Anda di halaman 1dari 10

JURNAL KHARISMA

VOL. 3 No. 2, Juni 2021 E-ISSN 2716-2710

PENGARUH ARUS KAS, LABA, DAN LEVERAGE TERHADAP


FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN NON BANK DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2017-2019

Ni Putu Parasari1
Ni Luh Gde Novitasari2
Ni Luh Putu Widhiastuti3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati Denpasar
Email: luhgedenovitasari@gmail.com

Abstract

This study aims to test and obtain empirical evidence regarding the effect of cash flow, profit,
and leverage on financial distress in non-bank companies on the Indonesia Stock Exchange in 2017-
2019.The population of this research is non-bank companies listed on the Indonesia Stock Exchange in
2017-2019. The sample in this study were 45 non-bank companies which were determined based on
the purposive sampling method. The analysis technique used to test the hypothesis is logistic
regression analysis. The results showed that cash flow and leverage had a positive effect on financial
distress, while profit had no effect on financial distress. Based on the results of the research that has
been done, the author can propose several suggestions, namely as follows: 1) Further research can
add other independent variables not included in this study such as company growth, liquidity and
company size. 2) Further research, can use all companies listed on the Indonesia Stock Exchange so
that the results obtained will be more generalizable. 3) The next researcher can add to the sample with
a longer observation period so that the results obtained will better describe the real conditions over
the long term.

Keywords: financial distress, cash flow, profit, leverage

PENDAHULUAN

Pada Era globalisasi saat ini, persaingan dunia usaha sangat kuat. Hal ini dapat
berpengaruh dalam perkembangan perekonomian secara nasional maupun internasional.
Adanya persaingan yang semakin kuat tersebut, membuat perusahaan juga dituntut untuk
selalu memperkuat fundamental manajemen sehingga nantinya akan mampu bersaing dengan
perusahaan lain. Ketidakmampuan perusahaan dalam mengantisipasi perkembangan global
dengan memperkuat fundamental manajemen akan mengakibatkan pengecilan volume usaha
yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan perusahaan.
Kebangkrutan perusahaan dapat terjadi karena perusahaan mengalami masalah
keuangan yang dibiarkan berlarut-larut. Beberapa perusahaan yang mengalami masalah
keuangan mencoba mengatasi masalah tersebut dengan melakukan pinjaman dan
penggabungan usaha. Ada juga yang mengambil alternatif singkat dengan menutup usahanya.
Salah satu alasan perusahaan menutup usahanya karena pendapatan yang diperoleh
perusahaan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan perusahaan selama jangka waktu tertentu.
Disamping itu, perusahaan juga belum dapat membayar kewajiban-kewajibannya kepada
pihak lain pada saat jatuh tempo karena perusahaan tidak memperoleh laba tiap periode
operasinya.
Financial distress adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi dimana
suatu perusahaan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah umum untuk
menggambarkan situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan melunasi
hutang dan default. Ketidakmampuan melunasi hutang menunjukan adanya masalah

224
Pengaruh Arus Kas…..
Putu Parasari, Gde Novitasari, Putu Widhiastuti

likuiditas, sedangkan default berarti sesuatu perusahaan melanggar perjanjian dengan kreditur
dan dapat menyebabkan tindakan hukum.
Penelitian tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan sudah sangat banyak di
Indonesia. Akan tetapi penelitian mengenai prediksi kondisi financial distress suatu
perusahaan yang dibandingkan antara kondisi financial distress dari sudut pandang arus kas,
laba, dan leverage masih sangat terbatas. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkat
masalah ini dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai
apakah arus kas, laba atau leverage dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial
distress serta mencari model prediksi untuk memprediksi kondisi financial distress seluruh
perusahaan non bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data dari perusahaan non bank karena Bank Indonesia
sudah merumuskan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) untuk menciptakan infrastruktur
yang kuat bagi industri perbankan nasional. Bank Indonesia melalui websitenya menjelaskan,
API dapat membangun sistem bagi perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh serta
memberikan arah, bentuk dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai
sepuluh tahun ke depan. Infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan perbankan belum
diterapkan ke indsutri yang lain, sehingga dapat dikatakan bahwa industri non bank masih
memiliki risiko kebangkrutan yang lebih tinggi (Ardeati, 2018). Salah satu perusahaan yang
pernah mengalami financial distress ialah perusahaan Bakrie and Brothers Tbk.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi investor
dan kreditor serta pihak internal perusahaan dalam mendeteksi kondisi keuangan perusahaan.
Selain itu, perusahaan juga dapat mengetahui kondisi keuangannya sehingga dapat melakukan
tindakan antisipasi jika diketahui perusahaannya mengalami kondisi kesulitan keuangan.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Arus Kas, Laba, dan Leverage Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan Non
Bank di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019”.

TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Sinyal (Signalling Theory)


Teori Sinyal merupakan grand theory dalam penelitian ini. Perusahaan dapat
memberikan sinyal dan diharapkan sinyal tersebut dapat diterima dan diartikan dengan benar
oleh investor (Hartono, 2005). Sinyal tersebut dapat berupa informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan. Adanya informasi tersebut, diharapkan dapat membantu investor dalam
mengambil keputusan melakukan investasi. Hedrianto (2012) menjelaskan bahwa pemberian
sinyal dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi asymetric information yakni
kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pada pihak lain. Pihak
dalam hal ini adalah manajemen perusahaan dengan pihak eksternal atau investor dengan
memberikan sebuah informasi yang diungkapakan melalui penerbitan laporan keuangan.
Kondisi perusahaan yang sehat ditunjukkan oleh perolehan laba dalam jangka waktu
yang relatif lama. Apabila laba yang dilaporkan oleh perusahaan meningkat maka kinerja
perusahaan tersebut baik karena bisa menghasilkan keuntungan hal ini berhubungan dengan
pembagian dividen kepada pemegang saham (Sari, 2016).
Arus kas yang tinggi dalam jangka waktu yang lama mengindikasikan perusahaan
mampu membayar hutangnya sehingga dianggap sebagai sinyal positif karena pihak kreditor
mempunyai keyakinan untuk memberi pinjaman kepada perusahaan dan keyakinan
pengembalian atas kredit yang diberikan. Sebaliknya apabila arus kas bernilai kecil bahkan
sampai mengalami kerugian dalam jangka waktu yang lama, maka akan dianggap sebagai
sinyal negatif karena pihak kreditur akan ragu dan tidak yakin atas kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang.

225
JURNAL KHARISMA
VOL. 3 No. 2, Juni 2021 E-ISSN 2716-2710

Teori Agensi (Agency Theory)


Teori agensi menjelaskan hubungan antara manager (agent) dengan pihak
pemilik/pemegang saham (principal). Hubungan ini dapat menyebabkan munculnya konflik
kepentingan antara pemilik dengan manajer karena keduanya memiliki kepentingan yang
berbeda. Agen (manajer) mempunyai kewenangan untuk mengelola perusahaan dan
mengambil keputusan atas nama investor. Masalah keagenan timbul adalah munculnya
konflik kepentingan antara harapan investor (memperoleh return maksimal) dan harapan para
manajer. Manajer yang seharusnya mengelola organisasi bisnis dengan baik agar kepentingan
investor (principal) menjadi optimal, ternyata dalam faktanya sering kali lebih
mengedepankan kepentingan dia sendiri yang sering disebut dengan tindakan moral hazard.
(Haryani, dkk, 2011).
Kondisi financial distress tergambar dari ketidakmampuan untuk membayar
kewajiban yang telah jatuh tempo. Laju arus kas dan besarnya laba sangat berhubungan
dengan kondisi financial distress. Didasarkan pada teori keagenan, diharapkan dapat
berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan
menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Hal ini berkaitan dengan
bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka.
Sebaliknya, dari adanya laporan keuangan yang buruk dalam pelaporan laba dan arus kasnya,
hal ini dapat menunjukkan kondisi financial distress. Kondisi tersebut dapat menciptakan
keraguan dari pihak investor dan kreditor untuk memberikan dananya karena tidak adanya
kepastian atas return dana yang telah diberikan.
Pengaruh Arus Kas Terhadap Financial Distress
Arus kas dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan oleh kreditur. Arus kas yang digunakan adalah arus kas operasi karena aktivitas
operasi merupakan indikator yang menentukan apakah perusahaan dapat menghasilkan arus
kas yang cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan,
membayar deviden dan melakukan investasi tanpa mengandalkan sumber pendanaan dari luar.
Laporan arus kas tersebut banyak memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas perusahaan di masa yang akan datang.
Informasi arus kas dibutuhkan pihak kreditur untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam pembayaran hutangnya. Apabila arus kas perusahaan jumlahnya besar maka pihak
kreditur mempunyai keyakinan untuk memberi pinjaman kepada perusahaan dan keyakinan
pengembalian atas kredit yang diberikan. Namun apabila arus kas suatu perusahaan bernilai
kecil, maka pihak kreditur akan ragu dan tidak yakin atas kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang. Jika hal ini berlangsung secara terus menerus, maka kreditur tidak akan
lagi mempercayakan kreditnya kepada perusahaan karena perusahaan dianggap mengalami
masalah keuangan atau financial distress (Aminah, 2015). Arus kas dapat digunakan untuk
menentukan kondisi financial distress suatu perusahaan hal ini didukung dengan hasil
penelitian dari Hariyanto (2018), Nukmaningtyas dan Worokinasih (2018), Yunanto (2017),
dan Santoso, dkk (2017) membuktikan bahwa arus kas berpengaruh negatif terhadap financial
distress artinya nilai arus kas yang dihitung menggunakan arus kas operasi ternyata
menentukan perusahaan mengalami financial distress atau tidak.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disajikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
H1: Arus Kas berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.
Pengaruh Laba Terhadap Financial Distress
Laba suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan laba rugi suatu perusahaan. Laporan
laba rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam
suatu periode waktu tertentu. Dalam laporan laba rugi suatu perusahaan akan tertera laba
sebagai pencapaian perusahaan itu dalam periode tertentu. Apabila laba positif maka kinerja
perusahaan tersebut baik, karena bisa menghasilkan keuntungan. Tetapi bila laba negatif maka

226
Pengaruh Arus Kas…..
Putu Parasari, Gde Novitasari, Putu Widhiastuti

kinerja perusahaan tersebut harus dipertanyakan, karena tidak menghasilkan keuntungan dan
harus dicari sebabnya agar jangan sampai berkelanjutan dan menyebabkan kebangkrutan bagi
perusahaan tersebut (Julius, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2018), Julius
(2017), Santoso, dkk (2017), menemukan laba berpengaruh negatif terhadap financial distress.
Alasan yang cukup mendasar atas diperolehnya hasil yang negatif yaitu kondisi laporan
keuangan perusahaan terutama laporan laba rugi yang memprihatinkan dari suatu perushaan
akan menjadi sinyal atas peringatan dini bahwa mereka dapat mengalami tekanan keuangan
atau financial distress pada periode selanjutnya. Hal ini mengakibatkan keraguan para
invesror dalam menanamkan dananya kepada perusahaan dan jika kondisi ini terus menerus
terjadi, maka para investor akan menarik investasinya karena mereka menganggap perusahaan
tersebut mengalami kondisi financial distress. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat
disajikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
H2: Laba berpengaruh negatif terhadap Financial Distress.
Pengaruh Leverage Terhadap Financial Distress
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan jangka
panjang perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (Ross et al., 2015: 57). Rasio leverage
yang tinggi dapat menimbulkan risiko keuangan yang tinggi, dimana risiko ini timbul karena
perusahaan harus menanggung bunga yang besar pula. Perusahaan yang mengalami financial
distress pada umumnya memiliki jumlah utang yang hampir sama besar dengan total aktiva.
Jumlah utang yang tinggi akan menyebabkan biaya bunga yang tinggi, sementara total aktiva
yang dimiliki tidak mampu memenuhi total utang.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2017), Suprobo, dkk (2017), dan Andre
dan Taqwa (2014) memperoleh hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap financial
distress. Menurut Mesisti (2013), semakin besar leverage berarti perusahaan mempunyai
banyak tanggungan kewajiban atas pemerolehan pendanaan perusahaan yang tidak didukung
dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat
disajikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
H3: Leverage berpengaruh positif terhadap Financial Distress.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Penetapan lokasi


penelitian merupakan tahap yang penting dalam penelitian kualitatif, karena dengan
ditetapkannya lokasi penelitian berarti objek dan tujuan sudah ditetapkan sehinggan
mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Populasi penelitian ini adalah perusahaan
non bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2019, dengan mengakses
website Bursa Efek Indonesia, yaitu www.idx.co.id. Objek yang ditetapkan penulis sesuai
dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu arus kas, laba, leverage dan financial distress
pada perusahaan non bank yang telah di audit dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
Tahun 2017-2019.
Data pada penelitian ini diperoleh pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan. Penelitian ini menggunakan purposive sampling sehingga mendapatkan sampel
sebanyak 135 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis regresi logistik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Statistik Deskriptif


Menurut Sugiyono (2017:147), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

227
JURNAL KHARISMA
VOL. 3 No. 2, Juni 2021 E-ISSN 2716-2710

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Dalam penelitian ini di sajikan untuk memberikan informasi
mengenai arus kas, laba, leverage dan financial distress. Seluruh variabel di deskripsikan
dengan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan simpangan baku. Distribusi statistic
descriptive masing – masing variabel ditunjukkan dalam Tabel 1
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CF 135 -3.12E+15 2.03E+14 -2.1378E+13 2.7157E+14
EBT 135 105046392.0 5.53E+12 9.1257E+12 5.50443E+13
DAR 135 .04 7.68 .5038 .65862
FD 135 .00 1.00 .2148 .41222
Valid N (listwise) 135
Sumber : Data Primer diolah, 2020
Hasil Uji Regresi Logistik
Dalam menguji hipotesis dengan menggunakan logistic regression, dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi diuji dengan menggunakan Hosmer and Lameshow. Uji
Hosmer and Lameshow menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan
model.. Hasil statistik Hosmer and Lemeshow’s Good of Fit Test dapat dilihat pada Tabel 2
di bawah ini:
Tabel 2
Hasil Uji Kelayakan Model Regresi (Goodness of Fit Test) Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 14.773 8 .064
Sumber: Lampiran 4
2) Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesiskan telah fit atau tidak.
Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log
Likehood (-2LL) pada awal (Block number = 0), dimana model hanya memasukkan
konstanta dengan nilai -2 Log Likehood (-2LL) pada akhir (Block number = 1), dimana
model memasukkan konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai -2LL Block number = 0 >
nilai -2LL Block number = 1, hal ini menunjukkan model regresi yang baik, atau dengan
kata lain model dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali, 2016:328)
Tabel 3
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit Test) Overall Model Fit Test
-2 Log Likelihood -2 Log Likelihood
Block Number = 0 Block Number = 1
140,472 116,152
Sumber: Lampiran 4
3) Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan
nilai Nagelkerke R Square. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar kombinasi variabel independen yaitu arus kas, laba, dan leverage mampu menjelaskan
variasi variabel dependen, yaitu financial distress. Hasil nilai Nagelkarke R Square dapat
dilihat pada Tabel 4 di bawah ini

228
Pengaruh Arus Kas…..
Putu Parasari, Gde Novitasari, Putu Widhiastuti

Tabel 4
Hasi Uji Koefisisien Determinasi (Nagelkerke’s R square)
Step -2 Log Cox & Snell R Negelkerke R
likelihood Square Square
a
1 116.152 .165 .255
Sumber: Lampiran 4

4) Tabel Klasifikasi 2x2


Tabel klasifikasi 2x2 menghitung nilai estimasi yang benar dan salah. Pada kolom
merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen, sedangkan pada baris menunjukkan
nilai observasi sesungguhnya dari variabel dependen. Pada model sempurna, maka semua
kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100% (Ghozali, 2016:
329). Hasil tabel klasifikasi ditampilkan dalam Tabel 5 berikut ini:
Tabel 5
Hasil Uji Klasifikasi Classification Table
Predicted
FD Percentage
Observed .00 1.00 Correct
Step 1 FD 00 103 3 97.2
1.00 25 4 13.8
Overall Percentage 79.3
Sumber: Lampiran 4
5) Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2016;103) pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas (independen). Pengujian
multikolinearitas adalah pengujian yang mempunyai tujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Hasil pengujian multikolonieritas
terdapat dalam Tabel 6 berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Multikolonieritas Correlation Matrix
Constant CF EBT DAR
Step 1 Constant 1.000 .054 -.626 .174
CF .054 1.000 -.806 .131
EBT -.626 -.806 1.000 -.120
DAR .174 .131 -.120 1.000
Sumber: Lampiran 4
6) Model regresi logistik
Estimasi parameter dari model dapat dilihat pada output Variable in the Equation yang
menunjukkan nilai koefisien regresi dan tingkat signifikansinya. Koefisien regresi dari tiap
variabel- variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antarvariabel.
Tabel 7
Hasil Uji Regresi Logistik Variables in the Equation
B S E. Wald df Sig Exp (B)
a
Step 1 CF .338 .131 6.622 1 .010 1.403
EBT .310 .162 3.647 1 .056 .734
DAR 1.834 .560 10.735 1 .001 6.260
Constant -.306 2.626 .014 1 .907 .736
Sumber: Lampiran 4
Tabel 7 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada signifikansi 5%.
Hasil pengujian regresi logistik menghasilkan model sebagai berikut:
FD= 1−p/p = -0,306 + 0,338 CF – 0,310 EBT + 1,834 DAR+ ε ………………………….(4)

229
JURNAL KHARISMA
VOL. 3 No. 2, Juni 2021 E-ISSN 2716-2710

Keterangan:
FD : Financial Distress
AR : Arus Kas
EBT : Earning Before Tax
DAR : Debt to Assets Ratio

7) Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini merupakan uji satu sisi yang dilakukan
dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α) =
0,05. Apabila sig < α, maka dapat dikatakan variabel bebas berpengaruh pada variabel
terikat.
a) Pengujian Hipotesis Pertama (H1)
Hipotesis pertama menyatakan bahwa arus kas berpengaruh negatif terhadap
financial distress. Hasil pengujian menunjukkan variabel arus kas memiliki koefisien
regresi positif sebesar 0,338 dengan tingkat signifikansi 0,010 yang lebih kecil dari α
(0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel arus kas
berpengaruh positif terhadap financial distress atau dengan kata lain H1 ditolak.
b) Pengujian Hipotesis Kedua (H2)
Hipotesis kedua menyatakan bahwa Laba berpengaruh negatif terhadap financial
distress. Hasil pengujian menunjukkan variabel EBT memiliki koefisien regresi
negatif sebesar 0,310 dengan tingkat signifikansi 0,056 yang lebih besar dari α
(0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel laba tidak
berpengaruh terhadap financial distress, atau dengan kata lain H2 ditolak.
c) Pengujian Hipotesis Ketiga (H3)
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap financial
distress. Hasil pengujian menunjukkan variabel DAR memiliki koefisien regresi
positif sebesar 1,834 dengan tingkat signifikansi 0,001 yang lebih kecil dari α (0,05).
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel leverage berpengaruh
positif terhadap financial distress atau dengan kata lain H3 ditrima.
Pengaruh arus kas terhadap financial distress
Hasil penelitian menyatakan bahwa arus kas berpengaruh positif terhadap financial
distress pada perusahaan non bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019,
sehingga H1 ditolak. Arus kas dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui kondisi
keuangan suatu perusahaan oleh kreditur. Laporan arus kas tersebut banyak memberikan
informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba dan kondisi likuiditas
perusahaan di masa yang akan datang. Informasi arus kas dibutuhkan pihak kreditur untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembayaran hutangnya. Apabila arus kas
perusahaan jumlahnya besar memperlihatkan terlalu banyak perputaran uang yang terjadi di
perusahaan dimana hal ini akan meningkatkan resiko yang ditanggung perusahaan. Jika hal ini
berlangsung secara terus menerus, maka kreditur tidak akan lagi mempercayakan kreditnya
kepada perusahaan karena perusahaan dianggap mengalami masalah keuangan atau financial
distress (Aminah, 2015). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Julius (2017) dan Halim (2017) yang mengatakan bahwa arus kas berpengaruh positif
terhadap financial distress.
Pengaruh laba terhadap financial distress
Hasil penelitian menyatakan bahwa laba tidak berpengaruh terhadap financial distress
pada perusahaan non bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019, sehingga
H2 ditolak. Laba suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan laba rugi suatu perusahaan.
Laporan laba rugi disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan
dalam suatu periode waktu tertentu. Dalam laporan laba rugi suatu perusahaan akan tertera

230
Pengaruh Arus Kas…..
Putu Parasari, Gde Novitasari, Putu Widhiastuti

laba sebagai pencapaian perusahaan itu dalam periode tertentu. Perusahaan yang tidak
mengalami laba, tidak dapat dipastikan bahwa perusahaan mengalami kondisi keuangan yang
buruk atau financial distress. Sedangkan, jika perusahaan yang mengalami laba, hal tersebut
juga belum tentu menggambarkan bahwa perusahaan tidak mengalami masalah keuangan atau
financial distress. Kemungkinan besar perusahaan yang mengalami masalah keuangan atau
financial distress disebabkan oleh faktor internal perusahaan itu sendiri. Dengan demikian,
berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa laba bukan satu-satunya tolak ukur untuk
mengetahui perusahaan yang mengalami masalah keuangan atau financial distress. Hasil ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hariyanto (2018) dan Nailufar, dkk. (2018),
bahwa rasio laba tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan.
Pengaruh leverage terhadap financial distress
Hasil penelitian menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap financial
distress pada perusahaan non bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019,
sehingga H3 diterima. Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan jangka panjang perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (Ross et al., 2015:
57). Rasio leverage yang tinggi dapat menimbulkan risiko keuangan yang tinggi, dimana
risiko ini timbul karena perusahaan harus menanggung bunga yang besar pula. Perusahaan
yang mengalami financial distress pada umumnya memiliki jumlah utang yang hampir sama
besar dengan total aktiva. Jumlah utang yang tinggi akan menyebabkan biaya bunga yang
tinggi, sementara total aktiva yang dimiliki tidak mampu memenuhi total utang. Penelitian
yang dilakukan oleh Fatmawati (2017), Suprobo, dkk (2017), dan Andre dan Taqwa (2014)
memperoleh hasil bahwa leverage berpengaruh positif terhadap financial distress. Menurut
Mesisti (2013), semakin besar leverage berarti perusahaan mempunyai banyak tanggungan
kewajiban atas pemerolehan pendanaan perusahaan yang tidak didukung dengan jumlah aset
yang dimiliki perusahaan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data tentang pengaruh arus kas, laba dan leverage terhadap
financial distress pada perusahaan nonperbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2017-2019, dapat disimpulkan bahwa:
1) Arus kas berpengaruh positif terhadap financial distress pada perusahaan non bank
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.
2) Laba tidak berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan non bank yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019
3) Leverage berpengaruh positif terhadap financial distress pada perusahaan non bank
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun2017-2019.

DAFTAR PUSTAKA

Aljafari, A., Rice, C., Gallagher, J.E., dan Hosey, M.T.. 2015. An Oral Helath Education
Video Game for High Caries Risk Children : Study Protocol for A Randomized
Controlled Trial. BioMed Central, 16(237):1-10.
Andre, Orina dan Taqwa, Salma. 2014. Pengaruh Profitabilitas , Likuiditas , dan Leverage
Dalam Memprediksi Financial Distress (Studi Empiris Pada Perusahaan Aneka Industri
yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010 ). Jurnal WRA, 2(1), 293–312.
Any Noor. 2009. Manajemen Event. Bandung: Alfabeta.
Arwinda Putri, N., & Merkusiwati, N. 2014. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance,
Likuiditas, Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Pada Financial Distress. E-Jurnal
Akuntansi, 7(1), 93–106.

231
JURNAL KHARISMA
VOL. 3 No. 2, Juni 2021 E-ISSN 2716-2710

Baldwin dan Scott. 1983. The Early Stages of Financial Distress. Journal of Economics and
Finance. Vol.23. pp. 123-133.
Dewi, N. L. P. A., Endiana, I. D. M., & Arizona, I. P. E. 2019. Pengaruh Rasio Likuiditas,
Rasio Leverage Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Pada Perusahaan
Manufaktur. Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi (KHARISMA), 1(1), 322-
333.
Endiana, I. D. M. 2015. Analisis Laporan Keuangan Dalam Memprediksi Financial Distress
Dengan Menggunakan Metode Altman. Jurnal Riset Akuntansi (JUARA), 5(1).
Fatmawati Vivi, dan Ikhsan Budi Rihardjo. 2017. Pengaruh Likuiditas, Leverage, Aktivitas
Dan Profitabilitas Dalam Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Textile Dan
Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Selama Tahun 2011-2015. Jurnal
Ilmu dan Riset Akuntansi Volume 6, Nomor 10, Oktober 2017.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8).
Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2015. Principle Of Managerial Finance, Fourteenth
Edition. Singapore: Pearson Education
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis atas laporan Keuangan. Edisi Pertam Cetakan
ke sepuluh. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Hartono. 2005. Hubungan Teori Signalling dengan Underpricing Saham Perdana di Bursa
Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 5 (1), hal. 35-50.
Hariyanto, Mamang. 2015. Pengaruh Laba dan Arus Kas Terhadap Kondisi Financial
Distress. Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol 3, No 1, Mei 2018
Haryani, Jumratul dan I Dewa Nyoman Wiratmaja. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Komite Audit, Penerapan International Financial Reporting Standards dan Kepemilikan
Publik pada Audit Delay. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana: 63-78.
Hendrianto. 2012. Tingkat Kesulitan Kuangan Perusahaan dan Konservatisme Akuntansi di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vol. 1, No. 3, Mei 2012, 62-66.
Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: Center For Academic
Publishing Services.
IAI, 2002 Aturan Etika Kompartemen, IAI ONLINE, www.AkuntanPublik-iai.or.id
Julius, P. S. Frans. 2017. Pengaruh Financial Leverage, Firm Growth, Laba, dan Arus Kas
Terhadap Financial Distress. JOM Fekon 4 (1): 1164-1178.
Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Keown, Arthur J dkk. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Munawir. 2013. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nailufar, Fanny Sufitrayati. dan Badaruddin. 2018. Pengaruh Laba dan Arus Kas Terhadap
Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan Non Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Penelitian Ekonomi Akuntansi (JENSI), Vol. 2, No. 2, Desember
2018.
Nukmaningtyas, Firasari dan Saparila Worokinasih. 2018. Penggunaan Rasio Profitabilitas,
Likuiditas, Leverage, dan Arus Kas Untuk Memprediksi Financial Distress (Studi Pada
Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar di BEI periode 2013-2016). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol.61 No.2.
Nuswantari Suprobo, N. 2011. Analisis faktor – faktor yang mempengaruh Penerimaan Opini
Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Diponogoro.
Reeve, James M., dkk. 2010. Pengantar Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat
Riyanto, Bambang. 2013. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. BPFE-
Yogyakarta. Yogyakarta.

232
Pengaruh Arus Kas…..
Putu Parasari, Gde Novitasari, Putu Widhiastuti

Sari, Yolanda Puspita dan Mudji Utami. 2009. Prediksi Financial Distress dengan Rasio Arus
Kas. Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol.8.No.2
Sudana, I Made. 2015. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Sinaga, N. S. 2014. Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kontrol Ukuran
Perusahaan dan Growth Opportunity (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) Tahun 2009- 2013). 3(2), 1–14
Suprobo, Maya Dewi. 2017. Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap
Finansial Disstress
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta,
CV.
Utari, Dewi, dkk. 2014. Manajemen Keuangan : Kajian Praktik dan Teori dalam Mengelola
Keuangan Organisasi Perusahaan. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Wahyudiono, Bambang. 2014. Mudah Membaca Laporan Keuangan. Jakarta: Raih Asa
Sukses (Penebar Swadaya Grup).

233

Anda mungkin juga menyukai