Kelompok 13 - RMK - Chapter 1
Kelompok 13 - RMK - Chapter 1
Dan yang kedua adalah ‘Bagaimana cara bersaing untuk menciptakan keunggulan
kompetitif di pasar?’ dan ‘Bagaimana cara menciptakan keunggulan kompetitif di pasar ?’.
Kedua pokok tersebut adalah alasan adanya manajemen strategik. Karena bukan hanya
melalui efektifitas operasi tetapi juga perusahaan juga harus menstrategi untuk dapat
menyaingi atau mungkin mengarahkan pesaing untuk persaingan harga.
Ada dua cara yang berlawanan dalam memandang peran pemangku kepentingan pengelolaan.
Yang pertama bisa disebut “zero sum.” Di sini, berbagai pemangku kepentingan bersaing
untuk mendapatkan sumber daya organisasi: keuntungan bagi satu individu atau kelompok
adalah kerugian individu atau kelompok lain. Namun, organisasi bisa mencapai keuntungan
bersama melalui simbiosis pemangku kepentingan, yang mengakui pemangku kepentingan
tersebut bergantung satu sama lain untuk kesuksesan dan kesejahteraan mereka.
Triple Bottom Line: Menggabungkan Keuangan serta Lingkungan dan Biaya Sosial
Banyak perusahaan kini mengukur apa yang disebut “triple bottom line”. Hal ini melibatkan
penilaian kinerja keuangan, sosial, dan lingkungan. Bagi banyak perusahaan sukses,
nilai-nilai lingkungan kini menjadi bagian penting budaya dan proses manajemen mereka.
Banyak perusahaan memperoleh keuntungan dengan berinvestasi pada perilaku yang
bertanggung jawab secara sosial, termasuk perilaku tersebut kegiatan yang meningkatkan
kelestarian lingkungan hidup.
● Data yang diperlukan untuk menghitung ROI (Return Of Investment) secara akurat
seringkali tidak tersedia proyek keberlanjutan
● Banyak manfaat dari proyek-proyek tersebut yang tidak berwujud
● Periode pengembaliannya berada pada kerangka waktu yang berbeda
Meskipun visi tersebut tidak dapat diukur secara akurat dengan indikator spesifik
mengenai seberapa baik pencapaiannya, visi tersebut memberikan pernyataan mendasar
tentang nilai, aspirasi, dan tujuan organisasi. Tentu saja, visi tersebut melampaui tujuan
keuangan yang sempit dan berusaha untuk menangkap pikiran dan hati karyawan.
Jelasnya, pernyataan visi bukanlah obat untuk segala penyakit. Terkadang hal tersebut
menjadi bumerang dan mengikis kredibilitas perusahaan. Visi gagal karena berbagai alasan,
termasuk yang berikut:
1. Tujuan yang tidak sesuai dengan pembicaraan. Visi yang idealis dapat
membangkitkan semangat karyawan. Namun, antusiasme yang sama dapat
dengan cepat pupus jika karyawan menemukan bahwa perilaku manajemen
senior tidak sesuai dengan visi mereka.
2. Irrelevance, Visi yang diciptakan dalam ruang hampa tidak terkait dengan
ancaman atau peluang lingkungan hidup atau sumber daya dan kemampuan
organisasi sering kali mengabaikan kebutuhan pihak-pihak yang diharapkan
untuk menyetujuinya. Karyawan menolak visi yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
3. Not a Holy Grail, para manajer sering kali terus-menerus mencari satu solusi
yang sulit dipahami yang akan memecahkan masalah perusahaan mereka,
yaitu “cawan suci” manajemen berikutnya. Mereka mungkin telah mencoba
cara manajemen lainnya hanya untuk menemukan bahwa mereka tidak
memenuhi harapan mereka. Namun, mereka tetap yakin bahwa hal itu ada.
Sebuah visi tidak bisa dipandang sebagai obat ajaib untuk penyakit sebuah
organisasi.
4. Terlalu Banyak Fokus Menyebabkan Peluang Terlewatkan, Sisi negatif dari
terlalu banyak fokus adalah ketika mengarahkan orang dan sumber daya
menuju visi yang besar, kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar. Hal ini
dianalogikan dengan memfokuskan mata Anda pada sebuah titik kecil di
dinding. Jelasnya, Anda tidak akan memiliki banyak penglihatan tepi.
Demikian pula, organisasi harus berusaha untuk mewaspadai peristiwa yang
terjadi di lingkungan eksternal dan internal ketika merumuskan dan
menerapkan strategi.
5. Masa Depan Ideal yang Tidak Diselaraskan dengan Masa Kini, Meskipun visi
tidak dirancang untuk mencerminkan kenyataan, visi tersebut harus tertanam
di dalamnya. Masyarakat mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi visi
yang memberikan gambaran masa depan yang cerah namun tidak
memperhitungkan lingkungan yang sering kali tidak bersahabat di mana
perusahaan bersaing atau yang mengabaikan beberapa kelemahan perusahaan.
● Tujuan Strategis
Tujuan strategis digunakan untuk mengoperasionalkan pernyataan misi. Mereka
membantu memberikan panduan tentang bagaimana organisasi dapat memenuhi atau
bergerak menuju “tujuan yang lebih tinggi” dalam hierarki tujuan, yaitu misi dan visi. Oleh
karena itu, mereka lebih spesifik dan mencakup jangka waktu yang lebih jelas. Menetapkan
tujuan memerlukan tolok ukur untuk mengukur pencapaian tujuan. Agar tujuan menjadi
bermakna, tujuan tersebut harus memenuhi beberapa kriteria. Sebuah tujuan haruslah:
1. Terukur, Setidaknya harus ada satu indikator (atau tolak ukur) yang mengukur
kemajuan dalam mencapai tujuan.
2. Spesifik, Hal ini memberikan pesan yang jelas mengenai apa yang perlu
dicapai.
3. Sesuai, Harus konsisten dengan visi dan misi organisasi.
4. Realistis, Target tersebut harus dapat dicapai dengan mempertimbangkan
kemampuan dan peluang organisasi dalam lingkungannya. Intinya, hal ini
harus menantang namun dapat dilakukan.
5. Tepat waktu, Harus ada kerangka waktu untuk mencapai tujuan.