Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


RUANGAN Lili 4B Dr.Tadjuddin Chalid MAKASSAR

Disusun Oleh

Nama : Ade Irma

Nim : A1C2231013

CI INSTITUSI CI LAHAN

(…………………..) (…………………..)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK
2023
A. Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Definisi
Cairan dan elektrolit merupakan komponen yang sangat berpengaruh
bagi tubuh. Kebutuhan cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar
yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Dalam pemenuhanya diatur oleh
sistem atau organ didalam tubbuh seperti ginjal, kulit paru-paru, dan
gastrointestinal sedangkan dalam pengaturan keseimbangan cairan diatur
oleh mekanisme rasa haus, sistem hormonal yaitu ADH dan aldosteron
(hidayat, AA.2012)
Cairan dalam elektrolit saling berhubungan, ketidak seimbangan
cairan dan elektrolit dapat mengubah kondisi tubuh. Cairan tubuh adalah air
beserta unsur-unsur yang diperlukan untuk kesehatan dan pertumbuhan sel.
Elektrolit adalah cairan yang merupakan kimia aktif terdiri dari cairan yang
mengandung muatan negatif.
Pengertian pemberian cairan parenteral adalah pemberian sejumlah
caoran ke dalam tubuh ke dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau
mencegah gangguan cairan dan elektrolit, darah, maupun nutrisi (Perry &
Potter, 2006). Pemberian intravena disesuaikan dengan kondisi kehilangan
cairan pada klien, seberapa cairan pada klien seberapa besar cairan tubuh
yang hilang. Pemberian intravena merupakan salah satu tindakan invasif
yang dilakukan oleh perawat.
2. Etiologi
Resiko ketidak seimbangan elektrolit dapat terjadi karena beberapa
kondisi klinis seperti gagal ginjal,anoreksia, diare,trauma multipel, luka
bakar. Kehilangan air dan elektrolit merupakan salah satu akibat dari diare.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik dan
gangguan sekresi di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit
meningkat kemudian terjadi diare. Penyakit saluran pencernaan seperti
gastroenteritis akan menyebabkan kehilangan cairan, kalium, dan ion
klorida. (Pranata, 2013)
3. Tanda dan Gejala
a Kelelahan
b Kram otot dan kejang
c Mual
d Pusing
e Muntah
f Mulut kering
g Denyut jantung lambat
h Palpitasi
i Tekanan darah naik turun
j Kurangnya koordinasi
k Sembelit kekakuan sendi
l Rasa haus
m Suhu naik
n Anoeksia
o Berat badan naik
4. Fisiologi
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial amsuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel
yang merupakan membran semipermeabel mampu memfilter tidak semua
substansi dan komponendalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu :
a. Disfusi
Merupakan peroses dimmana partikel yang terdapat di dalam cairan
bergerak dari konsistensi tinggi ke konsistensi rendah sampai terjadi
keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan menembus membran
sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi
larutan dan temperature.
b. Osmosis
Merupakan bergeraknya pelarutan bersih seperti air, melalui
membrane semipermeabel dan larutan yang berkonsentrasi lebih
rendah ke kosentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
c. Transport aktif
Partikel bergerak dari kosentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya
daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung
5. Klasifikasi
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
a. Cairan Intraseluler ( CIS )
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh (Abdul H. 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total
cairan tubuh (Total Body Water). CIS merupakan media tempat
terjadinya aktivitas kimia sel (Taylor. 1989). Pada orang dewasa. CIS
menyusun sekitar 40% berat tubuh atau V dari TBW. Contoh: pria
dewasa 70kg CIS 25 1iter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya
adalah cairan intraseluler.
b. Cairan Ekstraseluler ( CES )
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun
sekitar 20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga
kelompok yaitu (Abdul H, 2008):
1) Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
2) Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
3) Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme
pertukaran dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan
yaitu: anion dan kation.
6. Faktor yang Mempengaruhi
a. Umur
Kebutuhan intake cairan berfariasi tergantung dari usia, kareana usia
akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan
keseimbangn cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjuut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan karena gangguan fungsi ginjal
atau jantung
b. Iklim
Orang yang tinggal diaerah yang pans suhu tinggi dan kelembapan
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilabgan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 l
perhari.
7. Manifestasi Klinis
a Hipovelemia kekurangan volume cairan
Merupakan kekurangan cairan volume cairan ekstraseluler ( CES ).
b Hipervolemia (FVE).
Yaitu keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko
mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.
c Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Merupakan penurunan kadar fosfat didalam serum, kondisi ini dapat
muncul akibat penurunan absorbsi fosfat diusus. Sedangkan
hiperfosfatemia adalah peningkatan kadar ion fosfat di dalam serum.
d Hipokloremia dan hiperkloremia
Yaitu penurunan kadar ion klorida di dalam serum. Sedangkan
hoperkloremia adalah peningkatan kadar ion klorida didalam serum.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan cairan dan elektrolit yaitu :
a Pemeriksaan Radiologi
Photo thorak dapat mengarah ke kardio megali : pembesaran paru dengan
kongestif paru.
b EKG
EKG dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya infark miokardial
akut, guna mengkaji aritma dan untuk mengenal respon kompensatori
seperti terjadinya hypertropi ventrikel.
c Laboratorium

- Darah
- Urine
- Pemeriksaan keseimbangan asam basa (AGD).
9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau


pengobatan penyakit dasar. Obat-obatan tersebut misalnya ; prednison
yang dapat megurangi beratnya diare dan penyakit.
b. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa
oral serta larutan elektrolit dapat di berikan untuk rehidrasi pasien
c. Untuk diare sedang akibat sumber non infeksius obat-obatan tidak
spesifik.
d. Preparat untuk anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah
teridentifikasi atau bila diare sangat berat
e. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan hydrasi cepat, khususnya
untuk anak kecil dan lansia
10. Diagnosa Keperawatan
Resiko ketidakseimbangan elektrolit
11. Tujuan dan Kriteria Hasil

RISIKO KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT

Luaran utama Keseimbangan elektrolit

Luaran tambahan Elimenasi fekal


Penembuhan luka
Keseimbangan cairan
Penyembuhan luka
Status nutrisi
Tingkat mual dan muntah

Setelah dilakukan observasi 1x24 jam di harapkan :


-Kontrol pengeluaran feses cukup menurun
-Konsistensi feses cukup membaik
-Frekuensi defekasi cukup membaik
-Peristaltik usus cukup membaik
12. Intervensi
a Manajemen Elektrolit
Observasi
- Identifikasi tanda dan gejala ketidak seimbangan kadar elektrolit
- Identifikasi kehilangan elektrolit melalui cairan mis, diare, drainase
- Monitor kadar elektrolit
- Pantau tanda dan gejala dehidrasi
Terapeutik
- Berikan cairan, jika perlu
- Pasang akses intravena
Edukasi
- Dorong konsumsi cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian terapi
b. Manajemen diare
Observasi
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Identifikasi gejala ivaginasi (mis tangisan keras, kepucatan pada bayi
- Monitor warna,volumefrekuensi, dan knsistensi tinja
- Monitor jumlah pengeluaran diare
Terapeutik
- Berikan asupan cairan
- Pasang jalur iv
- Berikan cairan intravena
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Anjurkan untuk menghidari makanan pembentuk gas
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat sesua instruksi dokter


c. Manajemen cairan
Observasi
- Monitor status hidrasi
Terapeutik
- Catat intake dan output cairan
Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian deuretik.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Dasar Manusia : Aplikasi Konsep Dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.
Saputra, 2013. Kebutuhan cairan dan elektrolit Binarupa aksara publisher.
Tanggerang selatan.

Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. 2018. Nursing


Interventions Classification (NIC), Fourth Edition. Missouri : Mosby.

Penerbit: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, PPNI


(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1,Jakarta:DPP PPNI.
.

Anda mungkin juga menyukai