Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MANAJEMEN KEPERAWATAN

NAMA : EUSTAKHEA NURHAYATI MURNI

NIM : 011221097

KELAS : LINTAS JALUR

Metode penugasan Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) dalam


keperawatan

A. Metode kasus

Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan.
Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan yang paling banyak di gunakan. Pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode
dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan
perawat tersebut dan kompleksnya kebutuhan kliennya. (Situros, 2006).

Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis program
meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemamfaatan tenaga yang
bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari
perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian dikembangkan
metode fungsional. (Situros, 2006)

Kelebihan dari metode kasus :

1. Kebutuhan pasien terpenuhi


2. Pasien merasa puas
3. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat
4. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai
Kekurangan metode kasus :

1. Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan mahasiswa perawat yang terbatas


sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
2. Membutuhkan banyak tenaga
3. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan
4. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung
jawab klien tugas

B. Metode Fungsional

Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian


tugas atau prosedur. Setiap perawat di beri satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua klien di satu ruangan.(Situros, 2006)

Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam satu ruangan.
Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala
ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode fungsional
mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit,
tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya. (Situros, 2006)

Kelebihan dari metode Fungsional adalah :

1. Sederhana
2. Efisien
3. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas
5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana
6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk keterampilan tertentu
Tetapi, metode ini kurang efektif karena (Situros, 2006) :

1. Prioritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan
pada pemenuhan kebutuhan holistik
2. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan
keperawatan terfragmentasi
3. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang
mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepada
ruangan
4. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap
pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak mendapatkan
jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan
5. Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.

Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa perawat pemimpin


(nurse leader) mulai mempertanyakan keefektifan metode tersebut dalam memberikan
asuhan keperawatan profesional kemudian pada tahun 1950 metode tim digunakan
untuk menjawab hal tersebut. (Situros, 2006).

C. Metode Tim

Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode
tim di dasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi
dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa
tanggung jawab yang tinggi. (Situros, 2006). Pelaksanaan metode tim berlandaskan
konsep berikut (Situros, 2006) : Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
tanggung jawab ketua tim adalah :
1. Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
2. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
3. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
4. Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta
mendokumentasikannya
5. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas terjamin
6. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama
melalui renpra tertulis yang merupakan pedoma pelaksanaan asuhan, supervisi
dan evaluasi
7. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
8. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil baik
apabila di dukung oleh kepala ruangan, untuk itu kepala ruangan diharapkan
telah

 Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf


 Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ ruangan
 Memberi kesempatan kepada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
 Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
 Menjadi narasumber bagi ketua tim
 Mendorong staf untuk meningkatkan kemampun melalui riset keperawatan
 Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka

Kelebihan metode ini adalah :

1. Saling memberi pengalaman antar sesama tim


2. Pasien dilayani secara komprehensif
3. Terciptanya kaderisasi kepemimpimpinan
4. Tercipta kerjasama yang baik
5. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman dan
efektif
Kekurangan metode ini adalah :

Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga pakar mengembangkan


metode keperawatan primer (Situros, 2006). Selain itu :

 Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi tanggung
jawabnya
 Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan
atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi
antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
 Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung atau
berlindung pada anggota tim yang mampu atau ketua tim
 Akontabilitas dalam tim kabur

D. Metode Perawat Primer

Menurut Gillies (1989) “ keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian


asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan berkesinambungan
antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggung jawab dalam perencanaan,
pemberian dan koordinasi asuhan keperawatan klien, selama klien dirawat.” (Situros,
2006). Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab terhadap
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primery nurse) disingkat
dengan PP. (Situros, 2006).Keuntungan dan kerugian metode keperawatan primer :

a. Keuntungan :
 Metode praktek keperawatan profesional dapat dipraktekan
atau diterapkan
 Memungkinkan asuhan keperawatan yang komprehensif
 Memungkinkan penerapan proses keperawatan
 Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
 Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima
asuhan keperawatan
b. Kerugian
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
 Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan metode
lain.

Anda mungkin juga menyukai