materinya malam saat guru sudah berada
di rumah, dengan kondisi di rumah jaringan internet susah).
3. Motivasi guru kurang walaupun kepala madrasah memberikan izin untuk mengikuti kegiatan pelatihan karena
guru menganggap daripada mengikuti kegiatan pelatihan lebih baik untuk istirahat.
4. Jika ada kegiatan MGMP, kadang-kadang jadwalnya bersamaan dengan kegiatan mengajar. Hal tersebut
menyebabkan tujuan MGMP untuk meningkatkan proses pembelajaran malah sebaliknya lebih buruk karena
guru meninggalkan jam mengajar.

Pakar (Dosen) :
1. Kurangnya minat akibat tidak adanya dukungan dari pihak madrasah
2. Kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh guru
3. Terkadang ada guru yang berkeinginan untuk mengikuti pelatihan tetapi tidak tersentuh informasi dari satuan
kerja
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Kelompok 5

Masalah yang telah


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Kurangnya Kajian Literatur :
pembelajaran yang 1. Ernawati (2021) Kemampuan berpikir logis atau penalaran masuk dalam Dari kajian literatur dan hasil wawancara yang telah
berorientasi HOTS. ranah keterampilan berpikir tingkat tinggi atau lebih di kenal dengan istilah dilakukan terhadap rekan sejawat dan pakar ahli,
HOTS (Higher Order Thinking Skills). Kemampuan Berpikir adalah kecakapan dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan
untuk menggunakan pikiran dalam rangka mencari pemahaman dan Kurangnya pembelajaran yang berorientasi HOTS
makna dari sesuatu adalah :
2. Prasetyani (2019) Siswa tidak siap mengikuti proses pembelajaran Sikap 1. Guru terbiasa menggunakan pembelajaran
inisiatif siswa yang rendah dalam pembelajaran kurang gigih saat konvensional
menyelesaikan suatu masalah, bermain-main dalam proses pembelajaran 2. Guru belum membiasakan peserta didik untuk
dan mengobrol sesuatu yang tidak termasuk dalam bagian pembelajaran berpikir tingkat tinggi
sesama teman. 3. Pemahaman guru akan pembelajaran HOTS
3. Priambodo, ( 2020 ) Pada prinsipnya berpikir tingkat tinggi adalah cara berpikir masih minim
logis, atau proses penalaran dalam menyelesaikan sebuah masalah atau
soal. Perlu diingat bahwa soal yang sulit bukan soal yang HOTS. Atau soal Lebih lanjut setelah dilakukan analisis terhadap
HOTS tidak selalu sulit. pembelajaran berbasis HOTS belum dapat diterapkan
4. Rahayu (2017) Keterampilan berpikir siswa dalam kategori rendah, kepada siswa disebabkan oleh:
dipengaruhi oleh budaya literasi yang dilakukan oleh siswa 1. Kurangnya pembinaan (pelatihan) terhadap guru
dalam pengembangan sistem pembelajaran HOTS.
Hasil Wawancara : 2. Kemampuan dalam berfikir siswa masih cukup
rendah terkait permasalahan yang terjadi sehingga
• Siswa kurang memahami matematika dasar sulit menganalisis soal HOTS.
• Guru yang masih menerapkan pembelajaran yang belum berbasis HOTS, 3. Kemampuan guru dalam menyusun soal HOTS
cenderung memberikan soal- soal ulangan harian, MID dan Akhir masih rendah dalam memahami dan menerapkan
semester dengan soal LOTS (kemungkinan untuk mengurangi nilai rendah kriteria-kriteria HOTS dalam menyusun instrumen
dari siswa soal.
• Kemampuan dasar siswa untuk level LOTS pun masih mengalami
kesulitan
• Guru kurang termotivasi untuk belajar atau meningkatkan
kemampuannya untuk mendalami pembelajaran HOTS.
• Guru kurang membiasakan siswa berpikir tingkat tinggi
• Kurang mampu menganalisa soal.
• Siswa kesulitan menyelesaikan soal-soal hots karena siswa hanya terbiasa
menyelesaikan soal-soal rutin.
2 Siswa kesulitan dalam Kajian Literatur: Dari kajian literatur dan hasil wawancara yang telah
memahami masalah dilakukan terhadap rekan sejawat dan pakar ahli,
matematika (soal cerita) dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan
Nugraha, M. R., & Basuki, B. (2021). Kesulitan Kemampuan Pemecahan siswa kesulitan dalam memahami masalah
Masalah Matematis Siswa SMP di Desa Mulyasari pada Materi Statistika. matematika (soal cerita) yaitu :
Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika, 1 (2), 235-248. 1. Kurangnya pembiasaan siswa untuk berliterasi
https://journal.institutpendidikan.ac.id/index.php/plusminus/article/view/pv1n2_04 sejak dini, sehingga pada saat siswa
Berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi kesulitan kemampuan dihadapkan dengan soal cerita, dia susah
pemecahan masalah matematis siswa, antara lain: (a). kurangnya keterampilan memahami soal dan memaknai tujuan soal.
dalam merencanakan penyelesaian (b). siswa tidak melakukan pemeriksaan 2. Stimulus yang dimunculkan dalam soal terlalu
kembali (c). hilangnya motivasi belajar (d). tidak percaya diri (e). penerapan model panjang dan dengan bahasa yang berbelit-belit
pembelajaran yang kurang tepat. juga dapat mempengaruhi kesulitan siswa dalam
memahami soal cerita.
Novferma, N. (2016). Analisis kesulitan dan self-efficacy siswa SMP dalam 3. Siswa kurang percaya diri dan mudah menyerah
pemecahan masalah matematika berbentuk soal cerita setiap kali menjumpai soal bentuk cerita. Mereka
https://journal.uny.ac.id/index.php/jrpm/article/view/10403 mengatakan ” Difficulty beranggapan soal cerita merupakan soal HOTS
factors that grade VIII students experiencein solving story form mathematical (Highorder Thingking Skill), padahal tidak semua
problems include: students feelthat the time given is not enough, easily give up, are soal cerita masuk pada kategori soal HOTS Siswa
not meticulousenough, oftenly forget, and are anxious and impatient while solving pada dasarnya kurang memahami konsep dasar
the problems”. Dari paparan ini dia berpendapat bahwa faktor kesulitan matematika, sehingga untuk masalah konseptual
yang dialami siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dalam bentuk saja siswa sudah kesulitan apalagi dimunculkan
soal cerita adalah sebagai berikut : (a). siswa merasa waktu yang diberikan tidak soal cerita, maka siswa merasa lebih kesulitan
cukup (b). mudah menyerah (c). kurang teliti (d). sering lupa (e). merasa cemas (f). lagi.
siswa tergesa-gesa untuk mengerjakan soal. 4. Siswa kurang terampil dalam merencanakan
penyelesaian soal cerita. Biasanya mereka susah
Hasil Wawancara : merubah soal cerita menjadi pemodelan
matematika, sehingga pemahaman menjadi salah
• Siswa kurang dibiasakan untuk berliterasi
• Siswa susah memahami soal sehingga kesulitan merubah soal cerita
menjadi model matematika .
• Siswa merasa sangat minimnya latihan soal yang diberikan oleh guru
• Siswa pada dasarnya kurang memahami konsep dasar matematika,
sehingga untuk masalah konseptual saja dia sudah kesulitan apalagi
soal cerita, maka dia merasa lebih kesulitan lagi.
• Siswa kurang terampil dalam merencanakan penyelesaian soal cerita.
Biasanya mereka susah merubah soal cerita menjadi pemodelan
matematika
3 Siswa kadang Menurut Amintoko (Diana, 2020) Rendahnya kemampuan pemahaman konsep Berdasarkan identifikasi masalah, kajian literatur dan
mengalami matematis siswa, bisa disebabkan oleh beberapa faktor, baik itu faktor eksternal hasil wawancara, di tentukan penyebab masalah sebagai
miskonsepsi di guru maupun faktor internal siswa. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa, berikut :
beberapa materi seperti metode atau strategi pembelajran. Sementara itu faktor internal yang berasal 1. Siswa cenderung menghafal rumus bukan
pelajaran matematika. dari diri dalam siswa, seperti emosi dan sikap terhadap matematika. memahami konsep
(Sehingga masih ada 2. Metode pembelajaran kurang tepat
peserta didik yang
belum memahami Menurut Luritawaty (2018), Penyebab rendahnya tingkat pemahaman konsep 3. Peserta didik kurang berminat dan lebih suka cara
konsep matematika siswa, antara lain : (1) siswa cenderung menghafal konsep sehingga menyebabkan instan dalam menyelesaikan soal.
dengan baik) siswa mudah lupa terhadap materi yang dipelajarinya; (2) siswa tidak terbiasa
dengan soal-soal non rutin, siswa lebih tertarik menyelesaikan soal yang seperti di
contoh saja.

Hasil Wawancara :

• Siswa mengalami miskonsepsi karena kemampuan dasar matematika siswa


rendah
• Siswa mengalami miskonsepsi karena siswa tidak menguasai konsep dasar
matematika seperti operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian sehingga siswa kesulitan ketika menyelesaikan materi-materi
matematika yang berkaitan dengan konsep dasar tersebut
• karena pemahaman konsep nya msh kurang , sehingga guru masih harus
mengulang kembali pelajaran di sd dan smp , dan literasi numerasinya masih
kurang karena tidak terbiasa dengan soal-soal yang berkaitan dengan analisis

WAWANCARA DENGAN PAKAR


Dari Pak Abdullahi :

Assalamualaikum wr wb. bisa bantu saya untuk berbagi atau menjelaskan tentang permasalahan-permasalahan di bawah ini :
1. Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal berbasis HOTS
2. Siswa kesulitan dalam memahami masalah matematika (soal cerita)
3. Siswa kadang mengalami miskonsepsi di beberapa materi pelajaran matematika.

Wawancara pakar (Dr. Shahibul Ahyan, M. Pd (Dosen Prodi Pendidikan Matematika, Kaprodi prodi S1 Pendidikan IPA Universitas Hamzanwadi Selong, Editor in chief jurnal
elemen (sinta 2)))
1. Soal-soal yang biasa diberikan guru dan yang ada di buku teks biasanya berupa soal-soal Lower Order Thinking (LOT), hanya membutuhkan hafalan dan ingatan belum
sampai ke analysis dan membuat (creating). Masih level rendah pada taksonomi Bloom, seharusnya soal-soalnya mulai dari level rendah sampai level tertinggi untuk menggali
kognitif siswa.
2. Soal-soal yg sering diberikan oleh guru biasanya berupa soal-soal yang abstrak, yang jauh dari konteks kehidupan siswa. Kalaupun diberikan soal cerita namun kadang kurang
match dengan kondisi real siswa dan cenderung konteksnya dipaksakan.
3. Pemahaman konsep dasar matematis belum terinternalisasi pada diri siswa, mereka cenderung mengingat dan menghafal serta mengikuti prosedur yang ada. Guru juga
cenderung membelajarkan matematika untuk menghafalkan rumus, bukan mengkonstruk pemahaman terkait rumus tsb.
Dari Bu Indriyana :
Wawancara dengan (Dr. Muh Anwar, S.Pd, M.Pd (WI Kemenag Sulut)
Mengenai siswa kesulitan soal HOTS
• Karena konsep dasar belum d pahami dan peserta didik blm mendapatkan pembelajaran sesuai dengan gaya belajar yg di miliki anak
• stimulasi soal tdk jelas yg d berikan ole guru
• Guru blm memberikan pembelajaran konsep dasarnya yang maksimal
2. Mengenai soal cerita
• karena faktor siswa kurang cermat membaca pokok masalahnya yg ada di soal cerita tersebu -Guru juga blm menyampaikan materi pokok sesuai materi esensial
3. Miskinsepsi
• saat guru memberikan materi tdk secar detail me jelaskan esensi materi itu sendiri, sehingga peserta didik bingungung menentukan konsep yg akan d d pahami

Dari Bu Rifqah :
Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal berbasis HOTS
a) Menurut pendapat bapak/ibu seberapa penting penerapan soal hots dalam pembelajaran?
Jawaban :
b) Menurut pendapat bapak/ibu apakah siswa kita di madrasah sudah mampu mengerjakan soal hots?
c) Menurut pendapat bapak/ibu apakah siswa kita di madrasah mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hots?
Jawaban : Melihat kondisi saat ini, siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal hots.
d) Menurut pendapat bapak/ibu bagaimana menghadapi siswa kita di madrasah yang kesulitan mengerjakan soal hots?
Jawaban : Upaya untuk menghadapi kesulitan siswa dalam mengerjakan soal hots yaitu perlu adanya rancangan guru mulai dari proses pembelajaran dan evaluasi. 1)Saat
proses pembelajaran berlangsung maka guru sebaiknya mendesain proses pembelajaran yg merangsang kemampuan tingkat tnggi siswa dan soal² yg dimunculkan dalam
proses pembelajaran sudah menggunakan soal² hots . 2) Untuk evaluasi juga diharapkan guru sudah menggunakan soal tes hots, sehingga siswa juga sudah terbiasa dalam
menganalisis soal level hots tsb.

Wawancara dengan guru inti kesulitan siswa dalam pembelajaran hots dikarenakan guru belum terbiasa untuk mengajar kan siswa dengan soal soal yg memerlukan analisis,
padahal sebenarnya soal hots itu tidak sulit. Andai dibiasakan setidak nya dari tingkat SMP maka siswa apalagi yang ditingkat SMA akan lebih mudah untuk memahami dan
mengerjakan soal hots. Sebenarnya karena belum dibiasakan saja, oleh karenanya guru ketika mengajar hendaknya ketika memberi soal latihan tidak apa apa sedikit berbeda
dari contoh soal yg sudah dibahas, asal masih sesuai dengan konsep dan materi yg diajarkan.

Dari Bu Riskah :

Berdasarkan hasil wawancara dengan pakar (Ibu Nishbah Fadhelina, M.Pd. dosen Universitas Samudra):
Permasalahan mengenai HOTS bisa disebabkan oleh berbagai faktor:
1. Guru yang tidak memiliki pelatihan yang memadai dalam merancang dan mengajar soal-soal HOTS mungkin merasa tidak yakin atau tidak siap untuk mengimplementasikannya
dalam pengajaran mereka.
2. Kurangnya sumber daya seperti buku teks yang sesuai, perangkat teknologi, atau bahan ajar yang mendukung HOTS dapat menjadi hambatan
3. Terdapat pemahaman yang beragam tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan HOTS, dan perbedaan pemahaman ini dapat menyulitkan implementasi yang konsisten
4. Siswa mungkin kurang termotivasi untuk terlibat dalam aktivitas HOTS jika mereka tidak melihat nilai atau relevansinya dalam kehidupan mereka
5. Pendekatan pengajaran yang lebih tradisional, yang didominasi oleh guru dan hafalan, tidak selalu mendorong HOTS. Pendekatan yang lebih kolaboratif dan berpusat pada
siswa sering dianggap lebih efektif

Permasalahan mengenai soal cerita bisa disebabkan oleh berbagai faktor:


1. Soal cerita seringkali memerlukan kemampuan membaca dan memahami teks dengan baik. Siswa yang memiliki keterbatasan dalam membaca atau pemahaman bahasa
mungkin mengalami kesulitan.
2. Soal cerita yang tidak relevan dengan pengalaman atau konteks siswa dapat mengurangi motivasi mereka untuk berpartisipasi dan memecahkan masalah dalam konteks
tersebut.
3. Soal cerita sering mengharuskan siswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan mencari solusi. Kurangnya keterampilan berpikir kritis bisa menjadi hambatan.
4. Soal cerita memerlukan latihan yang berkelanjutan. Kurangnya latihan atau eksposur siswa terhadap jenis soal ini bisa menjadi penyebab permasalahan.
5. Kesulitan dalam Memahami Instruksi: Instruksi dalam soal cerita harus jelas dan dapat dimengerti. Kesulitan dalam memahami instruksi dapat mengganggu kemampuan siswa
untuk menjawab soal cerita.
6. Soal cerita yang terlalu sulit atau terlalu mudah untuk tingkat perkembangan siswa dapat menyebabkan masalah. Soal harus sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Permasalahan mengenai miskonsepsi bisa disebabkan oleh berbagai faktor:
1. Miskonsepsi sering terjadi jika dasar pemahaman konsep matematika tidak kuat. Jika siswa tidak memahami konsep dasar dengan baik, mereka mungkin mengembangkan
pemahaman yang salah.
2. Terkadang siswa salah mengartikan instruksi atau simbol matematika, yang mengarah pada pemahaman yang salah.
3. Metode pengajaran yang kurang efektif atau kurang interaktif juga dapat berkontribusi pada miskonsepsi matematis.

Dari Bu Bimby Kemalaratih :

Drs. Soleman Lubis, M.A dosen STAIRA Batang Kuis, Deli Serdang
Kesimpulan dari 3 permasalahan:
1. Pembelajaran hots belum banyak di terapkan secara konsisten di madrasah dikarenakan soal hots sendiri memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga pemahaman yang
dimiliki oleh siswa juga harus tinggi karena membutuhkan analisis yang tinggi.
2. Mengenai soal yang berbentuk narasi, sebenarnya baik untuk meningkatkan kemampuan literasi, tapi pada kenyataannya para siswa sering salah dalam menafsirkan soal
bentuk narasi, yang mengakibatkan siswa sering salah menjawab, karena itu gurupun harusnya lebih konsisten memberikan soal soal narasi untuk melatih kemampuan
memahami konsep dan memperbaiki kemampuan literasi siswa
3. miskonsepsi yang sering dialami siswa juga bisa di akibatkan karena metode yang di sampaikan oleh guru saat penyampaian materi salah atau kurang tepat, oleh karena itu
guru harus mencari terlebih dahulu apa penyebab miskonsepsi yang dihadapi oleh siswanya, kemudian dengan tepat mencari atau mengembangkan metode atau cara
pembelajaran yang efektif untuk menyampaikan materi tersebut
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah
Kelompok 6
Masalah yang telah
No. Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi
1 Penguasaan guru tentang Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap
IT masih kurang 1. Menurut Montolalu dan Lagi (2018), keharusan menguasai komputer dan teknologi pemahaman guru tentang IT masih kurang
informasi bagi para guru tidak mudah. Bagi guru-guru berusia muda yang telah mengenal melalui berbagai literasi dan wawancara
komputer pada saat sekolah dan kuliah mungkin tidak akan mengalami kesulitan, namun maka dapat ditentukan penyebab masalah
yang sesuia dengan kondisi satuan
bagi guru-guru yang telah berusia lebih tua yang tidak pernah mengenal komputer selama
pendidikan sebagai berikut :
hidupnya, hal ini jelas akan menjadi kendala. 1. Guru yang sudah berusia tua memiliki
pemahaman IT yang kurang yang
Montolalu, C., & Langi, Y. (2018). Pengaruh pelatihan dasar komputer dan teknologi disebabkan karena kurangnya pelatihan
informasi bagi guru-guru dengan uji-t berpasangan (paired sample t- 2. Kurangnya kompetensi dalam
test). d'CARTESIAN: Jurnal Matematika dan Aplikasi, 7(1), 44-46. memanfaatkan teknologi
Berdasarkan kajian literatur terhadap identifikasi masalah pemahaman guru tentang IT masih 3. Lebih mempertahankan cara tradisional
kurang dapat dilihat dari faktor guru yang telah berusia lebih tua yang tidak pernah mengenal dalam menyampaian pembelajaran
komputer akan menjadi kendala untuk menggunakan IT dalam pembelajaran 4. Guru menganggap bahwa perangkat
teknologi susah untuk di operasikan atau
digunakan
2. Fauzan & Pimada (2018) menemukan bahwa para guru masih menggunakan sedikit
variasi dalam pemanfaatan teknologi karena fasilitas perangkat teknologi belum
memadai, akses internet yang terbatas, juga adanya isu seperti kurangnya kompetensi
dan kepercayaan diri guru dalam memanfaatkan teknologi.

Fauzan, U., & Pimada, L. H. (2018). ICT-Based Teaching of English at Madrasah Aliyah in
Kalimantan. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 5(2), 193–211.
https://doi.org/10.15408/tjems.v5i2.10414
Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah pemahaman guru tentang IT masih kurang
dapat dilihat dari kurangnya kompetensi dan kepercayaan diri guru dalam memanfaatkan
teknologi
3. Menurut Anggraeni, Nurlaeli, dan Mufidah (2020), pembelajaran di sekolah kebanyakkan
masih bersifat konvensional dengan memanfaatkan sarana papan tulis sebagai media.
Sebagian besar guru juga masih belum mampu menggunakan teknologi yang bervariasi
untuk menyampaikan materi.

Anggraeny, D., Nurlaili, D. A., & Mufidah, R. A. (2020). Analisis teknologi pembelajaran dalam
pendidikan Sekolah Dasar. Fondatia, 4(1), 150-157.
Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah pemahaman guru tentang IT masih kurang
dapat dilihat dari sebagian besar guru masih belum mampu menggunakan teknologi yang
bervariasi untuk menyampaikan informasi
Hasil wawacancara
1. Kepala madrasah : (Lasirin Hidayatullah, S.Ag.,M.Pd.I)
• Guru yang berusia tua kurang memahami IT
• Sarana yang ada di madrasah kurang mendukung
• Kurangnya pelatihan dalam pemanfaatan IT dalam proses pembelajaran
2. Teman sejawat (Abdul Waris S.Pd.,M.Pd)
• Kurangnya kesempatan dalam mengembangkan diri
• Kurangnya waktu dalam merencanakan pelajaran menggunakan IT
Teman Sejawat (Nurhidayati Nasution)
• Guru menganggap bahwa perangkat teknologi susah untuk di operasikan atau
digunakan
• Terdapat anggapan bahwa menggunakan teknologi mempersulit guru karena di tuntut
untuk selalu mampu memperbaharui pengetahuan dari berbagai sumber
• Beberapa Pendidikan masih mempertahankan cara tradisional dalam menyampaikan
materi pembelajaran
• Akses internet yang terbatas

3. Pakar : (Dosen MTK UBH: Fauziah, S.Pd.I, M.Pd)

• Perkembangan teknologi telah memiliki dampak yang signifikan dalam membantu


guru dalam proses pengajaran di kelas. beberapa cara teknologi telah
memperkaya pengalaman pengajaran:
a. Akses ke Sumber Belajar yang Luas
b. Kelas Virtual
c. Interaksi Aktif
d. Personalisasi Pendidikan:
e. Komunikasi yang Lebih Efisien
f. Pendokumentasian Kemajuan
g. Visualisasi dan Simulasi
h. Pelatihan Guru
i. Mengurangi Beban Kerja
• Tantangan yang dihadapi oleh guru-guru di Indonesia di tengah perkembangan
teknologi yang pesat dalam meningkatkan proses pembelajaran peserta didik dapat
mencakup beberapa hal berikut:
a. Akses Terbatas ke Teknologi
b. Kurangnya Pelatihan dan Kompetensi Digital
c. Konten yang Berkualitas dan Sesuai
d. Pemeliharaan dan Perbaikan Teknologi
e. Keamanan dan Privasi Data:
f. Pembelajaran Hybrid
g. Keterbatasan Infrastruktur Sekolah
h. Evaluasi dan Pengukuran Hasil Pembelajaran
i. Kemungkinan Kesenjangan Digital
• Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, dukungan dari pemerintah, sekolah, dan
lembaga pendidikan adalah kunci. Pelatihan, sumber daya, dan infrastruktur yang
memadai harus tersedia untuk mendukung guru dalam mengintegrasikan teknologi
secara efektif dalam pembelajaran, sambil memastikan bahwa akses dan manfaat
dari teknologi dapat dinikmati oleh semua siswa.
• Guru perlu mengaplikasikan teknologi dalam proses pengajaran karena teknologi
memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan
mempersiapkan siswa untuk menghadapi dunia yang semakin digital. Berikut
beberapa alasan mengapa teknologi sangat penting bagi guru:
a. Meningkatkan Keterlibatan Siswa
b. Akses ke Informasi dan Sumber Belajar yang Luas
c. Pembelajaran Personalisasi
d. Pengembangan Keterampilan Digital
e. Efisiensi Pengajaran
f. Kreativitas dalam Pengajaran
g. Pembelajaran Seumur Hidup
h. Persiapan untuk Dunia Digital
• Harapannya adalah bahwa guru-guru di Indonesia dapat menjadi agen perubahan
positif dalam mengintegrasikan teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dan mempersiapkan siswa untuk masa depan yang semakin digital. Ini memerlukan
komitmen untuk pengembangan diri, pemahaman akan peran teknologi dalam
pendidikan, dan kerja sama dengan semua pemangku kepentingan pendidikan.

2. Sarana prasarana di Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis terhadap sarana


madrasah yang belum 1. Hasil penelitian (Syariffuddin dalam Rusydi Ananda dan Kinata Banurea, 2017) prasarana di madrasah yang belum memadai
memadai menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sarana pendidikan ialah semua perangkat melalui berbagai literasi dan wawancara
peralatan, bahan dan perabotan yang secara langsung digunakan dalam proses maka dapat ditentukan penyebab masalah
pendidikan di sekolah, sedangkan prasarana pendidikan ialah semua peralatan
perlengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses yang sesuia dengan kondisi satuan
pendidikan disekolah. pendidikan sebagai berikut :
http://repo.uinsatu.ac.id/20884/5/BAB%20II.pdf 1. Terbatasnya sarana dan prasana
pendukung pembelajaran berbasis IT
Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah Sarana prasarana di madrasah yang belum
memadai dapat dilihat dari peralatan perlengkapan dasar yang secara tidak langsung 2. keterbatasan akses dan fasilitas
menunjang pelaksanaan proses pendidikan disekolah. Peralatan tersebut seperti teknologi. Tidak semua sekolah memiliki
penerangan, jaringan internet ataupun laboratorium TIK yang daoat digunakan dalam akses ke teknologi yang memadai, seperti
pembelajaran matematika. perangkat keras dan perangkat lunak,
serta jaringan internet yang stabil.
2. Pengelolaan saran dan prasarana merupakan kegiatan yang sangat penting di sekolah, Keterbatasan ini dapat membatasi
karena keberadannya akan sangat mendukung terhadap suksesnya proses kemampuan guru untuk memanfaatkan
pembelajaran di sekolah. teknologi dalam pembelajaran
Sulstyorini (2009), manajemen pendidikan islam : konsep, strategi dan aplikasinya.
yogyakarta : sukses offset, 115-116

Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah sarana prasarana di madrasah yang belum
memadai dapat dilihat dari Pengelolaan saran dan prasarana merupakan kegiatan yang
sangat penting di sekolah.

2. Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia ialah melalui proses
pembelajaran di sekolah. Dimana suksesnya pembelajaran didukung oleh adanya
pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah secara
efektif dan efisien. (Fuad & Martin, 2016: 1)
https://www.kompasiana.com/vonny33414/63e488b4c3ce1f546d6ba602/permasalahan-
sarana-dan-prasarana-di-sekolah

Dari kajian literatur terhadap identifikasi masalah sarana prasarana di madrasah yang belum
memadai dapat dilihat dari pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang
ada di sekolah secara efektif dan efisien.

Hasil wawacancara
1. Kepala madrasah : (Lasirin Hidayatullah, S.Ag.,M.Pd.I)
• Sarana dan prasarana terkait media pembelajaran masih kurang
• Keterbatasan anggaran

2. Teman sejawat (Abdul Waris S.Pd.,M.Pd)


• Keterbatasan fasilitas yang disediakan madrasah
• LCD yang terbatas sehingga harus saling bergantian

Anda mungkin juga menyukai