Anda di halaman 1dari 22

RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR


INDUSTRI TEKSTIL DAN GARMEN YANG
TERDAFTAR DI BEI

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian


Program Pendidikan Sarjana
Program Studi Akuntansi

Oleh:
RHEA ARMANDA HARMUDJI
2014310448

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2018
RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL
DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI BEI

Rhea Armanda Harmudji


STIE Perbanas Surabaya
Email : 2014310448@students.perbanas.ac.id
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

This study aimed to determine and analyze the influence of profit margin, liquidity,
operating efficiency, profitability, financial leverage. Financial distress as dependen variable
measured by interest coverage ratio. The independen variable in this study measured by
profit margin, current ratio, asset turn over, return on equity, debt asset ratio. This research
used quantitative methods. The population in this study is manufacturing company sector of
textile and garment industry listed on the Indonesian Stock Exchange in 2012-2017. Based on
purposive sampling method, acquired 16 companies that the research sample. The data used
is secondary data obtained from the Indonesian Stock Exchange for manufacturing company
sector of textile and garment industry in 2012-2017. Data analysis technique used is logistic
regression analysis. The result showed that profit margin and operating efficiency had
significant effect on the financial distress, while liquidity, profitability and financial leverage
does not have a significant effect on the financial distress.

Keyword: financial distress, profit margin, liquidity, operating efficiency, profitability,


financial leverage, interest coverage ratio

PENDAHULUAN mengantisipasi adanya financial distress perlu


dikembangkan sebagai sarana untuk
Kondisi kesulitan keuangan mengidentifikasi bahkan untuk memperbaiki
(financial distress) menurut teori-teori yang kondisi sebelum sampai pada kondisi krisis
telah ada terjadi sebelum kebangkrutan. (Almilia, 2003). Hal ini terbukti, sesuai dengan
Banyak sekali model financial distress yang hasil penelitian yang dilakukan oleh Almilia
perlu dikembangkan karena dengan dan Kristijadi (2003) bahwa untuk
mengetahui kondisi kesulitan keuangan menentukan kondisi financial distress
perusahaan sejak dini diharapkan dapat perusahaan dapat menggunakan analisis rasio
dilakukan kebijakan untuk mengantisipasinya. keuangan. Bahwa rasio profit margin, yaitu
Salah satu model prediksi kesulitan keuangan laba bersih dibagi dengan penjualan; rasio
dapat menggunakan analisis rasio keuangan financial leverage, yaitu hutang lancar dibagi
dalam laporan keuangan dan mencerminkan dengan total aset; rasio likuiditas, yaitu aset
kinerja keuangan perusahaan. Kondisi lancar dibagi dengan hutang lancar; dan rasio
financial distress perusahaan merupakan suatu pertumbuhan yaitu rasio pertumbuhan laba
konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi bersih dibagi dengan total aset keuangan
dimana suatu perusahaan menghadapi masalah merupakan rasio yang paling dominan dalam
kesulitan keuangan. Istilah umum untuk menentukan financial distress suatu
menggambarkan situasi tersebut adalah perusahaan.
kegagalan, ketidakmampuan melunasi hutang, Dalam garis pada Gambar 1.1
kinerja yang buruk, masalah likuiditas, default. menjelaskan pergerakan financial distress atau
Model sistem peringatan untuk nilai ICR pada tahun 2012-2016. Diagram

1
garis tersebut mengalami siklus naik turun 2015 nilai ICR mengalami penurunan kembali
pada setiap periode. Pergerakan pada Gambar menjadi sebesar -0,843. Namun pada tahun
1.1 menunjukan nilai ICR pada tahun 2012 2016 nilai ICR mengalami kenaikan menjadi
sebesar 1,525. Pada tahun 2013 mengalami sebesar 3,631. Data diagram tersebut
penurunan dengan nilai ICR menjadi sebesar merupakan fenomena yang memotivasi
0,341. Pada tahun 2014 nilai ICR mengalami penelitian ini karena pada periode tahun 2012-
penurunan menjadi sebesar 0,198. Pada tahun 2016 menunjukan siklus naik-turun nilai ICR.

4
3.631
3

1
1.525
0
0.341 0.198
-1 -0.843

-2
2012 2013 2014 2015 2016
TAHUN

Sumber: Data Diolah


Gambar 1
Rata-rata Nilai ICR Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Tekstil dan Garmen pada Tahun 2012-2016

Alasan memilih sampel Rumusan Masalah


perusahaan manufaktur sektor industri Apakah rasio keuangan profit
tekstil dan garmen diharapkan hasil dari margin, rasio likuiditas, rasio efisiensi
penelitian ini dapat menggambarkan operasi, rasio profitabilitas, rasio financial
kondisi yang sebenarnya dan menguji leverage dapat digunakan untuk
konsistensi hasil penelitian sebelumnya memprediksi kondisi financial distress
dan memberikan bahan masukan dan pada perusahaan manufaktur sektor
pertimbangan bagi manajemen perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar
mengenai kemungkinan terjadinya di BEI?
kebangkrutan agar dapat mengambil
langkah pengambilan keputusan guna Tujuan Masalah
melakukan perbaikan kinerja demi Untuk mengetahui apakah rasio
peningkatan nilai perusahaan di masa keuangan profit margin, rasio likuiditas,
depan, juga dapat menjadi acuan bagi rasio efisiensi operasi, rasio profitabilitas,
investor untuk mengambil keputusan rasio financial leverage dapat digunakan
berinvestasi. Berdasarkan uraian diatas, untuk memprediksi kondisi financial
maka peneliti tertarik untuk meneliti dan distress pada perusahaan manufaktur
mengambil judul, “RASIO KEUANGAN sektor industri tekstil dan garmen yang
UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI terdaftar di BEI.
FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR TEKSTIL RERANGKA TEORIS YANG DIPAKAI
DAN GARMEN YANG TERDAFTAR DI DAN DIHIPOTESIS
BEI”

2
Teori Agency manajemen kepada pihak perusahaan,
Teori keagenan (agency theory) sebaliknya, manajemen memerlukan
dikembangkan di tahun 1970-an terutama auditor untuk memberikan legitimasi atas
pada tulisan Jensen dan Meckling (1976) kinerja yang mereka lakukan (dalam
pada tulisan yang berjudul “Theory of the bentuk laporan keuangan), sehingga
firm: Managerial behavior, agency costs, mereka layak mendapatkan insentif atas
and ownership structure”. Konsep-konsep kinerja tersebut. Disisi lain, kreditor
teori keagenan di latarbelakangi oleh membutuhkan auditor untuk memastikan
berbagai teori sebelumnya seperti teori bahwa uang yang mereka kucurkan untuk
konsep biaya transaksi (Coase, 1937), teori membiayai kegiatan perusahaan, benar-
property right (Berle dan Means, 1932), benar digunakan sesuai dengan
dan filsafat utilitarisme (Ross, 1973). persetujuan yang ada, sehingga kreditor
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bisa menerima bunga atas pinjaman yang
hubungan keagenan sebagai “agency diberikan.
relationship as a contract under which one Financial Distress
or more person (the principals) engage Financial distress adalah
another person (the agent) to perform kondisi dimana perusahaan mengalami
some service on their behalf which kesulitan keuangan dan terancam
involves delegating some decision making bangkrut, jika perusahaan mengalami
authority to the agent”. Jika kedua belah kebangkrutan, maka akan timbul biaya
pihak tersebut mempunyai tujuan yang kebangkrutan yang disebabkan oleh:
sama untuk memaksimumkan nilai keterpaksaan menjual aset dibawah harga
perusahaan, maka diyakini agen akan pasar, biaya likuidasi perusahaan,
bertindak dengan cara yang sesuai dengan rusaknya aset tetap dimakan waktu
kepentingan prinsipal. sebelum terjual, dan sebagainya. Kondisi
Menurut Jensen dan Smith, financial distress ini terjadi sebelum
1984, Teori agensi merupakan konsep perusahaan mengalami kebangkrutan.
yang menjelaskan hubungan kontraktual Kebangkrutan dapat diartikan sebagai
antara principals dan agents. Pihak suatu keadaan atau kondisi di mana
principals adalah pihak yang memberikan perusahaan tidak mampu lagi memenuhi
mandat kepada pihak lain, yaitu agent, kewajiban jangka pendek maupun
untuk melakukan semua kegiatan atas kewajiban jangka panjangnya kepada
nama principals dalam kapasitasnya debitur karena perusahaan mengalami
sebagai pengambil keputusan. Teori kekurangan serta ketidakcukupan dana
keagenan menyatakan bahwa dalam untuk menjalankan atau melanjutkan
pengelolaan perusahaan selalu ada konflik usahanya lagi.
kepentingan (Brigham dan Houston, 2001) Rasio Keuangan
antara (1) Manajer dan pemilik Menurut Irawati (2005 : 22)
perusahaan, (2) Manajer dan bawahannya, rasio keuangan merupakan teknik analisis
(3) Pemilik perusahaan dan kreditor. Oleh dalam bidang manajemen keuangan yang
karena itu, dibutuhkan adanya pihak yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi
melakukan proses pemantauan dan keuangan suatu perusahaan dalam periode
pemeriksaan terhadap aktivitas yang tertentu, ataupun hasil-hasil usaha dari
dilakukan oleh pihak-pihak tersebut diatas. suatau perusahaan pada satu periode
Aktivitas pihak-pihak tersebut, dinilai tertentu dengan jalan membandingkan dua
lewat kinerja keuangannya yang tercermin buah variabel yang diambil dari laporan
dalam laporan keuangan. Lebih lanjut keuangan perusahaan, baik daftar neraca
dalam agency theory, pemilik perusahaan maupun laba rugi.
membutuhkan auditor untuk Pengaruh Rasio Profit Margin Terhadap
memverifikasi informasi yang diberikan Financial Distress

3
Rasio profit margin menghitung penelitian ini adalah rasio perputaran total aset.
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam Rasio ini menunjukkan sejauh mana efektifitas
menghasilkan laba bersih pada tingkat dari penggunaan total aset yang dimiliki
penjualan tertentu pada suatu periode. Apabila perusahaan dalam menghasilkan penjualan.
perusahaan mengalami penjualan yang terus Semakin tinggi rasio perputaran total aset
meningkat maka perusahaan tersebut berarti semakin kecil kemungkinan
kemungkinan akan menghasilkan laba. perusahaan mengalami financial distress, hal
Apabila perusahaan menghasilkan laba maka ini dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan
perusahaan dapat membagikan dividen kepada tersebut baik.
para investor pemegang saham, sehingga rasio H3 : Pengaruh rasio efisiensi operasi terhadap
ini memiliki hubungan negatif dengan kondisi financial distress pada suatu
financial distress, karena semakin tinggi rasio perusahaan.
profit margin maka menunjukkan semakin Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap
kecil kemungkinan perusahaan mengalami Financial Distress
kondisi financial distress, sebaliknya semakin Rasio profitabilitas ini
rendah profit margin maka kemungkinan menggambarkan kemampuan perusahaan
perusahaan mengalami financial distress juga mendapatkan laba melalui semua
akan bertambah besar karena perusahaan tidak kemampuan, dan sumber yang ada dalam
mendapatkan laba atas penjualan dan juga perusahaan seperti kas, kegiatan penjualan,
tidak dapat membagikan dividen kepada para modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
investor. sebagainya. Rasio profitabilitas ini
H1 : Pengaruh rasio profit margin terhadap menunjukan berapa persen diperoleh laba
kondisi financial distress pada suatu bersih bila diukur dari modal pemilik. Jika
perusahaan. hasil semakin besar maka semakin baik pula
Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap laba yang didapat oleh perusahaan, oleh
Financial Distress karena itu maka peluang perusahaan dalam
Rasio likuiditas ini menghadapi financial distress akan semakin
menggambarkan bagaimana sebuah kecil pula.
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban H4 : Pengaruh rasio profitabilitas terhadap
jangka pendeknya. Rasio ini menunjukan kondisi financial distress pada suatu
sejauh mana aset lancar menutupi kewajiban- perusahaan.
kewajiban lancar. Semakin besar Pengaruh Rasio Financial Leverage
perbandingan aset lancar dengan utang lancar Terhadap Financial Distress
maka semakin tinggi pula kemampuan Financial leverage yang
perusahaan menutupi kewajiban-kewajiban diproksikan dengan debt ratio
jangka pendeknya, karena semakin besar menggambarkan hubungan antara utang
perbandingan antara aset lancar dengan utang perusahaan terhadap aset. Rasio ini dapat
lancar maka akan semakin kecil pula melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai
kemungkinan perusahaan mengalami financial oleh aset yang dimiliki untuk menutupi hutang
distress, dan hal tersebut bisa dikatakan yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan
perusahaan memiliki kinerja keuangan yang yang baik mestinya memiliki komposisi aset
bagus. yang lebih besar dari hutang, maka jika
H2 : Pengaruh rasio likuiditas terhadap kondisi komposisi aset yang dimiliki oleh perusahaan
financial distress pada suatu perusahaan. lebih besar daripada hutang maka lebih kecil
Pengaruh Rasio Efisiensi Operasi pula peluang perusahaan dalam menghadapi
Terhadap Financial Distress financial distress.
Rasio efisiensi operasi digunakan H5 : Pengaruh rasio financial leverage
untuk mengukur seberapa baik perusahaan terhadap kondisi financial distress pada suatu
dalam mengelola asetnya. Salah satu rasio perusahaan.
efisiensi operasi yang digunakan dalam

4
Gambar 2
Kerangka Pemikiran Hubungan antara Variabel Independen dengan Variabel DependeN

METODE PENELITIAN Financial Distress


Financial distress adalah
Rancangan Penelitian kondisi dimana perusahaan mengalami
Penelitian ini termasuk kesulitan keuangan dan terancam
penelitian kuantitatif. Berdasarkan tujuan bangkrut. Jika perusahaan mengalami
penelitian, penelitian ini adalah termasuk kebangkrutan, maka akan timbul biaya
penelitian dasar. Berdasarkan dari kebangkrutan yang disebabkan oleh:
karakteristik masalah, penelitian ini adalah keterpaksaan menjual aset dibawah harga
penelitian korelasional. Jenis data yang pasar, biaya likuidasi perusahaan,
digunakan dalam penelitian ini adalah data rusaknya aset tetap dimakan waktu
sekunder. sebelum terjual, dan sebagainya. Kondisi
financial distress ini terjadi sebelum
Batasan penelitian perusahaan mengalami kebangkrutan.
Batasan penelitian ini digunakan Kebangkrutan dapat diartikan sebagai
untuk membatasi peneliti agar tetap pada suatu keadaan atau kondisi di mana
tujuan penelitian dan tidak menyimpang perusahaan tidak mampu lagi memenuhi
terlalu luas. Sampel yang digunakan dalam kewajiban jangka pendek maupun
penelitian ini adalah perusahaan kewajiban jangka panjangnya kepada
manufaktur sektor industri tekstil dan debitur karena perusahaan mengalami
garmen yang terdaftar di Bursa Efek kekurangan serta ketidakcukupan dana
Indonesia pada periode tahun 2012-2017. untuk menjalankan atau melanjutkan
Variabel yang digunakan dalam penelitian usahanya lagi. Variabel ini memiliki
ini pun diberi batasan dengan indikator yang dapat menentukan kondisi
menggunakan beberapa rasio keuangan perusahaan dalam keadaan financial
yaitu rasio profit margin, rasio likuiditas distress atau tidak yaitu dengan skor:
yaitu current ratio, rasio efisiensi operasi 0 (nol) = Untuk perusahaan
yaitu perputaran total aset, rasio yang tidak mengalami financial distress.
profitabilitas yaitu ROE, rasio financial 1(satu) = Untuk perusahaan
leverage yaitu debt ratio. yang mengalami financial distress.
Kriteria perusahaan yang dapat dikatakan
Definisi Operasional dan Pengukuran tidak mengalami financial distress dalam
Variabel penelitian ini yaitu perusahaan yang
memiliki nilai interest coverage ratio

5
(ICR) diatas 1 dengan indikator 0 dan 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
sebaliknya perusahaan dapat dikatakan Perputaran Total Aset =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
mengalami financial distress dalam Rasio Profitabilitas
penelitian ini yaitu jika perusahaan Rasio profitabilitas ini
memiliki nilai Interest Coverage Ratio menunjukan berapa persen diperoleh laba
(ICR) dibawah 1 dengan indikator 1. Nilai bersih bila diukur dari modal pemilik. Jika
Interest Coverage Ratio (ICR) ini dapat hasil semakin besar maka semakin baik
dihitung dengan rumus: pula laba yang didapat oleh perusahaan.
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝐶𝑜𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 ICR 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 Return on Equity =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
= Rasio Financial Leverage
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐵𝑢𝑛𝑔𝑎
Rasio Profit Margin Financial leverage yang
Rasio profit margin menghitung diproksikan dengan debt ratio
sejauh mana kemampuan perusahaan menggambarkan hubungan antara utang
dalam menghasilkan laba bersih pada perusahaan terhadap aset. Rasio ini dapat
tingkat penjualan tertentu pada suatu melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai
periode. Apabila perusahaan mengalami oleh aset yang dimiliki untuk menutupi
penjualan yang terus meningkat maka hutang yang dimiliki oleh perusahaan.
perusahaan tersebut kemungkinan akan Perusahaan yang baik mestinya memiliki
menghasilkan laba. Apabila perusahaan komposisi aset yang lebih besar dari
menghasilkan laba maka perusahaan dapat hutang.
membagikan dividen kepada para investor 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Debt Ratio =
pemegang saham. 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑁𝑃𝑀
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ Populasi, Sampel & Teknik Pengambilan
= Sampel
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Rasio Likuiditas Populasi adalah kumpulan objek
Current ratio merupakan atau data yang dapat digunakan untuk
perbandingan antara aset lancar dan mendapatkan hasil penghitungan atau
kewajiban lancar dan merupakan ukuran pengukuran kuantitatif maupun kualitatif
yang paling umum digunakan untuk daripada karakteristik tertentu. Populasi
yang digunakan dalam penelitian ini
mengetahui kesanggupan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. adalah perusahaan manufaktur sektor
Rasio ini menunjukan sejauh mana aset industri tekstil dan garmen yang terdaftar
lancar menutupi kewajiban lancar di BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2012-
perusahaan. 2017. Sampel penelitian adalah sebagian
𝐴𝑠𝑒𝑡 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 populasi yang diambil sebagai sumber data
Current Ratio = dan dapat mewakili seluruh populasi.
𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
Rasio Efisiensi Operasi purposive sampling, yaitu penentuan
Rasio efisiensi operasi ini sampel dengan kriteria sebagai berikut:
menggambarkan perputaran aset diukur 1. Sampel perusahaan menggunakan
dari volume penjualan yang ada dalam perusahaan manufaktur sektor industri
perusahaan. Semain besar rasio ini tekstil dan garmen yang terdaftar di
semakin baik. Hal ini berarti bahwa aset Bursa Efek Indonesia dan yang
dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. mencantumkan nilai beban bunga
Penelitian Simanjuntak, dkk (2017); pada laporan keuangannya pada
Atmaja (2012) menyatakan bahwa rasio periode tahun 2012-2017.
efisiensi operasi (X3) berpengaruh untuk 2. Laporan keuangan perusahaan yang
memprediksi kondisi financial distress.

6
digunakan adalah laporan keuangan kekuatan prediksi rasio keuangan terhadap
yang telah diaudit. penentuan financial distress suatu
perusahaan. Menurut Ghozali (2011:228)
Data dan Metode Pengumpulan langkah-langkah untuk menguji regresi
Data yang digunakan dalam logistik yang digunakan untuk menguji
penelitian ini adalah data sekunder, data hipotesis. Ada beberapa langkah dalam
sekunder adalah data yang diperoleh atau melakukan regresi logistik, diantaranya:
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber uji kelayakan model (fungsi likelihood,
yang telah ada (peneliti sebagai tangan hosmer and lemeshow, nagelkerke R2, dan
kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari tabel klasifikasi) dan pengujian hipotesis
berbagai sumber seperti Biro Pusat
Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
lain-lain. Data penelitian ini berupa Analisis deskriptif digunakan
laporan keuangan tahunan perusahaan dari untuk mengetahui gambaran variabel-
periode tahun 2012-2017 yang diperoleh variabel yang digunakan dalam penelitian
dari Indonesian Capital Market Directory ini. Dengan menggunakan analisis ini
(ICMD) yang diterbitkan oleh Bursa Efek maka dapat diperoleh informasi mengenai
Indonesia. mean atau rata-rata, standar deviasi,
maximum (nilai tertinggi) pada data, dan
Teknik Analisis Data minimum (nilai terendah) pada data,
varian, sum, range, kurtois, dan skewness
Metode Analisis Deskriptif (kemencengan distribusi) (Imam,
Menurut Sugiyono (2005: 21) 2013:19).
menyatakan bahwa metode deskriptif Tabel 1 dapat diketahui total
adalah suatu metode yang digunakan untuk perusahaan pada setiap tahun dengan
menggambarkan atau menganalisis suatu persentasenya. Pada tahun 2012 total
hasil penelitian tetapi tidak digunakan perusahaan berjumlah 15 dengan
untuk membuat kesimpulan yang lebih persentasenya 17,4% yang terdiri dari 4
luas. Analisis ini akan memberikan perusahaan dengan tingkat persentasenya
gambaran atau deskripsi mengenai sebesar 10% yang mengalami kondisi
variabel-variabel yang diteliti. Uji statistik financial distress dan 11 perusahaan
deskriptif yang dilakukan mencakup nilai dengan tingkat persentasenya sebesar
minimum, maksimum, rata-rata, dan 23,9% yang tidak mengalami kondisi
standar deviasi dari variabel penelitian. financial distress. Pada tahun 2013 total
Deskriptif variabel profit margin (X1), perusahaan berjumlah 15 dengan
likuiditas (X2), efisiensi operasi (X3), persentasenya 17,4% yang terdiri dari 6
profitabilitas (X4), financial leverage (X5) perusahaan dengan tingkat persentasenya
dilakukan dengan melihat nilai rata-rata sebesar 15% yang mengalami kondisi
(mean), nilai minimum, nilai maksimum. financial distress dan 9 perusahaan dengan
Deskriptif variabel financial distress (Y) tingkat persentasenya sebesar 19,6% yang
menggunakan deskriptif variable dengan tidak mengalami kondisi financial distress.
melihat nilai frekuensi masing-masing Pada tahun 2014 total perusahaan
skor, dengan skor 0 dan 1 yang meliputi berjumlah 14 dengan persentasenya 16,3%
skor 0 = tidak mengalami financial yang terdiri dari 6 perusahaan dengan
distress dan skor 1 = mengalami financial tingkat persentasenya sebesar 15% yang
distress. mengalami kondisi financial distress dan 8
Regresi Logistik perusahaan dengan tingkat persentasenya
Teknik analisis data yang sebesar 17,4% yang tidak mengalami
digunakan dalam penelitian ini adalah kondisi financial distress.
analisis regresi logistik untuk mengetahui

7
Tabel 1
Descriptive Statistics Crosstabulation
FINANCIAL DISTRESS %
Tahun TIDAK TIDAK Total %
DISTRESS DISTRESS
DISTRESS DISTRESS
2012 11 4 23,9% 10,0% 15 17,4%
2013 9 6 19,6% 15,0% 15 17,4%
2014 8 6 17,4% 15,0% 14 16,3%
2015 6 9 13,0% 22,5% 15 17,4%
2016 9 5 19,6% 12,5% 14 16,3%
2017 3 10 6,5% 25,0% 13 15,1%
Total 46 40 100% 100% 86 100%
Sumber: Hasil Pengolahan Data

(Tabel 1) Pada tahun 2015 total mengalami kondisi financial distress dan 9
perusahaan berjumlah 15 dengan perusahaan dengan tingkat persentasenya
persentasenya 17,4% yang terdiri dari 9 sebesar 19,6% yang tidak mengalami
perusahaan dengan tingkat persentasenya kondisi financial distress. Pada tahun 2017
sebesar 22,5% yang mengalami kondisi total perusahaan berjumlah 13 dengan
financial distress dan 6 perusahaan dengan persentasenya 17,4% yang terdiri dari 10
tingkat persentasenya sebesar 13% yang perusahaan dengan tingkat persentasenya
tidak mengalami kondisi financial distress. sebesar 25% yang mengalami kondisi
Pada tahun 2016 total perusahaan financial distress dan 3 perusahaan dengan
berjumlah 14 dengan persentasenya 16,3% tingkat persentasenya sebesar 6,5% yang
yang terdiri dari 5 perusahaan dengan tidak mengalami kondisi financial distress.
tingkat persentasenya sebesar 12,5% yang

Tabel 2
Hasil Analisis Deskriptif
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
PM 86 -0,655 0,090 -0,043 0,131
CR 86 0,112 6,809 1,512 1,220
TATO 86 0,068 1,677 0,798 0,370
ROE 86 -2,540 2,412 0,037 0,568
DAR 86 -0,734 3,980 0,394 0,503
Sumber: Lampiran 7 data hasil spss, diolah

Tabel 2 menunjukkan jumlah industri tekstil dan garmen. Berikut


pengukuran (N), nilai minimum, nilai pembahasan analisis deskriptif mengenai
maksimum, nilai rata-rata (mean), dan masing-masing variabel dalam penelitian
standar deviasi untuk masing-masing ini:
variabel independen. Tabel tersebut 1. Rasio Profit Margin (PM)
menunjukan deskripsi dari masing-masing Berdasarkan 86 sampel
variabel independen yang sudah perusahaan manufaktur sektor industri
ditentukan dalam penelitian ini. Jumlah tekstil dan garmen, nilai minimum variabel
keseluruhan data dalam penelitian ini ada profit margin menunjukan hasil sebesar -
86 data perusahaan manufaktur sektor 0,655. Nilai profit margin sampel

8
minimum ditunjukan oleh perusahaan penyebaran datanya baik serta memiliki
Panasia Indo Resources Tbk. (HDTX) variasi data yang tidak telalu tinggi.
pada tahun 2017. Pada tahun 2017 3. Rasio Efisiensi Operasi (TATO)
perusahaan HDTX mengalami kondisi Berdasarkan 86 sampel
financial distress. Nilai maksimum dari perusahaan manufaktur sektor industri
profit margin yaitu sebesar 0,090. Nilai tekstil dan garmen, nilai minimum variabel
profit margin sampel maksimum TATO sebesar 0,068. Nilai TATO sampel
ditunjukan oleh perusahaan PT Sri Rejeki minimum ditunjukan oleh perusahaan
Isman Tbk. (SRIL) pada tahun 2017. Trisula International Tbk. (TRIS) pada
Perusahaan SRIL pada tahun 2017 tidak tahun 2014. Pada tahun 2014 perusahaan
termasuk dalam perusahaan yang TRIS tidak termasuk dalam perusahaan
mengalami kondisi financial distress. yang mengalami kondisi financial distress.
Nilai rata-rata (mean) dari Nilai maksimum dari TATO yaitu sebesar
variabel profit margin sebesar -0,043. 1,677. Nilai TATO sampel maksimum
Artinya kemampuan perusahaan sektor ditunjukan oleh perusahaan Asia Pasific
industri tekstil dan garmen belum bisa Fibers Tbk. (POLY) pada tahun 2015.
menghasilkan laba pada tingkat penjualan Perusahaan POLY pada tahun 2015
tertentu. Nilai standar deviasi variabel ini termasuk dalam perusahaan yang
lebih besar dari nilai rata-rata (mean) yaitu mengalami kondisi financial distress.
0,131, ini berarti variabel profit margin Nilai rata-rata (mean) dari
memiliki data tidak homogen dalam artian variabel TATO yaitu sebesar 0,798.
penyebaran datanya tidak baik serta Artinya perputaran aset perusahaan sektor
memiliki variasi data yang tinggi. industri tekstil dan garmen yang diukur
2. Rasio Likuiditas (Current Ratio/CR) dari volume penjualan mereka adalah
Berdasarkan 86 sampel sebesar 79,8%. Nilai standar deviasi
perusahaan manufaktur sektor industri variabel ini lebih kecil dari nilai rata-rata
tekstil dan garmen, nilai minimum variabel (mean) yaitu 0.370, ini berarti variabel
current ratio sebesar 0,112. Nilai current TATO memiliki data homogen dalam
ratio sampel minimum ditunjukan oleh artian penyebaran datanya baik serta
perusahaan Asia Pasific Fibers Tbk. memiliki variasi data yang tidak telalu
(POLY) pada tahun 2017. Pada tahun 2017 tinggi.
perusahaan POLY mengalami kondisi 4. Rasio Profitabilitas (ROE)
financial distress. Nilai maksimum dari Berdasarkan 86 sampel
current ratio yaitu sebesar 6,809. Nilai perusahaan manufaktur sektor industri
current ratio sampel maksimum tekstil dan garmen, nilai minimum variabel
ditunjukan oleh perusahaan PT Sri Rejeki ROE sebesar -2,540. Nilai ROE sampel
Isman Tbk. (SRIL) pada tahun 2017. minimum ditunjukan oleh perusahaan
Perusahaan SRIL pada tahun 2017 tidak Panasia Indo Resources Tbk. (HDTX)
termasuk dalam perusahaan yang pada tahun 2017. Pada tahun 2017
mengalami kondisi financial distress. perusahaan HDTX termasuk dalam
Nilai rata-rata (mean) dari perusahaan yang mengalami kondisi
variabel current ratio yaitu sebesar 1,512. financial distress. Nilai maksimum dari
Artinya kemampuan aset lancar ROE yaitu sebesar 2,412. Nilai ROE
perusahaan sektor industri tekstil dan sampel minimum ditunjukan oleh
garmen dalam menutupi kewajiban- perusahaan Trisula International Tbk.
kewajiban lancar mereka adalah sebesar (TRIS) pada tahun 2014. Perusahaan TRIS
1.512 kali. Nilai standar deviasi variabel pada tahun 2014 tidak termasuk dalam
ini lebih kecil dari nilai rata-rata (mean) perusahaan yang mengalami kondisi
yaitu 1.220, ini berarti variabel current financial distress.
ratio memiliki data homogen dalam artian Nilai rata-rata (mean) dari

9
variabel ROE yaitu sebesar 0,037. Artinya maksimum dari DAR yaitu sebesar 3,980.
3,7% laba bersih yang dihasilkan oleh Nilai DAR sampel maksimum ditunjukan
perusahaan berasal dari modal pemilik. oleh perusahaan Asia Pasific Fibers Tbk.
Nilai standar deviasi variabel ini lebih (POLY) pada tahun 2015. Perusahaan
besar dari nilai rata-rata (mean) yaitu TRIS pada tahun 2015 termasuk dalam
0,568, ini berarti variabel ROE memiliki perusahaan yang mengalami kondisi
data tidak homogen dalam artian financial distress.
penyebaran datanya tidak baik serta Nilai rata-rata (mean) dari
memiliki variasi data yang tinggi. variabel DAR yaitu sebesar 0,394. Artinya
5. Rasio Financial Leverage (DAR) untuk 1 rupiah aset yang dimiliki oleh
Berdasarkan 86 sampel perusahaan sektor industri tekstil dan
perusahaan manufaktur sektor industri garmen, 39,4% nya dibiayai dari utang.
tekstil dan garmen, nilai minimum variabel Nilai standar deviasi variabel ini lebih
DAR sebesar -0,734. Nilai DAR sampel besar dari nilai rata-rata (mean) yaitu
minimum ditunjukan oleh perusahaan 0,503, ini berarti variabel DAR memiliki
Argo Pantes Tbk. (ARGO) pada tahun data tidak homogen dalam artian
2017. Pada tahun 2017 perusahaan ARGO penyebaran datanya tidak baik serta
termasuk dalam perusahaan yang memiliki variasi data yang tinggi.
mengalami kondisi financial distress. Nilai

Tabel 3
Nilai Variabel Independen Berdasarkan Kesehatan Perusahaan
VARIABEL DISTRESS TIDAK DISTRESS
Profit Margin (PM) -0,125 0,029
Likuiditas (CR) 0,959 1,992
Efisiensi Operasi (TATO) 0,757 0,834
Profitabilitas (ROE) -0,087 0,144
Financial Leverage (DAR) 0,297 0,703
Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 3 menunjukan nilai yang tidak mengalami financial


rata-rata variabel independen distress pada variabel likuiditas (CR)
perusahaan manufaktur sektor industri sebesar 1,992. Pada variabel efisiensi
tekstil dan garmen yang mengalami operasi (TATO) nilai rata-rata
kondisi financial distress dan yang perusahaan yang mengalami kondisi
tidak mengalami kondisi financial financial distress sebesar 0,757,
distress. Pada variabel profit margin sedangkan nilai rata-rata perusahaan
(PM) nilai rata-rata perusahaan yang yang tidak mengalami financial
mengalami kondisi financial distress distress pada variabel efisiensi operasi
sebesar -0,125, sedangkan nilai rata- (TATO) sebesar 0,834. Pada variabel
rata perusahaan yang tidak mengalami profitabilitas (ROE) nilai rata-rata
financial distress pada variabel profit perusahaan yang mengalami kondisi
margin sebesar 0,029. Pada variabel financial distress sebesar -0,087,
likuiditas (CR) nilai rata-rata sedangkan nilai rata-rata perusahaan
perusahaan yang mengalami kondisi yang tidak mengalami financial
financial distress sebesar 0,959, distress pada variabel profitabilitas
sedangkan nilai rata-rata perusahaan (ROE) sebesar 0,144. Pada variabel

10
financial leverage (DAR) nilai rata- menggunakan metode analisis regresi
rata perusahaan yang mengalami logistik, dengan tujuan yaitu memprediksi
kondisi financial distress sebesar besar variabel terikat terhadap masing-
0,297, sedangkan nilai rata-rata masing variabel bebas yang sudah
perusahaan yang tidak mengalami diketahui nilainya. Metode analisis regresi
financial distress pada variabel logistik ini dapat mengetahui peluang
financial leverage (DAR) sebesar ataupun kemungkinan terjadinya variabel
0,703. bebas dapat memprediksi variabel terikat.
Penelitian ini menggunakan alat bantu
Hasil Analisis dan Pembahasan berupa software komputer program SPSS.
Hasil penelitian akan dibahas dalam sub-
Pengujian Hipotesis bab selanjutnya.
Pengujian hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu
1. Uji Kelayakan Model Regresi

Tabel 4
Nilai Cox and Snell R2 dan Nagelkerke R Square
Cox & Snell R2 Nagelkerke R2
0,627 0,838
Sumber : Data hasil spss, diolah

Nagelkerke’s R square merupakan empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak
modifikasi koefisien Cox and Snell untuk ada perbedaan antara model dengan data
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sehingga model dapat dikatakan fit). Apabila
(nol) sampai 1 (satu). Dengan nilai nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of
Nergelkerke R2 sebesar 0,838 yang berarti Fit Test > 0,05, maka H0 diterima, artinya
variabel dependen (financial distress) dapat model dapat memprediksi nilai observasi
dijelaskan oleh variabel independen (profit penelitian, serta model dapat diterima karena
margin, likuiditas, efisiensi operasi, adanya kecocokan dengan data observasi yang
profitabilitas dan financial leverage) sebesar dilakukan dalam penelitian. Namun
83,8%, sedangkan sisanya sebesar 16,2% sebaliknya, apabila Hosmer and Lemeshow’s
dijelaskan oleh variabel lain selain kelima Goodness of Fit Test ≤ dari 0,05, maka H0
variabel independen yang diteliti. ditolak yang artinya ada perbedaan signifikan
Menguji kesesuaian model juga antara model dengan nilai observasinya,
dapat dilihat dengan menggunakan nilai dari sehingga dapat dikatakan bahwa goodness of
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit fit model tidak baik karena model tidak dapat
Test. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness diprediksi nilai observasi dalam penelitian.
of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data

Tabel 5
Nilai Hosmer and Lemeshow Test
Chi-square Signifikansi
3,799 0,875
Sumber : Data hasil spss, diolah

Hasil output SPSS dari Tabel 5 yang nilainya diatas 0,05. Berdasarkan hasil
menunjukan bahwa besarnya Chi-square ini dapat disimpulkan bahwa model dapat
sebesar 3,799 dengan nilai probabilitas 0,875 diterima, serta dapat dikatakan bahwa H0

11
diterima karena tingkat signifikasi > 0,05 yang 2. Model Omnibus
artinya model dapat memprediksi nilai Model ini memperkuat pernyataan
observasi penelitian, serta model telah cukup model sebelumnya yaitu hosmer and
menjelaskan data (model fit). Dengan kata lain lameshow’s goodness of fit test. Model ini
profit margin, likuiditas, efisiensi operasi, layak apabila tingkat signifikansi lebih kecil
profitabilitas dan financial leverage dapat dari 0,05, sebaliknya dikatakan tidak layak
digunakan dalam memprediksi kondisi apabila tingkat signifikansinya lebih besar dari
financial distress. 0,05.

Tabel 6
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 84.912 5 .000
Block 84.912 5 .000
Model 84.912 5 .000
Sumber : Data hasil spss, diolah

Berdasarkan hasil penelitian berarti model hanya dengan konstanta saja


menunjukan nilai chi-square sebesar 84,912 tidak fit dengan data. Nilai -2 log likelihood
dengan tingkat signifikansinya 0,000 lebih yang kedua adalah untuk model dengan
kecil dari 0,05 sehingga hasil ini menunjukan konstanta dan variabel bebas (profit margin,
bahwa penambahan variabel independen dapat likuiditas, efisiensi operasi, profitabilitas dan
memberikan pengaruh terhadap model. Model financial leverage) dengan nilai -2 log
tersebut dikatakan layak atau fit. (Tabel 6) likelihood (Tabel 8) sebesar 33,890 dan
3. Uji Keseluruhan Model (Overall Model memiliki nilai distribusi 𝜒 ! dengan df 80 (86-
Fit) 6). Nilai -2 log likelihood untuk model dengan
Uji keseluruhan model -2 Log konstanta dan variabel bebas (profit margin,
likelihood dari model adalah probabilitas likuiditas, efisiensi operasi, profitabilitas dan
bahwa model yang dihipotesiskan financial leverage) tidak signifikan pada alpha
menggambarkan data input. Uji ini digunakan 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak
untuk menilai model yang telah di dan model fit dengan data.
hipotesiskan telah fit atau tidak dengan data. Statistik nilai -2 log likelihood
Pengujian dilakukan dengan membandingkan dapat digunakan untuk menentukan jika
nilai -2 Log likelihood awal (block number = variabel bebas ditambahkan ke dalam model
0) dengan nilai -2 Log likelihood akhir (block apakah secara signifikan memperbaiki model
number = 1). Apabila terjadi penurunan antara fit. Selisih nilai -2 log likelihood untuk model
nilai -2 Log likelihood awal dengan nilai -2 dengan konstanta saja dan -2 log likelihood
Log likelihood akhir, maka dapat disimpulkan untuk model dengan konstanta dan variabel
bahwa model tersebut menunjukan model bebas (profit margin, likuiditas, efisiensi
regresi yang baik. operasi, profitabilitas dan financial leverage)
Berdasarkan pada Tabel 7 dan 8 didistrbusikan sebagai 𝜒 ! dengan df (selsih df
dapat diketahui bahwa output SPSS kedua model). Output SPSS (Tabel 7 dan 8)
memberikan dua nilai -2log likelihood yaitu menunjukan selisih kedua -2 log likelihood
satu model untuk yang memasukan konstanta sebesar 84,912 (118,802-33,890) dengan df 5
yaitu sebesar 118,802 dan memiliki distribusi (85-80) dan angka tersebut signifikan secara
𝜒 ! dengan df 85 (86-1), walaupun nilai df statistik. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol
tidak tampak dalam output spss. Nilai -2 log ditolak dan penambahan variabel bebas (profit
likelihood sebesar 118,802 ini signifikan pada margin, likuiditas, efisiensi operasi,
alpha 0,05 dan hipotesis nol ditolak yang profitabilitas dan financial leverage) kedalam

12
model memperbaiki model fit, sehingga dapat dihipotesiskan fit dengan data dan
disimpulkan bahwa model yang menunjukan model regresi yang baik

Tabel 7
Output Block 0 (Beginning Block)
-2 Log Coefficients
likelihood Constant
118.802 -0.140
Sumber : Data hasil spss, diolah

Tabel 8
Output Block 1 (Method=Enter)
-2 Log Coefficients
likelihood Constant PM CR TATO ROE DAR
33.890 -4.260 -137.349 0.333 4.724 -3.304 -1.422
Sumber : Data hasil spss, diolah

4. Uji Analisis Regresi Logistik mengetahui peluang ataupun kemungkinan


Pengujian hipotesis yang terjadinya kondisi financial distress dapat
digunakan dalam penelitian ini yaitu memprediksi variabel profit margin, likuiditas,
menggunakan metode analisis regresi logistik, efisiensi operasi, profitabilitas dan financial
dengan tujuan yaitu memprediksi besar leverage. Penelitian ini menggunakan alat
variabel terikat terhadap masing-masing bantu berupa software komputer program
variabel bebas yang sudah diketahui nilainya. SPSS. Berikut akan disajikan hasil analisis
Metode analisis regresi logistik ini dapat regresi logistik.

Tabel 9
Hasil Analisis Regresi Logistik
Variabel Koefisien (B) Wald Sig. Exp (B)
PM -137,349 9,025 0,003 0,000
CR 0,333 0,237 0,626 1,395
TATO 4,724 5,075 0,024 112,600
ROE -3,304 0,651 0,420 0,037
DAR -1,422 0,543 0,461 0,241
Constant -4,260 3,884 0,049 0,014
Sumber : Data hasil spss, diolah

Berdasarkan Tabel 9, variabel nilai ini kurang dari 0,05.


independen yang masuk dalam model adalah 4. Variabel profitabilitas (ROE) memiliki
sebagai berikut: nilai signifikansi 0,420 dimana nilai ini
1. Variabel profit margin memiliki nilai lebih dari 0,05.
signifikansi 0,003 dimana nilai ini kurang 5. Variabel financial leverage (DAR)
dari 0,05. memiliki nilai signifikansi 0,049 dimana
2. Variabel likuiditas (current ratio) nilai ini kurang dari 0,05.
memiliki nilai signifikansi 0,626 dimana Dengan demikian model penelitian
nilai ini lebih dari 0,05. yang dapat disimpulkan kedalam persamaan
3. Variabel efisiensi operasi (TATO) sebagai berikut :
memiliki nilai signifikansi 0,024 dimana

13
4. Tabel Klasifikasi hanya ada 43 data yang merupakan
Tabel klasifikasi akan menunjukan perusahaan yang tidak mengalami kondisi
kekuatan prediksi dari model regresi untuk financial distress, sehingga menghasilkan
memprediksi kemungkinan perusahaan ketepatan klasifikasi sebesar 93,5%, dimana
mengalami kondisi financial distress. Tabel 10 diperoleh dari 43/46. Selanjutnya, jumlah
menggambarkan perusahaan yang mengalami perusahaan yang mengalami kondisi financial
kondisi financial distress dan perusahaan yang distress dari Tabel 4.10 terdiri dari 40 data,
tidak mengalami kondisi financial distress. sedangkan hasil dari observasi terdapat 33
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa data, sehingga hasil ketepatan klasifikasi
perusahaan yang tidak mengalami kondisi terhadap data perusahaan yang mengalami
financial distress terdiri dari 46 data, kondisi financial distress sebesar 82,5%,
sedangkan dari hasil observasi dapat diketahui dimana berasal dari 33/40. (Tabel 10)

Tabel 10
Classification Tablea
Jumlah Data Prediksi Presentase
Observed
Perusahaan Tidak Distress Distress (%)
Tidak Distress 46 43 3 93,5%
Distress 40 7 33 82,5%
Total Data Perusahaan 86 50 46
Persentase Keseluruhan 88,4%
Sumber : Data hasil spss, diolah

Dengan demikian secara margin ini menghitung sejauh mana


keseluruhan model ini memiliki ketepatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
klasifikasi sebesar 88,4%. Jadi dapat laba bersih pada tingkat penjualan tertentu
disimpulkan dari 86 data observasi, hanya pada suatu periode. Apabila perusahaan
ada 76 observasi yang tepat mengalami penjualan yang terus meningkat
pengklasifikasiannya dengan menggunakan maka perusahaan tersebut kemungkinan akan
model regresi logistik. Dalam menghasilkan laba. Apabila perusahaan
pengklasifikasian data perushaan menghasilkan laba maka perusahaan dapat
manufaktur sektor industri tekstil dan membagikan dividen kepada para investor
garmen yang mengalami kondisi financial pemegang saham, sehingga rasio ini memiliki
distress terdapat 33 perusahaan dari hubungan negatif dengan financial distress,
keseluruhan data yang mengalami kondisi karena semakin tinggi rasio profit margin
financial distress yaitu sebanyak 40 data maka menunjukkan semakin kecil
perusahaan. kemungkinan perusahaan mengalami kondisi
5. Hasil Uji Pengaruh financial distress. Begitupun sebaliknya,
a. Profit Margin terhadap Financial semakin rendah rasio profit margin maka
Distress menunjukkan semakin besar kemungkinan
Berdasarkan teorinya rasio profit perusahaan mengalami kondisi financial

14
distress perusahaan tersebut baik.
Berdasarkan hasil penelitian pada Berdasarkan hasil penelitian Tabel
Tabel 9, diketahui rasio profit margin 9, dapat diperoleh bahwa rasio efisiensi
memiliki nilai koefisien regresi sebesar - operasi memiliki nilai koefisiensi regresi
137,349 dengan tingkat signifikansi sebesar sebesar 4,724 dengan tingkat signifikansi
0,003<0,05, sehingga profit margin memiliki sebesar 0,024<0,05, sehingga efisiensi operasi
pengaruh yang signifikan terhadap kondisi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
financial distress. Berdasarkan hasil tersebut terhadap kondisi financial distress.
dapat disimpulkan bahwa H1 dapat diterima. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
b. Likuiditas terhadap Financial Distress bahwa H3 tidak dapat diterima atau ditolak.
Berdasarkan teorinya rasio d. Profitabilitas terhadap Financial
likuiditas (current ratio) ini menggambarkan Distress
bagaimana sebuah perusahaan untuk Berdasarkan teorinya rasio
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. profitabilitas ini menggambarkan kemampuan
Rasio ini menunjukan sejauh mana aset lancar perusahaan mendapatkan laba melalui semua
menutupi kewajiban-kewajiban lancar. kemampuan, dan sumber yang ada dalam
Semakin besar perbandingan aset lancar perusahaan seperti kas, kegiatan penjualan,
dengan utang lancar semakin tinggi pula modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
kemampuan perusahaan menutupi kewajiban- sebagainya. Rasio profitabilitas ini
kewajiban jangka pendeknya, karena semakin menunjukan berapa persen diperoleh laba
besar perbandingan antara aset lancar dengan bersih bila diukur dari modal pemilik. Jika
utang lancar maka akan semakin kecil pula hasil semakin besar maka semakin baik pula
kemungkinan perusahaan mengalami financial laba yang didapat oleh perusahaan, oleh
distress, dan hal tersebut bisa dikatakan karena itu maka peluang perusahaan dalam
perusahaan memiliki kinerja keuangan yang menghadapi financial distress akan semakin
bagus. kecil pula.
Berdasarkan hasil penelitian Tabel Berdasarkan hasil penelitian Tabel
9, dapat diperoleh bahwa rasio likuiditas 9, dapat diperoleh bahwa rasio profitabilitas
(current ratio) memiliki nilai koefisiensi memiliki nilai koefisiensi regresi sebesar -
regresi sebesar 0,333 dengan tingkat 3,304 dengan tingkat signifikansi sebesar
signifikansi sebesar 0,626>0,05, sehingga 0,420>0,05, sehingga profitabilitas tidak
likuiditas (current ratio) tidak memiliki memiliki pengaruh yang signifikan dalam
pengaruh yang signifikan dalam memprediksi memprediksi kondisi financial distress.
kondisi financial distress. Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
tersebut dapat disimpulkan bahwa H2 tidak bahwa H4 tidak dapat diterima atau ditolak.
dapat diterima atau ditolak. e. Financial Leverage terhadap Financial
c. Efisiensi Operasi terhadap Financial Distress
Distress Berdasarkan teorinya debt ratio
Berdasarkan teorinya rasio efisiensi menggambarkan hubungan antara utang
operasi digunakan untuk mengukur seberapa perusahaan terhadap aset. Rasio ini dapat
baik perusahaan dalam mengelola asetnya. melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai
Salah satu rasio efisiensi operasi yang oleh aset yang dimiliki untuk menutupi hutang
digunakan dalam penelitian ini adalah rasio yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan
perputaran total aset. Rasio ini menunjukkan yang baik mestinya memiliki komposisi aset
sejauh mana efektifitas dari penggunaan total yang lebih besar dari hutang, maka jika
aset yang dimiliki perusahaan dalam komposisi aset yang dimiliki oleh perusahaan
menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio lebih besar daripada hutang maka lebih kecil
perputaran total aset berarti semakin kecil pula peluang perusahaan dalam menghadapi
kemungkinan perusahaan mengalami financial financial distress.
distress, hal ini dapat dikatakan bahwa kinerja Berdasarkan hasil penelitian Tabel

15
9, dapat diperoleh bahwa rasio financial Pembahasan
leverage memiliki nilai koefisiensi regresi Berikut akan disajikan rangkuman
sebesar -1,422 dengan tingkat signifikansi hasil uji pengaruh variabel independen pada
sebesar 0,461>0,05, sehingga financial variabel dependen agar mudah dipahami.
leverage tidak memiliki pengaruh yang Pembahasan dalam penelitian ini bertujuan
signifikan dalam memprediksi kondisi untuk menjelaskan hasil dari penelitian, untuk
financial distress. Berdasarkan hasil tersebut mengetahui apakah hasil penelitian sudah
dapat disimpulkan bahwa H5 tidak dapat sesuai dengan tujuan penelitian. Pembahasan
diterima atau ditolak. selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 11
Rangkuman Hasil Uji Pengaruh
Variabel Independen Keterangan Variabel Dependen
Profit Margin Berpengaruh
Likuiditas Tidak Berpengaruh
Efisiensi Operasi Tidak Berpengaruh Financial Distress
Profitabilitas Tidak Berpengaruh
Financial Leverage Tidak Berpengaruh
Sumber : Data hasil spss, diolah

1. Profit Margin Terhadap Financial distress dikarenakan bahwa tingkat penjualan


Distress yang semakin tinggi tentunya akan
Rasio profit margin menghitung menghasilkan laba yang tinggi pula, sehingga
sejauh mana kemampuan perusahaan dalam dengan adanya laba yang tinggi akan
menghasilkan laba bersih pada tingkat mempermudah kondisi keuangan perusahaan.
penjualan tertentu pada suatu periode. Apabila Hal ini menunjukan bahwa rasio profit margin
perusahaan mengalami penjualan yang terus mampu menentukan kondisi perusahaan
meningkat maka perusahaan tersebut tersebut mengalami kondisi financial distress
kemungkinan akan menghasilkan laba. atau tidak.
Apabila perusahaan menghasilkan laba maka
perusahaan dapat membagikan dividen kepada 2. Likuiditas (Current Ratio) Terhadap
para investor pemegang saham, sehingga rasio Financial Distress
ini memiliki hubungan negatif dengan Rasio likuiditas yang diproksikan
financial distress, karena semakin tinggi rasio dengan current ratio ini menggambarkan
profit margin maka menunjukkan semakin bagaimana sebuah perusahaan untuk
kecil kemungkinan perusahaan mengalami menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya.
kondisi financial distress, sebaliknya semakin Rasio ini menunjukan sejauh mana aset lancar
rendah profit margin maka kemungkinan menutupi kewajiban-kewajiban lancar.
perusahaan mengalami financial distress juga Semakin besar perbandingan aset lancar
akan bertambah besar karena perusahaan tidak dengan utang lancar semakin tinggi pula
mendapatkan laba atas penjualan dan juga kemampuan perusahaan menutupi kewajiban-
tidak dapat membagikan dividen kepada para kewajiban jangka pendeknya, karena semakin
investor. besar perbandingan antara aset lancar dengan
Hasil dari analisis regresi logistik utang lancar maka akan semakin kecil pula
dapat menunjukan bahwa profit margin kemungkinan perusahaan mengalami financial
memiliki pengaruh yang signifikan dalam distress, dan hal tersebut bisa dikatakan
memprediksi kondisi financial distres yang perusahaan memiliki kinerja keuangan yang
artinya H1 diterima. Adanya pengaruh profit bagus.
margin dalam memprediksi kondisi financial

16
Hasil ini dapat disimpulkan bahwa ditolak. Tidak adanya pengaruh antara
H2 tidak dapat diterima atau ditolak. Tidak efisiensi operasi (TATO) dalam memprediksi
adanya pengaruh yang signifikan antara kondisi financial distress bisa dikarenakan
likuiditas (current ratio) dalam memprediksi perusahaan tidak dapat mengefisiensikan
kondisi financial distress ini dikarenakan aset biaya yang dikeluarkan dalam setiap
lancar perusahaan tidak dapat menutupi penjualan, hal tersebut dapat mengakibatkan
kewajiban-kewajiban lancar perusahaan. Aset perusahaan mengalami kondisi financial
lancar yang dimaksud bisa dari kas ataupun distress meskipun nilai TATO dalam sebuah
piutang usaha yang dimiliki oleh perusahaan. perusahaan tersebut tinggi. Tinggi ataupun
Hasil penelitian ini tidak sesuai rendahnya nilai TATO tidak selalu dapat
dengan teori yang menjelaskan hubungan menentukan sebuah perusahaan akan
antara likuiditas (current ratio) dengan kondisi mengalami kondisi financial distress ataupun
financial distress, artinya penelitian ini tidak tidak, dalam hal ini perusahaan juga harus
berhasil membuktikan hubungan antara dapat memperhatikan efisiensi pengeluaran
likuiditas (current ratio) dengan kondisi biaya yang digunakan untuk penjualan. Hasil
financial distress. Hal ini dikarenakan penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang
perusahaan belum memiliki kemampuan menjelaskan tentang hubungan antara efisiensi
untuk memenuhi kewajiban lancar mereka operasi (TATO) dengan kondisi financial
menggunakan aset lancar yang dimiliki. distress, artinya penelitian ini tidak dapat
Perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban membuktikan hubungan antara efisiensi
lancarnya pada tanggal jatuh tempo, lalu operasi (TATO) dengan kondisi financial
perusahaan melakukan penarikan pinjaman distress.
baru dengan tingkat bunga yang relatif tinggi
untuk melunasi kewajiban lancarnya. Oleh 4. Rasio Profitabilitas (ROE) Terhadap
karena itu perusahaan belum bisa mengelola Financial Distress
kewajiban lancar dengan aset lancar yang Rasio profitabilitas yang
dimilikinya dengan baik sehingga kondisi diproksikan dengan ROE ini menggambarkan
financial distress bisa saja terjadi kapanpun. kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan, dan sumber yang
3. Rasio Efisiensi Operasi (TATO) ada dalam perusahaan seperti kas, kegiatan
Terhadap Financial Distress penjualan, modal, jumlah karyawan, jumlah
Rasio efisiensi operasi yang cabang dan sebagainya. Rasio profitabilitas ini
diproksikan dengan TATO digunakan untuk menunjukan berapa persen diperoleh laba
mengukur seberapa baik perusahaan dalam bersih bila diukur dari modal pemilik. Jika
mengelola asetnya. Salah satu rasio efisiensi hasil semakin besar maka semakin baik pula
operasi yang digunakan dalam penelitian ini laba yang didapat oleh perusahaan, oleh
adalah rasio perputaran total aset. Rasio ini karena itu maka peluang perusahaan dalam
menunjukkan sejauh mana efektifitas dari menghadapi financial distress akan semakin
penggunaan total aset yang dimiliki kecil pula.
perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa
Semakin tinggi rasio perputaran total aset H4 tidak dapat diterima atau ditolak. Tidak
berarti semakin kecil kemungkinan adanya pengaruh yang signifikan antara
perusahaan mengalami financial distress, hal hubungan profitabilitas (ROE) dalam
ini dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan memprediksi kondisi financial distress
tersebut baik. dikarenakan sumber yang ada dalam
Hasil dari analisis regresi logistik perusahaan seperti kas, kegiatan penjualan,
dapat menunjukan bahwa efisiensi operasi modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan sebagainya belum mampu menghasilkan laba
dalam memprediksi kondisi financial distres bagi perusahaan. Hasil penelitian ini tidak
yang artinya H3 tidak dapat diterima atau sesuai dengan teori yang menjelaskan

17
hubungan antara profitabilitas (ROE) dengan menyebabkan sebuah perusahaan mengalami
kondisi financial distress, artinya hasil kondisi financial distress.
penelitian ini tidak mampu membuktikan
hubungan antara profitabilitas (ROE) dengan KESIMPULAN, KETERBATASAN
kondisi financial distress. Hal ini dikarenakan DAN SARAN
perusahaan tidak mampu mengelola modal Adapun kesimpulan dalam
yang dimilikinya dengan baik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
menghasilkan laba. Perusahaan akan 1. Profit margin dapat mempengaruhi
melakukan pinjaman pada pihak eksternal kondisi financial distress pada
yang berakibat pada meningkatnya utang perusahaan manufaktur sektor industri
perusahaan. Pembayaran utang perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa
tersebut akan mengurangi laba perusahaan. Efek Indonesia.
Oleh karena itu perusahaan dapat mengalami 2. Likuiditas tidak dapat mempengaruhi
kondisi financial distress. kondisi financial distress pada
perusahaan manufaktur sektor industri
5. Rasio Financial Leverage (DAR) tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa
Terhadap Financial Distress Efek Indonesia.
Rasio financial leverage yang 3. Efesiensi operasi tidak dapat
diproksikan dengan debt ratio mempengaruhi kondisi financial distress
menggambarkan hubungan antara utang pada perusahaan manufaktur sektor
perusahaan terhadap aset. Rasio ini dapat industri tekstil dan garmen yang terdaftar
melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai di Bursa Efek Indonesia.
oleh aset yang dimiliki untuk menutupi hutang 4. Profitabilitas tidak dapat mempengaruhi
yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan kondisi financial distress pada
yang baik mestinya memiliki komposisi aset perusahaan manufaktur sektor industri
yang lebih besar dari hutang, maka jika tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa
komposisi aset yang dimiliki oleh perusahaan Efek Indonesia.
lebih besar daripada hutang maka lebih kecil 5. Financial leverage tidak dapat
pula peluang perusahaan dalam menghadapi mempengaruhi kondisi financial distress
financial distress. pada perusahaan manufaktur sektor
Hasil ini dapat disimpulkan bahwa industri tekstil dan garmen yang terdaftar
H5 tidak dapat diterima atau ditolak. Tidak di Bursa Efek Indonesia.
adanya pengaruh yang signifikan antara
financial leverage (DAR) dalam memprediksi Keterbatasan penelitian ini ada
kondisi financial distress dikarenakan pada pengukuran kategori perusahaan yang
komposisi utang yang dimiliki oleh mengalami kondisi financial distress dan
perusahaan lebih besar daripada modal yang perusahaan yang tidak mengalami kondisi
dimiliki oleh perusahaan. Hasil penelitian ini financial distress yang hanya mengacu pada
tidak sesuai dengan teori yang menjelaskan perhitungan ICR saja dan masih ada
hubungan antara financial leverage (DAR) perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
dengan kondisi financial distress, artinya hasil keuangannya, sehingga perusahaan tersebut
penelitian ini tidak mampu membuktikan harus dikeluarkan dari sampel penelitian.
hubungan antara financial leverage (DAR)
dengan kondisi financial distress. Hal ini Berdasarkan kesimpulan penelitian
dikarenakan komposisi hutang yang dimiliki dan keterbatasan penelitian, peneliti
oleh perusahaan yang digunakan untuk memberikan saran sebagai berikut:
membiayai aset perusahaan lebih besar. 1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan meningkatnya hutang perusahaan Peneliti selanjutnya disarankan untuk
maka tingkat pembayaran bunga akan menggunakan model kebangkrutan yang
semakin tinggi pula. Oleh karena itu dapat lain selain Interest Coverage Ratio (ICR)

18
untuk memprediksi kondisi financial Halim, M. (2017). Penggunaan Laba Dan
distress, misalnya ada flow based Arus Kas Untuk Memprediksi
insolvency, Altman’s z-score, nilai buku Kondisi Financial Distress (Studi
ekuitas negatif dan aruskan negatif serta Empiris Pada Perusahaan
menambahkan variabel non keuangan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei
sebagai variabel independennya. Tahun 2013-2014). E-Jurnal Fe
2. Bagi Perusahaan Unmuh Jember. Pp 1-10.
Perusahaan disarankan agar
mempertimbangkan kondisi financial Harahap, S.S. 2015. Analisis Kritis atas
distress sebagai dasar untuk melakukan Laporan Keuangan. Jakarta: PT.
perbaikan ataupun pencegahan jika telah Raja Grafindo Persada.
ada indikasi bahwa perusahaan
mengalami kondisi financial distress Hapsari, E.I. (2012). Kekuatan Rasio
melalui profit margin, karena profit Keuangan Dalam Memprediksi
margin perusahaan yang baik Kondisi Financial Distress
menggambarkan bagaimana penjualan Perusahaan Manufaktur Di BEI.
yang dihasilkan perusahaan untuk Jurnal Dinamika Manajemen
mendapatkan laba. (Vol.3). Pp 101-109.
3. Bagi Investor
Investor disarankan agar dapat https://www.sahamok.com, diakses pada Rabu
menggunakan laporan keuangan sebagai 7 Maret 2018
dasar dalam pengambilan keputusan yang
tepat untuk berinvestasi dalam suatu https://www.portalinvestasi.com, diakses pada
perusahaan terutama profit margin, Senin 9 April 2018
karena dalam penelitian ini rasio tersebut
mampu membuktikan memiliki pengaruh http://teorionline.net/agency-theory/, diakses
yang signifikan dalam memprediksi pada Senin 9 April 2018
kondisi financial distress dalam
perusahaan. Kusanti, O. (2015). Pengaruh Good Corporate
Governance Dan Rasio Keuangan
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Financial Distress.
Andre, O. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Likuiditas Dan Leverage Dalam (Vol. 4). Pp 1-22.
Memprediksi Financial Distress
(Studi Empiris Pada Perusahaan Mamduh, H., & Halim, A. (2009). Analisis
Aneka Industri Yang Terdaftar Di Laporan Keuangan (4th ed.).
BEI). E-Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta: UPP Sekolah Tinggi
Padang. Pp 1-20. Ilmu Manajemen YKPN.

Atmaja, K F. (2012). Analisis Rasio Keuangan Mas’ud, I. & Srengga, R.M. (2012). Analisis
Untuk Memprediksi Kemungkinan Rasio Keuangan Untuk
Financial Distress. Accounting Memprediksi Kondisi Financial
Analysis Journal (Vol. 2). Pp 1-7. Distress Perusahaanmanufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Brigham, E.F. & Houston, J.F. (2001). Indonesia. Jurnal Akuntansi
Fundamental of Financial Universitas Jember. Pp 1-16.
Management. Edition 9. South-
Western. Pp 21-25. Otom, R.O. (2014). Predicting Financial
Distress

19
Using Financial Ratios In Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi
Companies Listed In Nairobi Stock (Vol. 3). Pp 1-20.
Exchange (2003 -2011). E-Jurnal
United States International Sartono, A. (2010). Manajemen Keuangan
University- Africa. Pp 1-70. Teori dan Aplikasi. Edisi Empat.
Pratama, R. (2016). Analisis Pengaruh Rasio Yogyakarta: BPFE.
Keuangan Untuk Memprediksi
Kondisi Financial Distress Bank Sari, N.L.K.M., & Putri, I.G.A.M.A.D. (2016).
Umum Syariah Menggunakan Kemampuan Profitabilitas
Model Logit Di Indonesia. E- Memoderasi Pengaruh Likuiditas
Jurnal Stie Perbanas Surabaya. Pp Dan Leverage Terhadap Financial
1-19. Distress. Jurnal Riset Akuntansi
(Vol. 6). Pp 1-9.
Putri, N.W.K.A. & Merkusiwati, N.K.L.A.
(2014). Pengaruh Mekanisme Widhiari, N.L.M.A., & Merkusiwati,
Corporate Governance, Likuiditas, N.K.L.A. (2015). Pengaruh Rasio
Leverage, Dan Ukuran Perusahaan Likuiditas, Leverage, Operating
Pada Financial Distress. E-Jurnal Capacity, Dan Sales Growth
Akuntansi Universitas Udayana Terhadap Financial Distress. E-
(Vol. 7.1). Pp 93-106. Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana (Vol. 11.2). Pp 456-469.
Rahayu, W.P. & Sopian, D. (2017). Pengaruh
Rasio Keuangan Dan Ukuran Yuanita, I. (2010). Prediksi Financial Distress
Perusahaan Terhadap Financial Dalam Industri Textile Dan
Distress (Studi Empiris Pada Garment (Bukti Empiris Di Bursa
Perusahaan Food And Beverage Di Efek Indonesia). E-Jurnal
Bursa Efek Indonesia). E-Jurnal Politeknik Negeri Padang. Pp 101-
Stie Stan-Im. Pp 1-13. 119.

Ramakrishnan, S. Nabi, A.A. & Anuar, M.A. www.idx.co.id, diakses pada Rabu 7 Maret
(2016). Default Prediction In 2018
Pakistan Using Financial Ratios
And Sector Level Variables.
International Journal Of
Economics And Financial Issues
(Vol. 6). Pp 1580-1587.

Rajkumar, P. (2015). Using Altman’s Model


And Current Ratio To Assess The
Financial Distress Of Listed
Companies In The Default Board
Of Colombo Stock Exchange.
Scientific Research Journal (Scirj)
(Vol. 3). Pp 197-202.

Rahmania, M.F. (2014). Analisis Rasio


Keuangan Terhadap Financial
Distress Perusahaan Perbankan
Studi Empiris Di BEI 2010-2012.

20

Anda mungkin juga menyukai