Anda di halaman 1dari 31

PENDEKATAN &

METODOLOGI

F.1 Tata Cara Penyusunan RUPM


Tata Cara Penyusunan RUPM baik Provinsi (RUPMP) maupun Kabupaten/Kota
(RUPMK) diatur dalam Peraturan Kepala BKPM RI No. 9 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum
Penanaman Modal Kabupaten/Kota.
A. Alur Pikir
Dalam penyusunan RUPMP dan RUPMK, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota memperhatikan alur pikir sebagai berikut:
Gambar F.1. Alur Pikir Penyusunan RUPMP dan RUPMK

Halaman F - 1
B. Tahapan Penyusunan RUPMP dan RUPMPK
Penyusunan RUPMP dan RUPMK terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu:
1. Penyiapan Naskah Akademis;
2. Pembahasan;
3. Penyiapan Rumusan RUPMP dan RUPMK; dan
4. Penetapan RUPMP dan RUPMK.
Gambar F.2. Alur Pikir Penyusunan RUPMP dan RUPMK
Penyiapan Naskah Penyiapan Rumusan Penetapan
Pembahasan
Akademis RUPMP/RUPMK RUPMP/RUPMPK

Melalui : Melalui:
(i) Kajian baru - Rapat interdinas
(ii) Kajian Lama - FGD/Seminar/Workshop
(iii) Dokumen Lainnya - Uji Publik

Sumber : Peraturan Kepala BKPM RI No. 9 Tahun 2012.

I. Pelaksanaan Kajian Akademis


1. Pelaksanaan kajian potensi pengembangan penanaman modal di Provinsi atau
Kabupaten/Kota.
Kajian Akademis dilaksanakan dalam rangka mendapatkan sektor potensial
yang dimiliki oleh masing-masing daerah dan selanjutnya akan didorong
menjadi sektor prioritas/unggulan serta fokus untuk dikembangkan melalui
kegiatan penanaman modal dalam jangka panjang. Kajian Akademis juga
dimaksudkan untuk mengidentifikasi isu-isu strategis yang berkaitan dengan
pembangunan penanaman modal, sebagai bahan analisis potensi dan
identifikasi hambatan/permasalahan yang ada di daerah. Selain itu, Kajian
Akademis juga menganalisa kontribusi manfaat ekonomi, sosial dan
lingkungan bidang penanaman modal dalam pembangunan daerah.
Selanjutnya hasil dari Kajian Akademis berupa Naskah Kajian Akademis
akan menjadi dasar dalam penyusunan rumusan RUPM Provinsi atau RUPM
Kabupaten/Kota.
2. Identifikasi isu-isu strategis yang berkaitan dengan pembangunan penanaman
modal di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota, sebagai bahan analisis
potensi dan identifikasi hambatan/permasalahan.
II. Integrasi
RUPMP dan RUPMK disusun memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) bersifat rencana jangka panjang yang menuntut adanya konsistensi,
pengembangan sektor yang lebih fokus dan berkelanjutan.

Halaman F - 2
III. Analisis Kondisi dan Isu Strategis
Analisis kondisi dan isu strategis serta peluang kontribusi manfaat ekonomi,
lingkungan dan sosial bidang penanaman modal di tingkat Provinsi atau
Kabupaten/Kota.
a) Analisis indikasi kekuatan, kelemahan dan peluang dan ancaman dalam
proses transformasi potensi manfaat sumberdaya di wilayah Provinsi atau
Kabupaten/Kota menjadi barang dan jasa yang mendukung hidup dan
kehidupan.
b) Analisis prediksi kontribusi manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan
terhadap pembangunan Provinsi atau Kabupaten/Kota dalam bentuk tema-
tema makro sesuai kebutuhan sebagai bahan penetapan visi dan misi
pengurusan penanaman modal.
IV. Penetapan Visi dan Misi
Menetapkan visi dan misi RUPMP dan RUPMK pelaksanaan penanaman modal
di wilayah Provinsi atau Kabupaten/Kota yang merupakan tujuan-tujuan
realistis yang dapat dicapai dalam jangka waktu perencanaan dan pentahapannya
dapat dilakukan dengan menganalisis kondisi terkini, potensi pengembangan
penanaman modal dan isu strategis penanaman modal Provinsi serta arahan-
arahan indikatif berdasarkan hasil analisis spasial dan non spasial dengan tetap
memperhatikan kepentingan nasional dan daerah.
V. Penetapan Fokus Pengembangan Penanaman Modal dan Sektor
Unggulan/Prioritas Daerah
Penetapan fokus pengembangan penanaman modal daerah disesuaikan dengan
potensi dan karakteristik dari masing-masing daerah serta dapat pula mendukung
sektor unggulan/prioritas daerah yang telah diusulkan oleh daerah dan
ditetapkan oleh Kementerian/instansi terkait.
Masing-masing daerah diharapkan dapat menetapkan minimal 1 (satu) sektor
unggulan/prioritas yang akan fokus dikembangkan melalui kegiatan penanaman
modal hingga Tahun 2025. Dalam penetapan sektor unggulan sebagai fokus
pengembangan penanaman modal daerah harus tetap memperhatikan fokus
pengembangan RUPM yaitu pangan, infrastruktur dan energi. Artinya fokus
pengembangan sektor unggulan/prioritas daerah mempertimbangkan ketahanan
pangan daerah, upaya penyediaan dan perbaikan infrastruktur, dan jaminan
ketersediaan energi. Mengingat RUPM merupakan dokumen perencanaan yang
bersifat komplementer dengan dokumen perencanaan lainnya, apabila suatu
daerah telah mengusulkan sektor tertentu yang akan diprioritaskan untuk dicapai
dan usulan tersebut telah ditetapkan oleh Kementerian/instansi teknis sebagai
sektor unggulan daerah tersebut, maka daerah dimaksud dapat mengusulkan

Halaman F - 3
sektor unggulan tersebut guna dikembangkan melalui kegiatan penanaman
modal dalam jangka panjang hingga 2025.
Penetapan dilakukan secara koordinatif melibatkan seluruh pemangku
kepentingan di daerah yang bersangkutan untuk mensinergikan
pengoperasionalan seluruh kepentingan sektoral agar tidak tumpang tindih
dalam penetapan prioritas.
VI. Penyusunan Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPM
Menyusun Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP atau RUPMK yang
merupakan penjabaran alternatif rencana aksi pencapaian visi dan misi dalam
bentuk penetapan arah kebijakan, strategi dan target untuk pencapaian
penanaman modal serta kelembagaan PDPPM dan PDKPM yang mengacu
kepada arah kebijakan penanaman modal dalam RUPM dengan tetap
memperhatikan ciri khas dan karakteristik di masing-masing Provinsi atau
Kabupaten/Kota. Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPMP atau RUPMK
diselaraskan dengan Peta Panduan (Roadmap) Implementasi RUPM dan disusun
dengan jangka waktu hingga 2025 serta dijabarkan dalam peta rencana aksi
periode 5 (lima) tahunan dalam rangka pencapaian visi dan misi daerah tersebut.
VII.Penyusunan Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal Yang
Strategis dan Yang Cepat Menghasilkan
Menyusun Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal Yang
Strategis dan Yang Cepat Menghasilkan setiap periode 2 (dua) tahun yang
merupakan penjabaran rencana teknis percepatan realisasi proyek penanaman
modal. Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal Yang Strategis
dan Yang Cepat Menghasilkan ini disusun oleh daerah yang memiliki rencana
proyek penanaman modal strategis, baik yang ditetapkan oleh Pemeritah
maupun Pemerintah Daerah, baik proyek baru maupun perluasan, PMA ataupun
PMDN, berlokasi di daerah yang bersangkutan.
Hal ini dilakukan dengan cara identifikasi data proyek, perijinan yang dimiliki,
hingga kendala dan permasalahan yang dihadapi penanaman modal dalam
rangka realisasi penanaman modal serta langkah-langkah pemecahan
permasalahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah setempat. Rencana
Fasilitasi Realisasi Proyek Penanaman Modal Yang Strategis dan Yang Cepat
Menghasilkan dievaluasi setiap 2 (dua) tahun dan dilaporkan kepada Menteri
Dalam Negeri, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
Gubernur, Bupati/Walikota terkait.

Halaman F - 4
Namun demikian, bagi Kabupaten/Kota yang telah atau pernah melaksanakan
kajian akademis serupa seperti Kabupaten Cirebon yang telah menyusun Dokumen
RUPM Kabupaten Cirebon bahkan sudah ditetapkan melalui Peraturan Bupati Cirebon
Nomor 74 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Cirebon
Tahun 2017-2025, dapat menggunakan hasil kajian akademis untuk melakukan revisi
dokumen RUPMK dan rekomendasi bagi revisi Peraturan Bupati Cirebon Nomor 74
Tahun 2017 tersebut, dengan catatan hasil kajian akademis/dokumen RUPMK tersebut
masih relevan, data yang digunakan masih valid dan dapat dipertanggungjawabkan,
sehingga masih dapat digunakan sebagai basis perumusan revisi RUPMK. Berbasis
kondisi tersebut, maka dalam penyusunan revisi RUPM Kabupaten Cirebon ini, tidak
dilakukan kajian akademis lagi. Faktor utama dari revisi ini adalah penyesuaian terhadap
RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2019-2024 dan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Cirebon Tahun 2018-2038.
. Selain itu, tentu saja revisi ini diharapkan agar perubahan yang dilakukan dapat
membantu mengakomodir dinamika perubahan pembangunan di Kabupaten Cirebon
terkait bidang penanaman modal, agar selaras dengan perubahan arah pembangunan di
wilayah ini. Kegiatan penyusunan revisi Dokumen RUPMK adalah tersedianya dokumen
RUPMK yang menjadi framework kerja inti dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Kabupaten Cirebon dalam rangka meningkatkan realisasi investasi
yang selaras dengan perubahan arah kebijakan pembangunan di Kabupaten Cirebon.

F.2 Pendekatan
Rencana umum penanaman modal dalam suatu kegiatan yang bersifat jangka
panjang harus mensinergikan dan mengoperasionalkan seluruh kepentingan sektoral
terkait terhadap potensi sektor-sektor prioritas yang akan dikembangkan dan
dipromosikan melalui kegiatan penanaman modal serta mengacu pada arah kebijakan
penanaman modal. Dengan demikian pendekatan dalam penyusunan RUPM tidak
terlepas dari kebijakan pembangunan dan perencanaan, potensi dan karakteristik daerah
serta partisipatif para pemangku kepentingan (stakeholders).
Adapun pendekatan utama dalam Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten Cirebon Tahun 2022-2027 meliputi:
1. Keterpaduan dan Sinergitas Kebijakan
Dokumen RUPM merupakan dokumen perencanaan nonspasial yang sifatnya
mensinergikan dokumen perencanaan dan pembangunan lainnya baik terhadap
kebijakan Nasional (pusat), daerah Provinsudasi maupun Kabupaten/Kota. Untuk
mewujudkan sinergitas kebijakan tersebut maka dalam Penyusunan RUPM perlu
memperhatikan kebijakan penanaman modal, RPJP/RPJMN, RPJPD/RPJMD Provinsi
Jawa Barat, RPJPD/RPJMD Kabupaten Cirebon, serta RTRW Provinsi Jawa Barat
dan RTRW Kabupaten Cirebon. Ha ini dilakukan agar tidak terjadinya tumpang tindih

Halaman F - 5
program pembangunan antar sektor serta mengevaluasi program-program bidang
penanaman modal.
2. Pendekatan Rational Comprehensif
Pendekatan ini merupakan pendekatan analisis potensi pengembangan wilayah yang
bersifat holistik. Identifikasi dan analisis dilakukan terhadap multi aspek mengingat
keterkaitan penanaman modal dengan aspek lainnya seperti dengan aspek lainnya,
seperti penataan ruang, kelestarian lingkungan hidup, kepentingan ekonomi
masyarakat dan daerah, perijinan, insentif dan dukungan infrastruktur serta regulasi
terkait lainnya.
Pendekatan perencanaan rasional menyeluruh atau Rational Comprehensive Approach
secara konseptual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas. Produk
perencanaan rasional menyeluruh mencakup suatu totalitas dari seluruh aspek tujuan
pembangunan. Jadi permasalahan yang dibahas tidak dilihat secara terpilah-pilah
melainkan dalam suatu cakupan kesatuan. Dengan demikian kajian ini diharapkan
dapat menghasilkan rekomendasi yang komprehensif untuk sektor-sektor prioritas
terpilih.
3. Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif dilakukan dengan melibatkan semua elemen masyarakat
dan stakeholders dalam hal pengambilan keputusan melalui Focus Group Discussion
(FGD) atau Forum di daerah. Pendekatan ini bertujuan untuk menumbuhkan
komitmen dan dukungan stakeholders termasuk masyarakat dalam penetapan prioritas
sektor-sektor yang akan dipromosikan dan implementasi rencana dibidang penanaman
modal.

F.3 Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan kegiatan menjelaskan tentang cara kerja penyedia jasa
konsultansi, yang menyangkut persiapan, pengumpulan dan analisis data, penysunan
dokumen dan elaborasi hasil penyusunan dokumen. Pelaksanaan kegiatan penyusunan
RUPM Kabupaten Cirebon Tahun 2022-2027 mengacu pada Peraturan Kepala BKPM RI
No. 9 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
Provinsi dan Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan & Desk Study;
2. Pengumpulan Data;
3. Kajian Potensi Pengembangan Penanaman Modal Kabupaten Cirebon;
4. Identifikasi Isu Strategis;
5. Integrasi Kebijakan Pembangunan dan Perencanaan;

Halaman F - 6
6. Analisis Kondisi dan Isu Strategis;
7. Perumusan Rencana Umum Penanaman Modal
8. Perumusan Roadmap Implementasi RUPMK.
9. Rekomendasi.
Adapun tahapan kegiatan penyusunan RUPM Kabupaten Cirebon Tahun 2022-
2027 dapat dilihat pada kerangka pikir pada Gambar F.3.
Gambar F.3. Kerangka Pikir Penyusunan RUPM Kabupaten Cirebon
Tahun 2022-2027

Halaman F - 7
F.3.1 Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dimaksudkan untuk mendapatkan data baik data primer
maupun data sekunder melalui kegiatan survey pengumpulan data.
1. Pengumpulan data primer
Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk memperoleh data yang diperoleh
langsung dari sumber informasi, dilakukan dengan menghimpun data dari kegiatan
survey primer yaitu observasi lapangan, wawancara dan diskusi/focus group
discussion (FGD) baik formal maupun informal
a. Observasi Lapangan dengan mencatat dan mendokumentasikan kondisi obyek
pengamatan baik spasial maupun non spasial.
b. Wawancara dengan narasumber OPD terkait menyangkut potensi, permasalahan
dan aspirasi terhadap harapan pembangunan penanaman modal.
c. Diskusi/focus group discussion (FGD) sebagai salah satu forum penjaringan
informasi potensi dan karateristik daerah, aspirasi sektor-sektor unggulan dan
penyepakatan sektor prioritas, kebijakan dan strategi pembangunan penanaman
modal.
2. Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk memperoleh data bersifat dokumenter
yang dipublikasikan oleh berbagai instansi/dinas/lembaga/kantor yang berwenang
dan relevan dalam kegiatan ini, dilakukan dengan penelaahan terhadap studi
kepustakaan dengan kunjungan langsung menuju instansi/dinas/lembaga/kantor
terkait serta penelaahan melalui media situs internet yang relevan untuk
dipergunakan sebagai sumber informasi.
Data yang dibutuhkan antara lain:
1. Data regulasi dan/atau kebijakan pembangunan dan penataan ruang pusat dan daerah
(RPJP, RPJM, RTRW);
2. Kebijakan investasi/penanaman modal pemerintah Pusat;
3. Regulasi dan/atau kebijakan tentang investasi/penanaman modal dan perijinan di
tingkat Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon;
4. Potensi Daerah: Kewilayahan (geografis dan administrasi); Demografi;
Perekonomian; Sosial Budaya; Lingkungan; Potensi Penanaman Modal Sektoral
(pertanian, perikanan, industri, perdagangan, infrastruktur, perumahan, energi, dsb);
Perkembangan dan Kontribusi Penanaman Modal; Potensi Minat Investasi PMA dan
PMDN; Sektor Unggulan/Prioritas yang sudah ditetapkan Kementerian teknis
terkait. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal; dan
5. Isu strategis pembangunan penanaman modal;

Halaman F - 8
Setelah data terkumpulkan maka dilakukan sortir data. Sortir data adalah kegiatan
untuk memilah-milah data yang relevan dan data yang kurang relevan bahkan mungkin
tidak bermanfaat dalam penelitian namun terikut dalam proses pengumpulan data
sekunder. Selanjutnya data yang telah terpilah dianalisis dan kemudian disajikan secara
deskriptif dan obyektif.

F.3.2 Metode Analisis


Analisis data yang dipergunakan disesuaikan dengan aspek yang akan dibahas
serta kepentingannya, di antaranya adalah:
(1) Deskriptif-normatif untuk menganalisis kondisi kebijakan dengan uraian-uraian
kaidah, norma, pengertian, penafsiran serta penjelasan terhadap penanaman modal;
(2) Keruangan/spasial untuk menganalisis gejala-gejala yang sifatnya meruang,
komponen ruang, perkembangan tata ruang, penyebaran, dan interaksinya.
(3) Prediksi-extrapolatif, untuk menganalisis keadaan iklim investasi/perkembangan
investasi pada saat ini ke arah masa datang menggunakan proyeksi kebutuhan (need
analysis) dengan melihat perkembangan dan kecenderungan dari komponen-
komponen analisis yang sifatnya lebih terukur dengan angka-angka, seperti proyeksi,
indeks, skor dan bobot serta hubungan/persamaan sistematis.
(4) Sketsa, grafis skema permodelan dan konsep pengembangan kawasan, roadmap dan
portofolio investasi.
Komponen analisis meliputi kajian terhadap:
1. Implikasi kebijakan terhadap peluang investasi yang memberikan peningkatan
perekonomian daerah.
2. Pertumbuhan Investasi dan Perekonomian Daerah
Analisis dilakukan untuk melihat trend pertumbuhan investasi dan laju pertumbuhan
ekonomi. Apabila investasi mengalami peningkatan maka akan meningkatkan
perekonomian, hal ini diindikasikan kenaikkan investasi akan memicu pertumbuhan
ekonomi karena peningkatan penanaman modal (Todaro, 2003). Penanaman modal
akan berakibat peningkatan produksi barang dan jasa di dalam perekonomian.
Peningkatan produksi barang dan jasa akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu setiap daerah atau wilayah memerlukan investasi untuk menigkatkan
kualitas produksi yang dimiliki wilayahnya, investasi haruslah ditanamkan di
berbagai sektor ekonomi, agar memperluas pasar, serta produk yang dihasilkan
mampu bersaing dan memilik harga jual yang tinggi tentunya dengan kualitas bagus,
sehingga mampu meningkatkan perekonomian. Hal ini sesuai dengan teori
Samuelson (2004), investasi merupakan suatu hal yang penting dalam membangun

Halaman F - 9
ekonomi karena dibutuhkan sebagai faktor penunjang di dalam peningkatan proses
produksi.
3. Analisis sektor unggulan/prioritas/strategis daerah
Analisis dilakukan untuk menentukan skala prioritas dalam pembangunan dengan
menggambarkan pola perubahan dan pertumbuhan sektoral dalam perekonomian,
menentukan sektor-sektor basis dan non basis, serta perubahan dan pergeseran sektor
perekonomian sehinggga dapat dijadikan pertimbangan dalam perumusahan
kebijakan dan perencanaan pembangunan.
4. Analisis kebutuhan penanaman modal
Analisis dilakukan untuk proyeksi dan penentuan target investasi menyangkut 7
(tujuh) elemen utama arah kebijakan penanaman modal, yaitu: perbaikan iklim
penamaman modal, persebaran penanaman modal, fokus pengembangan pangan,
infrastruktur, energi dan jasa penanaman modal yang berwawasan lingkungan (green
investment), pemberdayaan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi (UMKM),
pemberian fasilitas kemudahan dan/atau insentif penanaman modal; dan promosi dan
kerjasama penanaman modal.
5. Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan penanaman modal di Kabupaten
Cirebon
Anailsis dilakukan untuk untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis
dalam rangka merumuskan dan memutuskan kebijakan strategik untuk akselerasi
penanaman modal.
6. Analisis kontribusi manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan
Anailsis dilakukan untuk merumuskan target penanaman modal di wilayah
Kabupaten Cirebon hingga Tahun 2025 melalui tema-tema makro sesuai kebutuhan
sebagai bahan penetapan Visi dan Misi pengurusan penanaman modal.

F.3.3 Metode Perumusan Kebijakan


Keberadaan pemerintah Kabupaten/Kota sebagai bagian integral dari
pemerintahan nasional tentu mengemban peran dan tanggung jawab besar untuk hal ini.
Secara normatif hal ini selaras dengan ketentuan Pasal 4 Ayat (2) Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal, bahwa pemerintah
kota/kabupaten menyusun Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) Kabupaten/Kota
yang mengacu pada RUPM, RUPM provinsi, dan prioritas pengembangan potensi
Kabupaten/Kota.
Dengan demikian, setiap pemerintah provinsi juga memainkan peran besar dan
strategis dalam penyusunan ini, karena dalam penyusunan RUPM pemerintah
Kabupaten/Kota harus berpedoman kepada RUPM Provinsi. Dalam konteks perumusan

Halaman F - 10
kebijakan penanaman modal terkait dengan keharusan terbentuknya RUPM
kabupaten/kota ini, tentu RUPM Provinsi ini bersegi dua. Artinya sebagai kebijakan
berbentuk Peraturan Gubernur tentu harus benar-benar konsisten dengan RUPM yang
berlaku secara nasional, dan di sisi lain menjadi pijakan yuridis yang kokoh bagi
terbentuknya RUPM Kabupaten/Kota.
Arah kebijakan penanaman modal yang meliputi 7 (tujuh) elemen utama
merupakan langkah strategis yang akan ditempuh oleh pemerintah dalam rangka
mencapai visi penanaman modal nasional, antara lain yaitu "Penanaman Modal yang
Berkelanjutan dalam rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maiu dan Sejahtera".
Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman Modal
merupakan (empat) peta jalan yang berisikan rencana aksi dalam rangka pencapaian visi
dan misi yang terbagi dalam 4 (empat) fase dalam rangka pencapaian visi dan misi
RUPM, yakni:
Fase I : Pengembangan penanaman modal yang relatif mudah dan cepat menghasilkan;
Fase II : Percepatan pembangunan bidang pangan, infrastruktur dan energi;
Fase III : Pengembangan industri berskala kecil, menenga dan besar;
Fase IV : Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan.

F.4 Teknik Analisis


Beberapa teknik analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan dari Penyusunan
RUPM Kabupaten Cirebon antara lain adalah sebagai berikut:

F.4.1 Model Dinamic Location Quotient (DLQ)


Dalam menentukan sektor yang tergolong unggulan sebagai potensi yang
berkontribusi besar dalam perekonomian diukur dengan menggunakan teknik LQ. Teknik
LQ dapat dibedakan menjadi dua, yaitu LQ statis (Static Location Quotient, SLQ) dan
LQ dinamis (Dynamic Location Quotient, DLQ).
1). SLQ (Static Location Quotient) biasa disebut LQ.
Formula untuk SLQ adalah:

𝑉𝑖𝑘/𝑉𝑘
𝑆𝐿𝑄 =
𝑉𝑖𝑝/𝑉𝑝

Dimana:
Vik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota)
Vk = PDRB total semua sektor di daerah studi k

Halaman F - 11
Vip = Nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (propinsi)
Vp = PDRB total semua sektor di daerah referensi p
nilai SLQ yang diperoleh adalah:
SLQ > 1 : daerah studi (kabupaten) memiliki spesialisasi sektor i dibandingkan
sektor yang sama di tingkat daerah referensi (provinsi).
SLQ < 1 : sektor i bukan merupakan spesialisasi daerah studi (kabupaten)
dibandingkan sektor yang sama di tingkat daerah referensi
(provinsi).
SLQ = 1 : sektor i terspesialisasi baik di daerah studi (kabupaten) maupun
daerah referensi (propinsi).
2). DLQ (Dynamic Location Quotient)
DLQ merupakan perkembangan dari SLQ. DLQ atau Dinamic Loqation Quatient
(DLQ) adalah analisis LQ yang dilakukan dalam bentuk time series/trend. Dalam
hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu sektor tertentu pada kurun waktu
yang berbeda; apakah mengalami penurunan atau kenaikan (Tarigan, 2009). DLQ
merupakan modifikasi dari SLQ dengan mengakomodasi besarnya PDRB (nilai
produksi sub sektor) dari waktu ke waktu.
Formula untuk DLQ adalah:
𝑡
(1 + 𝑔𝑖𝑗 )
⁄(1 + 𝑔 )
𝑗
𝐷𝐿𝑄𝑖𝑗 =[ ]
(1 + 𝐺𝑖 )
⁄(1 + 𝐺)

Dimana:
DLQij = Indeks potensi sektor i di regional
gij = Laju pertumbuhan sektor i di regional
gi = Rata-rata laju pertumbuhan sektor di regional
Gi = Laju pertumbuhan sektor i di provinsi
G = Rata-rata laju pertumbuhan sektor di provinsi
t = Selisih tahun akhir dan tahun awal
Kemungkinan nilai DLQ yang diperoleh adalah:
1) DLQ > 1 : sektor mempunyai potensi perkembangan lebih cepat dibanding
daerah (kabupaten) lain di wilayah referensi (provinsi).
2) DLQ < 1 : sektor mempunyai potensi perkembangan lebih lambat dibanding
daerah kabupaten) lain di wilayah referensi (provinsi).

Halaman F - 12
3) DLQ = 1 : sektor mempunyai potensi perkembangan sama cepat dibanding
daerah (kabupaten) lain di wilayah referensi (provinsi).
Tabel F.1
Klasifikasi Sub Sektor Berdasarkan Gabungan LQ dan DLQ

F.4.2 Shift Share


Analisa shift-share adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisa data
statistik regional, baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data
lainnya. Dalam analisis ini, akan diperlihatkan bagaimana keadaan pertumbuhan di
daerah dengan dibandingkan pada pertumbuhan nasional. Tujuan dari analisis shift-share
adalah untuk melihat dan menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian
daerah dengan membandingkan dengan wilayah yang lebih luas (wilayah referensi).
• National Share
Nsi,t+m = Er,i,t(EN,t+m / EN,t ) – Er,i,t
• Proportional Shift
Pr,i,t = {(EN,i,t / EN,i,t-n) – (EN,t / EN,t-n) } x Er,i,t,n
• Differential shift
D r,i,t+m = E r,i,t (E N,i,t+m / E N,i,t )
• Penjabaran Rumus:
∆ = Pertambahan angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t-n)
N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya
r = Region atau wilayah analisis
E = Employment atau banyaknya lapangan kerja
i = Sektor industri
t = Tahun
t-n = Tahun awal
t+m = Tahun Proyeksi

Halaman F - 13
Ns = National Share
P = Proportional Shift
D = Differential Shift

F.4.3 Tipologi Klassen


Analisis tipologi Klassen dalam perencanaan wilayah digunakan untuk
memperoleh gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi tiap-tiap
daerah. Data yang bisa digunakan dalam analisis ini adalah data Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Tipologi Klassen mendasarkan pengelompokkan suatu sektor, subsektor, usaha
atau komoditi daerah dengan cara membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan
pertumbuhan ekonomi daerah (atau nasional) yang menjadi acuan dan membandingkan
pangsa sektor, subsektor, usaha, atau komoditi suatu daerah dengan nilai rata-ratanya di
tingkat yang lebih tinggi (daerah acuan atau nasional). Hasil analisis Tipologi Klassen
akan menunjukkan posisi pertumbuhan dan pangsa sektor, subsektor, usaha, atau
komoditi pembentuk variabel regional suatu daerah.
Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral (yang dapat diperluas tidak hanya
di tingkat sektor tetapi juga subsektor, usaha ataupun komoditi) menghasilkan empat
klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut:
1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (Kuadran I).
Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (gi) yang
lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara
nasional (g) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB (si) yang lebih besar
dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan
atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi lebih besar dari
g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kuadran I dapat pula diartikan sebagai sektor
yang potensial karena memiliki kinerja laju pertumbuhan ekonomi dan pangsa yang
lebih besar daripada daerah yang menjadi acuan atau secara nasional.
2. Sektor maju tapi tertekan (Kuadran II).
Sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (g), tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (si) yang lebih
besar dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi
lebih kecil dari g dan si lebih besar dari s. Sektor dalam kategori ini juga dapat
dikatakan sebagai sector yang telah jenuh.

Halaman F - 14
3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat (Kuadran III).
Kuadran ini merupakan kuadran untuk sektor yang memiliki nilai pertumbuhan
PDRB (gi) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan
atau secara nasional (g), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB (si) lebih
kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang
menjadi acuan atau secara nasional (s). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan gi
lebih besar dari g dan si lebih kecil dari s. Sektor dalam Kuadran III dapat diartikan
sebagai sektor yang sedang booming. Meskipun pangsa pasar daerahnya relatif lebih
kecil dibandingkan rata-rata nasional.
4. Sektor relatif tertingggal (Kuadran IV).
Kuadran ini ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (gi) yang
lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau
secara nasional (g) dan sekaligus memiliki kontribusi tersebut terhadap PDRB (si)
yang lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah
yang menjadi acuan atau secara nasional (s).
Tabel F.2
Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral

Dimana:
gi = pertumbuhan sektor daerah analisis
g = pertumbuhan sektor daerah acuan

Halaman F - 15
si = kontribusi sektor daerah analisis
s = kontribusi sektor daerah acuan
Keterangan: daerah acuan adalah daerah yang lebih tinggi. Misalnya, kalau daerah
analisis adalah kabupaten/kota, daerah acuan bisa menggunakan propinsi. Kalau daerah
analisis adalah propinsi, maka daerah acuan bisa menggunakan nasional atau pulau,
ataupun wilayah pembangunan tertentu dimana daerah analisis merupakan bagian dari
wilayah tersebut.

F.4.4 Analisis ICOR


Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kegiatan
perencanaan pembangunan yang terkait dengan investasi adalah Incremental Capital
Output Ratio (ICOR). Nilai ICOR menunjukkan jumlah investasi baru yang dibutuhkan
untuk menaikkan/menambah satu unit output dalam perekonomian suatu wilayah.
Besaran ICOR diperoleh dari perbandingan tambahan kapital dengan tambahan output.
ICOR tersebut digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dari suatu investasi. Jika
koefisien ICOR bernilai negatif atau nilai relatif besar dapat menunjukkan bahwa terjadi
innefficiency dalam investasi. Kondisi investasi yang efisien akan terjadi pada koefisien
ICOR yang nilainya relatif kecil. Namun demikian, untuk menilai tingkat efisiensi suatu
investasi juga mempertimbangkan karakteristik perekonomian suatu wilayah apakah
bersifat capital intensive atau labor intensive.
Semakin tinggi nilai ICOR memberikan indikasi kemungkinan terjadinya
inefisiensi dalam penggunaan investasi. ICOR yang rendah menunjukkan adanya
efisiensi dalam penggunaan modal. Efisiensi terjadi akibat adanya perbaikan teknologi,
sehingga semakin rendah ICOR maka penggunaan modal semakin efisien dan akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Arsyad, 1988). Widodo (1990) menyatakan
bahwa, produktivitas investasi dapat dikatakan baik apabila nilai ICOR berada pada
kisaran 3 - 4.
ICOR diformulasikan sebaga berikut:
ICOR = ΔK / ΔY
Keterangan:
K = Investasi, atau penambahan barang modal baru/kapasitas terpasang
Y = Pertambahan output
Dalam perkembangannya, data yang digunakan untuk menghitung ICOR bukan
lagi hanya penambahan barang modal baru atau perubahan stok kapital, melainkan
Investasi (I) yang ditanam baik oleh swasta maupun pemerintah sehingga rumusan ICOR
dimodifikasi menjadi:
ICOR = 1 / ΔY

Halaman F - 16
Keterangan:
I = Investasi
Y = Perubahan output
Peningkatan output tidak hanya disebabkan oleh investasi, tetapi juga oleh faktor-
faktor lain di luar investasi seperti: pemakaian tenaga kerja, penerapan teknologi, dan
kemampuan kewiraswastaan. Dengan demikian, untuk melihat peranan investasi terhadap
output berdasarkan konsep ICOR, maka peranan faktor-faktor selain investasi
diasumsikan konstan (ceteris paribus).
Investasi merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Informasi mengenai
potensi investasi dan iklim investasi daerah sangat diperlukan investor sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk investasi. Untuk melihat keterkaitan
antara investasi dan pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan indikator ICOR. Nilai
ICOR dapat merefleksikan besarnya produktivitas kapital yang akan berpengaruh
terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi.

F.4.5 SWOT
Rangkuti (2013) mengungkapkan bahwa analisis SWOT adalah sebagai alat
formulasi strategi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dari
sebuah penelitian. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats).
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan
misi, tujuan, strategi, serta kebijakan. Dengan demikian, rencana strategis yang berupa
pengembangan investasi harus menganalisis faktor-faktor strategis yang berkaitan dengan
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman berdasarkan kondisi saat ini.
Data yang dikumpulkan, diolah, dan dianalisis secara deskriptif dengan
mengadopsi dan mengadaptasi model analisis SWOT yang merupakan analisis kualitatif
dengan mengkaji factor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal dalam hal ini adalah
strengths (kekuatan atau potensi) dan weaknesses (kelemahan dan kendala). Faktor
eksternal terdiri dari opportunities (peluang) dan treaths (ancaman).

Halaman F - 17
Tabel F.3
Matrik Analisis SWOT
Internal
Strengths Weaknesses
Eksternal

W-O strategis
S-O strategi
Daftar untuk memperkecil kelemahan
Opportunities Daftar kekuatan untuk meraih
dengan memanfaatkan keuntungan dari
keuntungan dari peluang yang ada
peluang yang ada

S-T strategis S-T strategis


Threats Daftar kekuatan untuk menghindari Daftar untuk memperkecil kelemahan
ancaman dan menghindari ancaman

Matriks SWOT yang kemudian secara kualitatif dikombinasikan untuk


menghasilkan klasifikasi strategi yang meliputi empat set kemungkinan alternatif strategi.
Kuadran 1 : Kategori ini mengandung berbagai alternatif strategi yang bersifat
memanfaatkan peluang dengan mendayagunakan kekuatan/kelebihan yang dimiliki.
Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
Kuadran 2 : Kategori yang bersifat memanfaatkan peluang eksternal untuk mengatasi
kelemahan. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
Kuadran 3 : Kategori alternatif strategi yang memanfaatkan atau mendayagunakan
kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Kuadaran 4 : Kategori alternatif strategi sebagai solusi dari penilaian atas kelemahan dan
ancaman yang dihadapi, atau usaha menghindari ancaman untuk mengatasi
kelemahan. Ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan sehingga diperlukan
strategi menghadapi berbagai ancaman dan keleman internal.

Halaman F - 18
Gambar F.4. Kuadran SWOT

Analisis SWOT dilakukan melalui serangkaian perhitungan yang dikenal dengan


perhitungan IFAS (internal factor analysis strategy), EFAS (eksternal faktor analysis
strategy) dan SFAS (strategy factor analysis strategy) dengan memperhitungkan nilai
bobot dan rating.
A. Matrik IFAS
Matriks IFAS merupakan alat perumusan masalah strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama pada perusahaan. Tahap untuk
menentukan faktor lingkungan internal dalam matriks IFAS adalah:
1) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam kolom 1.
2) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan sekala mulai dari 1,0 (paling
penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap posisi strategis perusahaan. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak
boleh melebihi skor total 1,0).
3) Berikan rating 1 sampai 4 pada setiap faktor sukses kritis untuk menunjukkan
seberapa efektif strategi perusahaan saat ini, pemberian ini berdasarkan pada
kondisi yang ada dalam perusahaan.
4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk
masing-masing faktor nilainya mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0
(poor).
5) Jumlahkan total skor masing-masing variabel. Nilainya merupakan nilai bagi
perusahaan tersebut dari sisi IFAS. Nilai rata-rata adalah 2,5. Jika nilainya diawal
2,5 menandakan bahwa secara internal perusahaan lemah, sedangkan nilai diatas
2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat.

Halaman F - 19
Tabel F.4
Contoh IFAS

Sumber: Rangkuti.

B. Matrik EFAS
Setelah menganalisis faktor-faktor internal yang dilakukan selanjutnya adalah
menganalisis faktor-faktor eksternal yaitu dengan menggunakan matriks EFAS.
Tahap-tahap pada penyusunan matriks EFAS adalah:
1) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan
dalam kolom 1.
2) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Total seluruh bobot harus sama
dengan 1,0.
3) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)
berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan.
Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang
semakin besar diberi rating +4 tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1).
Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya jika nilai
ancamannya sangat besar, rating-nya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai
ancamannya sedikit rating-nya 4.
4) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh
faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk

Halaman F - 20
masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding)
sampai dengan 1,0 (poor).
5) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor
pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.
Tabel F.5
Contoh EFAS

Sumber: Rangkuti.

C. Matrik Internal-Eksternal (IE)


Parameter yang digunakan dalam matrik internal-eksternal ini meliputi parameter
kekuatan internal wilayah studi dan pengaruh eksternal yang dihadapi. Tujuan
penggunaan model ini adalah untuk memberikan arahan kebijakan dalam perumusan
strategi pengembangan.
Diagram mengidentifikasi 9 sel strategi wilayah studi, tetapi pada prinsipnya ke-
sembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu:
1. Growth Strategy merupakan strategi pertumbuhan bagi wilayah studi itu sendiri
yang biasanya dilakukan dengan melakukan integrasi baik vertikal maupun
horizontal (sel 1, 2, dan 5) atau upaya diversifikasi (sel 7 dan 8).
2. Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi
yang telah ditetapkan (alternatif sel 5).
3. Retrenchment Strategy (sel 3, 6, dan 9) adalah usaha mengurangi biaya,
memperkecil atau mengurangi risiko usaha/investasi yang dilakukan di wilayah
studi.

Halaman F - 21
Gambar F.5.
Matriks Eksternal-Internal
Internal Factor
Score
4,00 3,00 2,00 1,00

4,00 1 2 3

GROWTH GROWTH RETRENCHMENT

Konsentrasi melalui Konsentrasi melalui Merubah tujuan


integrasi vertikal integrasi horizontal

3,00 4 5 6
GROWTH
External Factor

STABILITY Konsentrasi melalui RETRENCHMENT


integrasi horizontal, atau

STABILITY
Berhati-hati Divestasi
Tak ada perubahan /
mempertahankan posisi

2,00 7 8 9

GROWTH GROWTH RETRENCHMENT

Diversifikasi konsentrik Diversifikasi Likuidasi


konglomerat

1,00

Ketiga strategi utama tersebut dapat dijabarkan ke dalam 9 sel penerapan strategi.
Penjelasan masing sel strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Konsentrasi melalui integrasi vertikal (sel 1)
Strategi pertumbuhan dengan berupaya untuk memperkuat usaha secara
vertical sehingga terjadi peningkatan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.
2. Konsentrasi melalui integrasi horizontal (sel 2 dan 5)
Strategi pertumbuhan untuk meluaskan usaha yaitu membuka usaha di tempat
lain atau bergabung (join venture) dengan sektor usaha sejenis yang lain, serta
menambah jenis sektor usaha yang akan dikembangkan.
3. Merubah tujuan (sel 3)
Strategi penghematan/pengurangan biaya dengan cara merubah arah tujuan
pengembangan usaha.
4. Berhati-hati (sel 4)

Halaman F - 22
Strategi untuk mempertahankan stabilitas dan mengkaji secara teliti setiap
peluang yang ada.
5. Mempertahankan posisi (sel 5)
Strategi konsolidasi yang berusaha untuk mempertahankan stabilitas usaha.
6. Divestasi (sel 6)
Strategi penghematan/pengurangan biaya dengan bekerja sama dengan pihak
lain untuk berbagi risiko.
7. Diversifikasi konsentrik (sel 7)
Strategi pertumbuhan dengan melakukan diversifikasi produk atau jasa pada
usaha yang menjadi konsentrasinya
8. Diversifikasi konglomerat (sel 8)
Strategi pertumbuhan dimana diversifikasi dilakukan dengan menambah usaha
lain yang tidak berhubungan.
9. Likuidasi (sel 9)
Strategi penghematan dengan menutup usaha dan melikuidasi asset yang ada
untuk menutupi kerugian.

D. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)


QSPM adalah alat yang memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi
alternatif secara objektif, berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk sukses eksternal
dan internal yang dikenali sebelumnya. Berikut adalah tahap-tahap yang diperlukan
untuk mengembangkan QSPM :
1) Buatlah daftar eksternal opportunities/threats dan internal strengths/weakness di
kolom sebelah kiri QSPM. Informasi ini harus langsung diambil dari EFAS
Matrix dan IFAS Matrix. Minimum dari sepuluh External Key Success Factor
dan sepuluh Internal Key Success Factor harus dimasukkan dalam QSPM.
2) Beri bobot pada masing-masing Eksternal dan Internal Key Success Factors.
Bobot ini sama dengan yang ada di matriks EFAS dan matriks IFAS. Bobot
diletakkan pada kolom yang lurus di sebelah kanan External dan Internal Key
Success Factors.
3) Teliti matriks-matriks pada stage 2 dan identifikasikan strategi alternatif yang
pelaksanaannya harus dipertimbangkan oleh perusahaan. Catatlah strategi-
strategi ini di bagian atas baris QSPM. Kelompo kkan strategi-strategi tersebut
ke dalam kesatuan yang mutually exclusive jika memungkinkan.

Halaman F - 23
4) Tetapkan Attractiveness Score (AS) yaitu nilai yang menunjukkan kemenarikan
relatif untuk masing-masing strategi yang terpilih. AS ditetapkan dengan cara
meneliti masing-masing External dan Internal Success Factors. Tentukan
bagaimana peran dari tiap faktor dalam proses pemilihan strategi yang sedang
dibuat. Batasan nilai AS adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup
menarik, dan 4 = sangat menarik.
5) Hitunglah Total Attractive Score (TAS). TAS didapat dari perkalian bobot
(tahap 2) dengan AS (tahap 4) pada masing-masing baris. TAS menunjukkan
relatif Attractiveness dari masing-masing Alternative Strategy.
6) Hitung Sum Total Attractiveness Score. Jumlahkan semua TAS pada masing-
masing kolom matriks QSPM. Dari beberapa nilai TAS yang didapat, nilai TAS
dari alternatif strategi yang tertinggilah yang menunjukkan bahwa alternatif
strategi itu yang menjadi pilihan utama. Nilai TAS yang terendah menunjukkan
bahwa alternatif strategi ini menjadi pilihan terakhir.
Tabel F.6
Matriks QSPM

Sumber: Rangkuti.

Halaman F - 24
F.4.6 Analisis Benefit dan Biaya/Resiko
Untuk menentukan kebijakan yang strategis yang dapat memberikan manfaat pada
perkembangan perekonomian daerah adalah dengan membandingkan manfaat dan biaya
dari setiap jenis industri kreatif yang ada, terkait dengan proses produksi. Aspek yang
diperbandingkan adalah meliputi faktor pembiayaan, waktu pencapaian, kebijakan yang
ada, kesiapan kelembagaan dan lain.

F.4.7 Logical Framework Analysis (LFA)


LFA merupakan kerangka perumusan kebijakan yang terstruktur dengan baik,
dimana dimulai dari penyusunan pohon masalah, dimana daftar masalah di buat dan
kemudian diseleksi untuk membedakan antara masalah kunci dan masalah vokal. Pada
umumnya struktur masalah akan disusun secara berjenjang (hirarki), semakin besar
jenjang yang disusun menunjukkan tingkat kompleksitas masalah tersebut.
Gambar F.6. Perbandingan Struktur Masalah dan Struktur Solusi

Jenjang masalah yang telah disusun akan mendapatkan jawaban yang tepat,
dimana struktur solusi akan berupa urutan solusi yang terdiri dari tujuan, sasaran,
kebijakan/arah, strategis dan program. Kelebihan teknik analisis ini mudah dilakukan,
namun kelemahannya memerlukan diskusi yang panjang dan keterlibatan ahli dalam
merumuskan masalah dan solusinya.

Halaman F - 25
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah
Kabupaten/Kota

JADWAL
PELAKSAAAN PEKERJAAN

Rencana kerja pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Umum Penanaman


Modal Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2022-2027 dengan mengacu KAK dan materi
sasaran yang akan dicapai dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan. Adapun Jadwal
pelaksanaan kegiatan pada tabel berikut:
Tabel G.1
Jadwal Tahapan Kegiatan Penyusunan Cetak Biru /
Masterplan Pengembangan Penanaman Modal (Rencana
Umum Penanaman Modal/RUPM) Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Cirebon yang
disesuaikan dengan Perda RT RW No.7 Tahun 2018
Alokasi Waktu (Bulan/Minggu)
No Pekerjaan Bulan I Bulan II Bulan III
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
I. Tahap Persiapan
1 Mobilasi Tim
2 Pemantapan Metodologi
3 Pemantapan Rencana Kerja
4 Desk Study
5 Instrumen Survey
II. Tahap Survey dan Kompilasi Data
1 Survey instansional
2 Survey lapangan
3 Survey wawancara
4 Kompilasi dan strukturisasi data

Halaman G - 1
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah
Kabupaten/Kota

Alokasi Waktu (Bulan/Minggu)


No Pekerjaan Bulan I Bulan II Bulan III
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
III. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Isu Strategis Pembangunan Penanaman
1
Modal
Perkembangan Ekonomi dan Investasi
2
Sektoral
Analisis Sektor Unggulan/Prioritas/
3
Strategis Daerah
Analisis Kebutuhan Investasi/Penanaman
4
Modal
Analisis potensi, kekuatan, kelemahan,
5
peluang dan ancaman (SWOT)
Analisis kontribusi manfaat ekonomi,
6
sosial dan lingkungan
IV. Tahap Perumusan RUPMK
1 Perumusan Visi dan Misi
Penetapan Fokus Pengembangan
2 Penanaman Modal dan Sektor
Unggulan/Prioritas Daerah
Arah Kebijakan & Strategi
3
(7 Arah Kebijakan Penanaman Modal)
Peta Panduan (Roadmap) Implementasi
4
RUPM Kab. Cirebon 2022-2027
Rekomendasi Revisi RUPM Kab.
5
Cirebon 2017-202
V. Pembahasan Laporan
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir
VI. Penyerahan Pelaporan
1 Laporan Pendahuluan
2 Laporan Antara
3 Laporan Akhir

Halaman G - 2
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah
Kabupaten/Kota

KOMPOSISI
TIM & PENUGASAN

H.1 Kebutuhan Tim


Dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2022-2027 (Penyusunan Cetak Biru / Masterplan
Pengembangan Penanaman Modal (Rencana Umum Penanaman Modal/RUPM) Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Cirebon yang
disesuaikan dengan Perda RTRW No.7 Tahun 2018) dibutuhkan Ketua Tim (Team
Leader), Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung dengan kualifikasi sebagai berikut:
Tabel H.1.
Kebutuhan Tim Kegiatan Penyusunan Cetak Biru / Masterplan Pengembangan
Penanaman Modal (Rencana Umum Penanaman Modal/RUPM) Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Cirebon yang
disesuaikan dengan Perda RTRW No.7 Tahun 2018
Jumlah Pengalaman Min.
No. Ahli Posisi Pendidikan
(Orang) (Tahun)
A. Tenaga Ahli
1. Ekonomi Pembangunan Team S2 Ekonomi 1 1-4
(Leader) Leader Pembangunan
2. Kebijakan Publik Anggota S1 Kebijakan 1 1-4
Publik
3. Perencanaan Wilayah Anggota S1 Perencanaan 1 1-4
dan Kota Wilayah dan
Kota/Planologi
B. Tenaga Pendukung
1. Administrasi/Keuangan Anggota D3 Administrasi/ 1
Keuangan

Halaman H - 1
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah
Kabupaten/Kota

Jumlah Pengalaman Min.


No. Ahli Posisi Pendidikan
(Orang) (Tahun)
2. Operator Komputer Anggota D3 Komputer 1
3. Drafter Anggota S1 Geodesi 1
4. Surveyor Anggota SMA 12

H.2 UraianTugas dan Tanggung Jawab Tenaga Ahli


Berdasarkan kebutuhan tim yang terdapat dalam kerangka acuan kerja, berikut
adalah komposisi tim yang diajukan oleh pihak penyedia jasa untuk pekerjaan kegiatan
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2022-
2027 (Penyusunan Cetak Biru / Masterplan Pengembangan Penanaman Modal (Rencana
Umum Penanaman Modal/RUPM) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Cirebon yang disesuaikan dengan Perda RTRW No.7 Tahun 2018))
dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban dapat dilihat pada uraian pekerjaan tabel
berikut:
Tabel H.2. Komposisi Tim dan Penugasan Kegiatan Penyusunan Cetak Biru/
Masterplan Pengembangan Penanaman Modal (Rencana Umum Penanaman
Modal/RUPM) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Cirebon yang disesuaikan dengan Perda RTRW No.7 Tahun 2018
Tenaga Tenaga
Jumlah
Ahli Tetap/ Ahli Lingkup Posisi Uraian
No. Nama Orang
Tidak Lokal/ Keahlian Diusulkan Pekerjaan
Bulan
Tetap Asing
I. TENAGA AHLI
1. Tidak Tetap Lokal Ekonomi Team Leader - Memberikan arahan dan 3
Pembangunan mengkoordinasikan seluruh
sumberdaya tim untuk dapat
memenuhi kewajiban pekerjaan
sesuai kontrak dan tanggung
jawabnya.
- Menyiapkan rencana kegiatan.
- Menyiapkan metodologi dan materi.
- Mengkaji kebutuhan, pengolahan
dan analisis data yang berhubungan
dengan ekonomi makro dan
kebutuhan penanaman modal.
- Mengarahkan dan merumuskan visi
misi, rencana dan roadmap.
- Penanggung jawab teknis
pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan;
- Koordinator semua kegiatan
administrasi maupun teknis dari
organisasi pekerjaan.
2. Tidak Tetap Lokal Kebijakan Anggota - Sebagai koordinator dan 3
Publik (Ahli penanggung jawab bidang kebijakan
Kebijakan publik dan bekerjasama dengan
Publik) tenaga ahli lainnya dalam
menganalisis data-data untuk
menghasilkan keluaran;
- Melakukan kajian kebijakan
investasi baik di tingkat Nasional

Halaman H - 2
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah
Kabupaten/Kota

Tenaga Tenaga
Jumlah
Ahli Tetap/ Ahli Lingkup Posisi Uraian
No. Nama Orang
Tidak Lokal/ Keahlian Diusulkan Pekerjaan
Bulan
Tetap Asing
maupun Daerah serta merumuskan
kebijakan dan strategi RUPMK;
3 Tidak Tetap Lokal Perencanaan Anggota - Sebagai koordinator dan 2
Wilayah dan (Ahli penanggung jawab bidang penataan
Kota PWK) ruang;
- Melakukan kajian kebijakan,
rencana dan program pemanfaatan
ruang yang diarahkan oleh RTRW
- Menganalisis potensi pemanfaatan
ruang yang diarahkan dalam RTRW
sebagai masukan terhadap
pengembangan sektor dan
ketersediaan lahan berinvestasi
II. TENAGA PENDUKUNG
1. Tidak Tetap Lokal Administrasi/ Anggota - Melakukan pekerjaan administrasi 3
Keuangan (Administrasi) proyek dan perkantoran,
menyiapkan segala kebutuhan surat
menyurat, peralatan perlengkapan
kantor, perjalanan dinas penyedia
jasa, dan memenuhi kebutuhan
administrasi sesuai dengan kontrak
yang sudah disepakati;
- Membantu tenaga ahli lainnya
dalam memecahkan permasalahan
yang berhubungan dengan bidang
administrasi.
2. Tidak Tetap Lokal Komputer Anggota - Menyiapkan perangkat dan aplikasi 3
(Operator yang dibutuhkan, melakukan
Komputer) perawatan dan perbaikan perangkat
elektronik komputer maupun laptop
- Membantu dalam kegiatan entri data
dan kompilasi data.
3. Tidak Tetap Lokal Geodesi Anggota - Menyiapkan perangkat dan aplikasi 3
(Drafter) yang berhubugan dengan drawing
dan mapping (perpetaan).
- Membantu menginterpretasikan
arahan pemanfaatan ruangdalam
RTRW.
4. Tidak Tetap Lokal Survey Anggota - Melakukan kegiatan survey menuju 12x1
(Surveyor) lokasi dalam upaya memperoleh
data sekunder dan data primer,
memahami kondisi potensi dan
permasalahan lokasi kegiatan serta
menyusun pelaporan hasil survey;
- Melakukan koordinasi dengan Tim
Supervisi, Team Leader dan Tenaga
Ahli dalam hal pengumpulan data-
data dan informasi yang didapatkan
dilapangan berserta kendala yang
dihadapi.

Halaman H - 3
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah
Kabupaten/Kota

JADWAL
PENUGASA TENAGA AHLI

Jadwal penugasan tenaga ahli dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana


Umum Penanaman Modal Daerah Kabupaten Cirebon Tahun 2022-2027 dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel I.1
Jadwal Penugasan Tim Persocil dalam Kegiatan Penyusunan
Cetak Biru / Masterplan Pengnembangan Penanaman Modal
(Rencana Umum Penanaman Modal/RUPM) Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Cirebon
yang disesuaikan dengan Perda RT RW No.7 Tahun 2018
Alokasi Waktu (Bulan/Minggu) Jumlah
Tenaga Orang
No Posisi Pendidikan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan
Ahli/Pendukung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A. Tenaga Ahli
1. Ekonomi Team S2 Ekonomi 3
Pembangunan Leader Pembangunan
(Leader)
2. Kebijakan Publik Anggota S1 Kebijakan 3
Publik
3. Perencanaan Anggota S1 Perencanaan 2
Wilayah dan Kota Wilayah dan
Kota/Planologi
B. Tenaga Pendukung
1. Administrasi/Keua Anggota D3 Administrasi/ 3
ngan Keuangan
2. Operator Komputer Anggota D3 Komputer 3
3. Drafter Anggota S1 Geodesi 3
4. Surveyor Anggota SMA 12

Halaman I - 1

Anda mungkin juga menyukai