1.Teknologi Pelindian (Leaching) Sianidasi Salah satu proses pengolahan emas nonmerkuri adalah proses sianidasi yang banyak dilakukan oleh para penambang emas skala kecil. Dimana bijih emas dipecah kemudian dihaluskan sampai 200 mesh dengan menggunakan ball mill sampai homogen. Batuan yang telah homogen kemudian dilakukan sianidasi dengan pemberian udara dan pengadukan di dalam tangki selama 48 jam sambil mengatur kondisi pH antara 10,5 – 11 menggunakan kapur.Jika pH lebih kecil dari angka 10 maka gas HCN yang terbentuk akan semakin banyak akibat hidrolisis ion sianida dengan air yang ditunjukkan reaksi: CN– + H2O → HCN + OH– (1) Sedangkan gas HCN tidak mempunyai kemampuan untuk melarutkan emas (Au) sehingga hasil rekoveri emas akan turun. Sama halnya jika pH lebih besar dari angka 11, recovery emas akan turun yang kemungkinan diakibatkan oleh terbentuknya peroksida H2O2 yang juga dapat menurunkan recovery Au. Proses sianidasi menggunakan larutan garam natrium sianida NaCN 1% dan dilakukan pada temperatur ruang. Pelarut NaCN merupakan pelarut yang paling sering digunakan karena mampu melarutkan emas lebih baik dengan pelarut lainnya (Sayifuddin dan Suprapto, 2010). Adapun proses pengolahan emas menggunakan sianidasi adalah sebaga berikut: 1.1.Kominusi Proses pengecilan ukuran dilakukan dengan beberapa peralatan, diantaranya: • Jaw Crusher : hasil keluaran ukuran 1 cm – 10 mm • Roller Crusher : hasil keluaran ukuran 1 mm • Ball Mill : hasil keluaran ukuran 75 mikron atau 200 mesh 1.2.Pelindian Dari hasil proses kominusi berupa, kemudian dilanjutkan dengan mensirkulasi lumpur (pulp) ke dalam reaktor dan penambahan air, kapur, garam sianida dan oksigen. Penambahan oksigen dapat meningkatkan efektivitas sianida dalam mengekstraksi biji emas sebesar 80%. Oksigen akan mengoksidasi logam emas dari unsur netral menjadi bermuatan positif agar dapat berikatan dengan sianida membentuk kompleks sianida Au(CN) 2 (Sayifuddin dan Suprapto, 2010). Pada proses sianida, pastikan pH slurry pada level 10,5 – 11 untuk mencegah terbentuknya gas HCN yang sangat berbahaya. Waktu proses reaksi yang dibutuhkan adalah sekitar 48 jam. Tingkat pelarutan emas dipengaruhi oleh kekuatan difusi sianida dan oksigen, dan perlakuan-perlakuan sebelum sianidasi. Sebagian kecil emas akan larut sesuai dengan persamaan Elsner: 4Au + 8CN– + O2 + 2H2O → 4Au(CN)2 + 4OH– (2) 1.3.Adsorpsi Setelah 48 jam, ditambahkan karbon aktif, dan dilanjutkan proses pengadukan dan penambahan oksigen selama 12 – 24 jam. Proses adsorpsi ini merupakan proses awal dari recovery. Ada beberapa jenis adsorban (bahan penyerap logam emas dan perak yang telah larut) yang bisa digunakan yaitu karbon aktif, zeolit, ataupun resin. Adsorban yang sering digunakan dalam industri pertambangan emas adalah karbon aktif. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam memilih karbon aktif adalah: • Hardness/attrition resistant (kekerasan) • Aktivitas • Kapasitas total emas yang diserap • Bentuk dan distribusi ukuran karbon • Persentase Abu • Berat jenis ruah karbon (Bulk Density) • Kandungan Air kristal (moisture) • Luas permukaan • %-Karbon Tetraklorida (CCl4) • %-w/wt Penyerapan benzene Dari sifat-sifat karbon aktif di atas, yang paling penting adalah Hardness / attrition resistant dan Aktivitas. 1.4.Pembakaran Setelah 60 – 72 jam, karbon aktif disaringdan dipisahkan dari lumpur. Karbon aktif yang yang tersaring kemudian dicuci dan dilanjutkan proses pembakaran. Pembakaran dilakukan sampai semua karbon aktif berubah menjadi bubuk (debu) campuran emas. 1.5.Peleburan Bubuk (debu) campuran emas selanjutnya dilakukan proses peleburan dengan penambahan boraks dan membutuhkan temperatur 1100oC. Penambahan boraks bertujuan untuk meningkatkan slag (pengotor) agar encer sehingga mudah untuk dilakukan pemisahan serta untuk menurunkan temperatur dari cake (bahan yang dibakar). Hasil pemisahan dengan boraks akan didapat berupa bullion yang mengandung emas, perak dan tembaga. 1.6.Destruksi Sianida Cyanide destruction unit atau cyanide detox merupakan salah satu unit pengolahan limbahyang digunakan untuk menghancurkan kandungan sianida dalam limbah yang dihasilkan dari pabrik ataupun dari tambang. Dengan dilakukannya penurunan bahkan penghilangan kadar sianida dalam limbah maka secara langsung limbah tersebut sudah memiliki nilai ambang batas lingkungan (NABL) dan bisa langsung dibuang kelingkungan tanpa mengganggu kelestarian lingkungan. Tailing dengan kandungan sianida yang tinggi kemudian di destruksi dengan penambahan sodium meta bi suphate (SMBS) dan copper sulphate (CuSO 4). Prinsip pengolahan limbah sianida adalah merubah ion CN– (20 ppm) menjadi Cyanate (OCN–), dengan baku mutu<0,5 ppm. Tailing yang telah dihilangkan konsentrasi sianida, dimasukkan ke dalam proses penampung untuk dilakukan proses sedimentasi (pengendapan) secara gravitasi sehingga cairan dan padatan dapat terpisah.