Makalah Semester 6 Masail Fiqhiyah Sterilisasi
Makalah Semester 6 Masail Fiqhiyah Sterilisasi
“Masail Fiqhiyah”
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing
F A K U L T A S T A R B I Y A H S U R A B A Y A
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah,kami panjatkan rasa puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberkahi kami, sehingga laporan ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam tak lupa kami ucapkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad
SAW yang telah memberi jalan yang terang dan mengentas kita dari kebodohan.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen yang setia
membimbing kami selama masa perkuliahan serta proses penyelesaian laporan ini. Tak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kita dalam
penyelasian laporan ini, terutama kepada orang tua kami yang selalu mendoakan kami
dimana pun berada.
Dan tak lupa kami ucapkan maaf atas segala khilaf atas penulisan makalah ini.Karena
kami jua hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Semoga apa yang kami
sajikan ini berguna bagi kita semua dan dapat membantu dalam segala hal.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang sempurna memiliki rasa dan karsa, sehingga
mereka pun akan senang dicinta dan mencinta. Setiap dari kita juga memiliki rasa
untuk memiliki, sehingga kadangkali kita butuh perjuangan yang keras untuk
mendapatkannya. Salah satunya adalah keturunan.
Siapa yang dari kita ini yang tidak menginginkan momongan atau keturunan.
Dalam Islam kita diperintahkan untuk memperbanyak keturunan untuk memperluas
dakwah Islamiyah. Tidak hanya itu saja, dengan adanya keturunan manusia juga dapat
memperbanyak jenisnya. Makanya, kadangkala ada orang mengatakan “banyak anak,
banyak rezeki”
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Sterilisasi itu?
2. Apakah yang dimaksud dengan vasektomi dan tubektomi ?
3. Bagaimana proses tubektomi dan vasektomi ?
4. Bagaimana pendapat ulama dan ahli kesehatan reproduksi mengenai vasektomi
dan tubektomi ?
5. Bagaimana hukum sterilisasi secara Islam dan undang-undang ?
C. Tujuan
Menjelaskan dan memahamkan kepada mahasiswa mengenai apakah sterilisasi,
macam-macamnya, prosesnya dan hukum serta dasar-dasar hukum yang berkaitan
dengan sterilisasi
D. Manfaat
Mahasiswa akan tahu apa sterilisasi
Mahasiswa akan mampu menyebutkan macam-macam sterilisasi
Mahasiswa akan dapat menjelaskan serta memahami hukum yang jelas
tentang sterilisasi
Mahasiswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sterilisasi
1
Drs.H. Mahjuddin, M.Pd.I, Masail Fiqhiyah (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), 75
2
Prof. Drs. H. Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah (Jakarta : Gunung Agung, 1997),67
3
Drs. H. Mahjudin, M.Pd.I,Masail....................,75
Adalah keadaan wanita yang sudah pernah hamil, lalu menjadi mandul karena
factor umur yang suda
Vasektomi adalah istilah dalam ilmu bedah yang terbentuk dari dua kata yaitu
vas dan ektomi. Vas atau vasa deferensia artinya adalah saluran benih yaitu
saluran yang menyalurkan sel benih jantan (spermatozoa) keluar dari buah zakar
(testis) yaitu tempat sel benih itu diproduksi menuju kantung mani
(vesikulaseminalis) sebagai tempat penampungan sel benih jantan sebelum
dipancarkan keluar pada saat puncak sanggama (ejakulasi). Ektomi atau ektomia
artinya pemotongan sebagian. Jadi vasektomi artinya adalah pemotongan sebagian
(0.5 cm – 1 cm) saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih
bagian sisi testis dan saluran benih bagian sisi lainya yang masih tersisa dan pada
masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan
sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat.4
Kata tubektomi berasal dari tuba dan ektomi, tuba = saluran telur wanita
ektomi = membuang / mengangkat. Namun sekarang definisi ini sudah diperluas
dengan pengertian sterilisasi tuba. Tubektomi adalah metode kontrasepsi
permanen di mana saluran tuba di blokir sehingga sel telur tidak bisa masuk ke
dalam rahim.5
Ada beberapa cara yang sering dilakukan dalam proses sterilisasi wanita,
antara lain6:
1. Cara Radiasi, yaitu merusak fungsi ovarium, sehingga tidak dapat lagi
menghasilkan hormon-hormon yang mengakibatkan wanita menjadi
monupause.
2. Cara Operatif, yang terdiri dari beberapa teknik, antara lain:
4
http://www.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=7
5
Ibid.,
6
Drs. Mahjudin, M.Pd.I,Masail..........,76
Ovarektomi, yaitu mengangkat atau memiringkan kedua ovarium, yang
efeknya sama dengan cara radiasi.
Tubektomi, yaitu mengangkat seluruh tuba agar wanita tidak bisa lagi
hamil, karena saluran tersebut sudah bocor.
Ligasi Tuba, yaitu mengikat tuba sehingga tidak dapat lagi dilewati
ovum (sel-sel telur).
3. Cara Penyumbatan Tuba, yaitu menggunakan zat-zat kimia untuk menyumbat
lubang tuba, dengan teknik suntikan.
Mengenai cara yang biasa dilakukan dalam proses sterilisasi pria, adalah
vasektomi; dengan teknik membedah dan membuka vas (bagian dalam buah
pelir), kemudian diikat atau dijepit agar tidak dilewati lagi sperma.
Hasil Ijtihad para ulama Islam tentang hukum vasektomi dan tubektomi7:
Pada dasarnya, hukum sterilisasi vasektomi dan tubektomi dalam Islam adalah
haram dengan beberapa sebab8:
7
http://muslim.or.id/2007/01/07/konsultasi-ustadz-hukum-keluarga-berencana-kb/
8
Prof. Drs H Masjfuk Z,Masail...............,68-69
2. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan menghilangkan
sebagaian anggota tubuh yang sehat dan berfungsi).
Adil dengan persetujuan bersama (UU No. 10 Tahun 1992 Pasal 19)
Suami istri mempunyai hak dan kewajiban yang sama serta kedudukan yang
sederajat dalam menentukan cara pengaturan kelahiran10
Dari beberapa cara yang dilakukan oleh Dokter Ahli dalam upaya sterilisasi,
baik yang dianggapnya aman pemakaiannya, maupun yang penuh resiko,
9
Skripsi milik Sdr. Endah Parawesti tahun 2005 dengan judul “ KB dan Yuridis”. Diterbitkan oleh Fakultas
Kedokteran Univ. Sebelas Maret Surakarta.
10
Ibid.,
kesemuanya dilarang menurut ajaran Islam; karena mengakibatkan seseorang
tidak dapat mempunyai anak lagi.
Tetapi kalau kondisi kesehatan istri atau suami yang terpaksa, sehingga
diadakan hal yang tersebut, menurut hasil penyelidikan seorang dokter yang
terpercaya, baru dibolehkan melakukannya, karena dianggap dharurat menurut
Islam. Sedangkan pertimbangan darurat, membolehkan melakukan hal-hal yang
dilarang.
11
Drs. Mahjudin, M.Pd.I,Masail...............,77
12
Prof. Drs. H. Majfuk Z,Masail.................,68-69
a. Sterilisasi (vasektomi/tubektomi)berakibat pemandulan tetap. Hal ini
bertentangan dengantujuan pokok perkawinan menurut Islam,yakni:
Perkawinan lelaki dan wanita selain bertujuan untuk kebahagiaan suami-istri
dalam hidup di dunia dan di akhirat, juga untuk mendapatkan keturunan yang
sah yang diharapkan menjadi anak yang saleh sebagai penerus cita-citanya.
b. Mengubah ciptaan Tuhan dengan jalan memotong dan
menghilangkansebagian tubuh yang sehat dan berfungsi (saluran mani/telur).
c. Melihat aurat orang lain (aurat besar).
Pada prinsipnya Islam melarang melihat aurat orang lain,meskipun sama jenis
kelaminnya. Hal ini berdasarkab Hadis Nabi:
Demikian pula melihat aurat orang lain (lelaki atau wanita) pada dasarnya itu
dilarang (haram) , tetapi apabila sangat diperlukan(dianggap penting), seperti
seorang lelaki yang hendak khitbah (meminang) seorang wanita, dapat diizinkan
melihat aurat kecil (bertemu muka), sebagaimana sabda Nabi kepada Sahabat Al-
Mughirah ketika mau kawin dengan seorang wanita:
Catatan13 :
Hukum itu berputar bersama illat-nya (alasan yang menyebabkan adanya hukum
ada/tidak adanya.
Maka dapat disimpulkan,bahwa fatwa MUI Pusat pada tahun 1983 tentang
larangan (haram) sterilisasi wanita atau pria dengan alasan “sterilisasi bisa
membantu akibat kemandulan tetap” tidak relevan lagi, sehingga perlu dikaji
ulang fatwa tersebut untuk disesuaikan dengan fatwa sekarang,bahwa sterilisasi
lelaki dan wanita tidak lagi membawa akibat kemandulan tetap. Sebab dengan
teknologi kedokteran yang makin canggih sekarang ini, seorang wanita atau pria
yang telah disterilkan kemudian pada sewaktu-waktu ingin mempunyai anak lagi,
13
Ibid.,
masih bisa ditolong dengan operasi penyambungan saluran telur wanita atau
saluran sperma pria yang bersangkutan dan reversible.14
14
Ibid.,
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan operasi (pada
umumnya) agar tidak dapat menghasilkan keturunan. Sterilisasi berbeda dengan cara-
cara/alat-alat kontrasepsilainnya yang pada umumnyahanya bertujuan
menghindari/menjarangkankehamilan untuk sementara waktu saja. Sedangkan sterilisasi
ini, sekalipun secara teori orang yang disterilisasikan masih bisa dipulihkan lagi
(reversible), tetapi para ahli kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil.
Sterilisasi pada lelaki disebut vasektomi atau vas ligation. Caranya ialah memotong
saluran mani (vas deverens) kemudian kedua ujungnya diikat, sehingga sel sperma tidak
dapat mengalir keluar penis (urethra). Sterilisasi lelaki termasuk operasi ringan, tidak
memerlukan perawatan di rumah sakit dan tidak mengganggu kehidupan seksual. Lelaki
tidak akan kehilangan sifat kelelakiannya karena operasi. Nafsu seks dan potensi lelaki
tetap, dan waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi,tetapi yang terpancar hanya
semacam lendir yang tidak mengandung sel sperma.
Sterilisasi pada wanita disebut tubektomi atau tubal ligation. Caranya ialah dengan
memotong kedua saluran sel telur (tuba palupi) dan menutup kedua-duanya, sehingga sel
telur tidak dapat keluar dan sel sperma tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel telur,
sehingga tidak terjadi kehamilan.
Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun untuk wanita (tubektomi) sama
dengan abortus, bisa berakibat kemandulan, sehingga yang bersangkutan tidak lagi
mempunyai keturunan. Karena itu, International Planned Parenthood Federation (IPPF)
tidak menganjurkan kepada anggota negara-negara anggotanya termasuk Indonesia untuk
melaksanakan sterilisasi sebagai alat/cara kontrasepsi. IPPF hanya menyerahkan kepada
negara-negara anggotanya untuk memilih cara/alat kontrasepsi mana yang cocok atau
baik untuk masing-masing. Dalam hal ini,pemerintah Indonesia secara resmi tidak pernah
menganjurkan kepada rakyat Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai cara
kontrasepsi dalam program KB, karena melihat akibat sterilisasi (pemandulan
seterusnya) dan menghormati aspirasi umat Islam di Indonesia.
Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi), maupun wanita (tubektomi) menurut Islam
pada dasarnya dilarang. Karena alasan yang sangat prinsipal,ialah :
Demikian pula melihat aurat orang lain (lelaki atau wanita) pada dasarnya itu
dilarang (haram) , tetapi apabila sangat diperlukan(dianggap penting), seperti seorang
lelaki yang hendak khitbah (meminang) seorang wanita, dapat diizinkan melihat aurat
kecil (bertemu muka), sebagaimana sabda Nabi kepada Sahabat Al-Mughirah ketika
mau kawin dengan seorang wanita:
Lihatlah dia dahulu, karena sesungguhnya dengan melihat (mengenal lebih dahulu)
lebih menjamin kelangsungan hubungan antara kamu berdua. ( HR. At-Tirmidzi dan
Al-Nasa’i dari Al-Mughirah).
Catatan :
Hukum itu berputar bersama illat-nya (alasan yang menyebabkan adanya hukum
ada/tidak adanya.
http://muslim.or.id/2007/01/07/konsultasi-ustadz-hukum-keluarga-berencana-kb/
http://www.bkkbn.go.id/jabar/program_detail.php?prgid=7
http://www.solusikesehatan.com/penyakit-kandungan.html
Kesimpulan
Sterilisasi ialah memandulkan lelaki atau wanita dengan jalan operasi (pada umumnya) agar tidak dapat
menghasilkan keturunan. Sterilisasi berbeda dengan cara-cara/alat-alat kontrasepsilainnya yang pada
umumnyahanya bertujuan menghindari/menjarangkankehamilan untuk sementara waktu saja. Sedangkan
sterilisasi ini, sekalipun secara teori orang yang disterilisasikan masih bisa dipulihkan lagi (reversible),
tetapi para ahli kedokteran mengakui harapan tipis sekali untuk bisa berhasil.
Sterilisasi pada lelaki disebut vasektomi atau vas ligation. Caranya ialah memotong saluran mani (vas
deverens) kemudian kedua ujungnya diikat, sehingga sel sperma tidak dapat mengalir keluar penis
(urethra). Sterilisasi lelaki termasuk operasi ringan, tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dan tidak
mengganggu kehidupan seksual. Lelaki tidak akan kehilangan sifat kelelakiannya karena operasi. Nafsu
seks dan potensi lelaki tetap, dan waktu melakukan koitus, terjadi pula ejakulasi,tetapi yang terpancar hanya
semacam lendir yang tidak mengandung sel sperma.
Lelaki yang disterilisasi itu testis-nya(buah pelir) masih tetap berfungsi,sehingga lelaki masih
mempunyai semua hormon yang diperlukan. Juga kepuasan seks tetap sebagaimana biasa. Demikian pula
kelenjar-kelenjar yang membuat cairan putih tidak berubah,sehingga pada waktu puncak kenikmatan seks
(orgasme), cairan putih masih keluar dari penis.
Sterilisasi pada wanita disebut tubektomi atau tubal ligation. Caranya ialah dengan memotong kedua
saluran sel telur (tuba palupi) dan menutup kedua-duanya, sehingga sel telur tidak dapat keluar dan sel
sperma tidak dapat pula masuk bertemu dengan sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan.
Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi) maupun untuk wanita (tubektomi) sama dengan abortus, bisa
berakibat kemandulan, sehingga yang bersangkutan tidak lagi mempunyai keturunan. Karena itu,
International Planned Parenthood Federation (IPPF) tidak menganjurkan kepada anggota negara-negara
anggotanya termasuk Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai alat/cara kontrasepsi. IPPF hanya
menyerahkan kepada negara-negara anggotanya untuk memilih cara/alat kontrasepsi mana yang cocok atau
baik untuk masing-masing. Dalam hal ini,pemerintah Indonesia secara resmi tidak pernah menganjurkan
kepada rakyat Indonesia untuk melaksanakan sterilisasi sebagai cara kontrasepsi dalam program KB,
karena melihat akibat sterilisasi (pemandulan seterusnya) dan menghormati aspirasi umat Islam di
Indonesia.
Sterilisasi baik untuk lelaki (vasektomi), maupun wanita (tubektomi) menurut Islam pada dasarnya
dilarang. Karena alasan yang sangat prinsipal,ialah :
Bersabda Rasulullah SAW,”Janganlah laki-laki melihat aurat laki-laki lain dan janganlah bersentuhan
seseoranglaki-laki dengan laki-laki lain dibawah sehelai selimut, dan tidak pula seorang wanita
dengan wanita lain di bawah kain (selimut).” (HR. Ahmad , Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Demikian pula melihat aurat orang lain (lelaki atau wanita) pada dasarnya itu dilarang (haram)
, tetapi apabila sangat diperlukan(dianggap penting), seperti seorang lelaki yang hendak khitbah
(meminang) seorang wanita, dapat diizinkan melihat aurat kecil (bertemu muka), sebagaimana sabda
Nabi kepada Sahabat Al-Mughirah ketika mau kawin dengan seorang wanita:
Lihatlah dia dahulu, karena sesungguhnya dengan melihat (mengenal lebih dahulu) lebih menjamin
kelangsungan hubungan antara kamu berdua. ( HR. At-Tirmidzi dan Al-Nasa’i dari Al-Mughirah).
Apabila melihat aurat itu diperlukan untuk kepentingan medis (pemeriksaan kesehatan,
pengobatan, operasi, dan sebagainya), maka sudah tentu Islam membolehkan ,karena keadaan semacam
ini sudah sampai ke tingkat darurat, sehingga tanpa ada pembatasan aurat kecil atau besar, asal benar-
benar diperlukan untuk kepentingan medis dan melihat sekadarnya saja atau seminimal mungkin. Hal
ini didasarkan pada kaidah hukum Islamyang menyatakan:
Catatan :
3. Sterilisasi lelaki (vasektomi) harus dibedakan hukumnya dari khitan lelaki di mana sebagian dari
tubuhnya ada pula yang dipotong dan dihilangkan , ialah kulup (qulfah, bhs. Arab, praeputium
bhs. Latin), karena kalu kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans penis) tidak dipotong
dan dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral diseases). Karena itu, khitan
untuk anak lelaki itu justru disunatkan.
4. Islam hanya membolehkan sterilisasi lelaki/wanita, karena semata-mata alasan medis. Selain
alasan medis, seperti banyak anak atau kemiskinan tidak dapat dijadikan alasan untuk sterilisasi.
Tetapi ia dapat menggunakan cara-cara/alat-alat kontrasepsi yang diizinkan oleh Islam, seperti
kondom, oral pill, vaginal tablet, vaginal pasta dan sebagainya.
Hukum itu berputar bersama illat-nya (alasan yang menyebabkan adanya hukum ada/tidak adanya.
Maka dapat disimpulkan,bahwa fatwa MUI Pusat pada tahun 1983 tentang larangan (haram)
sterilisasi wanita atau pria dengan alasan “sterilisasi bisa membantu akibat kemandulan tetap” tidak
relevan lagi, sehingga perlu dikaji ulang fatwa tersebut untuk disesuaikan dengan fatwa
sekarang,bahwa sterilisasi lelaki dan wanita tidak lagi membawa akibat kemandulan tetap. Sebab
dengan teknologi kedokteran yang makin canggih sekarang ini, seorang wanita atau pria yang telah
disterilkan kemudian pada sewaktu-waktu ingin mempunyai anak lagi, masih bisa ditolong dengan
operasi penyambungan saluran telur wanita atau saluran sperma pria yang bersangkutan dan reversible.