Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH MANAJEMEN PENDIDIKAN

“MANAJEMEN KURIKULUM”
DOSEN PENGAMPU :

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3


NOVI ROMADHAN 201201860
EKI SURYANI 201201864
LINDA WULANDARI 201201950
VELLYA MARSELINA 201201862

KELAS/LOKAL : PAI 3H

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS UIN SULTHAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

TAHUN AJARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah stw karena dengan izin-Nya kita masih diberi kesempatan dalam
menyelesaikan penyusunan makalah. Serta tak lupa pula kita haturkan salawat dan salam atas
junjungan Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para pengikutnya sampai
akhir zaman, amin.
Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas yang diberikan kepada kami
sebagai tujuan untuk lebih mengetahui isi materi dari makalah tersebut. Kami penyusun telah
berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini dengan poin poin yang mudah
dimengerti dan di pahami oleh pembaca.
Namun mohon maaf apa bila ada kekeliruan atau kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................

PENDAHULUAN.........................................................................................................................

PEMBAHASAN

 KONSEP DASAR MANAJEMEN..........................................................................................

 PENGERTIAN ORGANISASI MANAJEMEN.................................................................

 KETATALEKSANAAN MANAJEMEN.....................................................................................

 PENGEMBANGAN MANAJEMEN.........................................................................

PENUTUP

 KESIMPULAN

 SARAN

 DAFTAR PUSTAKA
A. KONSEP DASAR KURIKULUM

Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses pendidikan.
Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan amburadul dan tidak teratur.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan sekaligus
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada berbagai jenis
dan tingkat pendidikan. Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup suatu
bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan,
semua itu ditentukan dan digambarkan dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah
dinamis dan terus berkembang untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada
masyarakat dunia dan haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan usaha membenahi masalah-masalah pendidikan aspek


kurikulum mendapat sentuhan terlebih dahulu. Hal ini bukan berarti aspek yang lain tidak
mendesak untuk ditinjau ulang. Yang menjadi pertanyaan di sini mengapa kurikulum? Karena
kurikulum dipandang sebagai perangkat pendidikan yang akan membawa arah pendidikan itu
sendiri. Kurikulum bagaikan jarum kompas di tengah gelombang yang menimbulkan
ketidakpastian seorang guru dan peserta didik di tengah samudra pendidikan yang sangat luas.

KONSEP KURIKULUM

1. Hakekat kurikulum

Secara historis, istilah kurikulum pertama kalinya diketahui dalam kamus Webster
(Webster Dictionary) tahun 1856. Pada mulanya istilah kurikulum digunakan dalam dunia
olah raga, yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Kemudian pada
tahun 1955, istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan, dengan arti sejumlah mata
pelajaran di suatu perguruan. Dalam bahasa arab, kurikulum sering disebut dengan istilah al-
manhaj, berarti jalan terang yang dilalui manusia dalam kehidupannya. Istilah tersebut jika
dikaitkan dengan pendidikan, berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik atau guru
dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta
nilai-nilai. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya
meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi
dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan
kurikuler yang tidak formal. Kegiatan kurikuler yang tidak formal ini sering disebut ko-
kurikuler dan ekstra-kurikuler.[6] Berikut ini beberapa pengertian kurikulum menurut para
pakar, yaitu:

a. John franklin Bobbit (1918), menjelaskan kurikulum sebagai mata pelajaran.

b. Caswell dan Campbell (1935), kurikulum merupakan seluruh pengalaman dari anak yang
berada dalam pengawasan guru.

c. Edward A. Krug (1957), kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk mencapai /
melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.

2. Macam Kurikulum

Berikut akan kami sajikan tiga macam bentuk kurikulum sebagai berikut:

a. Ideal Curriculum berarti kurikulum yang ideal artinya kurikulum mengarah dan
mendekati kesempurnaan suatu kurikulum yang nantinya akan diterapkan. Di dalam ideal
curriculum berisi bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan dan direncanakan
serta dirancangkan secara sistematik untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti SKL,
standar isi, silabus, dan RPP.

b. Actual Curriculum berarti kurikulum yang nyata artinya kurikulum dalam


pelaksanaannya bersumber dari kurikulum yang ideal agar tidak jauh dari tujuan yang
diinginkan dari ideal curriculum, contohnya dalam pembelajaran.

c. Hidden Curriculum berarti kurikulum yang tersembunyi tetapi tidak berarti hilang atau
tidak ada melainkan kurikulum yang tidak direncanakan dan tidak termasuk kedalam
kurikulum sekolah. Kurikulum tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak
tertulis, dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan
terlebih dahulu yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral dan peran guru
dalam mentransformasikan standar nilai moral, contohnya ketika ada siswa yang terlambat
secara langsung guru memberikan teguran didepan siswa lain sebagai pembelajaran moral
dalam disiplin.

3. Fungsi kurikulum

Fungsi Kurikulum, berkenaan dengan pemanfaatan dan kegunaan kurikulum untuk


semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Pada dasarnya kurikulum berfungsi
sebagai pedoman atau acuan untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai yang dicita-citakan.
Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan dan program
sekolah. Bagi pengawas sekolah, kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam melaksanakan
supervisi. Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk
memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Sedangkan bagi
siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi
kurikulum, yaitu:

a. Fungsi Penyesuaian, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan


harus mampu mengarahkan siswa agar mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami
perubahan dan bersifat dinamis.

b. Fungsi Integrasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan harus
mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota
dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki kepribadian yang
dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.

c. Fungsi Diferensiasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa, baik dari aspek fisik
maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.

B. Pengertian Organisasi Kurikulum

Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan
disampaikan kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam
pembinaan kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak
dicapai, karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara
menyajikannya kepada murid-murid.

Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka


umum program-pengajaran-pengajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik
(Nurgiantoro, 1988: 111).

Faktor-Faktor pada Organisasi Kurikulum

Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus diperhatikan,
yakni :

1. Ruang lingkup (Scope)

Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari


siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang
hendak dicapai.

2. Urutan bahan (Sequence)

Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan


kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Urutan bahan meliputi dua
hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan
pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.

3. Kontinuitas

Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada


tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang
bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif .

4. Keseimbangan

Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu
mendapat perhatia yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada
siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi
atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.

5. Integrasi atau keterpaduan

Yang berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima


siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa
menyelesaikan program pendidikan disekolah.

Jenis-jenis Organisasi Kurikulum

Menurut S. Nasution (1989: 80) organisasi kurikulum terdapat tiga tipe atau bentuk
kurikulum, yaitu :

Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajarn disajikan dalamsubject
atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi
sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung
pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian
pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang
menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.

Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered,
berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan
kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan
pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara
keseluruhan.

Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan
munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :

a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing
berdiri sendiri

b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiridan diberikan dalam
waktu tertentu
c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan
perkembangan aspek tingkah laku lainnya

d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa

Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa


kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:

a. Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan
dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka

b. Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik


secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada
apa yang tertera dalam buku atau teks

c. Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik.

Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)

Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu


hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap
memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar mata pelajaran
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

· Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang
mata pelajaran geografi dan sebagainya.

· Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan
dalam mata pelajaran agama.

· Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan


batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran
menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan
peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan
pengetahuan bahasa.

Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya

b. Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan


permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan
pengetahuan

c. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para
siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas
d. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang
menghadapi kesulitan

e. Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai
dikembangkan

Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa


keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain:

a. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam
pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu

b. Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara
berbagai mata pelajaran

c. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan
penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran

d. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional

e. Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan


(knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)

Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau
unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk
kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Oleh karena
itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan
kebutuhan kehidupan di luar sekolah.

Ciri-ciri umum dari kurikulum studi adalah sebagai berikut :

a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah
mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama

b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah
pokok bahasan

c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan

d. Sistem penyampaian bersifat terpadu

e. Guru berperan selaku guru bidang studi

f. Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasr
penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu

g. Dikenalkan berbagai jenis bidang studi

Adapun dalam bentuk kurikulum terpadu ini terbagi lagi, meliputi:


A. Kurikulum inti (core curriculum)

Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan integrasi, melayani kebutuhan siswa dan
meningkatkan keaktifan belajar dan hubungan antara kehidupan dan belajar.

Ciri yang membedakan kurikulum inti, yaitu :

a. Kurikulum inti menekankan kepada nilai-nilai sosial, unsur universalitas dalam suatu
kebudayaan memberikan stabilitas dan kesatuan pada masyarakat.

b. Struktur kurikulum inti ditentukan oleh problem sosial.

Karakteristik yang dapat dikaji dalam kurikulum ini adalah :

a. Kurikulum ini direncanakan secara berkelanjutan (continue), selalu berkaitan dan


direncanakan secara terus-menerus

b. Isi kurikulum yang dikembangkan merupakan rangkaian dari pengalaman yang saling
berkaitan

c. Isi kurikulum selalu mengambil atas dasar masalah atau problema yang dihadapi secara
actual

d. Isi kurikulum cenderung mengambil atau mengangkat substansi yang bersifat pribadi
maupun social

e. Isi kurikulum ini difokuskan berlaku untuk semua siswa, sehingga kurikulum ini sebagai
kurikulum umum, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial dan pengalam
pribadi.

Manfaat kurikulum inti adalah :

a. Segala sesuatu yang dipelajari dalam unit bertalian erat

b. Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar

c. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat

d. Kurikulum ini sesuai dengan paham demokrasi

e. Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat.

B. Kurikulum yang berlandaskan pada proses sosial dan fungsi kehidupan (social
functions and persistens situations)

Kurikulum social functions didasarkan atas kegiatan-kegiatan manusia dalam


masyarakat, dalam social functions dapat diangkat berbagai kegiatan-kegiatan manusia yang
dapat dijadikan sebagai topik pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social functions adalah
persistent life situations yang berkarakteristik yaitu situasi yang diangkat senantiasa
dihadapi manusia dalam hidupnya, masal lalu, saat ini dan masa yang akan datang.

Secara umum ada tiga kelompok situasi yang dihadapi manusia, yaitu :
a. Situasi mengenai perkembangan individu. Misalnya kesehatan, intelektual, moral dan
keindahan.

b. Situasi untuk perkembangan partisipasi sosial yaitu: hubungan antar pribadi,


keanggotaan kelompok dan hubungan antar kelompok.

c. Situasi untuk perkembangan kemampuan menghadapi faktor-faktor ekonomi dan


daya-dayalingkugan, yaitu : bersifat alamiah, sumber teknologi danstruktur dan daya-daya
sosial ekonomi

Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan life curruculum, yang bertujuan
memberikan pengalaman belajar yang berarti bagi anak sesuai dengan apa yang
dibutuhkansehari-hari dalam kehidupan.

Ide life curriculum pada dasarnya bersumber dari pandangan Herbert Spencer
(1860) tentang lima kategori bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dijadikan tujuan
pendidikan, yaitu:

a. Self preservation (pemeliharaan diri)

b. Securing necessities of life (menggembarkan kepentingan kehidupan)

c. Rearing and disciplining of a offspringl (memelihara keturunan)

d. Meintenance of proper social and political relations (memelihara hubungan sosial dan
politik

C. Kurikulum yang berpusat pada kegiatan atau pengalaman (experience and


activity curriculum)

Kurikulum ini dikenal juga dengan sebutan activity curriculum. Mengutamakan


kegiatan-kegiatan atau pengalaman-pengalaman siswa dalam rangka membentuk
kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan maupun potensi siswa.

Kurikulum ini berupaya mengatasi kelemahan pada subject curriculum, yakni anak
lebih banyak menerima (passive), juga bahan pelajaran merupakan hasil pengalaman masa
lampau.

Rasional penggunaan bentuk kurikulum ini adalah:

a. Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami. Anak dapat belajar dengan baik bila ia
dihadapkan dengan masalah aktual, sehingga dapat menemukan kebutuhan reel atau
minatnya.

b. Belajar merupakan transaksi aktif.

c. Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat vital, sehingga dapat berupaya
mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya.
d. Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga mencapai
pemecahan atau tujuan.

e. Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkannya motivasi dan


upaya, sehingga anak berpengalaman dengan kegiatan yang bertujuan.

Penggunaan kurikulum ini dengan menggunakan metode proyek. Kill Patrick (1918)
membagi proyek-proyek yang dapat dilaksanakan sebagi berikut :

a. Proyek permainan seperti menari atau drama

b. Proyek eksistensi seperti karya wisata ke tempat-tempat bersejarah, kebun biologi dan
sejenisnya

c. Proyek cerita seperti membaca cerita, mendengarkan cerita

d. Proyek pekerjaan tangan seperti membuat prakarya

Menurut Nasution, dalam perkembangan kurikulum ini selanjutnya pengalaman


langsung dan minat spontan lebih-lebih digunakan sebagai bantuan dalam proses belajar.
Bukan sebagai pokok untuk menyus un unit. Minat anak lebih banyak ditentukan
berdasarkan studi, pengalaman atau penelitian.

D. Prosedur Pengorganisasian Kurikulum

Dalam pemilihan dan reorganisasi isi kurikulum diperlukan suatu prosedur atau tata kerja tertentu,
yang meliputi :

a. Prosedur employee.

Guru memilih dan mengorganisasi isi kurikulum tersebut. Guru sangat berperan penting

b. Prosedur Buku Pelajaran (the textbook procedure).

Pemilihan isi kurikulum didasarkan pada materi yang terkandung dalam sejumlah buku pelajaran
yang telah dipilih oleh panitia khusus.

c. Prosedur survei pendapat (the survey of oppinions procedure).

Pemilihan pengorganisasian atau reorganisasiisi kurikulum dengan mengadakan survei atau


penelitian terhadap pendapat berbagai pihak.

d. Prosedur studi kesalahan (thestudy of errors procedure).

Mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan dan kelemahan dari pengalaman yang baru.

e. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya (the study of other curriculum procedure).

c. ketatalaksanaan kurikulum
Tatatalaksana kurikulum di sekolah merupakan kegiatan yang _sangat penting di
antara kegiatan-kegiatan administratif lainnya. Kurikulum dengan diiringi tatalaksanaan yang
baik, tepat, dan cermat akan mampu_ membuahkan hasil pendidikan yang baik pula.

Menurut Nasbi (2017) Pembinaan kurikulum pada dasarnya adalah usaha


pelaksanaan kurikulum di sekolah, sedangkan pelaksanaan kurikulum itu sendiri
direalisasikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan prinsip-prinsip dan tuntutan
kurikulum yang telah dikembangkan sebelumnya bagi suatu jenjang pendidikan atau
sekolah-sekolah tertentu. Pokok-pokok kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi 9
pokok kegiatan, yaitu :

Kegiatan yang berhubungan dengan tugas kepala sekolah

Kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru

Kegiatan yang berhubungan dengan murid

Kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar

Kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler

Kegiatan pelaksanaan evaluasi

Kegiatan pelaksanaan pengaturan alat

Kegiatan dalam bimbingan dan penyuluhan

Kegiatan yang berkenaan dengan usaha peningkatan mutu professional guru

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum


tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah kepala
sekolah, dan pada tingkatan kelas yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara
tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan
perbedaan dalam tingkat pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah,
namun antara kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa
bergandengan dan bersama-sama bertanggungjawab melaksanakan proses administrasi
kurikulum.

Pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah Pada tingkatan sekolah, kepala sekolah


bertanggung jawab melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah berkewajiban melakukan kegiatan-kegiatan yakni menyusun rencana
tahunan, menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan membuat notula
rapat, membuat statistic dan menyusun laporan.

Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis
kegiatan administrasi, yaitu :
Pembagiantugasmengajar
Pembagiantugaspembinaanekstrakurikuler
Pembagian tugas bimbingan belajar

D. pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum


oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.

Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengerian yang membedakan


antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas
(instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang pemisahan ini,
tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok
yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang
mungkin saja terlaksana tapi mungkin juga tidak, sedangkan apa yang terjadi di sekolah
/kelas adalah sesuatu yang benar – benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi
mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan
titik pandang ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok ahli
kurikulum dan ahli pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun ahli pengajaran mempelajari
fenomena kegiatan kelas, tetapi dengan latar belajang teoretis dan tujuan yang berbeda.
Sementara itu, Unruh dan Unruh (1984: 97) mengatakan bahwa proses pengembangan
kurikulum adalah “a complex process of assessing needs, identifying desired learning
outcomes, preparing for instruction to achieve the outcomes, and meeting the cultural,
social, and personal needs that the curriculum is to serve.”

Kurikulum, sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis,
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benar-benar dikembangkan.
Pengembangan kurikulum dilakukan karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah,
menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu, masyarakat dan
mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan kurikulum
ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi
lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar
yang diharapkan melaksanakan kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

KONSEP DASAR KURIKULUM

PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan salah satu bagian penting terjadinya suatu proses
pendidikan. Karena suatu pendidikan tanpa adanya kurikulum akan kelihatan amburadul
dan tidak teratur. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, dan sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar pada berbagai jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum menjadi dasar dan
cermin falsafah pandangan hidup suatu bangsa, akan diarahkan kemana dan bagaimana
bentuk kehidupan bangsa ini di masa depan, semua itu ditentukan dan digambarkan
dalam suatu kurikulum pendidikan. Kurikulum haruslah dinamis dan terus berkembang
untuk menyesuaikan berbagai perkembangan yang terjadi pada masyarakat dunia dan
haruslah menetapkan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan usaha membenahi masalah-masalah pendidikan aspek


kurikulum mendapat sentuhan terlebih dahulu. Hal ini bukan berarti aspek yang lain tidak
mendesak untuk ditinjau ulang. Yang menjadi pertanyaan di sini mengapa kurikulum?
Karena kurikulum dipandang sebagai perangkat pendidikan yang akan membawa arah
pendidikan itu sendiri. Kurikulum bagaikan jarum kompas di tengah gelombang yang
menimbulkan ketidakpastian seorang guru dan peserta didik di tengah samudra
pendidikan yang sangat luas.

A. KONSEP KURIKULUM

1. Hakekat kurikulum

Secara historis, istilah kurikulum pertama kalinya diketahui dalam kamus Webster
(Webster Dictionary) tahun 1856. Pada mulanya istilah kurikulum digunakan dalam dunia
olah raga, yakni suatu alat yang membawa orang dari start sampai ke finish. Kemudian
pada tahun 1955, istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan, dengan arti sejumlah
mata pelajaran di suatu perguruan.[1] Dalam bahasa arab, kurikulum sering disebut
dengan istilah al-manhaj, berarti jalan terang yang dilalui manusia dalam kehidupannya.
Istilah tersebut jika dikaitkan dengan pendidikan, berarti jalan terang yang dilalui oleh
pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.[2] Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.[3]

Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan


praktik pendidikan. Dalam pandangan lama (tradisional), kurikulum merupakan kumpulan
sejumlah mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa.
Pandangan ini menekankan pengertian kurikulum pada segi isi. Dari pengertian ini dapat
dikatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disajikan guru kepada
siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat. Pengertian kurikulum ini, sama dengan
rencana pelajaran di sekolah, yang disajikan guru kepada murid. Kurikulum semacam ini,
tidak lebih dari daftar singkat mengenai sasaran dan isi pendidikan yang diajarkan di
sekolah atau program silabus atau pokok bahasan yang akan diajarkan.[4] Dalam
pandangan yang muncul kemudian (modern), penekanan terletak pada pengalaman
belajar. Dengan titik tekan tersebut, kurikulum diartikan sebagai segala pengalaman yang
disajikan kepada para siswa dibawah pengawasan atau pengarahan sekolah.[5]

Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa kurikulum bukan
hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-peristiwa
yang terjadi dibawah pengawasan sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga
kegiatan kurikuler yang tidak formal. Kegiatan kurikuler yang tidak formal ini sering
disebut ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.[6] Berikut ini beberapa pengertian kurikulum
menurut para pakar, yaitu:

a. John franklin Bobbit (1918), menjelaskan kurikulum sebagai mata pelajaran.

b. Caswell dan Campbell (1935), kurikulum merupakan seluruh pengalaman dari


anak yang berada dalam pengawasan guru.

c. Edward A. Krug (1957), kurikulum terdiri dari cara yang digunakan untuk
mencapai / melaksanakan tujuan yang diberikan sekolah.

d. Menururt Hilda Taba (1962), kurikulum adalah rencana pembelajaran.[7]

e. Schubert (1986), kurikulum merupakan mata pelajaran, program kegiatan


pembelajaran yang direncanakan, hasil pembelajaran yang diharapkan, agenda
rekonstruksi sosial, dan reproduksi kebudayaan.

f. Layton (1989), kurikulum dipengaruhi oleh sistem sosial politik, ekonomi,


rasional, teknologi, moral, keagamaan, dan keindahan.[8]

Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan, kurikulum adalah semua


pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau guru. Pengertian kurikulum ini memberikan implikasi pada program sekolah
bahwa semua kegiatan yang dilakukan murid dapat memberikan pengalaman belajar.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan di dalam kelas, seperti kegiatan dalam
mengikuti proses belajar mengajar (tatap muka), praktek keterampilan, dan sejenisnya,
atau kegiatan di luar kelas, seperti kegiatan pramuka, wisata karya, kunjungan ke tempat-
tempat wisata/sejarah, peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan
sejenisnya. Bahkan, semua kegiatan yang berhubungan dengan pergaulan antara murid
dengan guru, murid dengan murid, murid dengan petugas sekolah, dan pengalaman hidup
murid sendiri. Tegasnya, pengertian kurikulum ini mengandung cakupan yang luas, karena
meliputi semua kegiatan murid, pengalaman murid, dan semua pengaruh baik fisik
maupun non fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan murid.

2. Macam Kurikulum

Berikut akan kami sajikan tiga macam bentuk kurikulum sebagai berikut:
a. Ideal Curriculum berarti kurikulum yang ideal artinya kurikulum mengarah dan
mendekati kesempurnaan suatu kurikulum yang nantinya akan diterapkan. Di dalam ideal
curriculum berisi bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan dan
direncanakan serta dirancangkan secara sistematik untuk mencapai tujuan pendidikan,
seperti SKL, standar isi, silabus, dan RPP.

b. Actual Curriculum berarti kurikulum yang nyata artinya kurikulum dalam


pelaksanaannya bersumber dari kurikulum yang ideal agar tidak jauh dari tujuan yang
diinginkan dari ideal curriculum, contohnya dalam pembelajaran.

c. Hidden Curriculum berarti kurikulum yang tersembunyi tetapi tidak berarti


hilang atau tidak ada melainkan kurikulum yang tidak direncanakan dan tidak termasuk
kedalam kurikulum sekolah. Kurikulum tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan
yang tidak tertulis, dapat juga diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi tanpa
direncanakan terlebih dahulu yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Hidden curriculum sebagai hal yang berhubungan dengan pendidikan moral
dan peran guru dalam mentransformasikan standar nilai moral, contohnya ketika ada
siswa yang terlambat secara langsung guru memberikan teguran didepan siswa lain
sebagai pembelajaran moral dalam disiplin.[9]

3. Kedudukan kurikulum

Kedudukan kurikulum adalah sebagai sentral (pusat) dalam seluruh proses


pendidikan, serta memiliki kedudukan strategis dalam mengarahkan segala bentuk
aktivitas pendidikan di sekolah/madrasah demi tercapainya tujuan pendidikan. Berkaitan
dengan hal itu, kedudukan kurikulum dalam pendidikan adalah:

a. Kurikulum merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk mengendalikan


jalannya proses pendidikan. Hal ini menunjukkan kurikulum menjadi tempat kembali dari
semua kebijakan-kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah
atau pemerintah. Jika batasan yang seperti ini digunakan, maka dengan sendirinya
kedudukan atau posisi kurikulum di dalam keseluruhan proses pendidikan menempati
posisi yang sangat sentral.

b. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan. Kurikulum juga


merupakan suatu rencana pendidikan memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis,
lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.

c. Kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni para ahli atau
spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-
landasan teoritis bagi pengembang kurikulum berbagai institusi pendidikan.[10]

4. Fungsi kurikulum
Fungsi Kurikulum, berkenaan dengan pemanfaatan dan kegunaan kurikulum untuk
semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Pada dasarnya kurikulum berfungsi
sebagai pedoman atau acuan untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai yang dicita-
citakan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah, kurikulum berfungsi untuk menyusun perencanaan
dan program sekolah. Bagi pengawas sekolah, kurikulum berfungsi sebagai panduan
dalam melaksanakan supervisi.[11] Bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman
dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi
sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan di
sekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam
fungsi kurikulum, yaitu:

a. Fungsi Penyesuaian, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri
senantiasa mengalami perubahan dan bersifat dinamis.

b. Fungsi Integrasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat pendidikan


harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan
anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki
kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya.

c. Fungsi Diferensiasi, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa, baik
dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai dan dilayani dengan baik.

d. Fungsi Persiapan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan berikutnya dan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat hidup dalam
masyarakat.

e. Fungsi Pemilihan, mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat


pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

f. Fungsi Diagnostik, mengandung makna bahwa kurikulum sebagi alat


pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.[12]

5. Peran Kurikulum

Peran kurikulum, berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab kurikulum sebagai
salah satu komponen dalam pendidikan yang memuat tentang arah dan tujuan
pendidikan. Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara
sistematis mengemban peranan sebagai berikut :

a. Peranan Konservatif, salah satu tanggung jawab kurikulum adalah


mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Dengan
demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina
tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan
dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses sosial. Karena pendidikan itu sendiri
pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani antara siswa dengan orang dewasa di
dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks, dan
disinilah peranan kurikulum turut membantu proses tersebut.

b. Peranan Kritis / Evaluatif, kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak


hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur
kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis. Niali–nilai sosial yang
tidak sesuai lagi dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi
dan perbaikan, sehingga kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar
kriteria tertentu.

c. Peran Kreatif, kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif,


dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa
sekarang dan masa yang akan datang dalam masyarakat. Guna membantu setiap individu
mengembangkan semua potensi yang ada padanya, maka kurikulum menciptakan
pelajaran, pengalaman, cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang dapat
bermanfaat bagi masyarakat.

6. Komponen kurikulum

Para pemikir pendidikan mempunyai perbedaan ragam dalam menentukan jumlah


komponen kurikulum. Subandijah membagi komponen kurikulum menjadi lima yaitu:
tujuan, isi, strategi, media, dam proses. Sedangkan menurut Nasution komponen
kurikulum ada empat yaitu : tujuan, bahan pelajaran, proses, dan penilaian. Berikut ini
akan di uraikan secara singkat mengenai komponen-komponen tersebut.

1. Komponen tujuan

Tujuan merupakan hal paling penting dalam proses pendidikan.yaitu hal yang ingin
dicapai secara keseluruhan, yang meliputi :

· Tujuan domain kognitif yaitu tujuan yang mengarah pada pengembangan akal
dan intelektual peserta didik.

· Tujuan domain afektif yaitu tujuan yang mengarah pada penggerakan hati
nurani para peserta didik.
· Tujuan domain psikomotor yaitu tujuan yang menngarah pada pengembangan
ketrampilan jasmani peserta didik.

2. Komponen isi dan struktur progam atau materi

Komponen isi dan struktur progam atau materi merupakan bahan yang
diprogamkan guna mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Uraian bahan
pelajaran inilah yang dijadikan dasar pengambilan bahan dalam setiap belajar mengajar
dikelas oleh pihak guru. Isi atau materi berupa materi-materi bidang studi, seperti
Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan sebagainya. Bidang-bidang tersebut
disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada. Bidang-bidang
tersebut biasanya telah dicantumkan dalam struktur program kurikulum sekolah yang
bersangkutan.[15]

3. Komponen media atau sarana dan prasarana

Media merupakan sarana perantara dalam mengajar. Sarana dan prasarana atau
media merupakan alat bantu untuk memudahkan pendidik dalam mengaplikasikan isi
kurikulum agar lebih mudah dimengerti oleh peserta didik dalam proses belajar mengajar.
Ketepatan memilih alat media merupakn suatu hal yang penting dikarenakan akan
mempengaruhi daya tangkap peserta didik.[16]

4. Komponen strategi belajar mengajar

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memahami suatu Strategi.
Strategi menujuk pada sesuatu pendekatan (approach), metode (method), dan peralatan
mengajar yang diperlukan. Strategi mempunyai arti komprehensif yang mesti dipahami
dan diupayakan untuk pengaplikasiannya oleh seorang pendidik sejak dari
mempersiapkan pengajaran sampai proses evaluasi. Dengan menggunakan strategi yang
tepat dan akurat proses belajar mengajar dapat memuaskan pendidik dan peserta didik
khususnya pada proses transfer ilmu yang dapat ditangkap para peserta didik. Akan tetapi
penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat ditentukan oleh tingkat kompetensi
pendidik.[17]

5. Komponen proses belajar mengajar

Komponen ini sangatlah penting dalam suatu proses pendidikan. Tujuan akhir
proses mengajar adalah terjadinya perubahn tingkah laku peserta didik menjadi manusia
yang lebih baik. Komponen ini erat kaitannya dengaan suasana belajar di dalam ruangan
kelas maupun di luar kelas. Upaya seorang pendidik untuk menumbuhkan motivasi dan
kreatifitas dalam belajar merupakan langkah yang tepat. Komponen proses ini juga
berkaitan dengan kemampuan pendidik dalam menciptakan suasana pengajaran yang
kondusif agar efektivitas tercipta dalam proses pembelajaran. Pada intinya guru harus
mengoptimalkan perannya sebagai educator, motivator, manager, dan fasilitator.[18]

6. Komponen Evaluasi atau Penilaian


Untuk melihat sejauh mana tingkat keberhasilan dalam pelaksanaan kurikulum,
maka diperlukan evaluasi. Dengan evaluasi atau penilaian akan diketahui tingkat
keberhasilan dari semua komponen. Komponen evaluasi ini tidak hanya memperlihatkan
sejauhmana prestasi peserta didik saja, tetapi juga sebagai sumber input bagi sekolah
sebagai upaya perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum. Evaluasi yang signifikan dan
berkelanjutan sangat diperlukan untuk mendukung terwujudnya suatu pengembangan
kurikulum secara efektif dan bermakna. Dengan evaluasi juga dapat diperoleh informasi
yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri,
pembelajaran, kesulitan, dan upaya bimbingan yang perlu dilakukan. Evaluasi kurikulum
membutuhkan pengumpulan, pemrosesan, dan interpretasi mengenai data terhadap
program pendidikan.[19]

B. KURIKULUM SEBAGAI PROGRAM

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan


dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.[20] Pada
hakekatnya kurikulum menjadi suatu program kegiatan terencana dan memiliki rentang
yang cukup luas hingga membentuk suatu pandangan yang menyeluruh. Disatu pihak
kurikulum dipandang sebagai suatu dokumen tertulis, dan dilain pihak kurikulum
dipandang sebagai rencana tidak tertulis.[21]

Kurikulum merupakan sebuah program yang didesain, direncanakan,


dikembangkan, dan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan
di sekolah. Kurikulum sebagai sebuah program / rencana pembelajaran, tidaklah hanya
berisi tentang program kegiatan, tetapi juga berisi tentang tujuan yang harus ditempuh
beserta alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, disamping itu
juga berisi tentang alat atau media yang diharapkan mampu menunjang pencapaian
tujuan tersebut. Kurikulum sebagai suatu rencana pendidikan disusun untuk melancarkan
proses belajar mengajar dibawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan beserta staf pengajarnya.[22] Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan
yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku
yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.[23]

C. KURIKULUM SEBAGAI TUJUAN

Kurikulum sebagai tujuan memiliki arti bahwa kurikulum didesain sebagai usaha /
alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang disusun secara hierarki mulai dari tingkat
nasional hingga instruksional. Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau
usaha dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah tertentu
yang dianggap cukup tepat dan krusial untuk dicapai.
Tujuan selalu berkaitan dengan hasil, tetapi tujuan lebih merupakan kegiatan yang
mengandung proses. Tujuan menampilkan aktivitas yang teratur dan pada akhirnya tujuan
akan berdampak pada hasil.[24] Dalam merumusan tujuan harus meliputi:

1. Proses mental

2. Produk, bahan yang berkaitan dengan itu.

3. Tujuan yang kompleks harus dispesifikkan sehingga lebih jelas bentuk


kelakuan yang di harapkan.

4. Tujuan harus di nyatakan dalam bentuk kelakuan yang di harapkan dari


kegiatan belajar itu.

5. Tujuan yang sering bersifat ”development” yaitu tidak dapat di capai sekaligus
akan tetapi harus di kembangkan secara berkala.

6. Tujuan hedaknya realistis atau dapat di capai siswa pada tingkat dan usia
tertntu.

7. Tujuan harus meliputi segala aspek perkembangan anak yang menjadi


tanggung jawab sekolah / madrasah yang biasanya meliputi aspek kognitif, afektif, serta
keterampilan psikomotorik.

Di Indonesia dapat diketahui ada empat tujuan pendidikan yang secara hierarkis
dapat dijadikan pedoman dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum sebagai
berikut;

1. Tujuan Nasional / Tujuan Pendidikan Nasional (TPN), adalah tujuan umum


yang sarat dengan muatan filosofis, yang di rumuskan oleh pemerintah dalam bentuk
undang-undang.

2. Tujuan Institusional (TI), adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap lembaga
pendidikan.

3. Tujuan Kurikuler (TK), adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran.

4. Tujuan Pembelajaran atau Instruksional (TP), adalah kemampuan atau


keterampilan yang di harapkan dapat di miliki oleh siswa setelah mereka melakukan
proses merupakan syarat mutlak bagi guru.

Keempat tujuan pendidikan diatas bersumber dari tujuan berbangsa dan


bernegara yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 sebagai berikut:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

2. Untuk memajukan kesejahteraan umum,

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,


4. Melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.

D. KURIKULUM SEBAGAI REKONSTRUKSI SOSIAL

Masyarakat senantiasa berubah dan akan terus berubah. Masyarakat sekarang


jauh berbeda dengan masyarakat pada masa lalu, dan akan berbeda dengan masyarakat
yang akan datang. Perubahan itu sedikit banyak akan mempengaruhi cara hidup dan cara
berpikir manusia. Masyarakat memiliki ciri dinamis, kedinamisannya menuntut terus
berkembangnya peradaban. Dengan demikian kurikulum harus elastis dan fleksibel
mengikuti detik demi detik perkembangan yang terus diusahakan oleh manusia.
Kurikulum yang fleksibel penting untuk menjaga kelangsungan manusia.

Membicarakan kurikulum sama halnya membincangkan konsensus (kesepakatan)


sosial, produk kesepakatan berbentuk tulisan atau lisan yang akan dijalankan bersama
guna mencapai tujuan. Konsensus lahir karena sebuah keinginan bersama untuk
melakukan sesuatu hal. Konsensus berisikan nilai-nilai yang berasal dari seluruh kelompok
masyarakat yang sangat mendalam dan substansial yang kemudian menjadi konstruksi
berfikir, bersikap, dan bertindak untuk dilaksanakan oleh siapa pun yang telah
menyepakati.

Kurikulum sebagai rekonstruksi sosial, merupakan model kurikulum yang lebih


memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat.
Pendidikan bukan upaya sendiri melainkan kegiatan bersama, kerjasama, dan interaksi.
Melalui interaksi dan kerjasama, siswa berusaha memecahkan problem-problem yang
dihadapi masyarakat. Percepatan kurikulum rekonstruksi sosial dapat terjadi ketika para
orangtua dan masyarakat terlibat dalam mengajar dan berperan dalam pelayanan sosial.
Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai
permasalahan manusia dan kemanusiaan.

Ciri-ciri kurikulum yang berorientasi pada rekonstruksi sosial meliputi :

1. Asumsi tujuan utama kurikulum rekontruksi sosial adalah menghadapkan para


siswa pada tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan yang dihadapi manusia.

2. Masalah-masalah sosial yang mendesak bahwa kegiatan belajar dipusatkan


pada masalah-masalah sosial yang mendesak

3. Pola-pola organisasi pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi


kurikulum disusun seperti sebuah roda, ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu
masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.

KESIMPULAN
Pada hakekatnya kurikulum bisa dipandang sebagai undang-undang pembelajaran
karena didalam rancangan kurikulum termuat berbagai peraturan / pedoman berbagai
aspek / komponen yang berkaitan dengan proses pendidikan. Komponen – komponen itu
meliputi tujuan, isi dan materi, media / sarana prasarana, strategi belajar mengajar,
proses pembelajaran, dan evaluasi. Kurikulum memiliki kedudukan sentral dan strategis
dalam seluruh proses pendidikan, untuk mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan
di sekolah/madrasah demi tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum juga berfungsi
sebagai pedoman atau acuan kerja bagi guru, siswa, kepala sekolah, pengawas, orang tua
dan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan sesuai yang dicita-citakan

Kurikulum merupakan sebuah program yang didesain, direncanakan,


dikembangkan, dan dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan
di sekolah yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas dasar norma-norma yang berlaku dan
dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum sebagai tujuan berarti kurikulum
diarahkan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan yang dirumuskan secara
nasional, institusional, kurikuler dan pembelajaran / intruksional. Kurikulum sebagai
rekonstruksi social karena perkembangan dan perubahan kurikulum senantiasa bersifat
fleksibel dan dinamis menyesuaikan kebutuhan, keadaan dan perubahan masyarakat serta
perkembangan zaman / peradaban manusia.

KESIMPULAN

Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, dan
sekaligus digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada
berbagai jenis dan tingkat pendidikan. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Organisasi kurikulum, yaitu pola atau bentuk bahan pelajaran disusun dan disampaikan
kepada murid-murid, merupakan suatu dasar yang penting sekali dalam pembinaan
kurikulumdan bertalian erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai,
karena bentuk kurikulum turut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara
menyajikannya kepada murid-murid.

SARAN

Sesuai dengan perkembangan dan ilmu pengetahuan sebaiknya kurikulum


disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Kurikulum perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Perubahan kurikulum harus mengacu pada sumber hukum yaitu pancasila dan Undang-
undang dasar 1945.
DAFTAR PUSTAKA

Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 1999.

Arifin, Zainal, Konsep dan Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya, 2014.

Arifin, Zainal, Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan Islam,


Jogjakarta: Diva press, 2012.

Daradjat, Zakiah, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.

Hamalik, Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2013.

Hanun Asrohah, Anas Amin Alamansyah, Buku Ajar Pengembangan Kurikulum,


Surabaya: Kopertais IV Press, 2010.

Hikmatul Mustaghfroh, Hidden Curriculum dalam Pembelajarn PAI, Edukasia:


Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Vol. 9, No. 1, Februari 2014

Idi, Abdullah, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media, 2013.

Imas Kurinasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan,
Surabaya: Kata Pena, 2014.

Mudlofir, Ali, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan


Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Rajawali Press, 2012.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, di Sekolah,
Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.

Nur Ahid, Konsep Dan Teori Kurikulum Dalam Dunia Pendidikan, Islamica, Vol. 1,
No. 1, September 2006.

Nasution, Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan


Krikulum Tingkat satuan Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada, 2009.

Sariono, Kurikulum 2013: Kurikulum Generasi Emas, E-Jurnal Dinas Pendidikan


Kota Surabaya; Volume 3.

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada, 1996.

Sukmadinata, Nana Syaodih, Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1994.

Tim pengembangan MKDP, Kurikulum dan pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers,


2011 .

UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th. 2003, Jogyakarta: Absolut.

Yamin, Moh, Panduan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Jogjakarta: Diva


Press, 2012.

Anda mungkin juga menyukai