Anda di halaman 1dari 20

METODE PENELITIAN SOSIAL

DOSEN PENGAMPU : DR. SUJONO, S.E., M.SI

DISUSUN OLEH :

ARMAN

G2D120044

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Mempelajari metode penelitian dapat digunakan untuk menyelidiki masalah-masalah sosial


dan memberi solusi atas masalah tersebut. Solusi atas suatu masalah sosial yang diperoleh dengan
menggunakan metode penelitian ilmiah dapat dipertanggungjawabkan karena proses penyelidikan
dilakukan melalui satu rangkaian tahapan berdasarkan metode ilmiah.. Oleh karena itu, makalah ini
akan membahas 6 topik pembahasan mengenai Metode Penelitian Ilmiah yang terdiri dari Bab 1 :
Pengenalan Dasar Penelitian Sosial, Bab 2 :Masalah Penelitian, Bab 3: Paradigma Penelitian,
Bab 4 : Teori Dalam Penelitian, Bab 5 : Hubungan Antar Variabel, dan Bab 6 : Hipotesis.
Makalah ini disusun sebagai tugas yang menjadi kesepakatan dalam kontrak perkuliahan.
Dengan demikian penulis berharap agar makalah ini dapat menambah pengetahuan baik bagi
penyusun maupun bagi para pembaca. Saya atas nama penyusun makalah mengucapkan banyak terima
kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Bapak Dr. Sujono, S.E., M.Si yang telah membimbing
dan membina kami dalam proses perkuliahan di kampus.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kami sebagai penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk kesempurnaan makalah ini di masa
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Penyusun
ARMAN
G2D120044
BAB I

PENGENALAN DASAR PENELITIAN SOSIAL

Setiap peneliti, apakah praktisi atau akademisi harus memahami metode penelitian dan proses
penelitian agar penelitian yang dilakukan berlangsung sesuai dengan kaidah-kaidah metode ilmiah.
Hasil penelitian yang menggunakan kaidah-kaidah metode ilmiah merupakan "fakta empiris" dan
"kebenaran ilmiah" yang dapat dipertanggung jawabkan.

Tujuan pembelajaran dalam bab ini:

 Mengetahui konsep-konsep penting dalam metode penelitian sosial, seperti metode dan
metodologi penelitian,
 Mengetahui proses penelitian sosial yang menggunakan metode ilmiah.

1.1 Definisi Penelitian Sosial

Dalam buku ini, penelitian sosial didefinisikan sebagai satu penyelidikan yang sistematis dan
metodis atas suatu masalah untuk menemukan solusi atas malsalah tersebut dan menambah khazanah
pengetahuan. Oleh karena itu, penyelidikan Anda harus saksama dan setepat-tepatnya pada semua
tahap proses penelitian sebagai prosedur terstandar yang paralel dengan tahaptahap dalam metode
ilmiah. Prosedur terstandar juga berarti sistematis, dapat dikomunikasikan, dan diulangi. Dengan
dernikian, penyelidik lain kemudian dapat mengulangi prosedur tersebut untuk memeriksa data atau
informasi baru dalam kaitannya dengan kesahihan dan reliabilitasnya, Jika penelitian Anda dilakukan
dalam satu cara yang efisien dan mernbuat penggunaan terbaik peluang dan sumber-sumber tersedia,
penelitian itu harus diorganisasikan. Jika penelitian adalah untuk menyediakan satu rute yang padu dan
logis untuk satu hasil akhir yang andal, penelitian harus dilakukan secara sistematis dengan
menggunakan metode yang sesuai untuk mengumpulkan dan menganalisis data.

1.2 Mengapa Mempelajari Metode Penelitian?

Setiap orang yang mempelajari dan terlibat dalam kegiatan sosial dan praktik-praktik
organisasional di semua bidang fungsional memerlukan pelatihan dalam metode penelitian. Para
mahasiswa dapat menyusun skripsi, tesis, disertasi, atau tugas akhir dengan baik dan benar hanya jika
mereka memiliki keterampilan dalam metode penelitian. Para pengambil keputusan sangat
menggantungkan diri pada informasi sebagai bagian kerjanya yang rutin memerlukan sejumlah
informasi yang lebih banyak, akurat, dan andal yang akan digunakan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Sementara itu, informasi yang lebih banyak, lebih akurat dan Iebih andal didapat dengan
menggunakan metode pcnelitian. Neuman berpendapat, "The findings from research yield befter
informed, less biased decisions than the guessing, hunches, intuition, and personal experience that
were previously used”
1.3 Aplikasi Metode llmiah dalam penelitian Sosial

Metode atau pendekatan ilmiah sebagai prosedur yang sistcmatis dan terstandar serta
menggunakan pembuktian-pembuktian objektif merupakan suatu proses yang sangat teratur yang
mengikuti empat tahap-tahap urutan, yakni: serving a phenomenon, formulating tentative explanation,
further observing and experimenting, refining and retesting explanations. Langkah pcrlama
menggunakan metode ilmiah adalah observing a phenomenon: mengamati gejala atau perilaku yang
menjadi perhatian untuk pengenalan masalah. Setelah mengidentifikasi suatu fenomena atau masalah
yang menjadi perhatian untuk dipelajari. Langkah kedua adalah formulating tentative explanation:
mengembangkan satu atau lebih penjelasan tentatif yang tarnpak konsisten dengan observasi Anda.
penjelasan atau pernyataan tentatif tersebut sering meliputi satu pernyataan tentang hubungan antara
dua atau lebih variabel. Pernyataan tentatif ini disebut hipotesis-hipotesis yang kita kembangkan dapat
diuji dengan penelitian empiris.

1.4 Metode Penelitian Ilmiah

Penelitian ilmiah adalah penyelidikan yang sistematis,terkontrol,empiris,dan kritis tentang


fenomena-fenomena alami dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis tentang hubungan yang
diduga terdapat antara fenomena-fenomena itu. Penelitiani lrniah menggunakan metodei lrniah
sehingga disebut juga metode penelitian ilmiah (scientific research method).

1.5 Metode

Metode merupakan keseluruhan Langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atas
suatu masalah. Dengan langkah-langkah tersobut, siapa pun yang melaksanakan penelitian dengan
rnengulang atau mcnggunakan metode penelitian yang sama untuk objek dan subjek yang sama akan
mcmperoleh hasil yang sama pula.

1.6 Metodologi

Hakikat metodologi penelitian terletak pada bagaimana kita mengetahui. Jika ditanyakan apakah
gaji dan iklim kerja mempengaruhi prestasi kerja pegawai, tentu Anda menjawab ya. Namun, ketika
ditanya kepada Anda bagaimana Anda mengetahui bahwa gaji dan iklim kerja mempengaruhi prestasi
kerja, masalahnya menjadi lain. Sebelum seorang peneliti dapat memberikan penjelasan umum dan
sahih terhadap perilaku, dia harus mengumpulkan informasi tentang perilaku yang menjadi perhatian.
Ini merupakan masalah metodologi. Cara mengetahui, mengumpulkan informasi dan memberi solusi
atas perilaku inilah menjadi ontology atau pokok pembicaraan dalam metodologi penelitian.

1.7 Proses Penelitian llmiah dalam Penelitian Sosial

Proses penelitian adalah tahapan-tahapan yang dilakukan secara sistematis dan berurutan untuk
mengerjakan suatu penelitian. ltu adalah satu rangkaian tahapan yang dirancang dan diikuti, dengan
sasaran penemuan jawaban untuk isu-isu yang menjadi perhatian dalam lingkungan sosial dan kerja.
Proses penelitian ilmiah mengikuti tahap-tahap yang tersusun secara sistematis dan berurutan yang
menggambarkan suatu siklus sebagaimana berlaku dalam metode ilmiah. Tahap-tahap dalam
penelitian kuantitatif untuk suatu proyek penelitian termasuk skripsi, tesis, disertasi adalah sebagai
berikut: pemilihan dan perumusan masalah, pengembangan kerangka teoritis, menentukan desain
penelitian, pengukuran, tentukan subjek, pengumpulan data, analisis data, melakukan intrepetasi dan
melaporkan hasil penelitian.

1.8 Tipe Penelitian

Menentukan tipe atau jenis penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, mengambarkan, dan
menjelaskan suatu fenomena atau masalah bukanlah pekerjaan yang mudah. Sebab, di samping tidak
ada satu tipe penelitian tunggal yang digunakan untuk meneliti suatu gejala tertentu, pengklasifikasian
tipe penelitian (Newman menamakannya sebagai dimensions of researchs) juga menunjukkan ragam
cara. Adanya berbagai ragam klasifikasi tipe penelitian menunjukkan belum ada kesamaan klasifikasi
dari para ahli metodologi penelitian (research methodologists).

1.8.1 Penelitian Berdasarkan Manfaat

Beberapa ahli fokus pada penggunaan penelitian untuk meningkatkan pengetahuan umum,
sementara yang lain menggunakannya untuk pemecahan atau solusi masalah-masalah spesifik. Tipe
pertama disebut penelitian dasar (basic research), juga dinamakan penelitian akademik (academic
research), penelitian murni (pure research), atau penelitian fundamental (fundamental rescarch).

1.8.2 Penelitian Berdasarkan Tujuan

Tujuan penelitian tidak berbeda dengan tujuan dari semua kegiatan ilrniah, yaitu menjelajah,
menggambarkan, dan menjelaskan. Penelitian eksplorasi untuk mengidentifikasi sifat-sifat suatu gejala
atau peristiwa; deskripsi untuk menerangkan kondisi dasar berbagai peristiwa-peristiwa; menyusun
teori untuk menjelaskan kaidah hubungan antar-peristiwa, baik untuk menjelaskan asosiasi, membuat
prediksi-estimasi-proyeksi tentang gejala yang akan muncul, maupun melakukan tindakan guna
mengendalikan peristiwa.

1.8.3 Penelitian Berdasarkan Subjek

Berdasarkan banyaknya subjek yang dipclajari, perrelitian dikelompokkan atas: penelitian


populasi dan penelitian sarnpel. Jika penelitian populasi mempelajari seluruh anggota kelompok
sasaran, penelitian sampel atau sample study mcmpelajari hanya sebagian dari dan yang mcwakili
anggota kelompok sasaran atau populasi.
1.8.4 Penelitian Berdasarkan Metode

Gay dan Diehl mengklasifikasi penelitian berdasarkan metode penelitian dan dibedakan atas:
penelitian se.jarah (historical research), penelitian deskriptif (descriptivce research), penelitian
korelasional (correlational research), dan penelitian kausal-kornparatif dan eksperimen (causal-
comparative and experintental research).

1.8.5 Penelitian Berdasarkan Dimensi Waktu

Waktu adalah satu deminsi penting dalam perencanaan penelitian seperti halnya penelitian
survei. Suatu kesadaran tentang dimensi waktu menrbantu Anda melakukan penelitian sebab
pertanyaan penelitian atau isu yang berbeda memasukkan waktu dalarn cara-cara yang berbeda.
Beberapa studi dalarn penelitian kuantitatif, misalnya, dilakukan dalarn satu waktu yang pasti ( single
point in time atau one point in time) yang disebut cross-sectional research, sedangkan studi lainnya
melihat peristiwa atau hubungan sosial melalui suatu periode waktu ganda (multiple time points) yang
disebut longitudinal research. Baik dalam penelitian cross-sectional dan longitudinal seorang peneliti
menjelaskan cici-ciri dalam banyak orang atau unit-unit, baik pada satu periode ataupun beberapa
perioda waktu.

1.8.6 Penelitian Berdasarkan Pengumpulan Data

Tiap peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan satu atau lebih teknik. Neuman
mengelompokkan teknik pengumpulan data dalam dua kategori: kuantitatif, pengumpulan data dalam
bentuk angka; dan kuralitatif, pengumpulan data dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar.
Beberapa teknik lebih efcktif bila dikaitkan dengan jenis khusus dari pertanyaan-pertanyaan atau topik

1.8.7 Penelitian Berdasarkan Analisis Data

Tiap penelitian menggunakan metode analisis tertentu. Metode analisis yang dimaksud ialah
analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. lstilah kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian sering
digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan penggunaan angka. Apabila meneliti masalah yang
bersifat kuantitas, misalnya pendapatan, pertambahan penduduk, upah, dan skor kepuasan kerja
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Sedangkan, penelitian kualitatii cenderung untuk
meneliti masalah-masalah yang tidak menyangkut jumlah (kuantitas). Penelitian ini berhubungan
dengan tipe data. Data dalam penelitian terdrri dari: data kualitatif dan data kuantitatif. Jika data
kualitatif merupakan data yang tidak mengandung angka-angka melainkan berupa kata-kata, gambar,
data kuantitatif ialah data yang mengandung angka-angka.
BAB II

MASALAH PENELITIAN

Penelitian berawal dari masalah, kemudian penelitian dilakukan untuk menemukan jawaban atas
masalah dan penelitian berakhir dengan membrerikan solusi atas masalah tersebut. Jika demikian
maka memilih dan merumuskan masalah merupakan tahap pertama dalam satu seri penelitian ilmiah.
Biasanya, memilih dan merumuskan masalah merupakan satu seksi atau bagian dari pendahuluan, baik
dalam proposal penelitian maupun dalam laporan penelitian lengkap.

Tujuan pembelajaran dalam bab ini:

 Mengetahui bagaimana rnemilih topik dan masalah dan dari mana sumbernya.
 Mengetahui bagaimana perumusan masalah dalam penelitian sosial.

2.1 Definisi Masalah Penelitian

Awal dari suatu penelitian adalah masalah. lstilah masalah mengimplikasikan adanya suatu
teka-teki yang harus dipecahkan. Masalah merupakan suatu kesulitan yang dirasakan, suatu perasaan
tidak menyenangkan atas suatu situasi atau gejala tertentu. jika ada keraguan, kesangsian,
kebingungan, atau kemenduaan tentang suatu fenomena, itu dapat dianggap sebagai masalah
penelitian. Setiap situasi yang di dalamnya terdapat ketaksesuaian (discrepancy) antara aktual dan
ideal diharapkan atau antara apa yang ada dan seharusnya ada.

2.2 Topik Penelitian

Memilih satu topik penelitian (research topic), kadang-kadang disebut sebagai fokus untuk
studi (focus for the study), ide-ide penelitian (research ideas), isu penelitian (research in issues)’,
masalah penelitian (research problem), merupakan langkah awal yang Anda lakukan ketika
mempersiapkan satu rencana penelitian, tidak terkecuali ketika Anda memulai satu proyek penelitian,
skripsi, tesis, dan disertasi.

2.3 Tipe Masalah dan Perumusan Masalah

Memahami tipe atau jenis masalah yang akan diselidiki penting untuk memudahkan perumusan
masalah karena tipe masalah menemukan perumusan masalah. Secara garis besar, tipe masalah
penelitian dapat dibedakan atas: masalah deskriptif (descriptive Problem), masalah korelasional
(correlational problems) atau masalah kovariasional (covariational problems), dan masalah kausal
(causal problems), baik masalah deskriptif, masalah korelasional, maupun masalah kausal dapat
bersifat komparatif atau perbedaan. Jadi, secara garis besar, tipe rumusan masalah penelitian dapat
dibedakan atas rumusan masalah deskriptif atau pertanyaan deskriptif (descriptive questions), baik
yang berhubungan dengan status, karakteristik, maupun frekuensi; rumusan masalah korelasional atau
pertanyaan korelasional (correlations questions), baik asosiasi maupun kausal; dan rumusan masalah
komparatif.

2.4 Masalah dan Perumusan Masalah Deskriptif

Masalah deskriptif merupakan masalah yang dikaji atau diselidiki dalam penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data agar dapat menguji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir, baik karakteristik ataupun frekuensi dari subjek yang dipelajari.
Masalah deskriptif adalah masalah yang berhubungan dengan atau yang mempertanyakan status satu
gejala atau variabel.

2.5 Masalah dan Perumusan Masalah Korelasional

Masalah-masalah korelasional merupakan masalah yang diselidiki dalam penelitian


korelasional. Penelitiarr korelasional berusaha menentukan apakah, dan derajat apa satu hubungan, ada
antara dua atau lebih variabel yang dapat diukur. Tujuan darl satu studi korelasional dapat menentukan
satu hubungan. Sebagai contoh, satu studi mengindikasikan bahwa ada satu hubungan antara
kepemimpinan konsiderasi dan tingkat lebih tinggi kepuasan pegawai, bukan menyatakan bahwa
konsiderasi tinggi kepada orang "menyebabkan" kepuasan lebih tinggi atau bahwa kepuasan lebih
tinggi "menyebabkan" konsiderasi tinggi. seperti halnya satu hubungan hanya menyatakan bahwa
manajer dengan konsiderasi tinggi memiliki pegawai dengan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dan
bahwa manajer dengan konsiderasi rendah memiliki pegawai dengan tingkat kepuasan lebih rendah

2.6 Masalah dan Perumusan Masalah Kausal

Masalah kausal adalah masalah tentang hubungan pengaruh atau hubungan sebab-akibat antara
satu atau lebih variabel dan satu atau lebih variabel lain atau sebaliknya. Masalah sebab-akibat selain
menunjukkan ada hubungan antara dua atau lebih variabel, hubungan tersebut menunjukkan ada
variabel sebab dan ada variabel akibat.

2.7 Masalah dan Perumusan Masalah Komparatif

Masalah komparatif berhubungan dengan perbedaan atau perbandingan antara gejala atau
populasi. Masalah deskriptif, korelasional, dan kausal dapat dirumuskan dalam bentuk komparatif
atau perbedaan dan menjadi masalah yang diselidiki dalam penelitian komparatif.

2.8 Masalah dan Perumusan Masalah Multivariat

Dilihat dari jumlah variabel dalam hubungan antara variabel, rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian seperti dikemukakan di atas memperlihatkan hubungan bivariat. Dalam penelitian sosial dan
perilaku, masalah-masalah multivariat telah menjadi hal lazim. Multivariat berarti variabel independen
atau dependen atau keduanya lebih dari satu variabel.
BAB III

PARADIGMA PENELITIAN: DARI POSITIVISME KE PENELITIAN KUANTITATIF

Penelitian adalah satu penyelidikan sistematis atas suatu masalah untuk menemukan jawaban
atas masalah tersebut. Bagaimana penelitian atau penyelidikan dilakukan ditentukan oleh paradigma
penelitian. Paradigma penelitian membawa pemahaman kita kepada metodologi penelitian yang
meliputi teori-teori dan metode-metode. Paradigma yang secara luas dibicarakan dalam literatur
penelitian, khususnya dalam studi tentang perilaku manusia, memiliki implikasi besar terhadap metode
yang dengannya penelitian dilakukan-berhubungan dengan cara mempelajari gejala sosial atau
masyarakat dan perilakunya secara ilmiah,

Tujuan pembelajaran dalam bab ini:

 Mengetahui paradigma penelitian.


 Mengetahui berbagai variasi tipe penelitian yang dapat digunakan dalam penyelidikan satu
masalah hingga diperoleh solusi atas masalah tersebut.

3.1 Paradigma Positivisme

Ada dua paradigma yang berkembang dalam tradisi sosiologi, yakni paradigma positivisme dan
paradigma fenomenologis. Paradigma positivisme dinyatakan sebagai paradigma tradisional,
eksperimental, atau paradigma empirisistis yang dikembangkan para ahli sosiologi seperti Cornte,
Durkheim, dan Mill. Sebaliknya, paradigma fenomenologis atau naluralistik dinyatakan sebagai
pendekatan konstruktivistis, interpretatif, atau pasca-positivisme atau perspektif pasca-modern dan
dianggap sebagai paradigma countermovernentterhadap tradisi positivis daIam akhir abad ke-19 yang
dikembangkan ahli sosiologi seperti Webcr dan Kant.

3.2 Dari Positivisme Ke Paradigma Kuantitatif

Pendekatan positivisme adalah satu pendekatan dalam penelitian yang sangat tua dan sangat
luas digunakan dan menjadi suatu paradigma dalam penelitian kontemporer. Seperti Burns katakan:
The term positivism has been applied to this conventional approach to research which incorporates
methods and principles of natural science for the study of human behavior. Sehubungan dengan hal
tersebut, peneliti-peneliti positivis lebih suka rnenggunakan logika deduktif dengan presisi data
kuantitatif hasil observasi empiris dan lebih sering menggunakan eksperimen, survei, dan statistik.

Positivis menanamkan prosedur untuk pengembangan hukum-hukum ilrniah sebagai metode


"hypothetico-deductive", tetapi hukum-hukum ilmiah harus diuji secara empiris sehingga dalam
perkembangannya menjadi "deducto-hipothetico-verificative". Ide dasar dari metode deducto-
hipothetico-verificative adalah bahwa ilmuwan/peneliti mular dengan satu peristiwa atau masalah yang
memerlukan penjelasan. Penjelasan (ramalan atau prediksi) fenomena-fenomena dilakukan dengan
menggunakan teori. Kemudian darinya diderivasi hipotesis atau hipotesis-hipotesis. Melalui penelitian
empiris, hipotesis atau hipotesis-hipotesis itu diuji kebenarannya.

3.3 Perbedaan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif

Penelitian kuantitatif dinyatakan sebagai paradigma positivistis, sedangkan penelitian kualitatif


dinyatakan sebagai paradigma fenomenologis atau naturalistis. Penelitian kuantitatif dapat
dikonstruksi sebagai strategi penelitian yang menekankan kuantifikasi dalam pengumpulan dan
analisis data dengan pendekatan deduktif (lihat bagan) untuk hubungan antara teori dan penelitian
dengan menempatkan pengujian teori (testing of theory). Oleh karena itu, penelitian kantitatif
merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang
terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka, dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk
menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar.

Sebaliknya, penelitian kualitatif dapat dikontruksi sebagai satu strategi penelitian yang biasanya
menekankan kata-kata daripada kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis datam menekankan
induktif untuk hubungan teori dan penelitian, yang tekanannya pada penempatan penciptaan teori.
Oleh karena itu, penelitian kualitatif mendefinisikan sebagai suatu proses penyelidikan untuk
memahami masalah sosial berdasarkan suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial
berdasarkan pada penciptaan gambaran holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan
pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar alamiah.

3.4 Memilih Paradigma Kuantitatif atau Kualitatif

Positivisme versus fenomenologis dalam studi tentang perilaku manusia, masing-masing dari
kedua perspektif ini memiliki implikasi besar untuk menentukan dengan cara apa penelitian dilakukan-
berhubungan dengan cara mempelajari gejala sosial atau masyarakat dan perilakunya secara ilmiah.
Sebab, walaupun metode ilmiah pada dasarnya sama untuk semua ilmu-kesatuan yang terdapat dalam
semua ilmu adalah karena metodenya bukan karena materinya-tidak demikian halnya dengan teknik
yaitu cara-cara khusus untuk penerapan metode ilmiah pada masalah-masalah khusus. Oleh sebab itu,
setiap ilmu perlu membentuk teknik tersendiri sesuai dengan objek telaahnya.

3.5 Memilih Metode Penelitian Berdasarkan Paradigma

Menurut Creswell, ada hubungan antara paradigma dan metode penelitian, khususnya metode
pengumpulan data dan metode analisis data. Menurut Hussey dan Hussey, pilihan atas paradigma
berimplikasi penting bukan saja terhadap pilihan Anda tentang metodologi penelitian melainkan juga
terhadap metode Anda untuk mengumpulkan data, pilihan Anda tentang masalah penelitian, dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian. Metode kuantitatif terdiri alas experimental research dan survey
research.
BAB IV

KERANGKA TEORITIS: TEORI DALAM PENELITIAN

Kerangka teoritis merupakan satu komponen penting dalam penelitian kuantitatif. Setelah tahap
perumusan masalah, tahap berikutnya adalah peneliti memberi penjelasan atas masalah penelitian yang
dirumuskan. Penjelasan teoritis atas masalah empiris disebut kerangka teoritis. Penjelasan dilakukan
dengan menggunakan teori. Teori berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang mengapa dan
bagaimana suatu masalah empiris. Teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah harus relevan
dengan konteks dan isi konteks.

Tujuan pembelajaran dalam bab ini:

1. Mengetahui hakikat dan kedudukan teori dan kerangka teoritis dalam penelitian.
2. Mengetahui kaitan antara kerangka teoritis dan telaah pustaka.
3. Mengetahui unsur-unsur satu teori dan prosedur penulisan kerangka teoritis.

4.1 Esensi Teori dan Kerangka Teoritis

Sesudah satu masalah telah secara hati-hati dipilih, digambar, dan dinyatakan secara jelas,
peneliti siap untuk melakukan telaah literatur yang berhubungan dengan rumusan masalah penelitian.
ltu dilakukan untuk memberikan penjelasan atas masalah yang akan diselidiki. Penjelasan dilakukan
dengan menggunakan teori, sedangkan proses pemberian penielasan atas prediksi tentang fenomena
sosial dengan menghubungkan subjek perhatian untuk beberapa fenomena lain disebut berteori
(theorizing).

4.2 Kebutuhan Teori dan Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis juga penting untuk perumusan hipotesis dan analisis. Hipotesis sebagai
jawaban atau dugaan sementara dari masalah yang dirumuskan umumnya diturunkan dari teori yang
dibangun dalam kerangka pemikiran teoritis, sedangkan analisis dan interpretasi data harus mengacu
kepada kerangka teoritis dalam menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan sebelumnya. Kerangka
teoritis bahkan memberikan suatu dasar untuk menjelaskan saling hubungan antara konsep-konsep
atau variabel-variabel, baik arah, bentuk, sifat, maupun kekuatan, sekiranya didukung oleh penelitian
bersangkutan. Akhirnya fungsi kerangka teoritis adalah memberikan premis-premis dari mana peneliti
dapat mendedukasikan objektif-objektif dari penelitian itu. Tanpa dasar deduktif yang diberikan oleh
kerangka konseptual adalah sulit bagi peneliti untuk dapat merumuskan objektif-objektif
penelitiannya.

4.3 Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual


Kerangka konseptual mengidentifikasikan, memberikan batasan, dan menguraikan konsep-
konsep yang dicerminkan dalam masalah kebijakan, pemecahan-pemecahan yang diusulkan, serta
kekuatan-kekuatan sosial yang beragam yang memengaruhinya. Kerangka konseptual itu dapat
dipikirkan sebagai suatu diagram mental, atau peta yang menyalinghubungkan konsep-konsep ini,
menunjukkan di mana, kapan, dan bagaimana konsep-konsep itu saling sesuai. oleh karena itu,
pernyataan tertulis dari kerangka konseptual itu adalah deskripsi dan penjelasan dari ahli analisis
tentang peta konseptual ini.

4.4 Kerangka Teoritis dan Telaah Pustaka

Telaah pustaka atau literatur (juga disebut survei literatur) adalah proses melokasi, rnemperoleh,
membaca, dan mengevaluasi literatur penelitian dalanr bidang yang Anda minati. Alasan utama untuk
perlu melakukan telaah literatur ialah untuk menghindarkan duplikasi, membantu merancang tahap
penelitian, dan membantu untuk memperbarui empiris yang baru atau kontroversi teoritis dalam satu
bidang penelitian tertentu. Perancangan satu studi meliputi keputusan seperti apa variabel yang
dicakup dan bagaimana mengukur, apa alat yang digunakan, apa prosedur yang digunakan, dan
sebagainya.

4.5 Relevansi Telaah Pustaka dan Teori dalam Penelitian

Rencana penelitian mana pun yang diikuti dalam suatu penelitian, sangat pasti bahwa telaah
literatur meliputi identifikasi sistematis, lokasi, dan analisis dokumen-dokumen meliputi indeks
periodik atau jurnal, abstrak, telaah, buku, materi statistik, dan laporan penelitian lain-yang memuat
informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Survei atau telaah literatur mengatakan what
has be done dan what need to be done. Tujuan utama telaah literatur adalah menentukan apakah
peneliti siap berhubungan dengan masalah yang dipilih. Pengetahuan ini tidak hanya menghindarkan
duplikasi tak sengaja tetapi juga menyediakan pemahaman dan wawasan yang berguna untuk
pengembangan suatu kerangka logis yang di dalamnya masalah Anda rumuskan.

4.6 Penempatan Telaah Pustaka dan Teori dalam Penelitian

Teori dan telaah pustaka digunakan di seluruh proses penelitian. Namun, karena penelitian
kuantitatif merupakan penelitian pengujian teori, ada kekhasan untuk menulis teori dan mernbangun
kerangka teoritis dalam satu seksi terpisah sebagai penjelasan atau jawaban teoritis atas masalah atau
pertanyaan penelitian. Darinya kemudian diturunkan hipotesis yang akan diuji secara empiris. Peneliti
menguji satu teori melalui penggunaan hipotesis yang diturunkan dari teori. Hipotesis ini, kemudian,
memuat variabel-variabel yang diukur melalui penggunaan item-item dalam suatu instrument.

4.7 Pengelompokan Teori


Teori merupakan unsur dan sekaligus memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah, baik
penelitian deskriptif maupun penelitian penjelasan, karena ia digunakan antara lain untuk menjelaskan
gejala atau masalah sosial. Deskripsi, eksplanasi dan prediksi diberikan oleh teori. Teori membantu
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, baik tentang pertanyaan apa, mengapa, maupun
pertanyaan bagaimana. Di sisi lain, mengambarkan dan menjelaskan gejala sosial atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian dengan menggunakan teori disebut teorisasi. Teori yang digunakan
untuk menjelaskan masalah sosial tertentu dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yakni grand theories,
middle-range theories, dan substantive theories.

4.8 Peranan Teori dalam penelitian

Teori harus dipahami oleh tiap peneliti karena teori memiliki peranan dalarn ilrnu atau
penelitian ilmiah yang berguna bagi peneliti.ss Peranan tersebut meliputi penyediaan suatu
pemahaman tentang fenomena, rnenyediakan satu dasar untuk prediksi, dan menuntun arah penelitian.
Teori memberikan pemahaman tentang fenomena untuk mana penyelidikan diadakan. Pada tingkat
yang lebih tinggi, teori-teori menyajikan satu cara tertentu untuk memahami fenomena yang
dengannya mereka diperlakukan. Teori juga memberikan satu cara untuk men.jelaskan atau
memprediksi perilaku atau kejadian-ke.jadian atau fenomena tertentu. Dengan teori, kita dapat
menjelaskan dan mempredikasi suatu fenomena atau masalah tertentu, dan kita pun dapat
menggunakan teori untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih fenomena atau masalah yang
menjadi pusat perhatian kita. Dalam konteks ini, teori harus dapat diuji

4.9 Teori dan Model

Model visual sering digunakan oleh ilmuwan sosial untuk mewakili secara sistematis aspek-
aspek tertentu dari dunia nyata. Demikian juga teori dapat ditampilkan oleh ilmuwan sosial sebagai
satu model visual, yaitu representasi dari realitas yang diformulasi secara schematic dan symbolic.
Model merupakan abrstraksi dari realitas yang memberikan tujuan pengaturan dan penyederhanaan
pandangan kita tentang realitas. Model berguna untuk menerjemahkan variabel ke dalam satu gambar
visual sehingga menjadi iampak hubungan antara variabel yang dijelaskan. Model juga digunakan
untuk mendapat pengertian tentang fenomena yang tidak dapat diobservasr secara langsung, seperti
halnya sistem ekonomi lndonesia.

4.10 Bagian-bagian dari Teori

Ada sejumlah bagian (elemen, unsur, komponen) dasar yang harus dipenuhi untuk dapat disebut
sebagai teori, yakni konsep, definisi, variabel dan proposisi. Bagian dari elemen dasar tersebut
kadang-kadang disebut elemen dasar dari metode ilmiah yang terdiri dari: konsep-konsep, yaitu
komponen-komponen suatu pernyataan mengenai hakikat realitas; proposisi-proposisi, yaitu
pernyataan-pernyataan yang dengannya konsep-konsep dikaitkan ke dalam hubungan-hubungan yang
melukiskan realitas; dan teori-teori, yaitu kumpulan proposisi yang menjelaskan hubungan-hubungan
tersebut. Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai
peristiwa, objek, Variabel merupakan ide sentral dalam penelitian kuantitatif.

BAB V

KERANGKA TEORITIS: HUBUNGAN ANTARA VARIABEL

Seorang peneliti perlu memahami berbagai macam tipe variabel dan posisinya dalam hubungan
antara variabel sebab tiap variabel mempunyai posisi dalam tiap hubungan antara variabel. la bisa
sebagai variabel independen, variabel dependen, variabel kontingensi, variabel antara, atau variabel
kontrol. Kemudian, hakikat dan macam hubungan antara variabel pun penting dipahami oleh peneliti
sebab satu ciri penting dari proposisi atau hipotesis adalah pola dari hubungan yang ada dalam
proposisi atau hipotesis tersebut.

Tujuan pembelajaran dalam bab ini:

 Mengetahui hakikat hubungan, macam tipe dan posisi variabel dan sifat, pola atau bentuk, arah,
banyaknya variabel yang berhubungan
 Mengetahui kekuatan hubungan dalam hubungan antara variabel.

4.1 Esensi Hubungan Antara Variabel

Satu hubungan dalam penelitian selalu berarti satu hubungan antaradua atau lebih gejala-gejala.
Oleh karena gejala direpresentasi oleh variabel, hubungan dalam penelitian berarti satu hubungan
antara dua atau lebih variabel. Kata hubungan kadang-kadang dipertukarkan antara asosiasi
(association) dan korclasi (correlarion). Korelasi memiliki pengertian teknis khusus, sedangkan
asosiasi adalah satu ide yang lebih umum. Satu koefisien korelasi adalah satu ukuran statistik yang
mengindikasikan jumlah asosiasi, tetapi ada banyak cara untuk mengukur asosiasi. Satu hubungan
adalah tiap aspek atau kualitas yang dapat menghubungkan atau mengaitkan dua atau lebih kegiatan
atau gejala atau konsep atau variabel. Hubungan itu ada bilamana perubahan variasi dalam satu konsep
atau variabel cenderung secara sistematik disertai oleh perubahan variasi dalam konsep atau variabel
lain

4.2 Tipe-Tipe Variabel Dalam Hubungan Antara Variabel

Variabel merupakan fenomena yang dapat diukur atau diamati karena memiliki nilai atau
ketegori. Dalam suatu hubungan antara variabel, ditemukan berbagai jenis variabel. Memahami jenis-
jenis variabel dalam hubungan antara variabel merupakan keharusan bagi peneliti dalam penelitian
kuantitatif. Variabel dapat dibedakan berdasarkan dua ciri, yaitu.posisi dan urutan waktu dan
pengukurannya. Berdasarkan waktu atau posisi atau lokasi variabel dalam hubungan antara variabel,
umumnya variabel diklasifikasi kedalam empat tipe dasar. Empat tipe dasar variabel tersebut ialah
variabel independen (independent variable), variabel dependen (dependent variable), variabel antara
(intervening variable), variabel kontingensi (contingency variable).

4.2.1 Variabel Independen

Variabel yang diamati dalam hubungan antar-variabel menunjukkan adanya urutan temporal.
Urutan temporal berarti bahwa suatu variabel mendahului variabel lain berdasarkan waktu. Variabel
yang mendalrului disebut variabel independen, sedangkan variabel kemudian disebut variabel
dependen. oleh karena itu, pengurutan berdasarkan waktu ini juga dapat dikatakan bahwa satu variabel
memengaruhi variabel lain. Hal ini terjadi dalam hubungan kausal. Hubungan kausal biasanya mulai
dengan suatu akibat (effect), baru kemudian ia mencari sebab-sebabnya (causes).

4.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Oleh karena
itu, variabel dependen atau terikat bergantung pada variabel independen atau bebas. la merupakan
hasil dari pengaruh variabel bebas. Variabel dependen adalah variabel yang merespons perubahan
dalam variabel independen.

4.2.3 Variabel Antara

Sering kali dua variabel tampak saling berhubungan tetapi hubungan tersebut sebenarnya terjadi
melalui atau diantarai oleh variabel lain yang disebut variabel antara (intervening variable, mediating
variable). Oleh karena itu, variabel intervening menggambarkan satu tipe khusus dari variabel
independen yang dipilih untuk dipelajari untuk menentukan jika variabel tersebut memengaruhi
hubungan antara variabel independen utama dan variabel dependen.

4.2.4 Variabel Kontigensi

\/ariabel kontingensi merupakan variabel yang menentukan kuat atau lemahnya hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat atau variabel yang memiliki efek kontingen (contingent effect.
Perubahan dalam variabel bebas secara langsung mengakibatkan perubahan dalam variabel terikat,
tetapi kuat atau lemahnya akibat perubahan tersebut bergantung pada kondisi tertentu. Kondisi tertentu
inilah yang disebut variabel kontingensi.

4.2.5 Variabel Kontrol

Dalam pernyataan dan pengujian satu hipotesis, kita mungkin ingin tahu tentang efek variabel
lain dalam satu hubungan yang dihipotesiskan. Variabel yang dimaksud ialah variabel kontrol yaitu
variabel yang memengaruhi variabel independen atau variabel dependen sehingga dapat mengubah
hubungan antara kedua variabel tersebut. Variabel kontrol dipercaya berhubungan dengan variabel
independent dan dependen. Dalam analisis hubungan antar-variabel, peneliti menggunakan variabel
kontrol untuk memastikan ada atau tidak ada, maupun kuat atau lemahnya, hubungan antara variabel
yang sedang dianalisis. Oleh sebab itu, variabel kontrol dapat dianggap sebagai variabel penguji dalam
analisis hubungan antara variabel independen dan dependen.

4.3 Sifat Hubungan

Hubungan (relationship) yang Anda identifikasi dalam satu penelitian hubungan antar-variabel
jatuh pada dua kategori besar: hubungan korelasional (correlational relationship) atau sering disebut
kovariasional (covariational) dan hubungan kausal (causal relationship).

4.3.1 Hubungan Korelasional

Hubungan korelasional atau kovariasional menunjuk pada hubungan yang dipolakan antara satu
variabel independen dan variabel dependen. Kovariasi secara singkat berarti bahwa dua atau lebih
fenomena berubah bersama atau ketika perubahan dalam satu variabel cenderung disertai oleh
perubahan khas dalam variabel lain, dua variabel dinamakan covary.

4.3.2 Hubungan Kausal

Kausalitas menunjukkan implikasi bahwa perubahan dalam variabel independen menyebabkan


terjadinya perubahan dalam variabeldependen sehingga tanpa perubahan dalam variabel independen
tidak akan terjadi perubahan dalam variabel dependen. Perubahan dalam variabel independen
diasumsikan sebagai penyebab perubahan dalam variabel dependen dan perubahannya dapat ke arah
positif atau negatif.

4.4 Arah Hubungan

Dua variabel adalah berhubungan jika perubahan dalarn nilai dari satu variabel secara sistematis
mernbawa perubahan dalam nilai-nilai variabel lain. lni mengindikasikan ada perubahan arah
hubungan (direction of relations). Ketika kita mengatakan arah hubungan kita artikan bahwa
hubungan antara variabel mengarah ke dua arah: mungkin positif atau negatif.

4.4.1 Hubungan Positif

Satu hubungan positif (positive relations) atau hubungan satu arah berarti bahwa bila nilai-nilai
dari satu variabel meningkat, nilai-nilai dari yang lain juga meningkat; atau sebaliknya jika nilai-nilai
dari satu variabel menurun, nilai-nilai dari variabel lain juga menurun.

4.4.2 Hubungan Negatif


Satu hubungan negatif (negative relations) atau hubungan terbalik (inverse relations)
mengindikasikan bahwa nilai-nilai dari satu variabel meningkat, nilai-nilai dari variabel lain menurun.
Nilai tinggi dari satu variabel dihubungkan dengan nilai rendah dari variabel lainnya.

4.3.1 Bentuk Hubungan

Berdasarkan bentuk, hubungan antar-variabel dibedakan atas hubungan linier (linear relations)
dan hubungan kurvilinier (curvilinear relations).

BAB VI

HIPOTESIS

Tujuan penelitian ialah menemukan jawaban atau memberi solusi atas suatu masalah. Secara
metodologis, ada dua tahap untuk menjawab suatu masalah penelitian. Pertama,jawaban teoritis yaitu
jawaban yang diberikan berdasarkan teori. Dari teori kemudian dirurnuskan atau diturunkan suatu
hipotesis melalui proses deduksi untuk diuji secara empiris. Agar hipotesis dapat diuji, dalam suatu
hipotesis antara lain dinyatakan informasi tentang tipe hubungan (positif, negatif, atau tidak diketahui)
dan besarnya (seperti: tinggi atau rendah). Kedua, jawaban empiris yaitu jawaban atas suatu masalah
berdasarkan data empiris. Melalui pengumpulan data, diperoleh sejumlah data mengenai fenomena
yang diteliti. Data tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasi dan hasilnya menjadi informasi
untuk menggambarkan atau menjelaskan masalah yang diteliti. Penjelasan empiris ini dilakukan
melalui pengujian hipotesis yang merupakan satu ciri penting dalam penelitian kuantitatif.

Tujuan pembelajaran dalam bab ini:

 Mengetahui hipotesis, sumber hipotesis, tipe hipotesis,


 Mengetahui bagaimana merumuskan hipotesis yang baik dalam penelitian kuantitatif.

6.1 Definisi Hipotesis

Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji. Oleh karena itu, hipotesis
selalu mengambil bentuk atau dinyatakan dalam kalimat pernyataan (declarative) dan dalam
pernyataan ini secara umum dihubungkan satu atau lebih variabel dengan satu atau lebih variabel lain.
Satu hipotesis adalah satu pernyataan atau jawaban tentatif tentang hubungan antara dua atau lebih
variabel. la merupakan jawaban atau dugaan atau penjelasan sementara tentang perilaku, atau gejala
atau keadaan sebagaimana dikemukakan dalam rumusan masalah. la merupakan satu pernyataan
tentatif tentang hubungan antara dua variabel (independen dan dependen) dan hubungan tersebut dapat
diuji secara empiris.

6.2 Pentingnya Hipotesis


Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian ilmiah, khususnya penelitian kuantitatif.
Ada tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini. Pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai
piranti kerja teori. Hipotesis dapat dirunut dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan
yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat agresi dapat dijelaskan melalui teoritentang agresi.
Kedua, bahwa hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar atau
difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena
membuat ilmuwan dapat "keluar" dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk
menunjukkan trenar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang
menyusun dan mengujinya

6.3 Hubungan antara Teori dan Hipotesis

Hipotesis adalah satu jenis proposisi, yang dirumuskan sebagai jawaban tentative atas suatu
masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai satu jenis proposisi, umumnya hipotesis
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan
hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis diformulasi, diturunkan,
atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah. Hipotesis
bersumber dari pengalaman dan hasil observasi ini bagaimanapun sangat lemah dan merupakan
hipotesis sementara dan biasanya digunakan dalam penelitian yang bertujuan mendapatkan hipotesis-
hipotesis yang lebih tegas.

6.4 Merumuskan Hipotesis

Sullivan dan Rassel mengatakan: " clearly written hypothesis helps researchers decide what
data to collect and how to analyze them" (Sullivan dan Rassel, 1989: 1 0). Hal itu karena dalam
hipotesis yang ditulis dengan jelas akan dapat diidentifikasi variabel, baik variabel indenden maupun
variabel dependen, nilai atau kategori respons, dan juga diketahui bagaimana satu perubahan dalam
satu variabel berkaitan dengan atau disebabkan oleh satu perubahan dalam variabel lain. Untuk
merumuskan hipotesis yang jelas dan juga benar, peneliti harus memahami karakteristik hipotesis dan
tipe-tipe hipotesis.

6.4.1 Karakteristik Hipotesis

Untuk memformulasi hipotesis yang benar atau baik, sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-
ciri pokok, yakni:

a) Hipotesis diderivasi dari suatu teori yang disusun untuk menjelaskan masalah dan dinyatakan
dalam proposisi-proposisi.
b) Hipotesis harus dinyatakan secara jelas, dalam terminologi yang benar dan secara operasional.
c) Hipotesis menyatakan variasi nilai sehingga dapat diukur secara empiris dan memberikan
gambaran tentang fenomena yang diteliti.
d) Hipotesis harus value-free.
e) Hipotesis harus dapat diuji.
f) Hipotesis harus spesifik.
g) Hipotesis harus menyatakan perbedaan atau hubungan antar-variabel.

6.4.2 Tipe-tipe Hipotesis

Tipe hipotesis berdasarkan tujuan dapat dibedakan atas: hipotesis deskriptif (descriptive
hypotheses) untuk menggambarkan variabel independen atau dependen, hipotesis korelasional
(corelational hypotheses)tentang dua atau lebih variabel independen dan dependen yang meliputi
hipotesis asosiatif (associative hypotheses), hipotesis kausal (causal hypotheses), dan hipotesis
perbedaan (different hypotheses) atau hipotesis perbandingan (comparative hypotheses) antara dua
atau lebih kelompok dalam istilah variabel indepeden.

6.5 Struktur Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis, baik hipotesis perbedaan ataupun hipotesis korelasional, meiputi lima
komponen: hipotesis nol, hipotesis alternatif, hipotesis statistik, statistic dan wilayah penolakan.

6.5.1 Hipotesis Alternatif

Hipotesis operasional atau hipotesis kerja (working hypotheses) sering dijadikan sebagai acuan
yang darinya diturunkan lripotesis alterrratif (alternative hypothesis), ditulis H, atau H,. Hipotesis ini
kadang-kadang dibedakan dengan hipotesis penelitian. Tentang perbedaan antara hipotesis alternatif
dan hipotesis penelitian

6.5.2 Hipotesis Null

Hipotesis ini menyatakan hubungan atau perbedaan antara dua variabel rata-rata dari dua
kelompok dalam populasi adalah " equal" atau zero atau no direction. Hipotesis nol dinyatakan dalam
bentuk sebagai berikut: "Tidak ada hubungan (perbedaan) signifikan - tak ada perbedaan antara X dan
y".

6.5.3 Hipotesis Statistik

Dasar perumusan hipotesis statistik adalah hipotesis alternatif dan hipotesis nol yang diubah dan
dinyatakan secara simbolik atau numerik. Umumnya yang pertama dirumuskan adalah H 0 dan baru
kemudian Ha Dalam hipotesis statistik, hipotesis nol selalu menetapkan satu nilai tunggal untuk
parameter populasi.

6.5.4 Statistik Uji


Hipotesis operasional dan hipotesis nol yang dirumuskan dalam hipotesis statistic harus diuji.
Tujuan dari uji adalah untuk menentukan apakah hal itu tepat untuk menolak (reject) atau tidak
menolak (not reject) atau menerima (accept) hipotesis. Teknik uji hipotesis secara kuantitatif
dilakukan dengan statistik deskriptif atau statistik inferensial. Uji hipotesis bergantung pada
pengukuran variabel dan tipe hubungan variabel.

6.5.5 Wilayah Penolakan

Untuk ini, kita menggunakan hasil uji korelasi (koefisien korelasi) dihubungkan dengan tingkat
signifikansi untuk menentukan wilayah penolakan atau penerimaan. Wilayah penolakan adalah satu
jarak nilai. Jika statistik uji jatuh pada jarak tersebut, kita memutuskan untuk menolak hipotesis nol.

DAFTAR PUSTAKA

Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial

Anda mungkin juga menyukai