Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TAUHID SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU DALAM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Sains

Dosen Pengampu : Suhairi, M. Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

1. Achmad Fajarisman Muharrom (23381071003)

2. Zahrotul Fitriyah (23381072078)

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan kemampuan, serta keberkahan baik itu berupa waktu, tenaga,
maupun pikiran sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga kita mendapatkan
syafaatnya di yaumul akhir nanti. Aamiin ya rabbal alaamiin.

Penulisan makalah yang berjudul “Tauhid Sebagai Dasar Pengembangan


Ilmu Dalam Islam” bertujuan untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Islam dan
Sains. Selain itu, kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
Bapak Suhairi, M. Pd selaku Dosen Pengampu pada Mata Kuliah Islam dan Sains.
Karena, tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan tentang Tauhid Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Dalam Islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan maupun penulisan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini serta bisa lebih baik lagi
dalam pembuatan makalah di waktu yang akan datang. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan yang berguna dan
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Pamekasan, 30 September 2023

( Kelompok 3 )

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................. 2

A. Pengertian Ilmu Tauhid ................................................................. 2

B. Definisi Tauhid .............................................................................. 3

C. Hubungan Ilmu Tauhid dan Pengetahuan ...................................... 4

D. Paradigma Ilmu-Ilmu Islami .......................................................... 4

E. Konsep Tauhid dalam Membangun Ilmu Pengetahuan.................. 5

BAB III PENUTUP ...................................................................... 7

A. Kesimpulan .................................................................................... 7

B. Saran ............................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang akan membawa manusia menuju akhir yang baik
dari perjalanan seorang manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan sebagai sarana
untuk menjelajahi, menggali kekayaan yang tersembunyi di bumi ini. Para
pemikir Islam, telah mengambil sikap untuk memadukan antara Islam dan
ilmu pengetahuan, yang diantara tujuannya adalah mengislamkan ilmu
pengetahuan modern dengan cara menyusun dan membangun ulang sains
sastra, dan sains alam dengan memberikan dasar tujuan-tujuan yang konsisten
dengan Islam. Secara istilah Tauhid dimaknai dengan keesaan Allah dalam
kita beribadah, yakni kita menyembah Allah SWT yang maha tunggal tanpa
menyekutukannya. Dengan tidak menyamakan atau meyakini adanya Tuhan
atau kekuasaan lain, baik berupa nabi, malaikat, pemimpin atau penguasa
suatu negri yang menyerupai kemahakuasaan tuhan. Dengan tauhid kita
menisbatkan secara khusus segala bentuk ibadah, hanya kepada Allah SWT.1

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ilmu Tauhid?

2. Bagaimana Hubungan Tauhid dan Pengetahuan?

3. Bagaimana Konsep Tauhid dalam Membangun Ilmu Pengetahuan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Ilmu Tauhid

2. Untuk mengetahui Hubungan Tauhid dan Pengetahuan

3. Untuk mengetahui Konsep Tauhid dalam Membangun Ilmu Pengetahuan

BAB II

1
Lois Lamya, Atlas Budaya Islam; Menjelajah Peradaban Khazanah, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 109.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Tauhid

Kata tauhid berasal dari bahasa arab, bentuk masdar dari kata wahnada
yuwahhidu yang secara etimologi berarti keesaan, yakni percaya bahwa Allah
SWT itu satu. Tidak lain adalah Lauhidullah (mengesakan Allah Swt). Jadi
pernyataan atau pengakuan. Bahwa tiada Tuhan selain Allah. Tauhid
merupakan landasan islam yang paling penting. Seseorang yang benar
tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat.
Tauhid yang tidak benar akan menjatuhkan seseorang ke dalam kesyirikan.
Kesyirikan merupakan dosa yang akan membawa kecelakaan di dunia serta
kekekalan di dalam azab neraka.

Ilmu tauhid merupakan ilmu pengetahuan yang paling tinggi derajat nya
dalam agam Islam. Karena ilmu tauhid merupakan induk (pokok) bagi semua
ilmu pengetahuan dalam agama Islam. Bahwa para ulama menyebut kan
bahwa agama Islam adalah agama tauhid. Ilmu ini menerangkan serta
membahas masalah keesaan Dzat Allah Swt hukum yang mempelajari ilmu
tauhid adalah Fardhu ‘ain. Ilmu tauhid di sebut juga ilmu Usuluddin, ilmu
kalam, ilmu akidah, ilmu ma’rifat, adapula yang menyebut nya ilmu sifat 20
karena di dalamnya dibicara kan 20 sifat yang wajib bagi Allah Swt.2

Adapun ruang lingkup ilmu tauhid sebagai berikut :

a. Hal-hal yang berkaitan dengan Allah swt di antaranya masalah takdir.


b. Hal-hal yang berkaitan dengan utusan Allah, sebagai penghubung antara
manusia dengan Allah, ialah malaikat. Nabi/rasul dan kitab-kitab suci.
c. Hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan yang akan datang termasuk
masalah surga dan neraka.3
B. Definisi Tauhid

2
Abdullah Zakey Al Kaaf, Mutiara Ilmu Tauhid, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 12.

3
Syamsul Rijak Hamid, Buku Pintas Agama Islam, (Bogor: Cahaya Salam, 2005), hlm. 44.

2
Tidak diragukan lagi bahwa intisari Islam adalah tauhid, yakni sebuah
komitmen yang menegaskan bahwa Allah SWT itu Esa, pencipta yang mutlak,
Tuhan semesta alam. Menurut Ismail Raji al-Faruqi, tauhid ini adalah pengikat
bagian-bagian Islam, yang menjadikan semua bagian-bagian Islam sebagai
suatu badan yang integral dan organis yang kita sebut sebagai peradaban.4

Secara sederhana, tauhid adalah keyakinan dan kesaksian bahwa “tiada


Tuhan selain Allah” sebagaimana yang terdapat pada kalimat Syahadat .
Bacaan yang sangat ringkas ini, memberikan makna sangat kaya dan agung
dalam keseluruhan Islam. Kadang-kadang seluruh kebudayaan, seluruh
peradaban, atau seluruh sejarah terpadatkan dalam satu kalimat. Inilah kasus
dalam kalimat atau syahadat (kesaksian) Islam. Semua keanekaragaman,
kekayaan dan sejarah, kebudayaan dan pengetahuan, kearifan dan peradaban
Islam terpadatkan dalam kalimat pendek ”Lâ ilâha illallah”. Konsep yang di
gagas oleh al-Faruqi bukan hanya sekedar dinyatakan oleh lidan dan ikrar atas
keesaan Allah SWT serta Nabi Muhammad SAW, akan tetapi berkaitan
dengan segenap aspek kehidupan.5

Sementara ilmu, oleh Imam al-Mahalli didefinisikan sebagai “pengetahuan


tentang sesuatu sebagaimana hakikatnya”. Beliau mencontohkan ilmu ini
seperti pengetahuan seseorang yang mendefinisikan manusia sebagai
“hayawân an-nâthiq” (hewan berakal). Dari pengertian tersebut, bisa dipahami
bahwa yang disebut sebagai ilmu dalam Islam ialah pengetahuan tentang
sesuatu menurut hakikatnya, atau dalam istilah mantiq, ialah pengetahuan
yang berasal dari “natijah” tepat dari “muqaddimah kubra” (premis mayor)
dan “muqaddimah shughra” (premis minor) yang sama-sama tepat pula.6

C. Hubungan Ilmu Tauhid dan Pengetahuan

4
Lois Lamya, Atlas Budaya Islam; Menjelajah Peradaban Khazanah, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 109.

5
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, (Yoyakarta: Pustaka Jaya, 2018), hlm 280.

6
Nur Al-Ibrahimy, Ilmu Al-Manthiq, hlm. 7.

3
Ditinjau dari unsur-unsur budaya, agama adalah semacam universalitas
budaya, yaitu agama ada di setiap bidang budaya di mana masyarakat dan
budaya itu berada. Salah satu prinsip teori fungsional adalah bahwa segala
sesuatu yang tidak berfungsi akan hilang dengan sendirinya. Dengan kata lain,
setiap budaya memiliki fungsinya masing-masing. Akibatnya, apa pun yang
tidak berfungsi hilang atau hilang. Karena sejak dulu hingga sekarang agama
dengan tangguh menyatakan eksistensinya, berarti ia mempunyai dan
memerankan sejumlah peran dan fungsi di masyarakat.7

Perintah paling mendasar yang terkandung dalam ajaran Islam adalah


bersatu dengan Tuhan dan mencegah syirik. Tauhid dan syirik adalah dua
aspek yang tidak dapat dipisahkan, meskipun sangat berbeda satu sama lain.
Tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan menggunakan alam
sebagaimana yang telah ditaklukkan oleh manusia, perintah untuk bersatu
dengan Tuhan disertai dengan pasangan yang menghalangi hubungan dengan
Tuhan, jika manusia dalam persekutuan dengan Tuhan, itu berarti bahwa
mereka dikendalikan oleh alam, padahal manusia adalah yang harus
menguasai bumi karena bumi telah ditundukkan oleh Allah.8

D. Paradigma Ilmu-Ilmu Islami

Sekarang ini kita dihadapkan pada ilmu agama dan ilmu non-agama. Ilmu
adalah hasil pelaksanaan perintah Tuhan untuk memperhatikan dan
memahami alam raya ciptaan-Nya, antara iman dan ilmu tidak terpisahkan,
meskipun dapat dibedakan. Dikatakan tidak terpisahkan, karena iman tidak
saja mendorong bahkan menghasilkan ilmu, tetapi juga membimbing ilmu
dalam bentuk pertimbangan moral dan etis dalam penggunaannya.Untuk
kepentingan analisis, tanda-tanda Tuhan dapat kita bedakan menjadi tiga, yaitu
jagad raya, manusia, dan wahyu.

Manusia yang hendak menyingkap rahasia Allah melalui tanda-Nya


berupa jagad raya, menggunakan perangkat berupa ilmu-ilmu fisik. Ketika

7
Atang Abd.Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 14-15.

8
Atang Abd.Hakim, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 16.

4
manusia berusaha menyingkap rahasia Allah melalui tanda-Nya berupa
wahyu, muncul ilmu-ilmu keagamaan. Manusia yang hendak menyingkap
rahasia Allah melalui tanda-Nya berupa manusia, akan memunculkan berbagai
ilmu. Dari segi fisik, pendalaman terhadap struktur tubuh manusia melahirkan
ilmu biologi dan kedokteran. Sedangkan aspek psikis manusia memunculkan
ilmu psikologi. Paradigma ini sekaligus merupakan jawaban terhadap
dikotomi ilmu agama dan ilmu nonagama. Pada dasarnya, ilmu agama dan
ilmu nonagama hanya dapat dibedakan untuk kepentingan analisis, bukan
untuk dipisahkan apalagi dipertentangkan.9

E. Konsep Tauhid dalam Membangun Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan dalam Islam merupakan sesuatu yang sangat mendasar


dalam kehidupan Muslim, khususnya agama yang sangat menghargai Ilmu
Pengetahuan. Dalam konsep Ilmu Pengetahuan, Islam menjadikan Iman
sebagai dasar utama melandasi ilmu, karenanya kaum Muslim diwajibkan
beriman dan beramal dengan ilmu. Lalu Mengapa iman dijadikan landasan
ilmu pengetahuan? Karena iman mengandung pernyataan syahadah yang
mencakup kebenaran tauhid.10

Tauhid mendorong manusia untuk menguasai dan memanfaatkan alam


karena sudah ditundukkan untuk manusia. Pengetahuan tentang alam semesta
adalah salah satu hasil dari tindakan kreatif ilahi. Pengetahuan tentang
hubungan antara Tuhan dan dunia, antara pencipta dan ciptaan, atau antara
prinsip Ilahi dengan manifestasi kosmik, merupakan basis paling fundamental
dari kesatuan antara sains dan pengetahuan spiritual.11

Selain itu mengetahui landasan dan sumber ilmu, perlu juga memahami
dimensi dan prinsip-prinsip tauhid. Karena sifat dari pernyataan tauhid mengakui
akan kebenaran sebagaimana pernyataan syahadah. La ilaha illa Allah, tidak ada
Tuhan selain Allah. Dalam rangka membangun peradaban manusia berilmu yang
9
Abd. Rozak, Perkembangan Islam dan Ilmu Pengetahuan, (2021), hlm. 25.

10
Al-Faruqi, Tauhid, (Edisi Indonesia), hlm. 44-45.

11
Yuliani Liputo, Tauhid dan Sains; Esensi tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam, (Jakarta: Pustaka
Hidayah, 1995), hlm. 74.

5
beresensi tauhid, Al-Faruqi menekankan dua dimensi penting dalam tauhid, yaitu
dimensi metodelogis dan dimensi kontentual.

Pertama, dimensi metodelogis yang meliputi tiga prinsip utama, diantaranya :


Prinsip Unitas (Kesatuan), Prinsip Rasionalisme, dan Prinsip Toleransi,
merupakan sikap menerima terhadap realitas yang ada. Kedua, dimensi
kontentual, bahwa tauhid sebagai esensi peradaban Islam mendasari isi peradaban
Islam itu sendiri, dalam kaitan ini tauhid memiliki fungsi sebagai prinsip utama
dalam epistemology, di antaranya yaitu Tauhid Sebagai Prinsip Pertama
Metafisika Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Tauhid Sebagai Prinsip
Pertama Etika, Tauhid sebagai prinsip pertama Aksiologi Tauhid menegaskan
bahwa Tuhan telah menciptakan umat manusia agar manusia dapat membuktikan
diri bernilai melalui perbuatannya, dan Tauhid sebagai Prinsip Pertama Estetika
Tauhid menegaskan bahwa tak ada yang menyerupai-Nya.12

Menurut al-Faruqi, kebenaran wahyu dan kebenaran akal itu tidak


bertentangan tetapi saling berhubungan dan keduanya saling melengkapi. Syarat-
syarat kesatuan kebenaran menurut al-Faruqi yaitu: Pertama, kesatuan kebenaran
tidak boleh bertentangan dengan realitas sebab wahyu merupakan firman Allah
yang pasti cocok dengan realitas. Kedua, kesatuan kebenaran yang dirumuskan,
antara wahyu dan kebenaran tidak boleh ada pertentangan, prinsip ini bersifat
mutlak. Dan Ketiga, kesatuan kebenaran sifatnya tidak terbatas dan tidak ada
akhir. Karena pola dari Allah tidak terhingga, oleh karena itu diperlukan sifat
yang terbuka terhadap segala sesuatu yang baru.13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

12
Ismail Raji Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, The Cultural Atlas of Islam, hlm. 119.

13
Abu Hamid Muhammad, Al-Munqidz Min Al-Dhalal, (Damaskus: University Press, 1956), hal. 40-41.

6
Definisi Tauhid sebagai Dasar Pengembangan dalam Islam Tidak
diragukan lagi bahwa intisari Islam adalah tauhid, yakni sebuah komitmen
yang menegaskan bahwa Allah SWT itu Esa, pencipta yang mutlak lagi
utama, Tuhan semesta alam. Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, tauhid ini adalah
pengikat bagian-bagian Islam, yang menjadikan semua bagian-bagian Islam
sebagai suatu badan yang integral dan organis yang kita sebut sebagai
peradaban.Dari pengertian tersebut, bisa dipahami bahwa yang disebut sebagai
ilmu dalam Islam ialah pengetahuan tentang sesuatu menurut hakikatnya.

Menurut Dr. H.M. Rasjidi dalam Filsafat Agama, hingga sekarang yang
berlaku dalam dunia Islam ialah, bahwa Allah SWT telah memberi akal
kepada manusia sehingga dengan akal itu manusia dapat memikirkan hal hal
yang melingkunginya.

Ilmu Pengetahuan dalam Islam merupakan sesuatu yang sangat mendasar


dalam kehidupan Muslim, Khususnya agama yang sangat menghargai Ilmu
Pengetahuan. Pengetahuan tentang hubungan antara Tuhan dan dunia, antara
pencipta dan ciptaan, atau antara prinsip Ilahi dengan manifestasi kosmik,
merupakan basis paling fundamental dari kesatuan antara sains dan
pengetahuan spiritual.

B. Saran

Menyadari hal yang masih jauh dari kata sempurna, karena kami sebagai
penulis makalah ini hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan
dosa. Kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan
masalah-masalah yang sudah kita bahas dengan sumber-sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan. Jika ada kritik atau saran silahkan disampaikan
kepada kami sebagai penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, Al-munqidz


min al-Dhalal (Damaskus: University Press, 1956).

7
Atang Abd.Hakim. 2009. Metodologi Studi Islam. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Dr. Abd. Rozak, Perkembangan Islam dan ilmu pengetahuan, (Desember 2020).

Dr. H. Nunu Burhanuddin, Lc., M.A., Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan,
(Februari, 2018)

H.M.Rasjidi, Filsafat Agama, Jakarta, Bulan Bintang, 1987.

Ismail Raji al-Faruqi & Lois Lamya al-Faruqi, Atlas Budaya Islam; Menjelajah
Peradaban khazanah Gemilang, Terj. Ilyas Hasan (Bandung : Mizan, 1998).

Jalaluddin al-Mahalli, Syarh al-Waraqât (Surabaya : Al-Hidayah, tt),

Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik, (Bandung:


Mizan Pustaka, 2005).

Nur al-Ibrahimy, „Ilmu al-Manthiq.

Solaiman A. Darwis, Filsafat Ilmu Pengetahuan perspektif Barat dan Islam,


(Bandung: Bandar Publishing, 2019.

Yuliani Liputo, Tauhid dan Sains: Esensi tentang Sejarah dan Filsafat Sains Islam,
(Jakarta: Pustaka Hidayah, 1995).

Anda mungkin juga menyukai