Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan 273,5 Juta penduduk yang

terbesar di seluruh Nusantara. Selain itu masyarakat Indonesia juga berlatar

belakang suku, budaya serta bahasa yang sangat beragam dengan berbagai macam

asal daerah yang berbeda pula. Hal inilah yang menyebabkan masalah yang

dihadapi oleh pemerintah Indonesia juga sangat beragam dimasing-masing daerah.

Terbentuknya sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia dimulai dengan

persatuan masyarakat adat diseluruh nusantara. Keberadaan masyarakat adat juga

sudah ada jauh sebelum berdirinya sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia,

dan sebenarnya sudah diakui pada era Pemerintahan Kolonial Belanda.

UUD 1945 adalah sebagai salah satu pencapaian terbesar pembentukan

Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengakui keberadaan masyarakat adat.

Pengakuan dan perlindungan konstitusional terhadap masyarakat adat tidak hilang

setelah UUD 1945 diamandemen, dimana pengakuan dan perlindungan terhadap

masyarakat adat setidaknya sudah tercantum didalam pasal 18 B ayat (2) dan

pasal 28 ayat (3) UUD 1945. Masyarakat adat tetap harus diberi tempat peraturan

perundang-undangan. Pengaturan tersebut tidak disatukan dengan pengaturan

pemerintahan daerah dalam konstruksi birokrasi modern, melainkan diletakkan

dalam suatu pengaturan tersendiri melalui Undang-undang.

Indonesia sebagai Negara yang berdaulat memiliki tradisi budaya, seni dan

kebiasaan yang beraneka ragam sesuai dengan banyaknya suku yang mendiami

1
2

nusantara ini. Oleh karena itu, setiap suku yang ada di indonesia dapat dipastikan

budayanya masing-masing. Untuk itu, tepatlah pemikiran pendiri bangsa ini dan

perancang hukum Agraria menjadikan hukum adat sebagai hukum Agraria

nasional. Hubungan Masyarakat Hukum Adat sendiri akan bersinggungan dengan

Otonomi Daerah, dimana Daerah tingkat II seperti Kabupaten mempunyai

wewenang dalam merancang sebuah PERDA. Otonomi daerah sendiri adalah cara

peningkatan keadilan, demokrasi dan kesejahteraan bagi seluruh unsur bangsa,

meningkatkan keterlibatan serta partisipasi masyarakat dalam proses pembuatan

kebijakan dan juga saling membangun kepercayaan antara masyarakat juga antara

masyarakat dengan pemerintah. Sebagaimana amanat Undang-Undang Otonomi

Daerah terbaru Nomor 23 Tahun 2014, pasal 1 Nomor 12 yang berbunyi :

”Daerah Otonomi selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum


yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus
Urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.

Kecamatan Sekayam merupakan salah satu dari 15 kecamatan yang ada di

Kabupaten Sanggau yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga Serawak

Malaysia dengan luas wilayah adalah 841,01 km2. Bagian Timur dengan titik

koordinat lokasi Lintang Utara (LU) : 0”49’10.05 dan Bujur Timur (BT) :

110”25’31.65. Kondisi lingkungan secara fisik berupa pegunungan, secara

geografis terletak pada bagian utara sepanjang garis perbatasan Negara yang

berbatasan langsung dengan Malaysia. Bentang alam ini tentu saja merupakan

suatu potensi alam yang secara alamiah membentuk batas pemisah antar Negara.
3

Kemudian akses ini dapat dicapai melewati Pas Lintas Batas Negara (PLBN)

yang terletak di Kecamatan Entikong ataupun melewati jalan-jalan perintis atau

jalan tikus pada perkampungan yang terletak berdekatan dengan garis perbatasan

Negara.

Table 1.1.
Daftar Desa di Kecamatan Sekayam dan Jumlah Penduduk

Nama Desa Jumlah Penduduk

Desa Pengadang 2769

Desa Kenaman 2563

Desa Engkahan 2824

Desa Bungkang 3353

Desa Sotok 2936

Desa Raut Muara 3061

Desa Lubuk Sabuk 3473

Desa Sei Tekam 2612

Desa Melenggang 4353

Desa Balai Karangan 11867

Jumlah Keseluruhan 39811

Sumber : Kantor Kecamatan Sekayam, Badan Pusat Statistik Kabupaten

Sanggau.

Secara Administratif Kecamatan Sekayam terdiri dari 10 desa dan 66 dusun.

Dimana ada beberapa desa yang mengalami permasalahan sengketa lahan dengan

perusahaan tersebut.
4

Penggunaan lahan di Kecamatan Sekayam didominasi oleh area hutan,

pertanian, dan perkebunan kelapa sawit. Perusahaan Perkebunan sawit dan

Masyarakat Adat sama-sama saling membutuhkan dalam rangka kegiatan

meningkatkan ekonomi dibeberapa daerah di Indonesia, khususnya di Kecamatan

Sekayam, banyak kelompok masyarakat adat yang hidup dari perkebunan sawit.

Kebanyakan dari masyarakat adalah bekerja sebagai buruh sawit di perusahaan

yang berlokasi di PT Sisu II dan PT Global Kalimantan Makmur, dan sebagian

masyarakat menggarap ladang pribadi, penoreh, dan bertani. Namun disisi lain

masyarakat adat di Kecamatan Sekayam tidak luput dari permasalahan-

permasalahan antara perusahaan dan masyarakat adat terutama terjadi konflik

yang bisa menimbulkan kerenggangan antara masyarakat adat dengan perusahaan.

Seperti konflik sengketa lahan yang terjadi beberapa waktu lalu yang merugikan

masyarakat adat, dan sampai terjadinya negosiasi antara masyarakat Adat dengan

Perusahaan yang bersangkutan. Mediasi yang terjadi di Kecamatan Sekayam

Dewan Adat Dayak (DAD) periode 2015-2020 yang menghasilkan Rekomendasi

pada tanggal 7 Desember 2019 dan telah dilakukan peninjauan di lapangan, pada

saat itu lahan dinyatakan status Quo yang artinya tidak boleh ada aktifitas tapi

ternyata ditemukan perusahaan melakukan aktifitas disana. Forum

Ketemenggungan sudah memutuskan saudara YNH berhak memiliki dan

menguasai lahan seluas 35,05 Hektar pada 19 Maret 2020. Berdasarkan berkas-

berkas yang diserahkan dan pemeriksaan terhadap penggugat, tergugat dan para

saksi dihasilkan keputusan/kesepakatan yang ada sebegai berikut: kepemilikan

dan penguasaan lahan seluas 35,05 Hektar sepenuhnya menjadi hak milik
5

YNH. Pada tanggal 30 agustus tahun 2021 bertempat di gedung pertemuan

Kecamatan Sekayam dilanjutkan kembali dilakukan penyelesaian perkara

sengketa lahan antara saudara YNH dengan PT.SISU II, yang dihadiri oleh

pengurus DAD Kecamatan Sekayam, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan

(Forkompincam), Forum Temenggung Kecamatan Sekayam, pihak PT.SISU II,

pihak YNH dan para saksi. Sengketa lahan terlihat pada gambar 1.1 berikut

ikut

Sumber : Ketua Pengurus Sengketa Lahan Di Kecamatan Sekayam

Gambar 1.1 Peta Sengketa Lahan Didesa Melenggang Kecamatan


Sekayam Kabupaten Sanggau-Kalimantan Bara
Gambar diatas menunjukan peta lokasi dimana telah terjadinya sengketa

lahan atara masyarakat dengan perusahaan. Sampai sekarang konflik antara

masyarakat dengan perusahaan belum usai. Informasi yang peneliti dapat bahwa

konfllik sengketa lahan tersebut masih berkelanjutan dengan adanya negosiasi

anatara perusahaan dengan masyarakat adat Kecamatan Sekayam


6

Sumber : radarmetro.net

Gambar 1.2 Bukti Upaya Penyelesaian Sengketa Lahan Oleh Dewan


Adat Dayak Kecamatan Sekayam.
Gambar di atas merupakan salah satu bukti sikap dan pelaksanaan pemerintah

daerah yang berupaya untuk menyelesaikan konfllik sengketa lahan yang terjadi

antara masyarakat dengan perusahaan. Struktur birokrasi perusahaan harus tunduk

dengan peraturan pemerintah.

Di era otonomi daerah, Kabupaten Sanggau adalah salah satu pemerintah

kabupaten yang telah mengeluarkan kebijakan daerahnya untuk mengakui dan

melindungi eksistensi dan keberadaan Masyakat Hukum Adat. Adanya Perda ini

memberikan lampu hijau bahwa keberadaan Masyarakat Hukum Adat di

Kabupaten Sanggau akan terlindungi hak dan eksistensinya. Perda No.1 Tahun

2017 dengan tegas menjelaskan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Sanggau

menjamin dan memastikan Wilayah Adat dan Hutan Adat termasuk dalam bagian

rencana tata ruang wilayah, serta menjamin dan memastikan semua pihak yang

terlibat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk


7

menghormati, memenuhi dan melindungi keberadaan Masyarakat Hukum Adat

beserta haknya.

Telah Ditetapkan Peraturan daerah oleh Bupati Sanggau terkait PERDA


No.01 Tahun 2017 tentang Pengakuan dan Perlindungan Hukum Masyarakat Adat
(Bab 1, Pasal 1, no 12), bahwa Hak Masyarakat Hukum Adat adalah hak yang
bersifat asal usul yang melekat pada Masyarakat Hukum Adat, yang bersumber
dari tatanan politik, ekonomi, struktur sosial dan budaya mereka, khususnya hak
atas tanah, wilayah dan sumber daya alam(12),

Peraturan daerah Kabupaten Sanggau Nomor: 01 Tahun 2017 ini merupakan

wujud nyata dalam menghormati eksistennsi dan keberadaan Masyarakat Adat di

Kabupaten Sanggau. Perihal penting lainnya yang diatur dalam perda ini adalah

adanya pengaturan tentang Hak Ulayat atas Tanah, Budaya, Agama dan

Kepercayaan serta keberadaan Peradilan Adat. Masyarakat Hukum Adat diatur

memiliki hak kepemilikan dimana Masyarakat Hukum Adat berhak memiliki,

menggunakan, mengembangkan dan mengendalikan sesuai dengan ketentuan

Hukum Adat Masyarakat Hukum Adat juga memiliki hak untuk mendapatkan

restitusi dan kompensasi yang layak dan adil atas tanah, wilayah dan sumber daya

alam yang dimiliki secara turun temurun, yang diambil alih, dikuasai, digunakan,

atau dirusak oleh pihak lain.

Dengan adanya Perda yang di buat oleh Bupati Sanggau sudah sangat jelas

bahwa pemerintah Kabupaten Sanggau sangat menghormati dan menghargai

keberadaan tanah Ulayat yang dapat digunakan sebaik-baiknya untuk memajukan

Masyarakat Hukum Adat itu sendiri.


8

Berdasarkan uraian di atas, penulis menganggap perlu mengadakan penelitian

yang berkaitan tentang sengketa lahan. Dalam hal ini penulis mengambil judul

Implementasi Kebijakan Perda Nomor: 01 Tahun 2017 Tentang Pengakuan Dan

Perlindungan Masyarakat Hukum Adat Di Kecamatan Sekayam Kabupaten

Sanggau. Alasan penulis mengambil sengketa lahan karena belum terealisasinya

Perda dengan baik dan belum optimal.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan pembahasan latar belakang di atas, maka dapat di Identifikasi

masalah penelitiannya sebagai berikut:

1. Implementasi Perda Nomor: 01 Tahun 2017 tentang Pengakuan dan

Perlindungan Masyarakat Hukum Adat terkait dengan sengketa laghan yang

belum optimal terutama dalam mendukung berjalanya Hukum Adat di daerah

Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau.

2. Hukum adat yang digunakan sebagai wadah penyelesaian masalah antara

perusahaan dengan masyarakat adat tidak terealisasi dengan baik karena

kurangnya dukungan dari pemerintah dalam penyelesaian konflik masyarakat

dan perusahaan.

1.3 Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas fokus penelitian ini adalah

Implementasi Perda Nomor: 01 Tahun 2017 tentang Pengakuan dan Perlindungan


9

Masyarakat Hukum Adat terkait dengan sengketa lahan yang belum optimal

terutama dalam mendukung berjalanya Hukum Adat di daerah Kecamatan

Sekayam. Dan Apakah Hukum Adat yang digunakan sebagai wadah penyelesaian

masalah antara perusahaan dengan masyarakat adat sudah terealisasi dengan baik

karena kurangnya dukungan campur tangan pemerintah dalam penyelesaian

konflik masyarakat dan perusahaan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan urauan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah: “Bagaimana Implementasi Kebijakan Perda Nomor: 01 Tahun 2017

tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat di Kecamatan

Sekayam Kabupaten Sanggau ”?

1.5 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai tujuan yang hendak dicapai oleh

peneliti. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan atau implementasi Kebijakan

Perda Nomor: 01 Tahun 2017 tentang Pengakuan dan Perlindungan

Masyarakat Hukum Adat Di Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau.

2. Untuk mengetahui apakah penggunaan Hukum Adat pada permasalahan

sengketa lahan antara masyarakat Kecamatan Sekayam dengan

perusahaan dapat diselesaikan dengan baik.


10

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis,

yaitu:

1. 6.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih dalam ilmu

pengetahuan khususnya untuk Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura yang berkaitan

dengan kelembagaan masyarakat adat yang berkaitan dengan dengan Perda

Nomor:01 Tahun 2017 Tentang Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat

Hukum Adat dan semoga dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

1. 6.2 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Bagi penulis Sebagai upaya pemahaman yang mendalam dan mengetahui

perubahan fungsi dan Implementasi Perda Nomor:01 Tahun 2017 Tentang

Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.

1. Bagi Pemerintahan Kabupaten Sanggau dan serta Masyarakat Hukum

Adat bermanfaat sebagai tambahan pengetahuan atas fungsi

kelembagaan, hubungan vertikal dan horisontal serta untuk mengetahui

konsep transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintah dan masyarakat

adat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.


11

2. Bagi Perusahaan dapat menambah wawasan atas perda yang telah dibuat

oleh bupati dalam menyelesaikan sengketa lahan serta bisa dilaksanakan

tugas dan fungsinya.

3. Bagi masyarakat umum dapat menambah pemahaman masyarakat

tentang apakah implementasi Perda Nomor:01 Tahun 2017 Tentang

Pengakuan Dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat sudah berjalan

dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai