Anda di halaman 1dari 10

Vol :4, No.

1,April 2020

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, CITRA


TUBUH, TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI
MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA SISWA

The Relationship Between Balanced Nutrition Knowledge, Body Images,


Sufficiency Level Of Energy and Macro Nutrition With Nutritional Status

Rika Fitriani1, Lintang Purwara Dewanti2, Mury Kuswari3, Nazhif Gifari4, Yulia Wahyuni5
Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul
e-mail: 1rikafitriani42@gmail.com
e-mail:2lintangpurwara@esaunggul.ac.id

Abstrak
Permasalahan gizi yang sering dihadapi oleh remaja adalah masalah gizi ganda, yaitu gizi kurang dan gizi lebih.
Status gizi seseorang dapat ditentukan oleh faktor gizi internal dan eksternal. Pengetahuan gizi, citra tubuh,
tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro merupakan faktor-faktor yang berkesinambungan mempengaruhi
status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi seimbang, citra tubuh,
tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro dengan status gizi pada siswa SMA Negeri 86 Jakarta. Jenis
penelitian ini menggunakan metode analitik deskriptif. Desain penelitian yang digunakan cross sectional, teknik
pengambilan sampel proportionate stratified random sampling sebanyak 91 orang. Hasil penelitian
menunjukkan adanya hubungan signifikan antara pengetahuan gizi seimbang (p=0,0001), citra tubuh
(p=0,0001), tingkat kecukupan energi (p=0,0001), tingkat kecukupan lemak (p=0,019), tingkat kecukupan
karbohidrat (p=0,044) dengan status gizi siswa. disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan gizi
seimbang, citra tubuh, tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro, dan citra tubuh dengan status gizi siswa
SMA Negeri 86 Jakarta. Disarankan perlu adanya penyuluhan mengenai gizi seimbang, pemantauan status gizi
remaja di sekolah, serta diharapkan siswa agar lebih memperhatikan asupan dan pola makannya.

Kata Kunci : Pengetahuan Gizi ; Citra Tubuh ; Zat Gizi Makro ; Status Gizi.

Abstract
Nutrition problems that are often faced by adolescents are double burden problems, namely thinness and
overweight. A person's nutritional status can be determined by internal and external nutritional factors.
Knowledge of nutrition, body images, sufficiency level of energy and macro nutrient are continuous factors that
influence nutritional status. This research aims to knowing the relationship between knowledge of balanced
nutrition, body images, sufficiency level of energy and macro nutrients with nutritional status in students of 86
Jakarta Senior High School. This type of research uses descriptive analytic methods. The research design used
was cross sectional. Sampling in this study using proportionate stratified random sampling technique. The
sample in this study amounted to 91 people. The result showed a significant relationship between knowledge of
balanced nutrition (p=0,0001), body image (p=0,0001), the level of energy sufficiency (p=0,0001), the level of
fat sufficiency (p=0,019), the level of carbohydrate adequacy (p=0,044) with the nutritional status of students.
Based on this study it can be concluded that there is a relationship between knowledge of balanced nutrition, the
level of energy sufficiency and macro nutrients (fats and carbohydrates), and body image with the nutritional
status of students at 86 Jakarta Senior High School. Therefore, there is a need for counseling about balanced
nutrition, monitoring the nutritional status of adolescents in schools, and it is hoped that students will pay more
attention to their intake and diet.

Keywords:Nutrition Knowledge ; Body Image; Macro Nutrition ; Nutritional Status

29
Vol :4, No.1,April 2020

1. PENDAHULUAN mempengaruhi kualitas hidup (5). Status


gizi lebih berupa overweight dan obesitas
Masa remaja adalah masa transisi
dari anak-anak menuju ke dewasa, yang dialami remaja memiliki manifestasi
biasanya antara 10 sampai 19 tahun (1). klinis di masa dewasa. Remaja yang
Masa ini merupakan masa terpenting di overweight atau obesitas, akan berisiko
dalam kehidupan, dimana terjadi besar terkena penyakit kardiovaskuler
pertumbuhan dan perubahan biologis yang berpotensi menjadi penyakit jantung
diantaranya pematangan seksual, koroner dan stroke, serta kanker (6).
peningkatan berat badan dan tinggi badan.
Berdasarkan hasil dari Riset Kesehatan
Kecepatan pertumbuhan fisik masa ini
adalah kedua tercepat setelah masa bayi, Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018,
sebanyak 20% tinggi badan (TB) dan 50% menunjukkan bahwa prevalensi kurus
berat badan (BB) dicapai selama periode remaja secara nasional pada umur 16-18
ini. Oleh sebab itu, diperlukan asupan gizi tahun sebesar 8,1% (1,4% sangat kurus
yang cukup untuk menjamin pertumbuhan dan 6,7% kurus). Sedangkan prevalensi
yang optimal (2). gemuk remaja secara nasional pada umur
Masalah gizi sangat rentan terjadi
16-18 tahun sebesar 13,5% (9,5% gemuk
pada remaja dikarenakan adanya berbagai
dan 4,0% obesitas) (7).
pengaruh dari dalam maupun luar yang
Status gizi seseorang dapat
dapat dengan mudah langsung
ditentukan oleh faktor gizi internal dan
mengikuti.Perubahan fisik ditandai dengan
eksternal (8).Faktor yang menjadi dasar
pertumbuhan badan yang pesat dan
pemenuhan tingkat kebutuhan gizi
matangnya organ reproduksi. Perubahan
seseorang disebut faktor gizi internal
ukuran tubuh dapat menyebabkan remaja
seperti umur, jenis kelamin, dan
memiliki citra tubuh dan perubahan
aktivitas.Faktor yang berpengaruh di luar
perilaku makan (3). Perubahan perilaku
diri seseorang disebut faktor gizi eksternal
makan ini mengarah kepada perilaku
yaitu konsumsi makanan.Selain itu,
makan sehat atau perilaku makan tidak
ketidakpuasan citra tubuh (Body Image
sehat yang mungkin membawa dampak
dissatisfaction) ditemukan sebagai
negatif salah satunya yaitu tidak
konsekuensi sosial dan salah satu faktor
seimbangnya asupan gizi yang masuk ke
risiko dari malnutrisi (9).Ketidakpuasan
dalam tubuh dengan kebutuhan gizi remaja
terhadap tubuh lebih banyak dialami oleh
(4).
remaja putri dibanding remaja putra. Hal
Permasalahan gizi yang sering
tersebut mungkin terjadi pada remaja putri
dihadapi oleh remaja adalah masalah gizi
saat pubertas seringkali terjadi
ganda (double burden), yaitu gizi kurang
penambahan lemak pada tubuhnya,
dan gizi lebih. Kekurangan gizi pada
sedangkan pada remaja putra merasa puas
remaja dapat berakibat menurunnya daya
karena terjadi peningkatan massa otot (10).
tahan tubuh sehingga mudah terserang
Hasil penelitian menunjukkan
suatu penyakit, menghambat pembentukan
sebesar 53,3% remaja putri yang memiliki
otot pada masa pertumbuhan, kurangnya
citra tubuh negatif memiliki status gizi
tingkat intelegensi (kecerdasan),
normal (11). Hasil penelitian lain juga
khususnya pada remaja putri dapat
menunjukkan responden dengan citra
mempengaruhi siklus menstruasi dan
tubuh tidak puas lebih banyak pada remaja
produksivitas yang rendah akan
yang memiliki status gizi lebih yaitu

30
Vol :4, No.1,April 2020

sebesar 84,8% dan responden dengan citra makanan yang bergizi seimbang untuk
tubuh tidak puas juga banyak pada remaja tubuh mereka dan berpikir ulang ketika
yang memiliki status gizi kurus yaitu melakukan diet ketat, sehingga persepsi
sebesar 18,8% (12). Remaja yang memiliki negatif tentang citra tubuhnya tidak akan
ketidakpuasan terhadap tubuhnya, untuk menjadi penghalang bagi mereka untuk
mencapai bentuk tubuh yang diinginkan tetap mendapatkan asupan gizi yang baik
cenderung memilih untuk mengurangi dan cukup dan menghasilkan keadaan dan
konsumsi hariannya dibanding mengikuti status gizi normal (15).
pola makan sehat seperti lebih banyak Berdasarkan uraian di atas, maka
konsumsi buah dan sayur.Studi tersebut tujuan penelitian ini untuk mengetahui
juga menunjukkan hasil yang serupa yaitu hubungan antara pengetahuan gizi
adanya hubungan antara Body Image seimbang, citra tubuh, tingkat kecukupan
dengan konsumsi pangan (13). energi dan zat gizi makro dengan status
Ketidakseimbangan antara asupan gizi pada siswa SMA Negeri 86 Jakarta.
energi dan zat gizi lainnya dengan
kebutuhan gizi memengaruhi status gizi 1. METODE
seseorang. Hasil penelitian menunjukkan 1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
bahwa remaja dengan asupan energi Penelitian ini dilakukan di SMA
berlebih sebesar 95,0%, asupan protein Negeri 86 Jakarta di Jalan Bintaro Permai
berlebih sebesar 75,0%, asupan lemak IV No.36 Kelurahan Bintaro, Kecamatan
berlebih sebesar 85,7% memiliki status Pesanggrahan, Jakarta Selatan.Penelitian
gizi lebih (12). Hasil penelitian lain juga ini dilakukan pada bulan Juni 2019 sampai
menunjukkan bahwa sebesar 40,4% remaja dengan Januari 2020.
memiliki status gizi kurang karena hanya 1.2 Desain dan Variabel Penelitian
mengonsumsi kurang dari 3 porsi bahan Jenis penelitian ini menggunakan
makanan sumber karbohidrat, protein metode analitik deskriptif. Desain
hewani serta nabati per hari (14). penelitian yang digunakan adalah cross
Pengetahuan gizi juga dinilai sectional (potong lintang), yaitu dalam hal
menjadi faktor yang paling penting ini variabel yang diteliti secara bersamaan
mempengaruhi status gizi remaja. Tingkat dalam satu waktu.Variabel independen
pengetahuan gizi seseorang mempengaruhi meliputi karakteristik siswa (jenis kelamin
sikap dan perilaku dalam memilih dan umur), pengetahuan gizi, citra tubuh,
makanan yang pada akhirnya akan tingkat kecukupan energi dan zat gizi
berpengaruh terhadap keadaan gizi makro (protein, lemak, dan karbohidrat).
seseorang. Semakin tinggi tingkat Sedangkan untuk variabel dependen
pengetahuan seseorang diharapkan adalah status gizi.
semakin baik pula keadaan gizinya 1.3 Populasi dan Sampel
(2).Pengetahuan gizi, asupan zat gizi, dan Populasi dari penelitian ini adalah
citra tubuh merupakan faktor-faktor yang seluruh siswa kelas XI dan XII yang
berkesinambungan mempengaruhi status bersekolah di SMA Negeri 86 Jakarta
gizi. Tingkat pengetahuan gizi yang baik Selatan yaitu sebanyak 432 orang. Sampel
dapat mengubah persepsi negatif remaja penelitian ini berjumlah 91 orang, dengan
terhadap bentuk tubuhnya, dimana mereka memenuhi kriteria sampel penelitian, yaitu
akan lebih memperhatikan asupan : Remaja usia 16-18 tahun yang ada di

31
Vol :4, No.1,April 2020

kelas XI dan XII SMA Negeri 86 Jakarta; independen pada siswa/i SMA Negeri 86
Remaja dengan jenis kelamin laki-laki dan Jakarta. Hasil univariat disajikan pada tabel 1.
perempuan; Bersedia mengikuti seluruh
rangkaian penelitian hingga selesai. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Pengambilan sampel pada penelitian ini Jumlah
Variabel
n %
menggunakan teknik proportionate Jenis Kelamin
stratified random sampling. Laki-Laki 43 47,3
1.4 Pengumpulan Data Perempuan 48 52,7
Data primer, meliputi : Data Status Gizi
Obesitas 9 9,9
karakteristik sampel melalui angket identitas
Gizi Lebih 32 35,2
pribadi; Data pengetahuan gizi siswa diperoleh Gizi Normal 50 54,9
melalui angket yang berisi pertanyaan Pengetahuan Gizi Seimbang
sebanyak 30 pertanyaan mengenai 10 pesan Kurang 37 40,7
gizi seimbang; Data tingkat kecukupan zat gizi Baik 54 59,3
makro siswa diperoleh melalui alat bantu Citra Tubuh
formulir food recall selama 2x24 jam; Data Negatif 30 33,0
Positif 61 67,0
citra tubuh siswa diperoleh melalui angket
Tingkat Kecukupan Energi
BSQ (Body Shape Questioner) sebanyak 34 Lebih 35 38,5
pertanyaan yang berisi tentang persepsi Cukup 48 52,7
terhadap bagian tubuh; Data status gizi siswa Kurang 8 8,8
diperoleh melalui pengukuran antropometri, Tingkat Kecukupan Protein
meliputi pengukuran Berat Badan (BB) Lebih 40 44,0
menggunakan timbangan injak digital merek Cukup 35 38,5
Kurang 16 17,5
Camry dengan ketelitian 0,1 kg, dan
Tingkat Kecukupan Lemak
pengukuran Tinggi Badan (TB) menggunakan Lebih 41 45,0
microtoise merek GEA SH-2A dengan Cukup 38 41,8
ketelitian 0,1 cm. Data sekunder mengenai Kurang 12 13,2
gambaran sekolah SMA Negeri 86 Jakarta Tingkat Kecukupan Karbohidrat
meliputi lokasi sekolah, luas bangunan, jumlah Lebih 22 24,2
Cukup 50 54,9
tenaga pengajar, jumlah siswa, fasilitas
Kurang 19 20,9
sekolah, dan sebagainya. Hasil penelitian ini menunjukkan
1.5 Analisis Data bahwa sebagian besar responden dalam
Analisis dilakukan dengan program penelitian ini berjenis kelamin perempuan
SPSS 17, Analisis univariat dilakukan untuk (52,7%), sebagian besar responden memiliki
mengidentifikasi karakteristik responden. status gizi normal (54,9%), namun hampir 2/5
Analisis bivariat dengan uji chi-square dengan responden memiliki status gizi lebih dan
nilai p-value<0,05. Penelitian ini sudah lulus obesitas (45,1%), sebagian besar responden
kaji etik dari Universitas Esa Unggul, dengan memiliki tingkat pengetahuan gizi seimbang
nomor 0520-19.511/DPKE-KEP/FINAL- yang baik (59,3%), sebagian besar responden
EA/UEU/XI/2019. memiliki citra tubuh positif (67,0%), sebagian
besar responden memiliki tingkat kecukupan
2. HASIL DAN PEMBAHASAN energi yang cukup (52,7%), sebagian besar
3.1 Analisis Univariat responden memiliki tingkat kecukupan protein
Analisis univariat pada penelitian ini lebih (44,0%), sebagian besar responden
menggambarkan distribusi frekuensi dari memiliki tingkat kecukupan lemak yang lebih
masing-masing variabel yang diteliti, baik (45,0%), sebagian besar responden memiliki
variabel dependen maupun variabel

32
Vol :4, No.1,April 2020

tingkat kecukupan karbohidrat yang cukup variabel dependen secara statistik.


(54,9%). Berdasarkan uji Chi-Square, dikatakan ada
hubungan yang bermakna antar variabel jika
3.2 Analisis Bivariat nilai p-value< 0,05, dan tidak ada hubungan
Analisis bivariat pada penelitian ini yang bermakna antar variabel jika nilai p-
untuk mengukur seberapa besar kemaknaan value> 0,05. Hasil analisis bivariat disajikan
hubungan antara variabel independen dengan pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan antara Pengetahuan Gizi


Seimbang, Citra Tubuh, Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Makro
dengan Status Gizi Pada Siswa SMA Negeri 86 Jakarta

Status Gizi (IMT/U)


P- OR
Variabel Gizi Total
Gizi Normal Value (95%CI)
Lebih
Tingkat Pengetahuan Gizi Seimbang
Kurang 33 (89,2) 4 (10,8) 37 (100) 47,438
0,0001*
Baik 8 (14,8) 46 (85,2) 54 (100) (13,17-170,75)
Tingkat Kecukupan Energi
Lebih 31 (88,6) 4 (11,4) 35 (100) 35,650
0,0001*
Tidak Lebih 10 (17,9) 46 (82,1) 56 (100) (10,25-123,90)
Tingkat Kecukupan Protein
Lebih 22 (55,0) 18 (45,0) 40 (100) 2,058
0,091
Tidak Lebih 19 (37,3) 32 (62,7) 51 (100) (0,88-4,78)
Tingkat Kecukupan Lemak
Lebih 24 (58,5) 17 (41,5) 41 (100) 2,740
0,019*
Tidak Lebih 17 (34,0) 33 (66,0) 50 (100) (1,16-6,43)
Tingkat Kecukupan Karbohidrat
Lebih 14 (63,6) 8 (36,4) 22 (100) 2,722
0,044*
Tidak Lebih 27 (39,1) 42 (60,9) 69 (100) (1,00-7,35)
Citra Tubuh
Negatif 27 (90,0) 3 (10,0) 30 (100) 30,214
0,0001*
Positif 14 (23,0) 47 (77,0) 61 (100) (7,96-114,6)
Sumber : Data primer 2019
Keterangan : Data disajikan dalam bentuk (%) *Signifikan (p<0,05)

33
Vol :4, No.1,April 2020

Seorang remaja dikatakan gizi lebih tentang gizi seimbang juga dapat menjadi
apabila z-score IMT/U >1SD sampai dengan 2 salah satu faktor yang mempengaruhi status
SD. Apabila seorang remaja memiliki z-score gizi remaja. Dalam penelitiannya yang
IMT/U >2SD maka dikategorikan remaja dilakukan di SMA Islam Athirah Kota
tersebut obesitas (16). Berdasarkan hasil Makassar tersebut menunjukkan sebanyak
penelitian diketahui bahwa sebagian besar 40% responden yang memiliki pengetahuan
siswa SMA Negeri 86 Jakarta memiliki status gizi rendah memiliki status gizi kurang dan
gizi normal (54,9%), namun masih terdapat gizi lebih(18).
status gizi berlebih (gizi lebih 35,2% dan Sebanyak (88,6%) siswa yang tingkat
obesitas 9,9%). Secara nasional prevalensi kecukupan energi yang lebih memiliki status
kegemukan pada kelompok usia 16-18 tahun gizi lebih. Hasil uji Chi-Square menunjukkan
adalah 13,5% (7). Sedangkan prevalensi nilai p-value=0,0001 (p<0,05), yang berarti
kegemukan pada kelompok usia 15-19 tahun bahwa Ada hubungan antara tingkat
untuk provinsi DKI Jakarta adalah 13,7% (14). kecukupan energi dengan status gizi siswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SMA Negeri 86 Jakarta. Kemudian, diperoleh
prevalensi status gizi di SMA Negeri 86 nilai OR=35,650 yang berarti bahwa
Jakarta lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat kecukupan
prevalensi status gizi lebih di Provinsi DKI energi yang lebih, berpotensi 35,650 kali lipat
Jakarta dan Nasional. mengalami status gizi lebih.
Sebanyak (89,2%) siswa yang tingkat Tingkat kecukupan energi dan zat gizi
pengetahuan gizi seimbang yang kurang makro didapatkan dari wawancara 24-hour
memiliki status gizi lebih. Hasil uji Chi- food recall selama 2 hari tidak berturut-turut.
Square menunjukkan nilai p-value=0,0001 Energi merupakan salah satu hasil
(p<0,05), yang berarti bahwa Ada hubungan metaboliseme karbohidrat, protein dan
antara tingkat pengetahuan gizi seimbang lemak.Energi berfungsi sebagai zat tenaga
dengan status gizi siswa SMA Negeri 86 untuk metabolisme, pertumbuhan, pengaturan
Jakarta. Kemudian, diperoleh nilai OR=47,438 suhu dan kegiatan fisik.Energi merupakan zat
yang berarti bahwa responden yang memiliki yang sangat esensial bagi manusia dalam
tingkat pengetahuan gizi seimbang kurang, menjalankan metabolism basal, melakukan
lebih beresiko 47,438 kali lipat mengalami aktivitas, pertumbuhan dan pengaturan
status gizi lebih. Sebagian besar responden suhu.Kecepatan pertumbuhan fisik pada masa
(59,3%) cukup paham mengenai pengetahuan remaja merupakan fase tercepat kedua setelah
gizi yang benar dan sesuai, tetapi mereka tidak pertumbuhan bayi, sehingga dibutuhkan
banyak menerapkan informasi yang telah asupan energi yang cukup pada remaja (19).
didapat dikarenakan kebiasaan responden yang Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sedikit sulit diubah. Pengetahuan yang kurang yang dilakukan oleh Muchlisa (2013)
baik pada masyarakat dapat disebabkan karena mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
kurangnya penyuluhan gizi atau sosialisasi signifikan antara tingkat kecukupan energi
mengenai pengetahuan gizi seimbang dan dengan status gizi(20). Ketidakseimbangan
kurangnya kesadaran terhadap gizi. antara asupan energi dengan kebutuhan gizi
Pengetahuan gizi seseorang berpengaruh memengaruhi status gizi
terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan seseorang.Ketidakseimbangan positif terjadi
makanan yang akhirnya akan berpengaruh apabila asupan energi lebih besar dari pada
pada keadaan gizi individu. Semakin tinggi kebutuhan sehingga mengakibatkan kelebihan
pengetahuan gizi seseorang diharapkan berat badan atau gizi lebih. Kelebihan energi
semakin baik pula keadaan gizinya (17).Hasil akan disintesis menjadi lemak dalam tubuh,
penelitian ini sejalan dengan penelitian Syahrir sedangkan lemak yang telah tersimpan dalam
(2013), yang menyatakan bahwa pengetahuan tubuh tidak terpakai. Akibatnya, penimbunan

34
Vol :4, No.1,April 2020

lemak terus terjadi dan mengakibatkan responden dengan kondisi kurang asupan
kegemukan atau obesitas (21). protein atau tercukupi tetapi memiliki status
Sebanyak (55,0%) siswa yang tingkat gizi yang gemuk dapat terjadi karena
kecukupan protein yang lebih memiliki status kebutuhan energinya tercukupi dari
gizi lebih. Hasil uji Chi-Square menunjukkan karbohidrat dan lemak tetapi proteinnya
nilai p-value=0,091 (p>0,05), yang berarti kurang.Responden tersebut memiliki
bahwa Tidak Ada hubungan antara tingkat kecukupan energi yang lebih besar daripada
kecukupan protein dengan status gizi siswa aktivitas yang dilakukan, sehingga responden
SMA Negeri 86 Jakarta. Kecukupan protein dapat mengalami kegemukan.
responden tercukupi dan lebih dikarenakan Berdasarkan hasil penelitian ini juga
sumbangan dari sumber bahan makanan menujukkan sebesar (45,0%) remaja dengan
lainnya yang juga mengandung tinggi lemak, tingkat kecukupan protein yang lebih memiliki
dan karbohidrat.Hasil penelitian ini sejalan status gizi normal. Hal tersebut menunjukkan
dengan penelitian Atika (2015) menunjukkan bahwa tingkat kecukupan protein antara
bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan remaja gizi lebih dan normal cenderung sama.
protein dengan status gizi(22).Senada dengan Hal ini disebabkan protein yang dikonsumsi
hal tersebut, penelitian yang dilakukan Rinanti belum mernpunyai mutu protein yang tinggi
(2014) juga menyatakan bahwa tidak ada (mengandung semua asam amino essensial
hubungan antara tingkat kecukupan protein dalam jumlah dan proporsi yang cukup),
dengan status gizi(23). Menurut Almatsier karena pertumbuhan dan penambahan otot
(2009), sumber protein yang baik didapatkan akan terjadi bila mutu protein itu komplit atau
dari bahan makanan hewani, baik dalam protein dengan nilai biologi tinggi yang
jumlah maupun mutunya seperti telur, susu, mengandung semua jenis asam amino
daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber essensial dalam jumlah dan proporsi sesuai
protein nabati adalah kacang kedelai yang dengan keperluan pertumbuhan. Penyebab lain
sering dihasilkan produk olahan seperti tempe kemungkinan protein digunakan sebagai
dan tahu. Padi-padian serta produk hasil pengganti energi yang kurang, karena bila
olahannya relatif rendah protein, akan tetapi energi didalam tubuh terbatas maka sel
karena dikonsumsi dalam jumlah yang banyak, terpaksa menggunakan protein untuk
maka dapat memberi sumbangan besar membentuk/ menghasilkan energi dan juga
terhadap konsumsi protein. faktor genetik. Faktor-faktor yang
Berdasarkan pengamatan hasil food menyebabkan terjadinya kegemukan adalah
recall responden, makanan yang mengandung faktor genetik, kerusakan pada satu bagian
protein yang setiap hari dikonsumsi oleh otak, pola makan berlebih, jarang berolahraga,
sebagian besar responden adalah tahu, tempe, ketidakstabilan emosi dan faktor lingkungan
telur, ayam. Porsi makan responden terhadap (24).
makanan yang mengandung protein dapat Sebanyak (58,5%) siswa yang tingkat
dikatakan cukup, dalam 1 kali makan kecukupan lemak yang lebih memiliki status
responden dapat mengkonsumsi tempe atau gizi lebih. Hasil uji Chi-Square menunjukkan
tahu, ayam, telur, dan nasi setiap harinya. nilai p-value=0,019 (p<0,05), ini berarti bahwa
Terdapat responden yang mengkonsumsi 300 Ada hubungan antara tingkat kecukupan
gr nasi dalam 1 kali makan, responden asupan lemak dengan status gizi siswa SMA
mengonsumsi gorengan sebanyak 3 potong Negeri 86 Jakarta. Kemudian, diperoleh nilai
dalam 1 kali makan, sehingga dapat OR=2,740 yang berarti bahwa responden yang
disimpulkan bahwa tingkat kecukupan protein memiliki tingkat kecukupan lemak yang lebih
yang lebih didapatkan dari sumbangan berpotensi 2,740 kali lipat mengalami status
makanan lain yang tinggi energi, tinggi lemak, gizi lebih.
dan karbohidrat. Berdasarkan hal tersebut,

35
Vol :4, No.1,April 2020

Lemak merupakan sumber energi makanan pokok atau nasi yang diporsi sendiri
paling padat, zat gizi ini menghasilkan 9 kalori oleh responden. Sayangnya, banyak responden
untuk setiap gramnya yaitu 2,25 kali lebih yang mengaku sedang mengurangi porsi
besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat makan nasi karena ingin mengurangi berat
dan protein dalam jumlah yang sama. Lemak badan, namun responden mengaku sering
merupakan cadangan energi tubuh konsumsi camilan manis seperti kue, atau
terbesar.Simpanan lemak tersebut berasal dari biskuit, sehingga tingkat kecukupan
konsumsi salah satu atau kombinasi beberapa karbohidrat responden tetap terpenuhi atau
zat energi yaitu karbohidrat, lemak, dan cukup. Asupan karbohidrat responden dapat
protein (25). Hasil penelitian ini sejalan mempengaruhi status gizi karena jumlah
dengan penelitian yang dilakukan oleh konsumsi karbohidrat dapat meningkatkan
Muchlisa (2013) mengatakan bahwa terdapat jumlah energi secara signifikan.Hasil
hubungan yang signifikan antara tingkat penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
kecukupan lemak dengan status gizi(20). dilakukan oleh Nabila (2018) mengatakan
Penelitian di Amerika dan Finlandia bahwa terdapat hubungan yang signifikan
menunjukkan bahwa kelompok dengan asupan antara tingkat kecukupan karbohidrat dengan
tinggi lemak mempunyai risiko peningkatan status gizi(29).Sebagian besar responden
berat badan lebih besar dibandingkan dengan memperoleh asupan karbohidrat dari konsumsi
kelompok yang asupan rendah lemak dengan nasi.Terdapat responden yang mengkonsumsi
OR 1,7. Penelitian lain menunjukkan 300 gram nasi dalam 1 kali makan. Menurut
peningkatan konsumsi daging akan penuturan responden, jika konsumsi nasi
meningkatkan risiko obesitas sebesar 1,46 kali kurang maka akan membuat responden lemas.
(26). Keadaan ini disebabkan karena makan Kegemukan dapat terjadi akibat konsumsi
berlemak mempunyai rasa yang lezat sehingga makanan yang melebihi angka kecukupan gizi.
akan meningkatkan selera makan yang Seseorang yang mengonsumsi karbohidrat
akhirnya terjadi konsumsi yang berlebihan dalam porsi besar akan meningkatkan
(27). Tubuh mempunyai kapasitas tak pengeluaran insulin, menambah penyimpanan
terhingga untuk menyimpan lemak. Kelebihan lemak, dan meningkatkan level serum
asupan lemak diiringi peningkatan oksidasi trigliserida. Kelebihan asupan tersebut akan
lemak sehingga sekitar 96% lemak akan disimpan di dalam otot atau lemak. Namun,
disimpan dalam jaringan lemak. Penumpukan jika terus menerus menumpuk dan
lemak dalam tubuh dapat berakibat berlangsung lama tentu saja akan
menambahnya berat badan (28). menyebabkan kegemukan (30).
Sebanyak (63,6%) siswa yang tingkat Sebanyak (90,0%) siswa yang citra
kecukupan karbohidrat yang lebih memiliki tubuh negatif memiliki status gizi lebih. Hasil
status gizi lebih. Hasil uji Chi-Square uji Chi-Square menunjukkan nilai p-
menunjukkan nilai p-value=0,044 (p<0,05), ini value=0,0001 (p<0,05), yang berarti bahwa
berarti bahwa Ada hubungan antara tingkat Ada hubungan antara citra tubuh dengan status
kecukupan karbohidrat dengan status gizi gizi siswa SMA Negeri 86 Jakarta. Kemudian,
siswa SMA Negeri 86 Jakarta. Kemudian, diperoleh nilai OR=30,214 yang berarti bahwa
diperoleh nilai OR=2,722 yang berarti bahwa responden yang memiliki citra tubuh negatif
responden yang memiliki tingkat kecukupan lebih beresiko 30,214 kali lipat mengalami
karbohidrat lebih yang lebih berpotensi 2,722 status gizi lebih.
kali lipat mengalami status gizi lebih. Citra tubuh pada umumnya dialami
Karbohidrat merupakan zat gizi yang oleh mereka yang menganggap bahwa
diperlukan tubuh dalam jumlah besar untuk penampilan adalah faktor yang paling penting
menghasilkan energi atau tenaga.Pemenuhan dalam kehidupan. Hal ini terutama terjadi pada
kebutuhan karbohidrat terutama didapat dari usia remaja. Mereka beranggapan bahwa

36
Vol :4, No.1,April 2020

tubuh yang kurus dan langsing adalah yang (konsumsi gizi seimbang, kurangi makanan
ideal bagi wanita, sedangkan tubuh yang kekar berlemak) dan memantau berat badan.
dan berotot adalah yang ideal bagi pria Diharapkan adanya pengukuran status gizi
(10).Citra tubuh negatif biasanya bertahan siswa dan pemeriksaan kesehatan secara rutin
dalam jangka waktu yang lama. Sering sekali melalui program Usaha Kesehatan Sekolah
remaja merasa terlalu gemuk ataupun terlalu (UKS). Pemantauan status gizi ini penting
kurus dari ukuran yang sebenarnya, sehingga sebagai tindakan pencegahan agar siswa tidak
mereka ingin mengubah bentuk tubuhnya terkena penyakit sebagai dampak dari status
dengan cara diet ataupun olah raga yang gizi lebih.
berlebihan. Persepsi mengenai citra tubuh
pada remaja dapat mengakibatkan implikasi UCAPAN TERIMA KASIH
negatif bagi kesejahteraan fisik dan Peneliti mengucapkan terima kasih
psikologisnya (31). kepada pihak sekolah SMA Negeri 86 Jakarta
Hasil penelitian ini menunjukkan serta pihak-pihak yang telah mendukung dan
bahwa responden yang memiliki citra tubuh membantu dalam melaksanakan penelitian ini.
negatif tidak hanya responden yang memiliki Manuskrip ini telah diikutkan pada Scientific
status gizi lebih, namun juga terjadi pada Article Writing Training (SAWT) Batch II,
responden dengan status gizi normal yaitu Program Kerja GREAT 4.1.e, Program Studi
sebanyak 12,9%. Hal ini menunjukkan bahwa S1 Gizi, FIKES, Universitas Esa Unggul
responden masih sering menganggap ukuran dengan dukungan fasilitator Dudung Angkasa,
tubuhnya masih lebih besar dari ukuran S.Gz., M.Gizi., RD; Khairizka Citra Palupi,
sebenarnya padahal responden sudah memiliki S.Gz., M.Sc., dan Laras Sitoayu, S.Gz.,
tubuh yang ideal. Remaja dengan citra tubuh M.K.M., RD. SAWT Batch II juga mendapat
negatif yang memiliki pengetahuan gizi yang dukungan dana dari Universitas Esa Unggul.
kurang cenderung kurang baik dalam memilih
makanan yang mereka konsumsi sehingga DAFTAR PUSTAKA
penilaian negatif tentang citra tubuhnya akan
mempengaruhi status gizinya. Mereka berpikir 1. WHO. Adolescenct Health; 2014.
bahwa tubuh mereka tidaklah ideal, serta 2. Khomsan A. Peranan Pangan Dan Gizi
pemilihan makanan yang salah akan membuat Untuk Kualitas Hidup Jakarta: PT.
mereka semakin sulit menentukan apakah Grasindo; 2004.
status gizinya sudah dalam keadaan baik atau 3. Brown J. Nutrition Through the Life
tidak (32). Penelitian lain juga menyatakan Cycle; 2013.
bahwa terdapat hubungan antara citra tubuh 4. Proverawati A. Permasalahan dan
dengan status gizi (33). perubahan perilaku di kehidupan remaja
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
3. KESIMPULAN DAN SARAN 5. Hasdianah. Gizi pemanfaatan gizi, diet an
3.1 Kesimpulan obesitas Yogyakarta: Nuha Medika; 2014.
Dari hasil analisis data dapat 6. WHO. World Health Statistic ; 2011.
disimpulkan bahwa ada hubungan antara 7. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar
tingkat pengetahuan gizi seimbang, citra (Riskesdas).; 2018.
tubuh, tingkat kecukupan energi, lemak, 8. Supariasa. Penilaian Status Gizi Jakarta:
karbohidrat dengan status gizi siswa SMA EGC; 2002.
Negeri 86 Jakarta. 9. Matz PE. Correlates Of Body Image
Dissatisfaction Among Overweight
Women Seeking Weight Loss. Journal Of
3.2 Saran Consulting And Clinical Psychology.
Diharapkan semua siswa mulai 2002;: p. 70.
memperhatikan asupan makanannya

37
Vol :4, No.1,April 2020

10. Germov J, Williams L. A Sociology of 23. Rinanti O,S. Hubungan Asupan Zat Gizi
food & Nutrition: The Social Appetite Makro dan Pengetahuan Gizi Seimbang
New York: Oxford University Press; 2004. dengan Status Gizi Siswa-Siswi di SMP
11. Christina. SA. Analisis Hubungan Body Muhammadiyah 1 Kartasura Surakarta:
Image dan Pola Makan Terhadap Status Universitas Muhammadiyah Surakarta;
Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang. CHMK 2014.
Health Journal. 2018;: p. 32–37. 24. Ramayulis , Lesmana LC. 17 Alternatif
12. Restiani. Hubungan citra tubuh, asupan untuk Langsing Jakarta: Penebar Swadaya;
energi dan zat gizi makro serta aktivitas 2008.
fisik dengan status gizi lebih pada siswa 25. Almatsier S. Prinsip dasar Ilmu Gizi
SMP Muhammadiyah 31 Jakarta Timur jakarta: gramedia pustaka umum; 2009.
Tahun 2012. Fakultas Kesehatan 26. Fukuda T. Obesity and Lifestyle. Asian
Masyarakat, Universitas Indonesia. 2012. Medical Journal. 2001;: p. vol 44: 97-102.
13. Bibilodi M, Pich J. Body image and eating 27. Kopelman. Obesity as a Medical Problem.
pattern among adolescents. BMC Public NATURE. 2000;: p. 635.
Health. 2013;: p. (pp. 13(1104):1-10).
28. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi
14. Meilani. Masalah Gizi Ganda pada Remaja Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama;
Usia 15-19 Tahun. Journal of the 2004.
Indonesian Medical Association. 2014;: p.
29. Siwi N. Hubungan Asupan Karbohidrat,
Volum 64, No.1.
Lemak, dan Protein dengan Status Gizi
15. Bani A. Studi tentang persepsi mahasiswa (studi kasus pada pekerja wanita penyadap
tentang tubuh ideal dan hubungannya getah karet di perkebunan kalijompo
dengan upaya pencapaiannya. 2010. jember). The Indonesian Jurnal Of Public
16. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Health. 2018.
Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 30. Depkes RI. Pedoman Umum Gizi
2020 Tentang Standar Antropometri Anak. Seimbang. In. Jakarta: Departemen
Jakarta:; 2020. Kesehatan Republik Indonesia; 2002.
17. Marihabe. Hubungan pengetahuan gizi 31. Kerner C,HL&KD. Understanding Body
seimbang dengan praktik gizi seimbang Image in Physical Education: Current
mahasiswa program studi pendidikan Knowledge And Future Directions. Eur.
dokter angkatan 2013. FK Universitas Phys. Educ. 2018;: p. 255–265.
SAM Ratulangi. 2013.
32. Sa'diyah H. Pengaruh Citra Tubuh
18. Syahrir. Remaja dan permasalahannya Terhadap Penyesuaian Diri Siswa-Siswi
Jakarta: Gramedia; 2013. Kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin
19. Evans E.W JD,&MA. The Role of Eating Malang. 2015.
Frequency on Total Energy intake and Diet 33. Laus M. Body image dissatisfaction,
Quality in a low income, Racially Diverse nutritional status, and eating attitudes in
sample of schoolchildren. Public Health adolescents. Acta Sci. Heal. Sci. 2013;: p.
Nutrition. 2015;: p. 18(3), 474-481. 243-247.
20. Muchlisa. In Hubungan Asupan Zat Gizi
Dengan Status Gizi Pada Remaja Putri Di
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makassar Tahun
2013. Makassar: FKM UNHAS; 2013.
21. Devi N. Nutition and Food : Gizi untuk
Keluarga Jakarta: Penerbit buku kompas;
2010.
22. Atika W,PMI,aKNH. Hubungan Antara
Asupan Energi dan Zat Gizi Makro dengan
Status Gizi pada Pelajar di SMP Negeri 13
Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi.
2015;: p. Vol. 4.

38

Anda mungkin juga menyukai