TUGAS KELOMPOK IX. Perbaikan
TUGAS KELOMPOK IX. Perbaikan
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian NAPZA?
2. Jenis-jenis NAPZA?
3. Penyalahgunaan NAPZA?
4. Faktor-faktor penyalahgunaan NAPZA?
5. Dampak penyalahgunaan NAPZA?
6. Bagaimana prinsip manajemen kasus penyalahgunaan NAPZA?
7. Bagaimana komponen dasar manajemen kasus?
8. Bagaiman model-model manajemen kasus?
9. Bagaimana langkah-langkah penerapan manajemen kasus?
3. Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu menelaah manjemen kasus penyalahgunaan NAPZA
Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan teori kasus penyalahgunaan NAPZA.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen kasus penyalahgunaan NAPZA
3. Mahasiswa mampu memahami tujuan manajemen kasus penyalahgunaan
NAPZA
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
2. Jenis-jenis NAPZA
Menurut Dits Prasanti (2018), jenis-jenis dari NAPZA dibagi dalam 3 jenis,
yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenisnya dibagi dalam
beberapa kelompok, yakni :
a. Narkotika
Narkotika adalah jenis zat/obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun bukan sintesis yang menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran atau hilangnya rasa (Dits Prasanti, 2018).
Berdasarkan UU No. 22 / 1997, jenis-jenis narkotika dapat dibagi menjadi 3
golongan yaitu :
1) Golongan I
Narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan
tidak ditunjukan untuk terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi
untuk menyebabkan ketergantungan.
Contoh : Heroin/putaw, kokain, ganja.
2) Golongan II
Narkotika yang berkhsiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakir dan
dapat digunakan dalam terapi yang bertujuan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Morfin dan petidin.
3) Golongan III
Narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalan terapi dan
bertujuan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh : Kodein.
Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibekan menjadi 3 jenis yaitu
narkotika alami, narkotika semisintesis dan narkotika sintesis (Dits Prasanti,
2018).
a) Narkotika alami
Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari
tumbuh-tumbuhan (alam).
Contoh : Ganja, hasis, koka, dan opium.
b) Narkotika semisintesis
Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan menjadi
zat adiktifnya agar memiliki khasiat yang yang lebih kuat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran.
Contoh : Morfin, Kodein, heroin dan kokain.
c) Narkotika Sintesis
Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia
yang digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang
menderita ketergantungan narkoba.
Contoh : Petidin, methadone, dan naltrexone.
b. Psikotropika
Menurut Dits Prasanti (2018), Psikotropika adalah zat atau obat bukan
narkotika, baik alamia maupun sintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas normal dan perilaku. Berdasarkan undang-undang No. 5 tahun
1997, psikotropika dikelompokan dalam 4 golongan yakni :
1) Golongan I
Psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.
Contoh : MDMA, ekstasi, LSD, dan STP
2) Golongan II
Psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian.
Contoh :Amfetamin, metamfetamin, dan metakualon.
3) Golongan III
Psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan
penelitian.
Contoh : Lumibal, buprenorsina, dan fkeenitrasepam.
4) Golongan IV
Psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian.
Contoh : Nitra zepam (mogadon, dumolid) dan diaepamd
c. Zat Adiktif lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkoba dan psikotropika yang dapat
menimbulkan ketergantungan. Zat adiktif ini sering pula disebut dengan zat
psikoaktif yaitu zat yang mempunyai pengaruh pada sistem saraf pusat (otak)
sehingga bila digunakan akan mempengaruhi kesadaran, perilaku, pikiran dan
perasaan. Contohnya : rokok, kelompok alkohol dan minuman lain yang
memabukkan dan menimbulkan ketagihan, thinner dan zat-zat lain seperti lem
kayu, penghapus cair, aseton, cat, bensin yang bila dihisap, dihirup, dan dicium,
dapat memabukkan (Dits Prasanti, 2018).
3. Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat patologis,
paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya sehingga menimbulkan
gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial. Sebetulnya NAPZA banyak dipakai
untuk kepentingan pengobatan, misalnya menenangkan klien dan mengurangi rasa
sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai
secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk mendapatkan rasa nikmat.
Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini menyebabkan pengguna merasa
ketergantungan pada obat tersebut sehingga menyebabkan kerusakan fisik (Fallis,
2013)
Menurut Sumiati (2012), ketergantungan terhadap NAPZA dibagi menjadi 2,
yaitu :
1)Ketergantungan Fisik
Ketergantungan fisik yaitu keadaan bila seseorang mengurangi atau
menghentikan penggunaan NAPZA tertentu yang bisa digunakan, maka akan
mengalami gejala putus zat ( Sumiati, 2012).
2)Ketergantungan Psiklogis
Ketergantungan psikologis yaitu keadaan bila berhenti menggunakan NAPZA
tertentu, seseorang akan mengalami kerinduan yang kuat untuk menggunakan
NAPZA tersebut walaupun ia tidak mengalami gejala fisik (Sumiati, 2012).
4. Faktor Penyalahgunaan NAPZA
Menurut Daniel (2013), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
timbulnya penyalahgunaan narkotika diantaranya sebagai berikut :
1)Faktor individu
a) Mental yang lemah
b) Strees dan depresi
c) Ingin tahu dan coba-coba
d) Mencari sensasi dan tantangan
2)Faktor sosial budaya
a) Broken home
b) Kurangnya perhatian orang tua pada anak
c) Terlalu memanjakan anak
d) Pendidikan keras terhadap anak
e) Kurangnya komunikasi dan keterbukaan
3)Faktor Lingkungan
a) Salah bergaul
b) Ikut-ikutan
5. Tahap Pemakaian NAPZA
Menurut Arfian (2016), tahapan pemakaian NAPZA sebagai berikut:
a) Tahap Pemakaian Coba-Coba (Eksperimental)
Tahap pemakaian coba-coba (eksperimental) disebabkan karena pengaruh
kelompok sebaya yang besar sehingga menimbulkan rasa ingin tahu atau
coba-coba. Pada tahap ini, biasanya terjadi keinginan untuk mencoba
mengisap rokok, ganja atau minuman alcohol lainya (Arfian, 2016).
b) Tahap Pemakaian Sosial
Tahap pemakaian sosial dimulai dari pergaulan yang mendorong rasa
ingin diakui atau diterima pada suatu kelompok. Pada tahap ini, mula-
mula NAPZA dapat diperoleh dengan gratis atau dibeli dengan harga
murah (Arfian, 2016).
c) Tahap Pemakaian Situasional
Tahap pemakaian situasional terjadi ketika merasa kesepian dan stress
sehingga pemakaian NAPZA menjadi cara mengatasi masalah yang
mendorong pemakai berusaha memperoleh NAPZA secara aktif (Arfian,
2016).
d) Tahap Habituasi (Kebiasaan)
Tahap habituasi (kebiasaan) bisa disebut dengun penyalahgunaan NAPZA
yang menyebabkan perubahan pada tubuh dan gaya hidup yang dipakai
secara teratur atau sering. Pemakai lebih mudah tersinggung, sensitive,
pemarah, sulit tidur, sulit tidur, minat atau cita-cita mulai menghilang
serta lebih suka menyendiri (Arfian, 2016).
e) Tahap Ketergantungan
Tahap ketergantungan mampu menimbulkan sakaw atau gejala putus zat
yakni dalam pasokan NAPZA yang cukup, pemakai tampak sehat
meskipun sebenarnya sakit akan tetapi apabila pasokan NAPZA dikurangi
atau dihentikan maka akan timbul gejala sakit yang tampok (Arfian,
2016).
6. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
Menurut Arfian (2016), dampak dari penyalahgunaan NAPZA sebagai berikut:
a) Kondisi Fisik
1) Ganja Mampu menurunkan daya tahan sehingga mudah terinfeksi,
dan memburuk aliran darah.
2) Kokain: Aritmia jantung, ulkus/perforasi sekat hidung, anemia,dan
penurunan berat badan.
3) Alkohol : Gangguan lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan
otot jantung dan saraf, gangguan metabolisme, cacat janin, dan
gangguan seksual.
4) Bahan campuran / pelarut: Infeksi dan emboli.
b) Kehidupan Mental/Emosional
1) Alkohol: Gangguan perilaku tidak wajar.
2) Ganja: Sindrom amotivasional.
3) Amfetamin: Depresi dan bunuh diri.
c) Kehidupan Sosial
1) Prestasi menurun.
2) Terganggunya hubungan anggota keluarga dan teman dekat.
3) Terjadi tindak criminal.
4) Keretakan rumah tangga dan percemian,
7. Manajemen Kasus Penyalahgunaan NAPZA
Manajemen kasus adalah suatu cara yang terancama, terkoordinasi, dan teruji
untuk memaksimalkan suatu efisiensi dan produktivitas dalam melaporkan serta
menginvestigasikan bermacam- macam kasus (Greene, 2012). Sedangkan menurut
Livia et all (2018), manajemen kasus merupakan suatu pendekatan dalam
pemberian pelayanan yang ditujukan untuk menjamin agar klien yang mempunyai
masalah ganda dan kompleks dapat memperoleh semua pelayanan yang dibutuhkan
secara tepat.Pada kasus ini yakni seseorang yang meminta atau mencari
pertolongan dalam masalah / kasus penyalahgunaan NAPZA. Menurut Garcia
Reyes (2013), manajemen kasus ini dapat dilakukan dengan upaya pencegahan,
meliputi :
a)Pencegahan primer
b) Pencegahan sekunder
c)Pencegahan tersier
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Pembentukan Anak Usia Dini: Keluarga, Sekolah. Dan Komunitas, 2(2), 15.