Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Profil Organisasi


Puskesmas Keumala adalah unit pelaksana teknis dinas Kesehatan kabupaten/ kota
yang bertanggung jawab terhadap pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya yang
berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan Kesehatan, pusat
pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan Kesehatan strata pertama.
Untuk memenuhi fungsinya maka Puskesmas Keumala mempunyai kegiatan/ upaya
Kesehatan wajib yang terdiri dari upaya Kesehatan ibu dan anak, upaya promosi Kesehatan,
upaya Kesehatan lingkungan, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular serta upaya pengobatan dasar. Selain itu untuk mendukung
pelayanan ditingkat desa dilakukan dengan adanya Poskesdes serta penyebaran tenaga di
tingkat desa dengan menempatkan bidan desa.

Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berwenang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu, penerapan
system manajemen mutu puskesmas yang tertuang dalam pedoman mutu puskesmas
menjadi rujukan untuk mewujudkan pelayanan puskesmas yang bermutu sesuai dengan
harapan. Pedomana ini menjelaskan garis besar sistem manajemen mutu Puskesmas
Keumala. Semua ketentuan/ persyaratan serta kebijakan yang tertuang dalam pedoman ini
merupakan acuan untuk menjalankan kegiatan operasional puskesmas.

Penyusunan pedoman mutu ini digunakan sebagai panduan dalam proses


pelaksanaan akreditas di Puskesmas Keumala. Pedoman juga sebagai basis mutu semua
kegiatan dan pelaksanaan program di Puskesmas Keumala. Pedoman Manajemen Mutu ini
menjelaskan secara garis besar sistem manajemen mutu puskesmas. Semua ketentuan
maupun persyaratan serta kebijakan yang tertuang dalam Pedoman Manajemen ini
merupakan acuan untuk menjalankan kegiatan operasional Puskesmas Keumala. Penerapan
sistem manajemen mutu dimaksudkan untuk menjadi gambaran secara umum sistem
manajemen mutu dalam mencapai komitmen mutu, sasaran mutu, serta kepuasan pelanggan
sehingga tujuan Puskesmas Keumala secara keseluruhan dalam aspek mutu tercapai
kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu.
B. Visi Organisasi
Adapun visi dari Puskesmas Keumala adalah “Puskesmas dengan pelayanan Prima
menuju masyarakat Keumala yang sehat dan mandiri.

C. Misi organisasi
a. Memberikan pelayan prima
b. Mengembangkan sarana dan prasaranayang mengutamakan kualitas pelayanan
c. Meningkatkan akses keterjangkauan masyarakat dalam pelayanan kesehatan
d. Meningkatkan peran aktif masyarakat terhadap kesehatan
e. Menerapkan manajemen yang transparan pada setiap program

D. Struktur Organisasi
E. Motto
Memberikan Pelayanan yang cepat, tepat, tulus dan Ikhlas

F. Tata Nilai
Adapun tata nilai Puskesmas Keumala adalah sebagai berikut;
I = Ikhlas bekerja melayani dengan sepenuh hati
S = Semangat dalam bekerja
L = Loyal, setia terhadap tigas dan tanggung jawab
A = Amanah dalam mengemban tugas
M = Malu, memiliki budaya malu jika tidak menjalankan tugas dengan baik
I = Integritas, bekerja dengan pribadi yang jujur dan memiliki karakter yang kuat

G. Tujuan Pedoman Mutu


Menjadi acuan dalam upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien di puskesmas
keumala

H. Pengertian
Pertemuan Tinjauan Manajemen adalah pertemuan yang dilakukan oleh manajemen secara
periodik untuk meninjau kinerja sistem manajemen mutu dan kinerja pelayanan/
penyelenggaraan kegiatan UKM, UKP maupun ADMEN

I. Ruang Lingkup
Pedoman ini disusun berdasarkan standar akreditas puskesmas yang meliputi pedoman
dalam upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan UKM, UKP, dan Administrasi
manajemen, serta Keselamatan Pasien.
BAB II
SISTEM MANAJEMEN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PUSKESMAS
KEUMALA

A. Gambaran umum sistem manajemen mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas


Keumala :
Puskesmas Keumala menetapkan, mendokumentasi, memelihara sistem manajemen
mutu sesuai dengan standar akreditas Puskesmas (Bab III, VI, dan IX). Sistem ini disusun
untuk memastikan telah diterapkannya persyaratan pengendalian terhadap proses-proses
penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat baik penyelenggaraan upaya pengembangan
maupun pelayanan klinis, yang meliputi kejelasan proses pelayanan dan interaksi proses
dalam penyelenggaraan pelayanan, kejelasan penanggung jawab, penyedia sumber daya,
penyelenggaraan pelayanan itu sendiri mulai dari perencanaan yang berdasar kebutuhan
masyarakat/ pelanggan, verifikasi terhadap proses pelayanan dan hasil-hasil yang dicapai,
monitoring dan evaluasi serta upaya penyempurnaan yang berkesinambungan.

B. Dokumen yang dipersyaratkan dan pengendalian dokumen


Secara Umum dokumen-dokumen dalam sistem manajemen mutu yang disusun
meliputi Dokumen level 1 : Kebijakan, dokumen level 2 : pedoman/manual, dokumen level
3 : standar prosedur operasional, dan dokumen level 4 : rekaman-rekaman sebagai catatan
sebagai akibat pelaksanaan kebijakan, pedoman, dan prosedur.

1. Pengendalian Dokumen
Adalah kegiatan pengelolaan dan pengendalian dokumen-dokumen sistem
manajemen mutu yang mencakup pembuatan, distribusi, pengguanaan,
perubahan dengan mengikuti ketentuan yang diatur dalam prosedur ini.
2. Dokumen Dikendalikan
Adalah bahwa dokumen acuan kerja tersebut diperbarui secara berkala sesuai
perubahan-perubahan yang terjadi selama pemakainya.
3. Dokumen Tidak Dikendalikan’
Adalah dokumen tersebut sejak diterbitkan tidak diperbarui atau direvisi.
4. Dokumen Tidak Berlaku
Adalah bahwa dokumen tersebut sudah tidak berlaku lagi dan selanjutnya di
perlakukan sebagai arsip

5. Pedoman Mutu
Adalah dokumen sistem manajemen mutu yang memuat ketentuan-ketentuan
yang digunakan sebagai acuan umum dalam menjalankan semua kegiatan
opersaiaoanal organisasi.
6. Prosedur Kerja
Adalah dokumen sistem manajemen mutu yang mengatur kegiatan secara lintas
fungsi agar dicapai sasaran dan persyaratan yang telah ditetapkan
7. Pengendalian Rekaman
Adalah sistem penomoran dan sistem penyimpanan dokumen yang dibutuhkan
oleh sistem manajemen mutu akreditasi puskesmas harus dikendalikan.
Catatan/rekaman adalah jenis khusus dari dokumen yang dikendalikan, dalam
artian harus diberi nomor agar mudah untuk pengelolaannya. Untuk
mendefinisikan pengendalian yang diperlukan:
a. Menyetujui dokumen untuk kecukupan sebelum terbit
b. Menelaah dan memperbarui sebagaimana perlu dan persetujuan ulang
dokumen
c. Memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen
terindentifikasi
d. Memastikan bahwa versi yang relevan dari dokumen yang dapat
diterapkan tersedia ditempat pengguna
e. memastikan bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan segera dapat
teridentifikasi
f. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar organisasi yang
diterapkan oleh organisasi yang penting untuk perencanaan operasional
sistem manajemen mutu di identifikasi dan distribusinya dikendalikan
g. Mencegah penggunaan tidak sengaja dokumen kadaluwarsa dan untuk
menerapkan identifikasi yang sesuai pada dokumen bila di simpan untuk
maksud apapun.

C. Kebijakan Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas Keumala


Adapun kebijakan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas Keumala adalah sebagai
berikut:
1. Kepala Puskesmas dan seluruh penanggung jawab UKP, UKP dan penanggung jawab
ADMEN wajib berpartisipasi dalam program mutu/kinerja puskesmas dan keselamatan
pasien mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2. Para pemimpin wajib melakukan kolaborasi dalam pelaksanaan program mutu dan
keselamatan pasien yang diselenggarakan di seluruh jajaran puskesmas.
3. Tata nilai dalam menyediakan pelayanan baik UKM, UKP maupun ADMEN disepakati
bersama dan menjadi acuan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat
4. Kebijakan mutu dan tata nilai puskesmas dalam memberikan pelayanan disusun secara
bersama dan dituangkan dalam pedoman mutu dan kinerja.
5. Pedoman mutu dan perencanaan mutu/kinerja disusun berdasarkan visi, misi, dan tujuan
puskesmas.
6. Perencanaan mutu disusun oleh seluruh jajaran Puskesmas Keumala dengan pendekatan
multi disiplin, dan dikoordinasikan oleh penanggung jawab mutu.
7. Perencanaan mutu/kinerja meliputi perencanaan mutu/kinerja manajemen, perencanaan
mutu/kinerja UKM, dan Perencanaan mutu pelayan klinis.
8. Perencanaan mutu/kinerja manajemen meliputi paling tidak;
a. Penilaian kinerja manajemen
b. Pelaksanaan audit internal
c. Pelaksanaan pertemuan tinjauan manajemen
d. Kaji banding kinerja dengan puskesmas lain
e. Penilaian perjanjian kerja sama dengan pihak ketiga
9. Kepala puskesmas wajib membentuk tim audit internal
10. Audit internal dilakukan untuk memonitor kinerja pelayan puskesmas.
11. Tim audit internal wajib Menyusun rencana audit tahunan, unit kerja yang di audit
secara periodic dilakukan audit ulang untuk memonitor tindak lanjut terhadap audit
sebelumnya.
12. Pertemuan tinjauan manajemen dilakukan paling tidak dua kali dalam setahun, yaitu
pada bula januari dan juli.
13. Perencanaan mutu/kinerja UKM meliputi paling tidak, penilaian kinerja UKM dan
tindak lanjutnya.
14. Perencanaan mutu/kinerja pelayanan klinis dan keselamatan pasien berisi paling tidak:
a. Area perioritas berdasarkan data dan informasi, baik hasil dari monitoring dan
evaluasi, maupun keluhan pasien/keluarga/staf dengan mempertimbangkan
kekritisan, resiko tinggi dan kecenderungan terjadinya masalah.
b. Salah satu area prioritas adalah sasaran keselamatan pasien.
c. Kegiata-kegiatan dan pengendalian mutu dan keselamatan pasien yang
terkoordinasi dari semua unit kerja dan unit pelayan.
d. Pengukuran mutu dan keselamatan pasien dilakukan dengan pemilihan indikator,
pengumpulan data, untuk kemudia dianalisis dan ditindak lanjuti dalam upaya
peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
e. Indikator meliputi indikator manajerial, indikator kinerja UKM, dan Indikator
klinis, yang meliputi indikator struktur, proses, dan autcome.
f. Upaya-upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien melalui standarisasi,
perancangan sistem, rancangan ulang sistem untuk peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
g. Penerapan manajemen resiko pada semua lini pelayanan baik pelayanan klinis
maupun penyelenggaraan UKM.
h. Manajemen resiko klinis untuk mencega terjadinya kejadian sentinel, kejadian
tidak diharapkan, kejadian nyaris cedera, dan keadaan potensial cedera.
i. Program dan kegiatan-kegiatan peningkatan mutu dan pelayanan klinis dan
keselamatan pasien, termasuk di dalamnya program peningkatan mutu,
laboratorium, dan program peningkatan mutu pelayanan obat.
j. Program pelatihan yang terkait dengan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien.
k. Rencana pertemuan sosialisasi dan koordinasi untuk menyampaikan
permasalahan, tindak lanjut, dan kemajuan tindak lanjut yang dilakukan.
l. Rencana monitoring dan evaluasi program mutu dan keselamatan pasien.
m. Dalam upaya perbaikan mutu/kinerja puskesmas dan keselaatan pasien
melibatkan / memberdayakan lintas sektor, lintas program, dan masyarakat
sebagai pengguna pelayanan untuk berperan mulai dari perencanan, pelaksanaan,
monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut program-program kegiatan/kinerja
puskesma dan keselamatan pasien.
15. Perencanaan sistem/ proses pelayanan memperhatikan butir-butir dibawah ini:
a. Konsisten dengan visi, misi, tujuan dan tata nilai puskesmas, dan perencanaan
puskesmas.
b. Memenuhi kebutuhan pasien, keluarga, masyarakat dan staf.
c. Menggunakan pedoman penyelenggaraan UKM, pedoman praktik klinis, standar
pelayanan klinis, kepustakaan ilmiah dan berbagai panduan profesi maupun
panduan dari Kementerian Kesehatan
d. Memepertimbangkan informasi dan manajemen resiko
e. Dibangun sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang ada di puskesmas
f. Menggunakan infomasi dan kegiatan peningkatan yang terkait
g. Mengintegrasikan serta menggabungkan berbagai proses dan sistem pelayanan
16. Seluruh kegiatan mutu/ kinerja puskesma dan keselamatan pasien harus
didokumentasikan.
17. Hasil-hasil peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus disosialisasikan kepada
pihak-pihak terkait yang membutuhkan
18. Penanggung jawab manajemen mutu wajib melaporkan kegiatan peningkatan mutu dan
keselamatan pasien kepada Kepala Puskesmas tiap tribulan
19. Berdasarkan pertimbangan hasil keluhan pasien/ keluarga dan staf, serta
mempertimbangkan kekritisan, resiko tinggi, dan potensial bermasalah, maka area
perioritas yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan mutu/ kinerja pelayan klinis
dan keselamatan pasien adalah:
a. Pencapaian enam sasaran keselamatan pasien
b. Pelayanan Rawat Jalan
c. Pelayanan Farmasi
d. Pelayanan Gawat Darurat

D. Komitmen dan Tanggung Jawab Manajemen


Seluruh staf puskesmas berkomitmen untuk menyelenggarakan pelayan yang
berfokus pada pelanggan, memperhatikan keselamatan pelanggan, dan melakukan
penyempurnaan yang berkelanjutan. Kebijakan mutu dituangkan dalam surat keputusan
kepala puskesmas yang meliputi kebijakan mutupelayan klinis dan kebiajkan mutu
pelayanan UKM.

Kepala puskesmas, penanggung jawab mutu, penanggung jawab upaya,


penangunggu jawab layanan klinis dan seluruh karyawan puskesmas bertanggung jawab
untuk menerapkan seluruh persyaratan yang ada pada manual mutu ini.

E. Pengorganisasian:
1. Uraian tugas ketua mutu :
a. Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan mutu sesuai standar
b. Fungsi : Melakukan penjaminan mutu proses dan hasil
c. Uraian Tugas :
1) Menyusun kebijakan dan strategi manajemen mutu
2) Menyusun program indikator mutu
3) Melakukan koordinasi dengan tim terkait dalam penyusunan program
peningkatan mutu
4) Memantau pelaksanaan seluruh program peningkatan mutu
5) Mengevaluasi pelaksanaan seluruh program peningkatan mutu
6) Mensosialisasikan hasil pencapaian program peningkatan mutu
7) Melaksanakan rapat kegiatan tinjauan manajemen
8) Memfasilitasi tindak lanjut hasil rekomendasi
9) Melakukan koordinasi tentang program pasien safety dengan tim terkait
10) Memfasilitasi kegiatan terkait pengelenggaraan, pengembangan, inovasi dan
kendali mutu
2. Uraian Tugas Sekretaris Manajemen mutu
a. Tugas Pokok : Membantu ketua tim dalam melaksanakan kegiatan mutu sesuai
standar
b. Fungsi : Melaksanakan kegiatan pengelolaan dokumen mutu
c. Uraian Tugas :
1) Membantu ketua tim mutu dalam berkoordinasi dengan tim terkait
2) Menyiapkan dan membuat dokumen yang diperlukan dalam kegiatan mutu dan
kinerja puskesmas
3) Membantu dokumen control dalam pengelolaan dokumen di puskesmas

3. Uraian Tugas anggota manajemen mutu


a. Tugas Pokok ; melaksanakan kegiatan survey dan penanganan keluhan pelanggan
b. Fungsi : Melaksanakan kegiatan dokumen
c. Uraian Tugas :
1) Membuat perencanaan survey identifikasi kebutuhan masyarakat
2) Membuat perencanaan survey kepuasan pelanggan UKP dan UKM
3) Melaksanakan survey sesuai jadwal yang telah ditetapkan
4) Merekap data, mengolah data, dan menganalisa dara serta hasil survey

F. Pengelolaan Sumber Daya dan Peralatan


1. Penyediaan Sumber Daya
Kepala puskesmas berkewajiban menyediakan sumber daya yang di butuhkan untuk
penyelenggara pelayanan di puskesmas. Penyediaan sumber daya meliputi: (baik untuk
penyelenggaraan UKM maupun pelayanan klinis)
2. Manajemen sumber daya manusia
Penyediaan sumber daya manusia, proses rekrutmen, proses kredensial, proses pelatihan
dan peningkatan kompetensi
3. Pengelolaan Sarana Bangunan Fisik Puskesmas
4. Pengelolaan Prasarana (system utilitas) Puskesmas
5. Pengelolaan Peralatan (pemeliharaan, perbaikan, dan kalibrasi)
6. Pengelolaan Lingkungan Kerja (jelaskan bagaimana upaya memelihara lingkungan
kerja tetap aman, hijau, dan bersih, serta mengupayakan penghematan)

G. Penyelengaraan Pelayanan UKM Dan UKP


1. Upaya Kesehatan Masyarakat
Perencanaan Upaya Kesehatan Masyarakat, akses, dan pengukuran kinerja
a. Penyelenggaraan UKM
b. Sasaran Kinerja UKM :
1) Pemantauan dan penggukuran :
a) Kepuasaan Pelanggan
b) Audit Internal
c) Pemantauan dan pengukuran proses
d) Pemantauan dan pengukuran hasil layanan
2) Pengendalian jika ada hasil yang tidak sesuai
3) Analisa Data
4) Peningkatan berkelanjutan
5) Tindakan korektif
6) Tindakan preventif
2. Pelayanan Klinis:
a. Pelayanan Klinis yang berorientasi pasien
b. Penunjang Pelayanan Klinis
1) Peningkatan Mutu Pelayanan Klinis dan Keselamatan Pasien
2) Penilaian indikator kinerja klinis
3) Pengukuran pencapaian sasaran keselamatan pasien
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien
5) Analisis dan tindak lanjut
6) Penerapan manajemen resiko

BAB III
KEGIATAN PENGUKURAN, ANALISIS, UPAYA PERBAIKAN MUTU PUSKESMAS
DAN KESELAMATAN PASIEN

A. Program Mutu dan Keselamatan Pasien Puskesmas Keumala


Sejak Diterbitkan PMK nomor 46 tahun 2015 tentang akreditasi puskesmas, klinik dan
sarana pelayanan primer lain. Maka pelaksanaan keselamatan pasien di PUSKESMAS
mengacu pada peraturan Menteri nomor 46 tahun 2015 dengan sasaran sebagai berikut:

1. Ketepatan Identifikasi Pasien


Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di hamper
semua aspek atau tahapan diagnosis-diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi
pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius atau tersedasi, mengalami
disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur, kamar atau lokasi di rumah sakit, adanya
kelainan sensori, atau akibat situasi lain. Tujuan dari sasaran untuk melakukan dua kali
pengecekan yaitu : pertama, untuk identifikasi pasien sebagai individu yang akan
menerima pelayananatau pengobatan; dan kedua, untuk kesesuaian pelayan atau
pengobatan terhadap individu tersebut. Pelaksanaan identifikasi pasien menurut PMK
1691-2011 dalam bentuk :
1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3) Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan Tindakan atau
prosedur.
5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif


Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
pasien akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien.
Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang sudah
terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau
melalui telepon. Komunikasi yang sudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan
kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito
melalui telepon ke unit pelayanan. Pelaksaaan komunikasi yang efektif memiliki elemen
dalam bentuk perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah. Perintah lengkap lisan
dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima
perintah. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan dan kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telefon secara konsisten.

3. Tidak terjadi kesalahan pemberian obat (peningkatan keamanan obat)


Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien, manajemen harus
berperan secara kriitis untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-obatan yang perlu
diwaspadai (High-Alert Medications) adalah obat yangs sering meyebabkan terjadi
kesalahan-kesalahan serius (Sentinel Event), obat yang beresiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan (Adverse outcom) seperti obat-obatan yang terlihat mirip
dan kedengaran mirip (nama obat rupa dan ucapan mirip/ NORUM, atau Look Alike
Sound Alike/LASA. Obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien
adalah pemberian elektolik konsentrat secara tidak sengaja (misalnya Klarium Klorida
2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%,
dan magnesium sulfat = 50% atau lebih pekat). Kesehatan ini bisa terjadi bila perawat
tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan pasien, atau bila perawat
kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum ditugaskan, atau pada keadaan
gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian
tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai termasuk memindahkan elektrolik konsentrat dari unit pelayanan pasien ke
farmasi. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan atau prosedur
untuk membuat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data yang ada di
rumah sakit. Kebijakan ataum prosedur juga mengidentifikasi area mana saja yang
membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi, serta pemberian
label secara benar pada elektrolit dan bagaimana penyimpanannya diarea tersebut,
sehingga membatasi akses, untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja/ kurang hati-
hati.

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien.


Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis dan keperawatan. Salah lokasi,
salah prosedur, pasien salah pada saat melakukan tindakan medis atau operasi adalah
sesuatu yang mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini
adalah akibat dari komikasi yang tidak efektif atau yang tidak adkuat antara anggota tim
tenaga kesehatan tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (sitemarking).
Disamping itu asismen pasien yang tidak adkuat penelaahan ulang catatan medis tidak
adkuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca (illegible
handwriting) dan pemakaian singkatan adalah factor-faktor kontribusi yangs erring
terjadi.

5. Pengurangan resiko infeksi


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan
pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para
propesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah (blood
stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene bisa dibaca kepustakaan WHO, dan
berbagai organisasi nasional dan internasional. Puskesmas mempunyai proses
kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan
atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara umum dan untuk
implementasi petunujk tersebut di PUSKESMAS.

6. Pengurangan resiko infeksi


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang disediakan, dan
fasilitasnya, Puskesmas dan rumah sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa
termasuk Riwayat jatuh, obat dan telah terhadap konsumsi alcohol, gaya jalan, dan
keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien. Program tersebut
harus diterapkan rumah sakit dan Puskesmas. Rumah sakit dan Puskesmas menerapkan
proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan melakukan asesmen ulang
pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan. Membuat
Langkah-langkah untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen
dianggap berisiko jatuh. Kebijakan dan/atau prosedur di PUSKESMAS di kembangkan
untuk mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di
rumah sakit.

B. PENGUKURAN DAN ANALISIS MUTU


Pengukuran mutu/kinerja puskesmas dilakukan dengan menggunakan indikator-
indikator yang ditetapkan baik untuk administrasi manajemen, upaya kesehatan
masyarakat, dan upaya kesehatan perseorangan (pelayanan klinis). Indikator-indikator
tersebut disusun berdasarkan pada acuan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan berdasarkan pembahasan dengan penanggung
jawab UKM maupun UKP. Indikator-indikator tersebut paling tidak memuat tujuan,
numerator dan denominator, target pencapaian, cara dan periode pengumpulan data, dan
analisis data. Indikator dapat meliputi indikator sumber daya, proses, dan hasil. Capaian
indikator harus dianalisisi dan ditindak lanjuti dalam bentuk upaya perbaikan.

C. UPAYA PERBAIKAN MUTU PUSKESMAS DAN KESELAMATAN PASIEN


1. Peningkatan pemahaman dan komitmen tentang mutu dan keselamatan pasien
Perbaikan mutu puskesmas dan leselamatan pasien hanya dapat terlaksana jika
didukung oleh komitmen dan peran aktif seluruh pimpinan dan karyawan puskesmas,
maka upaya perbaikan mutu diawali dengan penanggulangan workshop pemahaman
mutu dan penggalangan komitmen. Upaya peningkatan pemahaman dilakukan
mengirimkan karyawan untuk pelatihan atau mengadakan pelatihan puskesmas (in-
house). Tata nilai dan budaya mutu dan keselamatan perlu disepakati.

2. Keterlibatan masyarakat dan pengguna pelayan puskesmas, serta lintas sektor terkait
Masyarakat dan pengguna perlu dilibatkan dalam upaya perbaikan mutu dan
keselamatan pasien. Masukan dari masyarakat dan pengguna didapatkan melalui
workshop dengan masyarakat dan lintas sektor terkait adanya kotak saran, survey
kebutuhan dan kepuasan, umpan balik masyarakat baik melalui sms maupun complain
yang diajukan.

3. Program peningkatan mutu dan kinerja manajerial :


Untuk meningkatakan pelayanan kepada masyarakat, maka perlu disusun program
peningkatan mutu dan kinerja manajerial, yang meliputi :
a. Penilaian mutu dan kinerja manajerial :
1) Penyusunan indikator mutu/kinerja manjerial
2) Pengumpulan data kinerja dengan menggunakan indikator yang telah disusun
3) Analisis data kinerja dan tindak lanjut
4) Kajibanding kinerja dengan puskesmas lain dan tindak lanjut
b. Audit internal :
Audit internal dilakukan untuk menilai dan memperbaiki mutu dan kinerja baik
pelayanan UKM, UKP dan manjerial yang dilakukan oleh tim audit internal
dengan rencana program audit yang terjadual selama satu tahun dan periodik.
c. Pertemuan tinjauan manajemen
Pertemuan tinjauan manajemen dilakukan dengan input tinjauan yang meliputi :
1) Hasil audit internal
Auditor internal menyampaikan laporan audit internal, dan menyampaikan
hasil-hasil audit internal terutaman temuan-temuan yang belum dapat
diselesaikan.
2) Umpan balik yang disampaikan oleh pelanggan
Umpan balik pelanggan yang diperoleh antaran lain dari kotak saran, keluhan
yang disampaikan oleh pelanggan, hasil temukader, dan mekanisme yang
lain, dibahas untuk dilakukan tindak lanjut perbaikan.
3) Kinerja pelayan, baik kinerja hasil maupun kinerja proses
Capaian kinerja dibahas pada pertemuan untuk menindaklanjuti kinerja yang
belum mencapai target yang diharapkan
4) Status tindakan perbaikan maupun pencegahan yang dilakukan
Tindakan perbaikan maupun penjegahan yang telah dilakukan juga perlu
dibahas baik hasil-hasil yang telah dicapai maupau yang belum tercapai untuk
dapat dilakukan penyelesaian
5) Tindak lanjut terhadap hasil tinjauan manajemen yang lalu
Hasil tinjauan manajemen yang lalu dibahas untuk mengetahui pelaksanaan
tindak lanjut terhadap rekomendasi pertemuan tinajuan manajemen yang lalu.
Hambatan dibahas untuk dilakukan upaya mengatasi hambatan dalam
nenindaklanjuti rekomendasi yang lalu.
6) Kebijakan mutu dan kebijakan pelayanan UKP dan kebijakan
penyelenggaraan kegiatan UKM. Berdasarkan pembahasan pada pertemuan
tinjauan manajemen, kbijakan mutu dan kebijakan pelayanan dapat diubah
dalam upaya perbaikan kinerja
7) Perubahan yang perlu dilakukan terhadap system manajemen mutu, system
pelayanan UKP, dan penyengelenggaraan kegiatan UKM. Berdasarkan
pembahasan dalam pertemuan, perubahan juga dapat dilakukan baik pada
sistem manajemen mutu, system pelayanan UKP, system manajemen, dan
system penelenggaraan UKM
d. Dan output tinjauan meliputi :
1) Peningkatan efektivitas system manajemen mutu dan pelayanan UKP dan
system penyelenggaraan kegiatan UKM
2) Peningkatan pelayanan terkait dengan persyaratan yang diminta oleh
pelanggan
3) Identifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan baik pada system
manajemen mutu, system pelayanan UKP, dan system penyelenggaraan
kegiatan UKM
4) Penyediaan sumber daya yang perlu dilakukan untuk melaksanakan tindak
lanjut perbaikan
5) Pertemuan ini dilakukan minimal dilakukan dua kali setahun
e. Evaluasi kinerja pihak ketiga :
Kinerja pihak ketiga yang bekerja sama dengan puskesmas perlu evaluasi
untuk memastikan bahwa produk/jasa yang diberikan pihak ketiga memenuhi
persyaratan mutu dan keselamatan pasien.

4. Program peningkatan dan kinerja UKM


a. Penilaian mutu dan kinerja :
1. Penyusunan indikator mutu/kinerja manajerial
2. Pengumpulan data kinerja dengan menggunakan indikator yang telah disusun
3. Analisis data kinerja dan tindak lanjut
4. Kajibanding kinerja dengan puskesmas lain dan tindak lanjut

b. Perbaika mutu dan kinerja UKM :


Perbaikan mutu dan kinerja UKM dilakukan berdasarkan analisis kinerja.
Capaian kinerja yang belum sesuai dengan target yang diharapkan dianalisis dan
ditindak lanjuti. Adanya umpan balik dan keluhan sasaran UKM dan masyarakat
dianalisis dan ditindak lanjuti

5. Program peningkatan mutu dan kinerja UKP


a. Penetapan area prioritas perbaikan pada pelayanan UKP
b. Pemantauan kinerja pada area prioritas dengan indikator yang ditetapkan
c. Penerapan manajemen resiko (FMEA) pada area prioritas
d. Menitoring dan penilaian kinerja pelayanan klinis pada masing-masing unit
pelayanan, tindak lanjutnya
e. Monitoring, penilaian kinerja dan perilaku SDM klinis, dan tindak lanjutnya
f. Upaya perbaikan mutu pelayanan klinis pada masing-masing unit kerja
berdasarkan hasi penilaian kinerja maupun umpan balik pelanggan
g. Pelaporan dan tindak lanjut insiden keselamatan pasien
h. Penyusunan dan penerapan panduan praktik klinis
i. Monitoring dan tindak lanjut terhadap 6 sasaran keselamatan pasien

6. Implemetasi manajemen resiko baik pada pelayan UKM maupun pelayanan UKP
Manajemen resiko dilakukan baik sebagai upaya reaktif maupun preventif. Resiko
yang diperkirakan dapat ditimbulkan baik akibat pelayanan UKM maupunUKP harus
diidentifikasi dan di tindak lanjuti. Jika terjadi kejadian baik akibat pelayanan UKM
maupunUKP harus di tindak lanjuti dengan mitigasi dan upaya pencegahan agar tidak
terjadi lagi. Puskesmas wajib Menyusun register resiko baik resiko fasilitas, maupun
resiko yang mungkin diakibatkan oleh pelayanan yang disediakan.

D. METODA
Metoda dalam peningkatan mutu puskesmas dan keselamatan pasien adalah sebagai
Berikut :
1. Penilaian kinerja dan tindak lanjut dengan melalui analisis terhadap capaian kinerja
kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana perbaikan, pelaksanaan perbaikan,
memonitoring dan menilai hasil perbaikan, dan tidak lanjut, mengikuti siklus PDCA.
2. Menindak lanjut masukan dan keluhan pengguna dan masyarakat mengikuti siklus
PDCA
3. Upaya perbaikan dilakukan melalui tindakan korektif dan tindakan preventif
4. Menerapkan manajemen resiko baik pada pelayanan manajerial, UKM, dan UKP,
dengan tahapan : menetapkan lingkup manajemen resiko, melakukan analisis resiko, dan
menindak lanjuti. Manajemen resiko diterapkan baik secara reaktif maupun proaktif.
Upaya proaktif dilakukan sebelum ada kejadian dengan menganalisis kemungkinan
terjadinya resiko dengan menggunakan metoda FMEA, sedangkan upaya reaktif
dilakukan untuk mengatasi kejadian yang sudah terjadi dan mencegah terulangnya
kejadian dengan menggunakan metoda RCA.

E. PENCATATAN DAN PELAPORAN


Seluruh kegiatan perbaikan mutu dan keselamatan pasien dicatat dan dilaporkan Kepada
kepala puskesmas setiap bulan, dan oleh kepala puskesmas dilaporkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten setiap tiga bulan sekali.

F. MONITORING DAN EVALUASI


Monitoring keseluruhan upaya perbaikan mutu dan keselamatan pasien dilakukan oleh
para penanggung jawab UKM dan UKP. Penanggung jawab mutu berkewajiban memonitor
keseluruan pelaksanaan program mutu. Evaluasi keseluruhan upaya perbaikan mutu
puskesmas dan keselamatan pasien di lakukan minimal setahun sekali, dan dilaporkan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten.
BAB IV
PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN

A. PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


Pertemuan tinjauan manajemen adalah pertemuan yang dilakukan oleh manajemen
secara periodik untuk meninjau kinerja sistem manajemen mutu dan kinerja
pelayanan/peneyelenggaraan kegiatan Puskesmas/FKTP untuk memastikan kelanjutan,
kesesuaian, kecukupan, dan efektifitas dari sistem manajemen mutu dan sistem
pelayanan/penyelenggaraan kegiatan UKM maupun UKP. Pertemuan tunjauan manajemen
dipimpin oleh penanggung jawab mutu. Pertemuan tinjauan manajemen mempunyai
karakteristik sebagai berikut:

1. Dilakukan secara berkala. Pertemuan tinjauan manajemen sebaiknya dilakukan


paling sedikit dua kali setahun. Pertemuan ini menggunakan forum lokal karya mini
yang dilaksanakan tiap semester yang merupakan forum untuk evaluasi kinerja
semester
2. Direncanakan dengan baik. Sebelum menyelenggarakan pertemuan tinjauan
manajemen, penanggung jawab mutu membahas dengan kepala puskesmas rencana
untuk menyelenggarakan pertemuan tinjauan manajemen. Dalam pembahasan
dengan kepala puskesmas didiskusikan tentang tujuan, waktu, jadwal
penyelenggaraan, agenda, imput tujuan, proses tinjauan dan luaran yang diharapkan
3. Didokumentasikan dengan baik. Kegiatan pertemuan tinjauan manajemen harus
didokumentasikan denga baik mulai dari undangan pertemuan, daftar hadir, agenda
pertemuan, proses tinjauan, notulen pelaksanaan pertemuan, dan rekomendasi hasil
pertemuan
4. Mengevaluasi efektivitas penerapan sistem manajemen mutu dan danpaknya pada
mutu/kinerja
5. Mengevaluasi efektivitas sistem pelayanan UKP dan penyelenggaraan kegiatan
UKM
6. Membahas perubahan yang perlu dilakukan. Pembahasan dalam pertemuan tinjauan
manajemen menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk melakukan perubahan
yang mengarah pada perbaikan. Perubahan dapat berupa perbaikan sistem
pelayanan, sistem manajemen mutu, sistem manajemen, kebiajakan dan prosedur.
7. Hasil pertemuan harus ditindak lanjuti. Berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan
dalam pertemuan tinjauan manajemen, direncanakan kegiatan tindak lanjut.
8. Pelaksanaan tindak lanjut harus dipantau. Penanggung jawab mutu bersama dengan
tim mutu mempunyai kewajiban untuk memantau tindak lanjut terhadap
rekomendasi tinjauan manajemen
9. Pihak manajemen dan pelaksana yang terkait diundang dalam pertemuan
10. Pertemuan diawali dengan pembahasan hasil dan tindak lanjut pertemuan tinjauan
manajemen sebelumnya
11. Dilaksanakan dengan agenda yang jelas. Agenda pertemuan tinjauan manajemen
harus disusun oleh penanggung jawab mutu
12. Menghasilkan luaran; rencana perbaikan, rencana peningkatan kepuasan pelanggan,
rencana pemenuhan sumber daya, rencana perubhan-perubhan untuk
mengakomodasi persyaratan yang diminta oleh pelanggan/pengguna.

B. TUJUAN PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


1. Tujuan umum :
Pertemuan Tinjauan Manajemen bertujuan untuk memastikan terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu melalui pembahasan permasalahan-permasalahan yang
terkait dengan operasional FKTP secara bersama, melibatkan seluruh pegawai, dan
dilaksanakan secara berkesinambungan.

2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya pertemuan tinjauan manajemen mutu di FKTP sesuai dengan
persyaratan yang berlaku
b. Terbitnya kesepakatan tindak lanjut dari proses-proses terkait implementasi sistem
manajemen mutu
c. Tersedianya kriteria untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan
d. Teridentifikasinya peluang yang cukup untuk melakukan perbaikan terus-menerus
(continuosus Improvement)

C. AGENDA PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


Pertemuan Tinjauan Manajemen dipimpin oleh Penanggung Jawab mutu dengan agenda
sebagai berikut:

1. Pembukaan oleh Penanggung Jawab Mutu


Pada pembukaan pertemuan tinjauan manajemen, penanggung jawab mutu
menyampaikan tujuan dan agenda pertemuan tinjauan manajemen.
2. Pengarahan oleh kepala puskesmas
Kepala Puskesmas diberi kesempatan untuk meemberikan arahan pada pertemuan
tinjauan manajemen untuk menyampaikan priotitas permasalahan yang perlu
dibahas dan prioritas perbaikan yang akan dilakukan oleh puskesmas
3. Pembahasan hasil pertemuan tinjauan manajemen yang lalu
Hasil pertemuan tinjauan manajemen yang lalu, rekomendasi, tindak lanjut, dan
hasil-hasil yang sudah dicapai, serta hambatan dalam pelaksanaan tindak lanjut
harus dibahas. Tindak lanjut yang belum dapat diselesaikan perlu dibahas untuk
mengatasi hambatan yang ada
4. Pembahasan hasil audit internal
Hasil audit internal terutama yang belum dapat diselesaikan perlu dibahas pada
pertemuan tinjauan manajemen untuk dapat ditindak lanjut
5. Pembahsan umpan balik/keluhan pelanggan
Umpan balik pelanggan, upaya menanggapi umpan balik pelanggan juga harus
dibahas dalam pertemuan tijauan manajemen
6. Pembahasan hasil survey pelanggan
Hasil survey pelanggan perlu disampaikan, untuk ditindak lanjuti dalam upaya
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan
7. Pembahasan hasil penilaian kerja
Pertemuan tinjauan manajemen membahas capaian kinerja selama satu semestes,
untuk ditindak lanjuti dalam perencanaan kegiatan satu semester mendatang.
Perubahan strategi dalam mencapai target kinerja dapat dibahas dalam pertemuan.
8. Masalah-masalah opersaional yang terkait dengan sistem manajemen mutu, pelayan
UKM dan UKP
9. Rekomendasi untuk perbaikan. Keseluruhan pembahasan yang dilakukan dalam
pertemuan tinjaun manajemen menghasilkan rekomendasi untuk ditindak lanjuti
10. Rencana perbaikan/perubahan yang perlu dilakukan berdasarkan rekomendasi
disusun rencana perbaikan berupa kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan
11. Penutup
Penanggung jawab mutu menutup pertemuan dengan membacakan kesimpulan dan
rekomendasi

D. MASUKAN (INPUT) PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


Masukan yang akan dibahas dalam pertemuan tinjauan manajemen antara lain adalah:

1. Hasil audit internal


Auditor internal menyampaikan laporan audit internal, dan menyampaikan hasil-hasil
audit internal terutama temuan-temuan yang belum dapat diselesaikan
2. Umpan balik yang disampaikan oleh pelanggan
Umpan balik pelanggan yang diperoleh antara lain dari kotak saran, keluhan yang
disampaikan oleh pelanggan, hsil temu dokter, dan mekanisme yang lain, dibahas untuk
dilakukan tindak lanjutan perbaikan
3. Kinerja pelayanan, baik kinerja hasil meupun proses
Capaian kinerja dibahas pada pertemuan untuk menindak lanjuti kinerja yang belum
mencapai target yang diharapkan
4. Status tindakan perbaikan maupun pencegahan yang dilakukan
Tindakan perbaikan maupun pencegahan yang telah dilakukan juga perlu dibahas baik-
baik hasil yang telah dicapai maupun yang belum tercapai untuk dapat dilakukan
penyelesaian
5. Tindak lanjut terhadap hasil tinjauan manajemen yang lalu
Hasil tinjauan manajemen yang lalu dibahas untuk mengetahui pelaksanaan tindak lajut
terhadap rekomendasi pertemuan tinjauan manajemen yang lalu. Hambatan dibahas
untuk dilakukan upaya mengatasi hambatan dalam menindak lanjuti rekomendasi yang
lalu
6. Kebijakan mutu dan kebijakan pelayan UKP dan kebijakan penyelenggaraan kegiatan
UKM
Berdasarkan pembahasan pada pertemuan tinjauan manajemen, kebijakan mutu dan
kebijakan pelayanan dapat diubah dalam upaya perbaikan kinerja
7. Perubahan yang perlu dilakukan terhadap sistem manajemen mutu, sistem pelayanan
UKP, dan penyelenggaraam kegiatan UKM. Berdasarkan pembahasan dalam pertemuan,
perubahan juga dapat dilakukan baik pada sistem manajemen mutu, sistem pelayanan
UKP, sistem manajemen, dan sistem penyelenggaraan UKM.

E. HASIL (LUARAN) PERTEMUAN TINJAUAN MANAJEMEN


Dengan dilaksanakan pertemuan tinjauan manajemen, maka dapat diambil keputusan
dan tindakan manajerial yang terkait dengan :
1. Peningkatan efektifitas manajemen mutu dan sistem pelayanan UKP dan sistem
penyelenggaraan kegiatan UKM
2. Peningkatan pelayanan terkait dengan persyaratan yang diminta oleh pelanggan
3. Identifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan baik pada sistem manajemen
mutu, sistem pelayanan UKP, dan sistem penyelenggaraan kegiatan UKM
4. Penyediaan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tindak lanjut

F. LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PERTEMUAN


TINJAUAN MANAJEMEN
Langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan pertemuan tinjauan manajemen perlu
dituangkan dalam standar operasional prosedur, yang memuat antara lain tahapan sebagai
berikut :
1. Penanggung jawab mutu bersasma dengan kepala puskesmas menyiapkan
pertemuan tinjauan manajemen; rencana waktu, temoat, agenda, dan siapa saja yang
diundang dalam pertemuan
2. Penanggung jawab mutu mengundang peserta pertemuan
Kepala puskesmas dan penanggung jawab coordinator, dan pelaksana adalah peserta
yang harus diundang dalam pertemuan tinjauan manajemen
3. Penanggung jawab mutu memimpin pertemuan sesuai dengan agenda yang disusun
Pertemuan diawali dengan pembukaan oleh penanggung jawab mutu, dilanjutkan
arahan oleh kepala puskesmas, untuk seterusnya dilaksankan sesuai dengan agenda
yang disusun
4. Penangung jawab mutu memberikan simpulan hasil pertemuan
pada akhir pertemuan penanggung jawab mutu menyampaikan simpulan,
rekomendasi, dan garis besar rencana termasuk batasan waktu untuk melaksanakan
tindak lanjut
5. Penanggung jawab mutu melakukan pemantauan perbaikan setelah pertemuan
tinjauan manajemen. Tindak lanjut terhadap rekomendasi hsil pertemuan tinjauan
manajemen dipantau oleh penanggung jawab mutu.
Dengan memperhatikan langkah-langkah pelaksanaan pertemuan tinjauan manajemen,
penanggung jawab manajemen mutu mempunyai peran penting dalam persiapan,
pelaksanaan dan tindak lanjut pertemuan tinjauan manajemen. Setiap pelaksanaan
pertemuan tinjauan manajemen harus memiliki bukti pelaksaan yang terdiri dari ;
undangan, daftar hadir, notulen rapat, agenda pertemuan, materi tinjauan, dan rencana
tindak lanjut.

PENUTUP

Pedoman ini merupakan panduan agi tim audit internal dan penanggung jawab mutu untuk
melaksanakan kegiatan audit internal yang sistematis dan pelaksanaan pertemuan tinjauan
manajemen yang efektif. Baik hasil audit maupun hasil tinjauan manajemen harus ditindak lanjut
oleh kepala puskesmas, penanggung jawab mutu, para penanggung jawab atau koordinaotr kegiatan
pelayan di puskesmas baik UKP maupun UKM dengan tujuan peningkatan mutu/kinerja pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai