RKS Poli Paru
RKS Poli Paru
1. PENDAHULUAN
A. UMUM
Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung
Negara, Permen PUPR No 22 Tahun 2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara bahwa :
1. Setiap bangunan gedung negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu
memenuhi secara optimal fungsi bagiannya, andal dan dapat sebagai teladan bagi
lingkungannya, serta berkontribusi positif bagi pelayanan kepada masyarakat perkembangan
arsitektur di Indonesia.
2. Setiap bangunan gedung negara harus direncanakan, dirancang dengan sebaik baiknya,
sehingga dapat memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu, biaya, dan
kriteria administrasi bagi bangunan gedung negara.
3. Setiap pelaksanaan konstruksi fisik bangunan gedung negara yang dilakukan oleh
kontraktor pelaksana harus mendapat pengawasan secara teknis di lapangan, agar rencana
teknis yang telah disiapkan dan dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan konstruksi dapat
berlangsung operasional efektif.
4. Spesifikasi Teknis untuk pekerjaan konstruksi perlu disiapkan secara matang sehingga memang
mampu mendorong perwujudan karya perencanaan yang sesuai dengan kepentingan kegiatan.
2. TUJUAN
Spesifikasi Teknis ini merupakan petunjuk bagi kontraktor pelaksana yang memuat
masukan azas, kriteria, keluaran dan proses yang harus dipenuhi dan diperhatikan serta
diinterpretasikan kedalam pelaksanaan tugas konstruksi. Dengan penguasaan ini diharapkan
kontraktor pelaksana dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik untuk
menghasilkan keluaran yang memadai sesuai Spesifikasi Teknis ini. Serta meningkatnya
kualitas dan pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang unggul mudah dan
nyaman.
3. SASARAN
Sasaran dari Spesifikasi Teknis ini adalah terbangunnya bangunan yang memenuhi
persyaratan dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pembangunan gedung Negara
melalui proses konstruksi yang akan dilakukan oleh pihak penyedia jasa konstruksi yang
berkualiatas, tepat waktu, tepat material, tepat SDM, tepat biaya, tepat pengerjaan,
sebagaimana yang telah ditetapkan didalam dokumen perencanaan.
4. NAMA DAN ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
Nama Organisasi yang menyelenggarakan Kegiatan Penyediaan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Untuk Ukm Dan Ukp Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota adalah:
PPK : dr. YONG MARZUHAILI
NIP : 19740928 200604 1 009
Satuan Kerja : RSUD Kab. Pasaman
5. SUMBER PENDANAAN
A. BIAYA KONSTRUKSI
a. Biaya pembangunan ini mengikuti pedoman dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor:
22/PRT/M/2018 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
b. Untuk pekerjaan standar berlaku biaya maksimum dihitung dengan penawaran biaya sesuai
ketentuan yang berlaku.
c. Besarnya biaya konstruksi merupakan biaya tetap dan pasti, sudah memperhitungkan
komponen biaya langsung dan tidak langsung diantaranya pengawasan dan staf lapangan,
administrasi kantor lapangan, konstruksi dan fasilitas sementara, transportasi, konsumsi,
keamanan, keselamatan kerja, kontrol kualitas dan pengujian – pengujian serta memuat
keuntungan, pajak, bea, retribusi dan pungutan lain yang sah, biaya asuransi yang harus dibayar
terkait pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
d. Ketentuan pembiayaan lebih lanjut mengikuti surat perjanjian pekerjaan konstruksi yang dibuat
oleh PPK dan Kontraktor Pelaksana.
e. Biaya pekerjaan konstruksi dan tata cara pembayaran diatur secara kontraktual setelah
melalui tahapan proses pengadaan barang dan jasa sesuai peraturan yang berlaku.
f. Pembayaran biaya konstruksi didasarkan pada prestasi kemajuan pekerjaan pembangunan.
B. SUMBER BIAYA
Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan Penyediaan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Untuk Ukm Dan Ukp Kewenangan Daerah Kabupaten/Kota berasal dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Pasaman Tahun Anggaran 2022.
6. LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG
Lokasi Kegiatan : Kabupaten Pasaman
7. LINGKUP PEKERJAAN
A. LINGKUP TUGAS
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana berpedoman pada
ketentuan yang berlaku, khususnya Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
dan Permen PUPR no 22 tahun 2018 yang dapat meliputi tugas-tugas konstruksi untuk
lingkungan, site/tapak bangunan, dan pembangunan fisik bangunan gedung negara, Peraturan
Lembaga LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
Konstruksi Dan Jasa Konsultansi.
Mengingat pelaksanaan pengadaan ini dilakukan setelah proses perencanaan DED
selesai maka pelaksana pekerjaan konstruksi berpedoman kepada dokumen perencanaan dan
berpedoman kepada dokumen perencanaan yang telah ada .
Lingkup tugas yang harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa Konstruksi meliputi :
a. Memeriksa dan mempelajari kondisi lahan dan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang
akan dijadikan dasar pekerjaan di lapangan.
b. Melaksanaan konstruksi fisik yang telah disusun oleh Penyedia Jasa Konsultansi Perencanaan
(DED) yang meliputi program-program pencapaian sasaran konstruksi, penyediaan dan
penggunaan tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan bahan bangunan, informasi, dana,
program Quality Assurance / Quality Control dan program kesehatan dan keselamatan kerja
(K3).
c. Melaksanakan pekerjaan konstruksi fisik, yang meliputi program pengendalian sumber daya,
pengendalian biaya, pengendalian waktu, pengendalian sasaran fisik, (kuantitas dan kualitas)
hasil konstruksi, pengendalian perubahan pekerjaan, pengendalian tertib administrasi,
pengendalian kesehatan dan keselamatan kerja.
d. Membeli/Menggunakan bahan, peralatan, tenaga kerja, metoda dan produk sesuai dengan
ketepatan waktu, mutu dan biaya pekerjaan konstruksi.
e. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai kualitas, kuantitas, dan volume / realisasi fisik yang
telah ditetapkan.
f. Melakukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi fisik,
diantaranya dengan Konsultan MK/Pengawas, Tim Teknis, PPK, dan PPTK
g. Melakukan Koordinasi dengan daerah sekitar di dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
h. Bertanggung Jawab terhadap dampak/kerusakan yang ditimbulkan dari kegiatan pembangunan.
i. Mengumpulkan data dan informasi di lapangan untuk memecahkan persoalan yang terjadi
selama pelaksanaan konstruksi.
j. Melakukan kegiatan pembangunan yang terdiri atas:
1) Membuat dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pekerjaan
dilapangan.
2) Membuat shop drawing.
3) Menyiapkan, menyewa dan membeli bahan, peralatan sesuai dengan kebutuhan.
4) Membeli bahan material sesuai spesifikasi dan berkualitas dengan mengacu standar yang
berlaku.
5) Melaksanakan pengujian fisik/Uji Lab dari hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk
membuktikan kualitas dari hasil pekerjaan.
6) Menyelenggarakan rapat-rapat lapangan secara berkala (sekurang-kurangnya sekali dalam satu
pekan), membuat laporan harian, mingguan dan bulanan terkait pekerjaan konstruksi fisik yang
telah dilaksanakan.
7) Mengajukan berita acara pembayaran pekerjaan pelaksanaan konstruksi.
8) Melaporkan daftar cacat / kerusakan sebelum serah terima dan melakukan perbaikan pada
masa pemeliharaan.
9) Membuat berita acara persetujuan kemajuan pekerjaan, serah terima pekerjaan konstruksi,
menyerahkan Gambar Akhir (as built drawing) dan manual book baik terkait dengan pedoman
pengoperasian peralatan dan pedoman pemeliharaannya, sebagai kelengkapan untuk
pembayaran angsuran pekerjaan konstruksi (pembayaran tahap akhir).
10) Menyusun laporan-laporan administrasi yang bersifat teknis serta membantu dalam persiapan
dokumen guna keperluan sertifikasi laik fungsi (SLF)
11) Menyampaikan laporan perkembangan pekerjaan secara berkala setiap pekan, bulan serta
secara insidentil (berdasarkan permintaan) kepada PPK, PPTK, Konsultan MK/Pengawas dan Tim
teknis.
B. TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN
a Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab secara profesional atas jasa konstruksi yang berlaku
dilandasi Undang-undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
b Penyedia Jasa Konstruksi bertanggung jawab secara profesional atas jasa pekerjaan yang
dilakukan sesuai ketentuan dan kode tata laku profesi yang berlaku.
c Penyedia Jasa Konstruksi sesuai otoritas yang diberikan oleh PPK bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap aspek konstruksi pekerjaan dengan kewajiban selalu melakukan
koordinasi dan konsultasi kepada Penyedia Jasa Konsultansi Perencanaan (DED), Konsultan
Manajemen Konstruksi, PPK, PPTK dan Tim Teknis, serta unsur teknis lainnya yang ditetapkan
oleh PPK.
d Secara umum tanggung jawab kontraktor pelaksana adalah minimal sebagai berikut : memenuhi
standard keamanan, keselamatan, dan keberlanjutan dengan memperhatikan setidak –
tidaknya sebagai berikut:
1. Standar mutu peralatan
2. Standar keselamatan dan kesehatan kerja
3. Standar prosedur keselamatan jasa konstruksi,
4. Standar prosedur pelaksanaan jasa konstruksi,
5. Standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi,
6.Standar operasi dan pemeliharaan,
7. Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
8. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan, khususnya sampai dengan serah terima pertama / Provisional Hand
Over (PHO) maksimal 90 (Sembilan Puluh) hari Kalender sejak dikeluarkannya Surat Perintah
Mulai Kerja dan masa pemeliharaan sekurang – kurangnya adalah 180 (Seratus Delapan Puluh)
hari kalender setelah serah terima pertama dilaksanakan sampai dengan serah terima kedua /
Final Hand Over.
9. PERSYARATAN PENYEDIA
Peserta yang berbadan usaha harus memiliki :
1. NIB OSS KBLI 2020 : 41015 (Berbasis Resiko)
2. SBU (Sertifikat Badan Usaha) klasifikasi bidang Bangunan Gedung dengan Subklasifikasi :
- SBU (Permen PUPR No.19/PRT/M/2014 dengan kode BG008 Jasa Pelaksana Kontruksi Gedung
Kesehatan)
3. Persyaratan Lainnya sesuai dengan dokumen pemilihan saat lelang pekerjaan
10. TENAGA MANAJERIAL
Kebutuhan tenaga manajerial dirinci dalam tabel berikut ini :
i. Peralatan
• Kontraktor diharuskan mengajukan daftar terperinci tentang peralatan yang akan
digunakan untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus disetujui Konsultan
Pengawas dalam hal tahun pembuatannya, pabrik pembuatnya, nomor pengenal, kondisi
dan “RENCANA WAKTU TIBA DI TEMPAT PEKERJAAN”. Kontraktor wajib mendatangkan
alat tersebut tepat pada waktunya dan dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk
memindahkan alat-alat tersebut sebagian atau seluruhnya tanpa persetujuan dari
Konsultan Pengawas.
• Kontraktor diharuskan mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk melaksanakan
tiap tahap pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dimulai. Kerusakan pada bagian atau
keseluruhan dari alat-alat tersebut yang akan mengganggu pekerjan harus segera
diperbaiki atau diganti sehingga Konsultan Pengawas menganggap pekerjaan tersebut
dapat dimulai.
j. Material
• Sumber dan Macam Material.
Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis kepada Konsultan Pengawas untuk
mendapatkan persetujuan tentang nama perusahanan, tempat asal (sumber) material.
Sebelum memberi persetujuan, Konsultan Pengawas dapat minta didatangkan contoh
barang/material/bahan baku, untuk keperluan pemeriksaan.
• Penyimpanan Material.
Material harus disimpan sedemikian rupa agar mutunya tidak menjadi berkurang.
Penyimpanan hendaknya dilandasi dengan lantai yang keras, bersih dan diberi atap dan
dinding. Cara penyusunan material harus diatur sedemikian sehingga mudah untuk
diadakan pemeriksaan sewaktu-waktu. Demikian juga penyimpanannya diatur sehingga
pengambilannya dapat diatur menurut datangnya material tersebut.
k. Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
• Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya, tentang
langkah-langkah yang akan diambil untuk suatu tahap pekerjaan yang akan dimulai
pelaksanaannya.
• Dalam keadaan apapun tidak diperbolehkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanent tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
b. Persyaratan Bahan
Untuk pekerjaan batu kali/belah digunakan Batu kali/belah yang berukuran maksimum 10
cm – 15 cm, berwarna abu-abu hitam dan tidak berpori. Pondasi batu kali dengan
menggunakan spesi 1PC : 4 PP, bagian bawah pondasi dibuatan anstampang dari batu kali
kosong yang dipasang berdiri rapat , setebal 20 cm dengan tidak terdapat batu-batu
bertumpuk.
Untuk pondasi plat beton bertulang digunakan bahan yang memenuhi persyaratan yang
diuraikan dalam pasal beton bertulang
c. Persyaratan Pekerjaan
• Batu yang akan digunakan minimal 2/3 berupa batu belah
• Pasangan batu kali naatnya harus dibuat zig-zag (tidak segaris lurus ke atas).
• Kecuali aanstamping, pasangan pondasi tidak boleh ada batu yang saling bersinggungan,
harus ada sela yang terisi spesi.
Langkah-langkah pengerjaan
• Gali tanah tempat pondasi akan dipasang, dengan ukuran sesuai gambar rencana
• Bersihkan galian dari segala kotoran seperti sisa tumbuhan, sampah, dsb.
• Urug pasir setebal minimal 5cm di dasar galian
• Pasang batu kosong dengan posisi berdiri dan sela-sela batu diisi dengan pasir dan
disiram air supaya pasir dapat mengisi sela-sela batu.
• Pasang batu kali belah dengan spesi 1 PC : 4 Psr.
• Pasang angkur sloof dari besi tulangan Ø 10mm setiap jarak satu meter.
• Permukaan atas pasangan pondasi dirapikan dan dibuat rata
• Urug dengan tanah yang bersih pada kanan kiri pondasi sambil dipadatkan
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan.
3. PEKERJAAN BETON / DINDING
a. Lingkup Pekerjaan
Yang termasuk dalam pekerjaan struktur beton :
1. Pek. Sloof 15/20
2. Pek. Kolom 11/11, 15/30
3. Pek. Reng Balok 11/20
4. Pek. DAK Teras dan DAK Dapur
5. Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar
rencana.
b. B a h a n
1. Semen
Digunakan Portland Cement Tipe I menurut NI - 8 tahun 1972 dan memenuhi S - 400
menurut Standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI 8
tahun 1972).
Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak semen,
tidak diperkenankan pemakaiannnya sebagai bahan campuran.
Penyimpanan harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab
agar semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm
dan tumpukan paling tinggi 2 m. Setiap semen baru yang masuk harus dipisahkan dari
semen yang telah ada agar pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan
pengiriman.
2. Pasir beton.
Pasir beton harus berupa butir-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis,
lumpur dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam PBI - 1971.
3. Kerikil/Split
Kerikil yang digunakan harus bersih dan bermutu baik, serta mempunyai gradasi dan
kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI 1971.
Untuk Beton mutu fc’= 19.3 Mpa (K-225), fc’= 21.7 Mpa (K-250) dan fc’= 26.04 Mpa
(K-300) mengunakan material kerikil beton batu pecah (Split)
Penumpukan material kerikil dengan pasir harus dipisahkan agar kedua jenis material
tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan beton dengan komposisi material yang
tepat.
4. A i r
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam,
bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
5. Besi beton.
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu
a. U - 32 (tegangan Leleh karakteristik minimum 3200 kg/cm2). Untuk Besi Diameter
diatas 12 mm (Besi Ulir)
b. U - 24 (tegangan Leleh karakteristik minimum 2400 kg/cm2). Untuk besi Diameter 8
mm s/d Diameter 12 mm
Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak, karat lepas dan bahan
lainnya.
Besi beton harus disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan
diudara terbuka dalam jangka waktu panjang.
Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan batang dingin.
Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai gambar dan harus diminta
persetujuan Direksi terlebih dahulu.
Jika pemborong tidak berhasil memperoleh diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan
dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan
catatan :
Harus ada persetujuan Direksi
Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang
dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas). Biaya
tambahan yang diakibatkan oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung jawab
pemborong.
6. Cetakan dan Acuan
Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga hasil akhir
konstruksi mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang
ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan.
Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi ketentuan-ketentuan didalam pasal 5.1
PBI 1971.
7. Mutu beton
Mutu beton yang digunakan untuk pekerjaan Beton adalah fc’= 19.3 Mpa (K-225).
Sebelum dilaksanakanya pekerjaan beton harus ada perhitungan mix disain untuk
komposisi campuran Mutu beton yang akan dipakai sebagai pedoman untuk pekerjaan
beton tersebut.
8. Pada Bagian beton yang ada pekerjaan lanjutannya harus dibuatkan stek besi sepanjang
1m’ atau menurut petunjuk direksi (pengawas Lapangan)
c. Pedoman Pelaksanaan :
1. Kecuali ditentukan lain dalam Rencana kerja dan syarat-syarat ini, maka sebagai pedoman
tetap dipakai PBI 1971.
2. Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada Direksi apabila ada perbedaan yang
didapat didalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.
3. Adukan beton dan Pengangkutan
Komposisi campuran dari masing masing material seperti Semen, Pasir Kerikil dan Air
harus sesuai dengan takaran yang susdah disetujui pengawas/direksi serta berdasarkan
Job Mix.
Pengangkutan adukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang disetujui oleh Direksi, yaitu :
Tidak berakibat pemisahan dan kehilangan bahan-bahan.
Tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah
dicor dan yang akan dicor, dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus
memenuhi tabel 4.4.1 PBI 1971.
4. Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi. Selama
pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas penulangan.
Untuk dapat sampai ketempat-tempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan
berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut
pada saat beton dicor.
Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus
disetujui oleh Direksi. Untuk melanjutkan bagian pekerjaan yang diputus tersebut, bagian
permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive
yang memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak
boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.
5. Perawatan beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban untuk paling
sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut ditetapkan cara sebagai berikut:
Dipergunakan karung-karung yang senantiasa basah sebagai penutup beton.
Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil, permukaan tidak
mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya pembesian pada permukaan beton, dan
lain-lain yang tidak memenuhi syarat, harus dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya
menurut perintah Direksi. Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki segera atas resiko
pemborong.
d. Pengukuran Hasil Kerja
• Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan
• Setiap pengecoran beton, Kontraktor harus membuat kubus-kubus beton percobaan/
pengetesan, sedangkan jumlah serta cara pengambilan kubus- kubus beton tersebut
harus sesuai dengan peraturan SNI/SK SNI 1991. Pengetesan terhadap kubus-kubus beton
tersebut dilakukan pada laboratorium yang disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.
4. PEKERJAAN PINTU / JENDELA
a. Lingkup Pekerjaan
Pek. Kozen Pintu / Jendela
1. Pek. Kuzen Pintu, Jendela
2. Pas. Angker Kusen
3. Pas. Panel jendela
4. Pas. Panel Pintu
5. Pas. Kaca 5 mm
6. Pas. Pintu Kamar Mandi
b. Persyaratan Bahan
1. Untuk semua kozen pintu dan jendela, daun pintu, jendela dan Rangka Partisi, digunakan
kayu klas II balok.
2. Ukuran kayu yang tertera dalam gambar merupakan ukuran terpasang.
3. Kayu harus betul-betul kering, tidak keropos, lurus, tidak cacat/bermata.
4. Kaca dipakai :
-. Kaca Bening T = 5 mm
Ukuran type dan ketebalan kaca penempatanya harus sesuai dengan gambar bestek
5. Rangka Kusen Aluminium dipakai Uk. 4”
c. Pedoman Pelaksanaan
1. Kozen pintu dan jendela Kayu
Ukuran kayu untuk kozen pintu adalah 5/15 cm (ukuran setelah jadi dibuat).
Konstruksi sambungan kayu harus rapi, tidak longgar, ikatan perkuatan harus
menggunakan pen kayu keras yang sebelumnya bidang sambungan ini harus dilumuri
dengan lem kayu, agar sambungannya dapat melekat dengan baik.
Setiap kozen pintu harus dilengkapi angker minimal 3 buah untuk kiri kanan kozen yang
melekat ke tembok. Untuk kozen jendela 2 buah di kiri kanan kozen yang melekat ke
tembok. Khusus untuk kozen pintu dibawah kozen dilengkapi dengan dork yang diangker
kedalam neut beton.
Semua bidang kozen yang bersinggungan dengan dinding/beton dibuat alur-alur kapur.
2. Daun pintu/jendela dan ventilasi kayu
Daun pintu dibuat dengan kayu klas I, bentuk dan ukuran disesuaikan dengan gambar,
dan disyaratkan agar Kontraktor memesan langsung pada tempat khusus pembuat pintu
atau pada toko.
Jendela dibuat sesuaikan dengan gambar detail Kaca mati disamping jendela dipasang
kaca polos tebal 5 mm untuk tebal 8 mm dan 10 mm Warna. Pasangan kaca harus
memperhatikan muai susut baik dari kozen, maupun bahan kaca tersebut
3. Pekerjaan Kusen Aluminium.
- Pembuatan Kusen Aluminium harus mengikuti ketentuan dalam spesifikasi ini atau
spesifikasi lainnya dan menurut petunjuk Konsultan Pengawas.
- Dinding atau beton yang akan berhubungan dengan kusen aluminium harus terlebih
dahulu diberi lapisan clear methacylate laquar atau dempul alastis agar kedap air.
- Profil aluminium yang berdekatan dengan tembok dan selesai dipasang agar diberi
lapisan pelindung yang disetujui konsultan pengawas untuk melindungi permukaan
aluminium agar tidak terkena percikan adukan atau benda lain dan mudah untuk
dibersihkan dan tidak akan merusak bentuk asli permukaan aluminium tersebut
- Profil aluminium yang digunakan harus dari profil yang dipilih dan tidak bengkok serta
cacat lain yang merugikan.
- Pekerjaan pemasangan ini harus dilakukan oleh tukang yang ahli dalam bidangnya dan
terlatih sehingga semua detail dan pertemuan runcing, halus, rata, bersih dari goresan-
goresan, bidang permukaan rangka tersebut rata, lurus waterpas dan betul-betul tegak
(vertikal)
- Seluruh rangka dapat merekat dengan baik pada dinding, dengan menggunakan sekrup
dan fisher yang sesuai dan menurut petunjuk konsultan pengawas.
- Pemasangan jalusi alluminium maupun kaca harus mengikuti petunjuk Konsultan
Pengawas,
- Celah/alur untuk memasang kaca harus diberi sealant/karet agar kedap air sesudah kaca
dipasang.
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan
Pekerjaan Dinding Bata
a. Lingkup Pekerjaan
1. Dinding bata
Pemasangan dinding bata merah setebal 1/2 bata dilakukan untuk seluruh yang tertera
dalam gambar dan dijelaskan dalam gambar detail.
2. Dinding Partisi + Rangka
Pemasangan Dinding Partisi Menggunakan Triplek tebal 9 mm harus Mengikuti pasangan
telah ada dan sesuai dengan gambar bestek.
b. Persyaratan Bahan
1. Bata
Bentuk standar batu bata adalah prisma empat persegi panjang, bersudut siku-siku dan
tajam, permukaannya rata dan tidak menampakkan adanya retak-retak yang merugikan.
Bata merah dibuat dari tanah liat dengan atau campuran bahan lainnya, yang dibakar
pada suhu cukup tinggi hingga tidak hancur bila direndam air
2. Pasir
Harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras, butir-butir harus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca, seperti terik matahari dan hujan. Kadar
lumpur tidak boleh melebihi 5 % berat
3. Semen dan Air
Untuk persyaratan kedua bahan tersebut, mengikuti persyaratan yang telah digariskan
pada pasal beton bertulang
c. Pedoman Pelaksanaan
1. Persyaratan Adukan
Adukan pasangan harus dibuat secara hati-hati, diaduk didalam bak kayu yang memenuhi
syarat. Mencampur semen dengan pasir harus dalam keadaan kering yang kemudian
diberi air sampai didapat campuran yang plastis. Adukan yang telah mengering akibat
tidak habis digunakan sebelumnya, tidak boleh dicampur lagi dengan adukan yang baru.
2. Pengukuran (Uit-zet) harus dilakukan oleh Kontraktor secara teliti dan sesuai gambar,
dengan syarat :
Semua pasangan dinding harus rata (horizontal), dan pengukuran harus dilakukan dengan
benang.
Pengukuran pasangan benang antara satu kali menaikkan benang tidak boleh melebihi 30
cm, dari pasangan bata yang telah selesai.
3. Lapisan bata yang satu dengan lapisan bata diatasnya harus berbeda setengah panjang
bata. Bata setengah tidak dibenarkan digunakan ditengah pasangan bata, kecuali
pasangan pada sudut.
4. Pengakhiran sambungan pada satu hari kerja harus dibuat bertangga menurun dan tidak
tegak bergigi untuk menghindari retak dikemudian hari. Pada tempat-tempat tertentu
sesuai gambar diberi kolom-kolom praktis yang ukurannya disesuaikan dengan tebal
dinding.
5. Lubang untuk alat-alat listrik dan pipa yang ditanam didalam dinding, harus dibuat
pahatan secukupnya pada pasangan bata (sebelum diplester).
Pahatan tersebut setelah dipasang pipa/alat, harus ditutup dengan adukan plesteran
yang dilaksanakan secara sempurna, dikerjakan bersama-sama dengan plesteran seluruh
bidang tembok.
d. Pengukuran Hasil Kerja
Pekerjaan ini dapat di nilai sebagai kemajuan pekerjaan apabila telah selesai dipasang
sesuai dengan Gambar Rencana dan Spesifikasi ini serta telah disyahkan oleh
Direksi/Pengawas Lapangan
5. PEKERJAAN KAP/ATAP
a. Lingkup Pekerjaan
1. Pekerjaan Kuda-kuda Kayu Konvensional
2. Pekerjaan Gording 5/10
2. Pemasangan 1 m2 Atap 0,20 mm (bd 11) BJLS bd 11 Cronswan (warna)
4. Pekerjaan Lesplank GRC
Kontraktor harus menyediakan material, peralatan dan tenaga yang cakap untuk dapat
menjamin kelancaran keamanan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Alat pengangkat
(crane), katrol atau sejenisnya yang akan digunakan harus disetujui Konsultan Pengawas