Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PEMERIKSAAN GERAKAN TANAH DI DESA BOJONGSARI,

KECAMATAN GUNUNG TANJUNG KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA


BARAT

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Keperawatan Bencana

Dosen : Enik Suhariyanti, S.Kep.,Ners., M.Kep

Disusun Oleh,
Kelas Lanjutan 3C

1. Ayi Maryati NIM. 1420121208


2. Asep Rahmatriadi NIM. 1420121209
3. Ena Perdiana NIM. 1420121210
4. Andri Setiawan NIM. 1420121211
5. Ade Mulyana NIM. 1420121212
6. Tatang Suhendar NIM. 1420121213
7. Yeni Eriantini NIM. 1420121215
8. Ade Eli Koswara NIM. 1420121216
9. Dedi Farid NIM. 1420121217

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FALKUTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS GALUH
2021/2022
Laporan hasil pemeriksaan gerakan tanah di Kecamatan Gunung Tanjung, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, berdasarkan surat permintaan dari BPBD Kabupaten
Tasikmalaya nomor P/01/BC.0404/BPBD/20 tanggal 1 Februari 2021 tentang
Permintaan Pemeriksaan Daerah Terkena Bencana Gerakan Tanah, sebagai berikut:
1. Lokasi Bencana Dan Waktu Kejadian
Bencana gerakan tanah terjadi di Kampung Munjul RT/RW 03/01, Desa Bojongsari,
Kecamatan Gunung Tanjung, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Secara
geografis berada pada koordinat 108° 18’ 59,8” BT, 07° 24’ 11” LS. Menurut keterangan
warga setempat, gerakan tanah terjadi awalnya pada awal 2018, kemudian mulai
membesar pada Januari 2021 setelah hujan berintensitas tinggi.

2. Kondisi Daerah Bencana

 Morfologi, Secara umum morfologi lokasi bencana ini berada di perbukitan


berelief sedang – kasar dengan kemiringan lereng landai sampai curam antara
5°- 25°, di pinggiran tebing yang longsor mencapai lebih dari 30°. Lokasi ini
berada pada ketinggian sekitar 420 - 475 mdpl.
 Geologi, Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tasikmalaya, Jawa (Budhitrisna,
dkk., P3G, 1986) secara regional batuan penyusun daerah bencana berupa
Batuan Formasi Bentang terdiri dari batupasir tufaan, batupasir, batupasir
gampingan, breksi gunungapi, tufa, batulempung tufan, breksi tufan, breksi
gampingan, batugamping, konglomerat, dan batulempung sisipan lignit (Tmpb).
Berdasarkan pengamatan lapangan, batuan penyusun yang tersingkap di sekitar
lokasi bencana merupakan batupasir tufan, breksi, dan batulempung,
pelapukannya berupa pasir lempungan berwarna coklat muda hingga
kemerahan, dengan ketebalan > 2 meter, bersifat sarang, gembur dan tidak
kompak.
 Keairan, Kondisi keairan di sekitar lokasi gerakan tanah ini cukup baik dan
melimpah pada musim hujan. Masyarakat Kp. Munjul memanfaatkan air dari
mata air Jabrig untuk keperluan rumah tangga, mengairi pesawahan, dan kebun
di sekitar pemukiman. Selain itu warga juga memanfaatkan air sumur galian
dengan kedalaman rata-rata 17 meter.
 Tata Guna Lahan, Secara umum tata guna lahan di Kp. Munjul ini pada lereng
atas sampai lereng bagian bawah merupakan kebun campuran yang didominasi
salak, rempah-rempah, sebagian kecil pohon albasiah dan bambu. Pemukiman
Kp. Munjul berada di lereng bagian tengah, bagian Barat pemukiman terdapat
lahan pesawahan yang cukup luas.
 Kerentanan Gerakan Tanah, Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya
Gerakan Tanah Kabupaten Tasikmalaya bulan Januari 2021 (Badan Geologi,
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) secara regional daerah Desa
Bojongsari, Kec. Gunung Tanjung termasuk dalam Zona Kerentanan Gerakan
Tanah Tinggi, artinya Daerah ini mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan
tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal,
sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.
3. Kondisi dan Dampak Gerakan Tanah
Jenis gerakan tanah berupa longsoran tanah di lereng atas pada wilayah kebun
campuran, dengan mahkota longsoran (bagian atas longsoran) berbentuk tapal
kuda/melengkung. Lebar mahkota longsoran 54 meter dengan arah N 322° E, relatif ke
Utara. Retakan-retakan ditemukan juga pada lereng atas yang didominasi oleh kebun
salak. Retakan-retakan di pemukiman merusak bangunan-bangunan warga, dengan
arah retakan relatif ke Utara.
Dampak gerakan tanah ini :

 18 rumah dan 1 bangunan masjid rusak berat,


 3 rumah rusak ringan.

4. Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah

Secara umum faktor penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah pemeriksaan antara
lain adalah:

 Tanah pelapukan (lapukan batupasir, breksi) yang bersifat mudah meloloskan air
melalui retakan yang terbentuk yang berada di atas batuan yang lebih kedap air
(batulempung). Batas antara keduanya diperkirakan sebagai bidang gelincir.
 Kemiringan lereng yang curam di lereng bagian atas pemukiman mengakibatkan
tanah mudah bergerak.
 Sistem drainase permukaan yang kurang baik. Aliran air permukaan melimpah
terakumulasi pada lokasi bencana menyebabkan tanah jenuh air.
 Curah hujan dengan intensitas tinggi dan lama memicu terjadinya gerakan tanah.

5. Mekanisme Terjadinya Gerakan Tanah


Air permukaan yang mengalir pada saluran yang tidak kedap mengakibatkan tanah
pelapukan di bagian bawah jenuh air dan mudah luruh. Curah hujan yang tinggi dan
aliran air permukaan meresap dan membuat tanah pelapukan menjadi jenuh air.
Ditambah dengan kemiringan lereng yang curam, mengakibatkan tanah menjadi tidak
stabil dan dan bergerak mencari kesetimbangan baru, maka terjadilah gerakan tanah.

6. Rekomendasi
Pada saat ini Pemerintah Daerah melalui BPBD Kabupaten Tasikmalaya telah
melaksanakan dan merespon dengan baik untuk mengantisipasi potensi longsor dan
pengurangan dampak bencana dengan menyiapkan tempat pengungsian. Mengingat
curah hujan yang diperkirakan masih tinggi, untuk menghindari terjadinya gerakan
tanah susulan dan mengurangi risiko akibat bencana gerakan tanah, maka
direkomendasikan:

 18 rumah rusak berat dan 3 rumah rusak ringan agar direlokasi.


 Sebelum diadakan relokasi, maka disarankan agar:
o Masyarakat tidak beraktivitas pada saat dan setelah hujan di sekitar area
longsoran di lereng atas;
o Masyarakat beserta aparat setempat agar melakukan pemantauan
perkembangan retakan di sekitar lereng atas, lahan perkebunan salak,
dan sekitar pemukiman, jika retakan bertambah lebar segera mengungsi
dan melaporkan ke Pemerintah Daerah;
o Jika ditemukan retakan baru pada tanah agar segera ditutup dengan
tanah liat/lempung/material kedap dan dipadatkan;
o Untuk memperlambat peresapan/penjenuhan air ke tanah agar dilakukan
penataan drainase (air hujan, buangan air limbah rumah tangga, mata air)
di sekitar pemukiman dengan saluran kedap air. Aliran air langsung
dialirkan ke arah lembah/kaki lereng/sungai.
o Penataan drainase di area perkebunan yang longsor, terutama di atas
mahkota longsoran agar dibuat jalur air hujan dengan alat kedap air
sementara, misal terpal untuk mengurangi peresapan/penjenuhan air
pada lereng. Hal ini agar tidak terjadi longsor susulan.
 Retakan yang terdapat di perkebunan salak agar segera segera ditutup dengan
tanah liat/lempung/material kedap dan dipadatkan.
 Untuk ke depannya agar daerah perkebunan salak sebaiknya dialih fungsi lahan
menjadi jenis vegetasi berakar dalam dan kuat untuk menahan lereng pada area
bekas longsor.
 Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengenal tanda-tanda awal
terjadinya gerakan tanah dan masyarakat agar selalu mengikuti arahan dari
aparat pemerintah setempat dan BPBD.
 Masyarakat setempat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari pemerintah
daerah/BPBD setempat dalam penangana gerakan tanah.

LAMPIRAN
Gambar 1. Peta Lokasi Gerakan Tanah di Kp. Munjul, Desa Bojongsari, Kec. Gunung
Tanjung, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat
Gambar 2. Peta Geologi di Desa Bojongsari dan sekitarnya, Kec. Gunung Tanjung,
Kab. Tasikmalaya.

Gambar 3. Peta Prakiraan Wilayah Terjadinya Gerakan Tanah di Desa Bojongsari dan
sekitarnya, Kec. Gunung Tanjung, Kab. Tasikmalaya pada Bulan Januari 2021.
Gambar 4. Peta Situasi Gerakan Tanah di Kp. Munjul, Desa Bojongsari, Kec. Gunung
Tanjung, Kab. Tasikmalaya.

Gambar 5. Penampang Situasi Gerakan Tanah di Kp. Munjul, Desa Bojongsari, Kec.
Gunung Tanjung, Kab. Tasikmalaya.
Foto 1. Kenampakan bangunan warga di Kp. Munjul, Desa Bojongsari, Kec. Gunung
Tanjung yang rusak akibat gerakan tanah.
Foto 2. Bagian mahkota longsoran, agar masyarakat menjauhi dan tidak beraktivitas
pada saat dan setelah hujan di sekitar area longsoran tersebut.
Foto 3. Jalur air hujan yang telah dibuat warga dan aparat setempat yang terletak di
atas mahkota longsoran agar untuk sementara dibuat kedap air, misal dengan terpal
untuk mengurangi penjenuhan air pada lereng. Hal ini agar tidak memicu longsor
susulan.
Foto 4. Retakan yang terdapat di perkebunan salak agar segera segera ditutup dengan
tanah liat/lempung/material kedap dan dipadatkan.

Foto 5. Kegiatan pemeriksaan, koordinasi, dan sosialisasi bencana gerakan tanah


dilakukan petugas Badan Geologi bekerja sama dengan pihak BPBD Tasikmalaya,
masyarakat, aparat desa dan kecamatan setempat di Kec. Gunung Tanjung, Kab.
Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai