Makalah G30spki
Makalah G30spki
G30S/PKI
Di Susun Oleh:
Nama : Rifka Permana Syahri
Kelas : XII IPA 3
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga
penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata pelajaran
sejarah dari Bapak Edwar Wijayanto, S.Pd selaku guru mata pelajaran sejarah kelas XII IPA
3.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik mengenai materi, mutu, penggunaan bahasa maupun cara penyajiannya.
Maka saya mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua dan apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan di hati saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.2. Peristiwa
Setelah persiapan dianggap matang oleh para pemimpin PKI, maka mereka
menentukan pelaksanaannya yaitu 30 September. Gerakan untuk merebut kekuasaan
dari pemerintah RI yang sah ini didahului dengan penculikan dan pembunuhan terhadap
jendral jendral TNI-AD yang dianggap anti PKI. Gerakan 30 September 1965 dipimpin
oleh Letnan Kolonel untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa, yaitu
pasukan pengawal presiden. Gerakan ini dimulai pada dini hari, tanggal 1 Oktober
dengan menculik dan membunuh 6 perwira tinggi dan seorang perwira muda angkatan
darat. Mereka yang diculik dibunuh di Desa Lubang Buaya sebelah selatan Pangkalan
Udara Halim Perdana Kusuma oleh anggota-anggota pemuda rakyat Gerwani dan
Ormas PKI yang lain. Ke-6 jendral yang dibunuh itu adalah Letnan Jendral Ahmad
Yani, Mayor Jendral R. Suprapto, Mayor Jendral M. T. Haryono , Mayor Jendral S.
Parman, Brigadir DI Panjaitan, Brigadir Jendral Soetoyo Siswomiharjo. Sementara itu
gerakan 30 september telah berhasil menguasai 2 sarana telekomunikasi yakni studio
RRI dan kantor PN telekomunikasi.
2.3. Penumpasan
Dalam situasi yang tidak menentu pimpinan angkatan darat diambil alih oleh
Panglima Kostrad Mayor Jendral Soeharto. Ia melakukan konsolidasi pasukan TNI
yang masih setia kepada pemerintahan. Dengan kekuatan ini, Mayor Jendral Soeharto
melakukan serangkaian operasi penumpasan G30S/PKI. Setelah merebut kembali
stasiun telekomunikasi RRI, Mayor Jendral Soeharrto menjelaskan melalui siaran radio
bahwa telah terjadi penghianatan yang dilakukan Gerakan 30 September/PKI. Mereka
telah menculik beberapa perwira TNI AD. Lebih lanjut Mayjen soeharto
menyampaikan bahwa Presiden Soekarno dan Jendral A. H. Nasution dalam keadaan
sehat dan situasi Jakarta telah dikendalikan.
Langkah selanjutnya adalah merebut Bandara Halim Perdana Kusuma yang diduga
sebagai pusat Gerakan 30 September/PKI. Dalam waktu singkat tempat ini dapat
dikuasai pasukan RPKAD
Dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan ABRI dan masyarakat menyimpulkan
bahwa dibalik Gerakan 30 September/PKI ini telibat PKI. Maka dimulailah operasi
pengejaran terhadap anggota PKI ini.
a. Pada tanggal 1 Oktober 1965, beberapa tempat penting seperti RRI dan
Telkom telah dapat diambil alih oleh pasukan RPKAD tanpa pertumpahan
darah.
b. Pada hari yang sama, Mayjen Soeharto mengumumkan beberapa hal penting
berikut melalui RRI.
1) Penumpasan G 30 S/PKI oleh angkatan militer.
2) Dewan Revolusi Indonesia telah demisioner.
3) Menganjurkan kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada.
c. Pada tanggal 2 Oktober 1965 pasukan RPKAD berhasil menguasai kembali
Bandara Halim Perdanakusuma.
d. Pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk anggota polisi yang bernama
Sukitman berhasil ditemukan sumur tua yang digunakan untuk menguburkan
jenazah para perwira AD.
e. Pada tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para Jenderal AD dimakamkan dan
mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Revolusi.
Untuk menumpas G 30 S/PKI di Jawa Tengah, diadakan operasi militer yang
dipimpin oleh Pangdam VII, Brigadir Suryo Sumpeno. Penumpasan di Jawa Tengah
memakan waktu yang lama karena daerah ini merupakan basis PKI yang cukup kuat
dan sulit mengidentifikasi antara lawan dan kawan. Untuk mengikis sisa-sisa G 30
S/PKI di beberapa daerah dilakukan operasi-operasi militer berikut.
a. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan Kolonel
Sarwo Edhie Wibowo.
b. Operasi Trisula di Blitar Selatan dipimpin Kolonel Muh. Yasin dan Kolonel
Wetermin.
Akhirnya dengan berbagai operasi militer, pimpinan PKI D.N Aidit dapat
ditembak mati di Boyolali dan Letkol Untung Sutopo ditangkap di Tegal.
2.4. Dampak pasca peristiwa G30S PKI
Situasi politik semakin memanas bahkan mencekam karena tuntutan kepada
pemerintah untuk membubarkan PKI belum terpenuhi. Keadaan ekonomi memburuk,
rakyat mulai sulit mendapatkan kebutuhan pokok.
13 Januari 1966 harga bahan bakar minyak naik mengakibatkan kenaikan harga
barang dan jasa di segala bidang naik. Kemudian terjadi devaluasi uang (1000) lama
menjadi (1) baru.
Berikut ini dampak sosial politik dari G 30 S/PKI:
a. Secara politik telah lahir peta kekuatan politik baru yaitu tentara AD.
b. Sampai bulan Desember 1965 PKI telah hancur sebagai kekuatan politik di
Indonesia.
c. Kekuasaan dan pamor politik Presiden Soekarno memudar.
d. Secara sosial telah terjadi penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-
orang PKI atau”dianggap PKI”, yang tidak semuanya melalui proses
pengadilan dengan jumlah yang relatif banyak.
2.5. Monumen Peringatan
Sesudah kejadian tersebut, 30 September diperingati sebagai Hari Peringatan
Gerakan 30 September. Hari berikutnya, 1 Oktober, ditetapkan sebagai Hari Kesaktian
Pancasila. Pada masa pemerintahan Soeharto, biasanya sebuah film mengenai kejadian
tersebut juga ditayangkan di seluruh stasiun televisi di Indonesia setiap tahun pada
tanggal 30 September. Selain itu pada masa Soeharto biasanya dilakukan upacara
bendera di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya dan dilanjutkan dengan tabur
bunga di makam para pahlawan revolusi di TMP Kalibata. Namun sejak era Reformasi
bergulir, film itu sudah tidak ditayangkan lagi dan hanya tradisi tabur bunga yang
dilanjutkan.
Pada 29 September - 4 Oktober 2006, diadakan rangkaian acara peringatan untuk
mengenang peristiwa pembunuhan terhadap ratusan ribu hingga jutaan jiwa di berbagai
pelosok Indonesia. Acara yang bertajuk "Pekan Seni Budaya dalam rangka
memperingati 40 tahun tragedi kemanusiaan 1965" ini berlangsung di Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Indonesia, Depok. Selain civitas academica Universitas Indonesia,
acara itu juga dihadiri para korban tragedi kemanusiaan 1965, antara lain Setiadi,
Murad Aidit, Haryo Sasongko, dan Putmainah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam waktu yang singkat G30S/PKI gagal dalam usahanya mengganti dasar negara
pancasila dengan komunis. Hal ini menunjukan bahwa pancasila memang kokoh, itulah
sebabnya tanggal 1 Oktober 1965 merupakan titik tolak kehancuran G30S/PKI dan
kemenangn pancasila dijadikan sebagai hari kesaktian pancasila.
3.2. SARAN
Dengan adanya makalah ini penulis berharap kita semua menghargai jasa para
pahlawan kita yang berjuang untuk memerdekakan indonesia. Dan kita semua selalu
mengingat sejarah G30S/PKI ini sebagai salah satu sejarah perjuangan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA