Anda di halaman 1dari 23

RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

1. PENDAHULUAN
A. UMUM
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara, Permen PUPR No 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara bahwa :
1. Setiap bangunan gedung negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu
memenuhi secara optimal fungsi bagiannya, andal dan dapat sebagai teladan bagi
lingkungannya, serta berkontribusi positif bagi pelayanan kepada masyarakat perkembangan
arsitektur di Indonesia.
2. Setiap bangunan gedung negara harus direncanakan, dirancang dengan sebaik baiknya,
sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu, biaya, dan
kriteria administrasi bagi bangunan gedung negara.
3. Setiap pelaksanaan konstruksi fisik bangunan gedung negara yang dilakukan oleh
kontraktor pelaksana harus mendapat pengawasan secara teknis di lapangan, agar rencana
teknis yang telah disiapkan dan dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan konstruksi dapat
berlangsung operasional efektif.
4. Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan konstruksi perlu disiapkan secara matang sehingga memang
mampu mendorong perwujudan karya perencanaan yang sesuai dengan kepentingan kegiatan.
2. TUJUAN
Spesifikasi Teknis ini merupakan petunjuk bagi kontraktor pelaksana yang memuat
masukan azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterpretasikan kedalam pelaksanaan tugas konstruksi. Dengan penguasaan ini diharapkan
kontraktor pelaksana dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk
menghasilkan keluaran yang memadai sesuai Spesifikasi Teknis ini. Serta meningkatnya
kualitas dan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang unggul mudah dan
nyaman.
3. SASARAN
Sasaran dari Spesifikasi Teknis ini adalah terbangunnya bangunan yang memenuhi
persyaratan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembangunan gedung Negara
melalui proses konstruksi yang akan dilakukan oleh pihak penyedia jasa konstruksi yang
berkualiatas, tepat waktu, tepat material, tepat SDM, tepat biaya, tepat pengerjaan,
sebagaimana yang telah ditetapkan didalam dokumen perencanaan.
74. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Nama Organisasi yang menyelenggarakan Kegiatan FASILITAS PELAYANAN BADAN
LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) adalah:
PPK : dr. YONG MARZUHAILI
NIP : 19740928 200604 1 009
Satuan Kerja : RSUD Kab. Pasaman
5. SUMBER PENDANAAN
A. BIAYA KONSTRUKSI
a. Biaya pembangunan ini mengikuti pedoman dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor:
22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
b. Untuk pekerjaan standar berlaku biaya maksimum dihitung dengan penawaran biaya sesuai
ketentuan yang berlaku.
c. Besarnya biaya konstruksi merupakan biaya tetap dan pasti, sudah memperhitungkan
komponen biaya langsung dan tidak langsung diantaranya pengawasan dan staf lapangan,
administrasi kantor lapangan, konstruksi dan fasilitas sementara, transportasi, konsumsi,
keamanan, keselamatan kerja, kontrol kualitas dan pengujian – pengujian serta memuat
keuntungan, pajak, bea, retribusi dan pungutan lain yang sah, biaya asuransi yang harus dibayar
terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
d. Ketentuan pembiayaan lebih lanjut mengikuti surat perjanjian pekerjaan konstruksi yang dibuat
oleh PPK dan Kontraktor Pelaksana.
e. Biaya pekerjaan konstruksi dan tata cara pembayaran diatur secara kontraktual setelah
melalui tahapan proses pengadaan barang dan jasa sesuai peraturan yang berlaku.
f. Pembayaran biaya konstruksi didasarkan pada prestasi kemajuan pekerjaan pembangunan.
B. SUMBER BIAYA
Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan FASILITAS PELAYANAN BADAN
LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) berasal dari Anggaran BLUD RSUD Lubuk Sikaping Tahun
Anggaran 2022.
6. LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG
Lokasi Kegiatan : RSUD Lubuk Sikaping
7. LINGKUP PEKERJAAN
A. LINGKUP TUGAS
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana berpedoman pada
ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
dan Permen PUPR no 22 tahun 2018 yang dapat meliputi tugas-tugas konstruksi untuk
lingkungan, site/tapak bangunan, dan pembangunan fisik bangunan gedung negara, Peraturan
Lembaga LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Dan Jasa Konsultansi.
Mengingat pelaksanaan pengadaan ini dilakukan setelah proses perencanaan DED
selesai maka pelaksana pekerjaan konstruksi berpedoman kepada dokumen perencanaan dan
berpedoman kepada dokumen perencanaan yang telah ada .
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi meliputi :
a. Memeriksa dan mempelajari kondisi lahan dan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang
akan dijadikan dasar pekerjaan di lapangan.
b. Melaksanaan konstruksi fisik yang telah disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Perencanaan
(DED) yang meliputi program-program pencapaian sasaran konstruksi, penyediaan dan
penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan bahan bangunan, informasi, dana,
program Quality Assurance / Quality Control dan program kesehatan dan keselamatan kerja
(K3).
c. Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik, yang meliputi program pengendalian sumber daya,
pengendalian biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik, (kuantitas dan kualitas)
hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan, pengendalian tertib administrasi,
pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Membeli/Menggunakan bahan, peralatan, tenaga kerja, metoda dan produk sesuai dengan
ketepatan waktu, mutu dan biaya pekerjaan konstruksi.
e. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai kualitas, kuantitas, dan volume / realisasi fisik yang
telah ditetapkan.
f. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi fisik,
diantaranya dengan Konsultan MK/Pengawas, Tim Teknis, PPK, dan PPTK
g. Melakukan Koordinasi dengan daerah sekitar di dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
h. Bertanggung Jawab terhadap dampak/kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan.
i. Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi
selama pelaksanaan konstruksi.
j. Melakukan kegiatan pembangunan yang terdiri atas:
1) Membuat dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pekerjaan
dilapangan.
2) Membuat shop drawing.
3) Menyiapkan, menyewa dan membeli bahan, peralatan sesuai dengan kebutuhan.
4) Membeli bahan material sesuai spesifikasi dan berkualitas dengan mengacu standar yang
berlaku.
5) Melaksanakan pengujian fisik/Uji Lab dari hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk
membuktikan kualitas dari hasil pekerjaan.
6) Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala (sekurang-kurangnya sekali dalam satu
pekan), membuat laporan harian, mingguan dan bulanan terkait pekerjaan konstruksi fisik yang
telah dilaksanakan.
7) Mengajukan berita acara pembayaran pekerjaan pelaksanaan konstruksi.
8) Melaporkan daftar cacat / kerusakan sebelum serah terima dan melakukan perbaikan pada
masa pemeliharaan.
9) Membuat berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah terima pekerjaan konstruksi,
menyerahkan Gambar Akhir (as built drawing) dan manual book baik terkait dengan pedoman
pengoperasian peralatan dan pedoman pemeliharaannya, sebagai kelengkapan untuk
pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi (pembayaran tahap akhir).
10) Menyusun laporan-laporan administrasi yang bersifat teknis serta membantu dalam persiapan
dokumen guna keperluan sertifikasi laik fungsi (SLF)
11) Menyampaikan laporan perkembangan pekerjaan secara berkala setiap pekan, bulan serta
secara insidentil (berdasarkan permintaan) kepada PPK, PPTK, Konsultan MK/Pengawas dan Tim
teknis.
B. TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN
a Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab secara profesional atas jasa konstruksi yang berlaku
dilandasi Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
b Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab secara profesional atas jasa pekerjaan yang
dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang berlaku.
c Penyedia Jasa Konstruksi sesuai otoritas yang diberikan oleh PPK bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap aspek konstruksi pekerjaan dengan kewajiban selalu melakukan
koordinasi dan konsultasi kepada Penyedia Jasa Konsultansi Perencanaan (DED), Konsultan
Manajemen Konstruksi, PPK, PPTK dan Tim Teknis, serta unsur teknis lainnya yang ditetapkan
oleh PPK.
d Secara umum tanggung jawab kontraktor pelaksana adalah minimal sebagai berikut : memenuhi
standard keamanan, keselamatan, dan keberlanjutan dengan memperhatikan setidak –
tidaknya sebagai berikut:
1. Standar mutu peralatan
2. Standar keselamatan dan kesehatan kerja
3. Standar prosedur keselamatan jasa konstruksi,
4. Standar prosedur pelaksanaan jasa konstruksi,
5. Standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi,
6.Standar operasi dan pemeliharaan,
7. Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai dengan serah terima pertama / Provisional Hand
Over (PHO) maksimal 90 (Sembilan Puluh) hari Kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah
Mulai Kerja dan masa pemeliharaan sekurang – kurangnya adalah 180 (Seratus Delapan Puluh)
hari kalender setelah serah terima pertama dilaksanakan sampai dengan serah terima kedua /
Final Hand Over.
9. PERSYARATAN PENYEDIA
Peserta yang berbadan usaha harus memiliki :
1. NIB OSS KBLI 2020 : 41015 (Berbasis Resiko)
2. SBU (Sertifikat Badan Usaha) klasifikasi bidang Bangunan Gedung dengan Subklasifikasi :
- SBU (Permen PUPR No.19/PRT/M/2014 dengan kode BG008 Jasa Pelaksana Kontruksi Gedung
Kesehatan)
3. Persyaratan Lainnya sesuai dengan dokumen pemilihan saat lelang pekerjaan
10. TENAGA MANAJERIAL
Kebutuhan tenaga manajerial dirinci dalam tabel berikut ini :

Jabatan Pekerjaan yang Pengalaman Kerja Kebutuhan


No Profesi / Keahlian
diperlukan (Tahun) (orang)
SKT Pelaksana Bangunan
Gedung/Pekerjaan Gedung
(TS 051)
1. Pelaksana Lapangan Min 2 1
Atau
Pelaksana Lapangan
Pekerjaan Gedung (TS 052)
11. KRITERIA
Pekerjaan yang akan dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana seperti yang dimaksud pada
Spesifikasi Teknis harus memperhatikan kriteria umum bangunan disesuaikan berdasarkan
fungsi dan kompleksitas bangunan, yaitu:
a. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung negara sudah termasuk tahap pemeliharaan
konstruksi.
b. Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan mendirikan bangunan gedung,
pembangunan baru dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi) dilakukan dengan
menggunakan penyedia jasa pelaksana konstruksi sesuai ketentuan.
c. Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen perencanaan yang telah disusun oleh
konsultan perencana, dokumen pemilihan yang disusun oleh pokja pemilihan, dokumen
penawaran yang disampaikan oleh peserta tender ,dengan segala tambahan dan perubahannya
pada saat penjelasan pekerjaan/aanwijzing, serta ketentuan teknis (pedoman dan standar
teknis) yang dipersyaratkan.
d. Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan : kualitas masukan (bahan, tenaga, dan alat),
kualitas proses (tata cara pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan, seperti yang
tercantum dalam Spesifikasi Teknis, Gambar Kerja serta dokumen pendukung lainnya.
e. Pelaksanaan konstruksi mendapatkan pengawasan dari konsultan Pengawas selain itu untuk
membantu kerja PPK dalam melaksanakan tugas – tugas maka dibentuk tim teknis
f. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
g. Mensyaratkan RK3K, mampu menjelaskan manajemen resiko yang meliputi identifikasi bahaya,
menilai tingkat resiko, dan mengendalikan tingkat resiko.
Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) Meliputi :
1. Manajemen resiko
2. Keselamatan kerja
h. Mampu menjelaskan rencana tindakan yang meliputi sasaran umum, sasaran khusus dan
program K3.
i. Penyusunan Kontrak Kerja Pelaksanaan Konstruksi dan Berita Acara Kemajuan
Pekerjaan/Serah Terima Pekerjaan Pelaksanaan Konstruksi maupun Pengawasan Konstruksi
mengikuti ketentuan yang tercantum dalam peraturan presiden No 16 Tahun 2018 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan
Jasa Pemerintah No. 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Melalui Penyedia dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor : 31 /PRT/M/2015 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 07/PRT/M/2011 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan
Pekerjaan Konstruksi Dan Jasa Konsultansi
j. Pemeliharaan konstruksi adalah pemeriksaan atas hasil pelaksanaan konstruksi fisik. Di
dalam masa pemeliharaan ini penyedia jasa pelaksanaan konstruksi berkewajiban memperbaiki
segala cacat atau kerusakan dan kekurangan yang terjadi selama masa konstruksi.
k. Dalam masa pemeliharaan semua peralatan yang dipasang di dalam dan di luar gedung,
harus dioperasikan sesuai fungsinya. Apabila terjadi kekurangan atau kerusakan yang
menyebabkan peralatan tidak berfungsi, maka harus diperbaiki sampai berfungsi dengan
sempurna.
l. Masa pemeliharaan konstruksi minimal 6 (enam) bulan terhitung sejak serah terima
pertama pekerjaan konstruksi.
m. Keluaran akhir yang harus dihasilkan pada tahap ini adalah :
1) Bangunan gedung negara yang sesuai dengan dokumen perencanaan (DED) terlampir dan
perubahannya untuk pelaksanaan konstruksi;
2) Dokumen hasil Pelaksanaan Konstruksi, meliputi:
a) Gambar-gambar yang sesuai dengan pelaksanaan (asbuilt drawings).
b) Kontrak kerja pelaksanaan konstruksi fisik, pekerjaan pengawasan beserta segala
perubahan/addendumnya.
c) Laporan harian, mingguan, bulanan yang dibuat selama pelaksanaan konstruksi fisik, laporan
akhir manajemen konstruksi/pengawasan, dan laporan akhir pengawasan berkala.
d) Berita acara perubahan pekerjaan, pekerjaan tambah/kurang, serah terima pertama (PHO) dan
serah terima kedua (FHO), pemeriksaan pekerjaan, dan berita acara lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan konstruksi fisik.
e) Foto-foto dokumentasi yang diambil pada setiap tahapan kemajuan pelaksanaan konstruksi fisik.
Termasuk pengambilan foto kegiatan yang diambil dari beberapa titik yang sama (dimensi
horizontal dan vertikal) dengan durasi waktu yang berbeda di tiap harinya yang dilakukan dari
mulai SPMK/Pengawas ditandatangani sampai dengan serah terima pekerjaan tahap pertama
(PHO).
f) Manual / pedoman pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung, termasuk petunjuk
yang menyangkut pengoperasian dan perawatan peralatan dan perlengkapan mekanikal-
elektrikal bangunan.
12. KEMAMPUAN PERUSAHAAN
Sesuai dokumen kualifikasi nantinya.
13. JENIS KONTRAK
Untuk pelaksanaan pekerjaan menggunakan kontrak Harga satuan.
14. RENCANA ANGGARAN BIAYA K3 / SMKK
Untuk pelaksanaan Kegiatan Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Untuk Ukm Dan
Ukp Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota ini terdapat item pekerjaan mengenai keamanan
keselamatan kerja (K3) / SMKK adapun rincian biayanya diperuntukan untuk:
a. Penyiapan RK3K
b. Sosialisasi dan Promosi K3
c. Alat Pelindung Kerja
d. Alat Pelindung Diri
e. Asuransi dan Perijinan
f. Personil K3
g. Fasilitas sarana kesehatan
h. Rambu-rambu
i. Kegiatan protokol pencegahan Corona Virus DISEASE 2019 (COVID-19)
j. Lain-lain terkait pengendalian resiko K3 (Alat pemadam api ringan (APAR);10 Kg)
15. PROSES PELAKSANAAN
a Dalam proses pelaksanaan untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang diminta, kontraktor
pelaksana harus menyusun jadwal pertemuan berkala minimal sekali dalam sepekan atau
sewaktu waktu bila diperlukan dengan Konsultan MK/Pengawas , Konsultan Perencana,
PPK/Tim Teknis.
b Dalam pertemuan berkala tersebut ditentukan produk kegiatan yang harus dihasilkan
kontraktor pelaksana sesuai dengan rencana keluaran yang ditetapkan dalam Spesifikasi Teknis
ini.
c Dalam pelaksanaan tugas, kontraktor pelaksana harus selalu memperhitungkan bahwa
waktu pelaksanaan pekerjaan adalah mengikat.
16. PROGRAM KERJA
a. Kontraktor pelaksana harus segera menyusun program kerja minimal meliputi
1. Jadwal kegiatan secara detail di setiap tahapan, meliputi jadwal mobilisasi personil, peralatan,
bahan/material, pekerjaan – pekerjaan yang dilakukan.
2. Alokasi tenaga yang lengkap. Tenaga inti (tenaga pelaksana) yang diusulkan oleh kontraktor
pelaksana harus mendapatkan persetujuan dari PPK. PPK berdasarkan hasil analisa dan
rekomendasi Konsultan MK/Pengawas dan/atau Tim Teknis dapat meminta pergantian personil
tenaga inti/pelaksana.
3. Penjelasan waktu dibuat dalam suatu network planning sehingga dapat menjelaskan urutan
pekerjaan dan menggambarkan penyelesaian pekerjaan.
4. Konsep penanganan pekerjaan konstruksi.
5. informasi mengenai pekerjaan yang akan dilaksanakan;
6. organisasi kerja penyedia;
7. prosedur pelaksanaan pekerjaan;
8. prosedur instruksi kerja; dan
9. pelaksana kerja.
b. Program kerja secara keseluruhan harus mendapatkan persetujuan dari Pemberi kerja,
setelah sebelumnya diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan MK/Pengawas dan
mendapatkan pendapat teknis dari Tim Teknis.
17. PELAPORAN
1. Laporan Harian
- Berisi perkembangan pekerjaan (diantaranya tidak terbatas pada jumlah dan jenis bahan, alat
dan personil) kendala dan dokumentasi di tiap harinya. Laporan ini diserahkan setiap hari dan
paling lambat diserahkan pada hari berikutnya sejumlah 5 (lima) rangkap setelah disetujui
oleh Konsultan Pengawas
2. Laporan Mingguan
- Berisi rekap perkembangan pekerjaan (diantaranya tidak terbatas pada jumlah dan jenis bahan,
alat dan personil), kendala dan dokumentasi di tiap minggunya.
Laporan ini paling lambat diserahkan hari pertama di pekan berikutnya
sejumlah 5 (lima) rangkap setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas
3. Laporan Bulanan
- Berisi rekap perkembangan pekerjaan (diantaranya tidak terbatas pada jumlah dan jenis bahan,
alat dan personil), kendala, dokumentasi, backup quality (hasil tes / pengujian jika ada),
Laporan ini paling lambat diserahkan hari pertama di bulan berikutnya sejumlah 7 (tujuh)
rangkap setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas
4. Gambar Shop Drawing
- Berisi perubahan gambar dari gambar rencana yang terjadi di lapangan selama pekerjaan.
Dilaporkan secara berkala kepada Konsultan MK/Pengawas untuk dikoordinasikan dengan
konsultan perencana dan mendapat izin PPK. Laporan ini paling lambat diserahkan sebelum
dilakukannya serah terima pertama pekerjaan konstruksi sejumlah 5 (lima) rangkap setelah
disetujui oleh Konsultan Pengawas.
5. Gambar As-built Drawing.
- Berisi hasil akhir gambar sesuai pekerjaan di lapangan. Laporan ini paling lambat diserahkan
sebelum dilakukannya serah terima pertama pekerjaan konstruksi sejumlah 5 (lima) rangkap
setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
6. Laporan akhir kegiatan
a. Laporan Akhir kegiatan PHO
Berisi check list pemeriksaan hasil pekerjaan konstruksi, dokumentasi dan defect list (jika ada).
Laporan ini paling lambat diserahkan 3 (tiga) hari setelah dilakukannya serah terima pertama
pekerjaan konstruksi (PHO) sejumlah 5 (lima) rangkap setelah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
b. Laporan Akhir kegiatan FHO
Berisi check list hasil pekerjaan selama masa pemeliharaan pekerjaan konstruksi, dokumentasi.
Laporan ini paling lambat diserahkan 3 (tiga) hari setelah dilakukannya serah terima kedua
pekerjaan konstruksi (FHO) sejumlah 5 (lima) rangkap setelah disetujui oleh Konsultan
Pengawas.
18. KETENTUAN
A. Setelah Spesifikasi Teknis ini diterima, maka kontraktor pelaksana hendaknya memeriksa
semua bahan masukan yang diterima dan mencari bahan masukan lain yang dibutuhkan.
B. Berdasarkan bahan-bahan tersebut kontraktor pelaksana agar segera menyusun program kerja
untuk dibahas dengan Pemberi kerja.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI
13.1 Peraturan Perundang –Undangan
1. Umum
a. Terdapat beberapa produk hukum yang mengatur pelaksanaan K3. Konstruksi yaitu:
 Masing-masing No.3Tahun1996 tentang pemenuhan social tenaga kerja.
 Peraturan pemerintah No.14Tahun1996 tentang penyelenggaraan program pemenuhan social
tenaga kerja.
b. Keputusan Presiden No.22 Tahun 1993 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan kerja.
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan
pada Konstruksi Bangunan Peraturan Pelaksanaan dari UU No.1Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja.
2. Pelaporan
Ketentuan didalam Buku Pedoman bahwa setiap kejadian kecelakaan atau kejadian berbahaya
harus dilaporkan kepada Departemen Tenaga Kerjadan Departemen Pekerjaan Umum yang
dalam hal ini dapat diinterprestasikan Kadepatau Kanwil masing-masing.
3. Pengawasan
Selanjutnya SKB tersebut diatas menyebutkan bahwa pengawasan atas pelaksanaan ketentuan-
ketentuan didalam SK tersebut secara fungsiona loleh Departemen Tenaga Kerja dan
Departemen PU sesuai dengan ruang lingkup tugas dan tanggungjawab masing-masing,
4. Sanksi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.01/MEN/1980 menyebutkan bahwa pelanggar
ketentuan K3 Konstruksi dapat dipidana selama-lamanya 3(tiga)bulan atau denda setinggi-
tingginya Rp.100.000,-. Didalam SKB disebutkan bahwa MenteriPU berwenang memberi sanksi
administrative terhadap pihak-pihak yang tidak mentaati ketentuan K3 Konstruksi telah
ditetapkan.
13.2 Organisasi K3 Konstruksi Pada Pelaksanaan Pekerjaan
Pada pelaksanaan suatu proyek,Penyedia Jasa pelaksana perlu membentuk organisasi K3
Konstruksi dengan ketentuan sebagaiberikut:
A. Ketentuan
Penyedia Jasa harus menunjuk petugas k3 Konstruksi yang bertanggung jawab mengawasi
koordinasi pekerjaan yang dilakukan untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan. Petugas K3
Konstruksi harus bekerja full-timeuntuk mengurus dan menyelenggarakan K3 Konstruksi.
Penyedia jasa yang mempekerjakan pekerjaan dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi
dari sifat proyek memang memerlukan ,wajib membentuk unit structural dari organisasi
Penyedia Jasa. Petugas K3 konstruksi dan Unit Pembina k3 Konstruksi bekerja sebaik-baiknya
dibawah koordinasi PenyediaJasa Serta bertanggung jawab kepada Manajer Proyek.
B. Kewajiban Petugas K3 Konstruksi
Melakukan latihan dan penerangan kepada tenaga kerja untuk dapat memahami kewajiban-
kewajibannya dalam pelaksanaan K3 Konstruksi.
Mengusahakan pembuatan sarana dan prasarana yang diharuskan dalam K3 Konstruksi untuk
menghindari kecelakaan atau bahaya kesehatan pada penyelenggaraan proyek.
Menyelenggarakan keselamatan kerja dan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Memeriksa secara berkala semua tempat kerja,peralatan,sarana sarana pencegahan
kecelakaan,lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaankerja yang aman.
Membuat laporan-laporan tentang kecelakaan kerja dilingkungan proyek kepada Departemen
Tenaga Kerja dan dapat diperiksaoleh Panitia Pembina K3 Konstruksi tentang pelaksanaan K3
Konstruksidi proyek.
C. Kewajiban Penyedia Jasa
Menanggung biaya yang timbul dalam rangka penyelenggaraan K3 Konstruksi. Memberikan
fasilitas kepada Unit Pembina K3 Konstruksi untuk melaksanakan tugasnya.
Jika dalam satu proyek terdapat lebih dari satu Penyedia Jasa,maka harus bekerjasama dalam
kegiatan K3 Konstruksi.
13.3. Perlengkapan K3 Konstruksi
Perlengkapan untuk melindungi tubuh dari kecelakaan akibat kerja.
Tutup Kepala
1. Helm untuk melindungi kepala dari benturan benda keras.
2. Topi untukmelindungi dari terik matahari.
Masker
Untuk melindungi pernafasan dari kotoran-kotoran debu atau gas beracun.
Kaca Mata Hitam
Untuk melindungi dari sinar yang terlalu terang.
Sarung Tangan
Untuk melindungi tangan dari luka akibat gesekan atau zat-zat. Sabuk Pengaman
Untuk melindungi dari kecelakaan ditempat yang tinggi atau terperosok dalam lubang Atau
lumpur yang dalam. Sepatu Karet
Untuk melindungi kaki dari luka akibat menginjak benda-benda tajam dan menghindari dari
tergelincir akibat jalan licin/ dari adukan coran.
E. Perancah
Dalam pelaksanaan pekerjaan diketinggian yang tidak dapat dikerjakan secara aman Maka perlu
dibuat perancah dengan ketentuan sebagaiberikut:
Perancah harus dibuat dan dirubah oleh orang ahli.
Untuk perancah dapat digunakan bahan sebagai berikut:
-Kayu ntuk konstruksi harus berurat lurus,padat,tak ada mata kayu yang besar,kering, tidak busuk,
tidak ada cacat atau kerusakan yang memperlemah.
-Bambu dari jenis yang tebal, tua, kering, tidak lapuk, lurus, dipakai secara utuh, digunakan tali
pengikat dari tambang ijuk atau kawat dan dilarang untuk hanya menggunakan paku sebagai
pengikat.
-Besi pipa logam untukkonstruksi harus dari material yang baik, lurus dan bebas karat.
-Perancah gantung yang menggunakan tali harus mempunyai serat material yang baik,tidak
lapuk/berkarat atau kena asam atau bahankimia.
-Papan lantai perancah harus tahan retak/pecah.
Konstruksi perancah harus memenuhi syarat-syarat :
-Faktor pengaman sebesar 4 kali beban maksimal.
-Diberi penguat (braced) yang cukup sehingga stabil/tidak goyang.
-Tidak boleh melebihi angker yang tinggi.
-Konstruksi tiang (gelagar memanjang dan melintang) dihubungkan dengan Kuat pada
tiang/tembok penyangga.
Perancah harus secara periodic diperiksa (stabilitas, bahan, konstruksi dan sambungan-
sambungannya).
Perancah yang dibuat dari kayu bulat (dolken) atau bamboo harus memenuhi ketentuan:
-Tiang Vertikal
a. Penyambungan tiang vertical harus overlap1,5m.
b. Sambungan harus menumpu di atas balok memanjang/melintang atau perletakan yang
memadai.
c. Sambungan dilakukan dengan coakan (2klaimbulat),pada tempat yang tidak menerima banyak
goyangan, kecuali untuk bamboo tidak diperkenankan membuat coakan.
d. Pengaman atas benturan pada bagian bawah tiang perancah.
-Balok Memanjang
a. Jarak vertical balok memanjang tidak boleh melebihi 4m.
b. Sambungan balok memanjang harus diikat erat-erat menjadi satu dengan tiang vertikal.
c. Balok memanjang harus dipasang menerus pada seluruh panjang perancah. d. Balok
memanjang harus diberi palang penguat(braced) yang cukup.
-Balok Kopel
a. Tiang perancah yang dipasang pada suatu bangunan harus dikopel, secara diagonal dari atau
kebawah pada seluruh panjangnya.
b. Balok kopel diikat erat pada balok memanjang dan tiang vertical pada titik-titiksilangnya.
c. Tiang perancah yang berdiri bebas harus dikopel dengan menggunakan palang penguat.
13.5 Kecelakaan Kerja
A. Pengertian Istilah
1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun
diluar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Pengusaha adalah:
a. Orang,persekutuan atau badan hokum yang menjalankan suatuperusahaan miliksendiri.
b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan
miliknya.
c. rang,persekutuan atau badan hukum yang berada diIndonesia, mewakili perusahaan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
3. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan
mencari untung atau tidak,baikmilik swasta maupun milik Negara.
4. Kecelakaan kerjaa dalah kecelakaan yang terjad iberhubungan dengan hubungan kerja termasuk
penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja,dan pulang kerumah melalui jalan yang
bisa atau wajar dilalui.
5. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah suatu perlindungan bag itenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau
berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,bersalin, hari tua dan meninggal dunia
6. Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK).
b. Jaminan Kematian (JK).
c. Jaminan Hari Tua (JHT).
d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).
B. Pelaksanaan
1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 10 (sepuluh)orang tenaga kerja atau
membayar upahkepada seluruh tenaga kerja,kerjanya paling sedikit Rp1.000.000,-
(satujutarupiah) sebulan, wajib mengikut sertakan kerjanya dalam program jaminan social
tenaga kerja.
2. Program jaminan sosial tenaga karja sebagaimana dimaksud di atas Diselelnggarakan oleh Badan
Penyelenggara,dalam hal ini PT.Jamsostek.
3. Pengusaha yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan Kesehatan bagi tenaga
kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar
menurut Peraturan Pemerintah ini,tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang
diselenggarakan oleh PT. Jamsostek.
4. Kepesertaan tenaga kerja harian lepas,tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak dalam
program jaminan sosial tenaga kerja diatur lebih lanjut oleh Menteri.
5. Untuk tenaga kerja borongan dan tenaga kerja lepas diatur oleh:
a. Surat Keputusan bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum No. :
KEP-07/MEN/1984 dan No. : 30/KPTS/1984 tertanggal 29 Januari 1984, khusus bagi pekerja yang
bekerja di proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum.
b. Keputusan Menteri Tenaga KerjaNo.:KEP.425/MEN/1984 tentang petunjuk pelaksanaan
Program Astek bagi tenaga kerja borongan/harian lepas pada Penyedia Jasa jasa konstruksi
khusus bagi pekerja pada:
- Proyek-proyek APBD, Inpres dan lain-lain pemotongan iuran ASTEK Dilaksanakan oleh
bendaharawan proyek.
- Proyek-proyek APBN,pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa dengan menyetorkan
langsung kebank yang ditunjuk atas rekening Perum ASTEK.
- Proyek-proyek swasta, pembayaran iuran dilakukan oleh Penyedia Jasa/pemilikproyekpada
saat menerima Ijin Mendirikan Bangunan dan/atau
6. Program asuransi ini memberikan perlindungan bagi tenaga kerja terhadap resiko kecelakaan
kerjayangmeliputi seluruhbiaya pengangkutan,pengobatan, perawatan di rumah sakit dan
tunjangan sementara tidak mampu bekerja, tunjangan cacat,tunjangan kematian dan biaya
penguburan.
7. Apabila ada yang mengalami kecelakaan kerja,tenaga kerja atau siapa saja harus Secepatnya
memberitahukan keperusahaan/pengusaha.
8. Pengusaha wajib memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan bagi tenagakerja yang
tertimpa kecelakaan. Pengusaha wajib menigisi dan mengirimkan formulir Jamsostek 3 kepada
Depnaker dan PT.JAMSOSTEK (Persero) setempat sebagai Laporan Kecelakaan Kerja Tahap 1tidak
lebih dari 2x24 (duakali dua puluh empat)jam terhitung Sejak terjadinya kecelakaan.
9. Pengusaha wajib melaporkan Kecelakaan Tahap kepada Kantor Depnaker dan PT.Jamsostek
(Persero) setempat dengan mengisi formulir Jamsostek 3a dalam waktu tidak lebih dari 2x24
(duakaliduapuluhempat) jam setelah menerima surat keterangan dokter (formulirJamsostek3b)
yang menerangkan:
a. Keadaan sementara tidak mampu bekerja telah berakhir.
b. Keadaan cacat sebagian untuk selama-lamanya, atau
c. Keadaan cacat total tetap untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental, atau
d. Meninggal Dunia.
C. Santunan
1. Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja.Dalam
hal ini adalah mereka yang memborong pekerjaan sendiri.
2. Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja
Kepada Kantor DepartemenTenaga Kerja dan Badan Penyelenggaradalamwaktu tidak lebih dari
2kali 24jam.
3. Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktutidak lebih dari 2kali24jam setelah tenaga kerja yang tertimpa
kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacat atau meninggaldunia.
4. Pada dasarnya pembayaran jaminan yang menjadi hak tenaga kerja dibayarkan Langsung kepada
yang bersangkutan,dalam hal tenaga kerja meninggal dunia kepada ahli waris nya yang sah.
SPESIFIKASI TEKNIS
KETERANGAN UMUM
a. Lingkup Pekerjaan
Kegiatan : FASILITAS PELAYANAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
Pekerjaan : REHAB PAVILLIUN/VIP
b. Peraturan Tehnis Bangunan Yang Digunakan
Kecuali ditentukan lain dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan – ketentuan
tersebut di bawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
• Perpres No. 54 Tahun 2010 .
• UU No. 18 tahun 1999 tentang Jasa konstuksi
• PP No. 29 tentang Jasa tata cara penyelenggaraan Jasa konstruksi.
• Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 332/KPTS/M/2002 tanggal
21 Agustus 2002
• Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI).
• Peraturan Umum mengenai pelaksanaan instalasi listrik (PUIL) 1979.
• Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
• Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan.
• Peraturan Semen Portland Indonesia NI 8 tahun 1972.
• Peraturan Muatan Indonesia.
• Peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah daerah setempat yang
bersangkutan dengan permasalahan bangunan.
c. Persetujuan Konsultan Pengawas
Yang dimaksud dengan persetujuan Konsultan Pengawas adalah merupakan persetujuan
Konsultan Pengawas secara tertulis yang berisi persetujuan untuk sesuatu hal yang
termasuk dalam persyaratan ini.
d. Daerah Pekerjaan
Adalah daerah termasuk segala sesuatu yang ada didalam daerah tersebut yang dikuasai
untuk segala keperluan pekerjaan.
e. Rencana Kerja
Dalam waktu 2 minggu setelah penandatanganan Kontrak, Kontraktor wajib
menyerahkan suatu Rencana Kerja yang meliputi :
• Tanggal yang diusulkan untuk memulai dan menyelesaikan pembangunan masing-masing
bagian pekerjaan.
• Tanggal yang diusulkan untuk memperoleh bahan-bahan.
• Jam kerja yang diusulkan untuk pekerjaan-pekerjaan di lapangan.
• Jumlah pegawai Kontraktor yang diusulkan, selama pekerjaan berlangsung, dengan
disebutkan fungsi atau keahliannya.
f. Buku Harian
Kontraktor harus menyediakan buku harian untuk mencatat semua petunjuk-petunjuk,
keputusari-keputusan, dan detail-detail penting dari pekerjaan.
g. Quality Control
Kontraktor harus sudah memperhitungkan semua biaya-biaya untuk Quality Control
kepada Pihak Ketiga.
h. Ukuran
Ukuran dengan angka adalah yang harus diikuti dari pada ukuran skala pada Gambar
Rencana.Jika terjadi keragu-raguan tentang ukuran-ukuran, harus segera dilaporkan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat petunjuk lebih lanjut
i. Peralatan
• Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus disetujui Konsultan
Pengawas dalam hal tahun pembuatannya, pabrik pembuatnya, nomor pengenal, kondisi
dan “RENCANA WAKTU TIBA DI TEMPAT PEKERJAAN”. Kontraktor wajib mendatangkan
alat tersebut tepat pada waktunya dan dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk
memindahkan alat-alat tersebut sebagian atau seluruhnya tanpa persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
• Kontraktor diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan
tiap tahap pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai. Kerusakan pada bagian atau
keseluruhan dari alat-alat tersebut yang akan mengganggu pekerjan harus segera
diperbaiki atau diganti sehingga Konsultan Pengawas menganggap pekerjaan tersebut
dapat dimulai.
j. Material
• Sumber dan Macam Material.
Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan tentang nama perusahanan, tempat asal (sumber) material.
Sebelum memberi persetujuan, Konsultan Pengawas dapat minta didatangkan contoh
barang/material/bahan baku, untuk keperluan pemeriksaan.
• Penyimpanan Material.
Material harus disimpan sedemikian rupa agar mutunya tidak menjadi berkurang.
Penyimpanan hendaknya dilandasi dengan lantai yang keras, bersih dan diberi atap dan
dinding. Cara penyusunan material harus diatur sedemikian sehingga mudah untuk
diadakan pemeriksaan sewaktu-waktu. Demikian juga penyimpanannya diatur sehingga
pengambilannya dapat diatur menurut datangnya material tersebut.
k. Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
• Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya, tentang
langkah-langkah yang akan diambil untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai
pelaksanaannya.
• Dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanent tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
l. Mutu Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga ahli/terlatih dan
berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik sesuai
dengan ketentuan dalam spesifikasi maupun petunjuk Konsultan Pengawas
m. Perlindungan Terhadap Cuaca
Kontraktor harus mengusahakan, atas tanggungannya langkah-langkah dan peralatan
yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan, tidak
rusak oleh cuaca.
n. Pekerjaan dan Bahan-bahan
Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti
yang disebut dalam spesifikasi ini, Gambar Rencana, petunjuk Konsultan Pengawas di
lapangan harus tercakup dalam pembiayaan, untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi
kerja, biaya tak terduga, keuntungan biaya penggantian atas kerusakan milik pihak ketiga
dan kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk kesempurnaan hasil kerja.
o. Gambar Rencana
Gambar Rencana untuk proyek ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Dokumen
Kontrak. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi masih mungkin diadakan dalam masa
pelaksanaan.
Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi
ini maupun spesifikasi yang lainnya dan tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan pada Gambar Rencana atau perbedaan
antara Gambar Rencana dan isi Spesifikasi.
Konsultan Pengawas akan mengoreksi dan menjelaskan Gambar Rencana tersebut untuk
kelengkapan yang telah disebut dalam Spesifikasi. Dimensi dalam Gambar Rencana harus
dihitung dengan teliti dan tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa Gambar Rencana
tersebut dibuat pada skala yang benar, kecuali atas petunjuk Konsultan Pengawas.
Penyimpangan antara keadaan lapangan terhadap Gambar Rencana akan ditentukan
selanjutnya oleh Konsultan Pengawas dan akan disampaikan kepada Kontraktor secara
tertulis.
Kontraktor harus membuat shop Drawing sebelum memulai suatu pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.
p. Tanggung Jawab Kontraktor
Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan telah mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas tidak berarti membebaskan Kontraktor atas tanggung
Jawab pada pekerjaan tersebut sesuai dengan Kontrak maupun peraturan Pemerintah
yang berlaku
q. Ketidak sesuaian antara Gambar Rencana dan Uraian dan Syarat-Syarat
Bilamana ada ketidak sesuaian antara Gambar-gambar Rencana, dan Spesifikasi
Pekerjaan dengan Syarat-syarat Umum atau Syarat-syarat Khusus, maka hal ini harus
segera dilaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk selanjutnya diputuskan oleh
Pemberi Tugas .
r. Perbedaan Antara Item Pekerjaan Dengan Gambar Rencana Spesifikasi
Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan biaya tambahan atau menarik keuntungan
apabila dalam hal ini. terdapat perbedaan antara item pekerjaan dengan Gambar
Rencana dan Spesifikasi. Dalam hal ini Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaan tersebut
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini tanpa biaya tambahan.
s. Contoh-contoh
Contoh-contoh material/bahan yang dikehendaki oleh Pemberi Tugas atau Wakilnya
harus segera disediakan tanpa kelambatan atas biaya. Kontraktor, dan contoh-contoh
material/ bahan tersebut harus sesuai dengan standard yang ditentukan dalam Spesifikasi
ini.
Contoh-contoh tersebut diambil dengan jalan atau cara demikian rupa sehingga dapat
dianggap bahwa bahan tersebutlah yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan
nanti.
1. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1.1 Lingkup Pekerjaan
• Pemasangan Plank Merek
• Pembongkaran
 Kontraktor harus melakukan pembongkaran dengan sebaik-baiknya tanpa merusak areal
sekitarnya.
• Mobilisasi dan Demobilisasi
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Pemborong harus mengadakan mobilisasi peralatan dan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menunjang jalannnya pekerjaan.
 Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah Surat Perintah Kerja (SPK) diterima oleh
Pemborong. Demobilisasi dilaksanakan, apabila pekerjaan dianggap telah selesai dan
dengan persetujuan Pemberi Tugas/ Konsultan Pengawas.
2. PEKERJAAN PLAFOND
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dilaksanakan untuk menutup plafond pada seluruh ruangan termasuk
teras keliling bangunan serta km/WC. Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah
semua pekerjaan rangka langit-langit.
b. Persyaratan Bahan
Plafond yang Digunakan Adalah Plafond PVC (Merk Shunda Plafond atau Setara) Rangka
Furing
c. Pedoman Pelaksanaan
Pemasangan Plafond PVC Mengikuti pasangan rangka plafond yang telah terpasang dan
sesuai dengan gambar bestek.
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
3. PEKERJAAN LANTAI
a Lingkup Pekerjaan
Pemasangan lantai Vynil dibuat untuk semua bagian lantai ruangan, dan dinyatakan
dalam gambar bestek.
b Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah Vynil anti bacteri (Merk Taco/Setara) tebal 2,5 mm
c Pedoman Pelaksanaan
 Bidang permukaan lantai harus rata dan kuat, tidak terdapat retak-retak, tidak ada
lubang dan celah-celah, bebas debu, bebas lemak dan minyak
 Pekerjaan lapisan vinyl harus rapi dan dilakukan sesuai dengan yang dipersyaratkan
dari pabrik yang bersangkutan sehingga diperoleh hasil pekerjaan bermutu baik dan
dapat tahan lama.
 Pekerjaan lapisan vinyl dilakukan setelah pekerjaan finishing yang lain menyerupai
plafond, dinding, pekerjaan ME, pengecatan selesai dilaksanakan.

4. PEKERJAAN PENGECATAN
a. Lingkup pekerjaan
Cat Dinding Tembok
b. Bahan
Bahan yang digunakan adalah cat interior Jotun atau setara
c. Pedoman pelaksanaan
1. Pengecatan dinding harus dilakukan menurut proses sebagai berikut :
Penggosokan dinding dengan batu gosok sampai rata dan halus, setelah itu dilap dengan
kain basah hingga bersih.
Melapis dinding dengan plamur tembok, dipoles sampai rata. Setelah betul-betul kering
digosok dengan amplas halus dan dilap dengan kain kering yang bersih.
Pengecatan dengan cat tembok emulsion sampai rata, minimal 2 (dua) kali.
Pekerjaan cat tembok harus menghasilkan warna merata dan sama.
2. Warna yang digunakan
Warna ditentukan oleh Pemberi Tugas.
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan

5. P E N U T U P
• Pelaksana harus membersihkan ruangan, bangunan, dan pekarangan dari segala sisa-sisa
pekerjaan, sehingga seluruh halaman dan bangunan kelihatan bersih dan rapi. Semua
bahan sisa-sisa pekerjaan tersebut harus diangkut keluar lokasi pekerjaan.
• Semua pekerjaan yang tercantum dalam bestek, RAB dan gambar serta
risalah-risalah/berita acara Aanwijzing adalah merupakan kesatuan yang ditawar dan
wajib dilaksanakan dengan sempurna secara keseluruhan oleh Pelaksana tanpa dalih.
• Walaupun dalam bestek ini tidak lengkap tercantum satu persatu baik keur maupun
bahan dan lain-lainnya, tapi tercantum dalam AV maka pekerjaan tersebut harus
dikerjakan, bukan merupakan pekerjaan tambahan.
• Apabila ada pekerjaan yang tidak disebutkan dalam uraian Spesifikasi Teknis ini, yang
ternyata pekerjaan tersebut harus ada agar mendapatkan hasil akhir yang sempurna,
maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan oleh Kontraktor atas perintah tertulis
Pejabat Pembuat Komitmen.
• Rencana Kerja dan Syarat–Syarat ini menjadi pedoman dan harus ditaati oleh Kontraktor
dan Direksi Pekerjaan serta Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan pekerjaan
ini.
Lubuk Sikaping, Agustus 2022
PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN

Dr. YONG MARZUHAILI


NIP. 19740928 200604 1 009

Anda mungkin juga menyukai