Universitas Indonesia: and Decentralized Governance) Tentang Pelaksanaan Good Governance Di Papua Tahun 2008
Universitas Indonesia: and Decentralized Governance) Tentang Pelaksanaan Good Governance Di Papua Tahun 2008
TESIS
1206336656
DEPOK
2016
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
1206336656
DEPOK
2016
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
Universitas Indonesia
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
viii
ABSTRAK
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
ix
ABSTRACT
This study discussed about the failure of USAID’s foreign aid by the
DDG (Democracy and Decentralized Governance) programme, about the
implementation of good governance in Papua, Indonesia. The programme that
was held on 2004 to 2008 indicated failed based on some indicators, such as
accountability, transparancy, human resource index, poverty, corruption,
human rights, etc. In this research/thesis the writer by using qualitative
research method, want to analyse and find out the factors of the fail
programme to the good governance in Papua. Focused of the analysis is the
USAID as the donor of the aid programme. By using the concepts of foreign
aid, the writer found that there are two factors of the fail programme, first is
the unability of USAID in understanding about the local culture and the local
politic (Papua), and the second is United State’s national interest in Papua.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
x
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
xi
BAB IV : KESIMPULAN
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
xii
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
xiii
Tabel
Diagram
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
xiv
DAFTAR GAMBAR
Foto
Universitas Indonesia
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Martin, Doornbos, Good Governance: The Metamorphosis Of A Policy Metaphor, Journal of
International Affairs, Fall 2003, Vol. 57, No.1, hlm. 3-4.
2
Usaid Strategic Plan for Indonesia 2004-2008, Usaid, hlm. 33.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
2
Selain itu, dari beberapa survei yang dilakukan ditemukan data sebagai
berikut: Survei Governance Assesment, Index Governance Assesment di Papua
adalah 0,39. Hal ini menunjukkan masih tingginya angka korupsi. Beberapa
temuan lain dari survei ini menunjukkan tingkat korupsi, kolusi dan nepotisme
sangat tinggi di daerah ini. Selain itu, data dari Transparasi Internasional
menunjukkan bahwa perilaku korupsi masih menjadi masalah utama dan
dilihat sebagai hal yang biasa dalam tataran birokrat, baik eksekutif, legislatif
dan yudikatif di Papua. Selain itu, proses rancangan anggaran dan
pengambilan kebijakan cenderung ‘tertutup’.4
3
Vidhyandika Perkasa, Indiginized Good Governance dan Akuntabilitas Sosial di Papua,
Analisis CSIS, Vol 40, No, 3, September 2011, hlm. 403
4
Ibid., hlm. 404.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
3
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
4
8
Dyah Mutarin, Transformasi Good Governance dalam Perspektif Lokal di Kabupaten
Jayawijaya, Papua, Analisis CSIS, Vol. 38, No.1, Maret, 2009, hlm. 114.
9
Vidhyandika Perkasa (et.al). Partisipasi, Kohesi Sosial, dan Resolusi Konflik: Pengalaman dari
Wamena Papua. (Yogyakarta: Kanisius, 2006), hlm. 92.
10
Vidhyandika Perkasa, (et.al), Empowering Civil Society Group to Promote Participatory
Governance, CSIS-UNDEF, 2007, hlm. 89-91.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
5
11
Muridan S Widjono, dkk., Papua Road Map: Negotiating the Past, Improving the Present,
and Securing the Future (Jakarta: LIPI, 2008), hlm. 18.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
6
Akan tetapi, pada akhir masa program ini dijalankan, dari evaluasi
yang dibuat dan pengamatan yang dilakukan peneliti melalui berbagai data
yang diperoleh dari banyak pihak, menunjukkan bahwa program DDG ini
gagal dalam upayanya mewujudkan good governance di Papua. Indikasinya
bahwa Papua masih tertinggal dari ideal good governance dan implikasinya
terlihat dari buruknya kualitas kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan aspek
elementer masyarakat lainnya di Papua.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam permasalahan ini yaitu apakah
memang dengan kondisi tata kelola pemerintahan Papua yang buruk, dan juga
dengan realitas sosial, kondisi wilayah, latar belakang kebudayaan yang masih
terbelakang ideal good governance masih menjadi cita-cita yang sulit tercapai
di wilayah Papua. Lantas dengan demikian, walaupun dengan program yang
diimplementasikan untuk memperbaiki realitas bad governance di Papua
seperti yang dilakukan USAID melalui program DDG masih menjadi sesuatu
yang sulit terwujud. Karena memang, sebuah tata kelola pemerintahan yang
baik tentunya harus didukung oleh keinginan kuat dari berbagai pihak, baik
pemerintah maupun non-pemerintah untuk mewujudkan implementasi good
governance yang ideal. Sehingga, sebagai hipotesa dari penelitian ini, penulis
mengemukakan beberapa alasan yang mungkin menjadi jawaban/kesimpulan
sementara dari tulisan ini, yaitu faktor atau permasalahan yang menjadi
penyebab kegagalan program DDG dari USAID terkait upayanya
memperbaiki bad governance dan mewujudkan good governance di Papua
yaitu kurangnya pemahaman dari pihak pemberi bantuan dalam hal ini Usaid
tentang konteks sosio-politik dan budaya lokal di Papua, dengan realitas dan
kondisi Papua yang masih tertinggal dan terbelakang dalam banyak aspek,
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
7
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
8
diberikan. Salah satu negara yang cukup aktif dalam kerja sama antarnegara
melalui pemberian bantuan luar negeri yaitu Amerika Serikat. Melalui
lembaga donornya yaitu USAID, Amerika Serikat telah mengambil bagian
dalam begitu banyak program kerja sama antarnegara. Ada begitu banyak
bantuan luar negri yang diberikan, dan salah satu yang cukup gencar
dipropagandakan yaitu terkait good governance.
Menurut Craig Burnside dan David Dollar, bantuan luar negeri untuk
mempromosikan demokrasi dan good governance turut memberikan
kontribusi terhadap pembentukan kebijakan yang dihasilkan dari pemerintahan
yang baik.12 Sependapat dengan Burnside dan Dollar, Svensson juga
mengatakan bahwa bantuan luar negeri merupakan suatu kebijakan efisien
dalam mempromosikan demokrasi suatu negara. Dalam hal ini bantuan luar
negeri dapat berpotensi dan berkontribusi untuk mempromosikan demokrasi
dan good governance melalui beberapa cara, yakni melalui teknik bantuan
yang berfokus pada proses pemilu, penguatan legislatif dan peradilan seperti
kontrol pada eksekutif kekuasaan, dan promosi organisasi masyarakat sipil,
termasuk melalui media yang bebas serta dengan memperbaiki pendidikan dan
meningkatkan pendapatan per kapita, sehingga dapat mendukung
demokratisasi yang kondusif.13
12
Craig Burnside dan D. Dollar, Aid, Policies and Growth. Policy Research Working Paper No.
1777, 1997, Washington, DC: World Bank, hlm. 28.
13
Stephen Knack, Does Foreign Aid Promote Democracy?, International Studies Quarterly,
Vol 48, No.1, 2004, hlm. 112-114.
14
Thomas Carothers, Aiding Democracy Abroad: The Learning Curve (Washington DC: The
Brookings Institution Press, 1999), hlm. 213.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
9
Selain itu, terkait faktor kegagalan bantuan luar negri, oleh Desmond
McNeill dalam bukunya The Contradiction of Foreign Aid disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu: komitmen yang rendah dari pemerintah daerah
penerima bantuan (lack of commitment on the part of the recipient
government), perselisihan dalam birokrasi/pemerintah penerima bantuan
terkait program yang sedang dijalankan (dissension within the recipient
government regarding the project), ketidakadilan dalam kentungan
(inequitable benefits), efek buruk yang tak terduga (unwanted side effects),
keterbatasan kemampuan/skill dari pihak pemerintah lokal (lack of skilled
manpower).18
15
Michael McFaul, Amichai Magen dan Kathryn Stoner-Weiss, 2007. Evaluating International
Influences on Democratic Transitions, Concept Paper, hlm. 7.
16
Gwin, C, and Nelson, J.M. (eds),. Perspective on Aid and Development, ODC Policy Essay
22. 1997, Washington D.C.: Overseas Development Council, hlm. 18.
17
Larry Jay Diamond, Developing Democracy: Toward Consolidation (Baltimore: Johns
Hopkins University Press, 1999), hlm. 79-80.
18
Desmond McNeill, The Contradiction of Foreign Aid, (London: Croom Helm, 1981), hlm. 64-
78.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
10
19
Leftwich, Governance, Democracy and Development in The Third World, Third World
Quarterly, Vol.14, No. 3, Tahun 1993, hlm. 605.
20
Luky Djani, Implementasi Local Governance: Menjelaskan Paradoks, Analisis CSIS, Vol. 42,
No.1, Maret 2013, hlm. 51.
21
Ibid., hlm. 50-51
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
11
dengan baik. Yang terjadi pada umumnya penerapan konsep good governance
masih menyentuh aspek tekhnis, dan belum menyentuh aspek substansial.22
Dari berbagai tulisan yang diuraikan di atas terkait konsep bantuan luar
negri dengan tema good governance, suatu kecenderungan umum yaitu faktor
kegagalan cenderung dibebankan kepada pihak pemerintah lokal dengan
berbagai alasannya. Good governance (beserta demokrasi) dilihat sedemikian
idealnya sehingga cenderung luput dari faktor kegagalan. Sehingga, pihak
donor dalam hal ini USAID pun dilihat benar-benar sebagai penyelamat yang
cenderung luput dari pengamatan sebagai bagian dari kegagalan. Untuk itu,
dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, akan ditelaah juga faktor
kegagalan dari perspektif lembaga pemberi donor, yang mana elemen tersebut
cenderung tidak diperhatikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.
22
Ibid., hlm. 55-56.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
12
23
Interim Report, Revitalisasi Proses Pembuatan Kebijakan LN Indonesia Menghadapi
Perkembangan Eksternal dan Internal, Laporan Penelitian Deplu RI, 2002, hlm. 28.
24
Hattori, Reconceptualizing Foreign Aid, Review of International Political Economy, Vol. VIII,
No. 4, 2002, hlm. 642.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
13
dari negara pendonor kepada negara penerima.25 Konsep bantuan luar negri
Morgenthau ini sangat bercorak realis. Pandangannya tentang bantuan luar
negri dipengaruhi oleh politik bantuan luar negri era perang dingin, di mana
bantuan diberikan oleh dua negara besar, yaitu Amerika Serikat dan Uni
Soviet, dalam upayanya mencari sekutu dan dukungan kepada negara
pendonor (pemberi bantuan). Morghenthau menolak argumentasi bahwa
pemberian bantuan luar negri digunakan sebagai instrument penguat kapasitas
demokrasi yang selanjutnya akan menjadi dasar terciptanya perdamaan
dunia. Menurutnya, sebagian besar tipe bantuan internasional bersifat politis,
hanya sedikit yang sifatnya humanitarian foreign aid. Artinya, hal yang
seharusnya bersifat non-politis kemudian bersifat sangat politis ketika
diletakkan dalam konteks politik. Bantuan itu dipandang berfungsi hanya
sebagai suap (bribe) saat harapan-harapan lain yang bersifat non-politis cuma
akan membawa pada kekecewaan. Berdasarkan hal ini maka ada dua tipe
strategi yang di gunakan untuk mendapatkan pengaruh: propaganda dan suap
(propaganda and bribes). Bantuan luar negri selalu berarti perwujudan
kepentingan luar negri negara pendonor.26
25
Hans Morgenthau, A Political Theory of Foreign Aid, The American Political Science
Review, LVI(2), 1962, hlm. 301-309.
26
Ibid.
27
Alan H. Yang, dan T. Y. Chen. The Politics of Foreign Aid: A Positive Contribution to Asian
Economic Growth, Global and Strategies, Juli-Desember, Vol. 6, No.2, 2012, hlm. 231-245.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
14
Jadi, dari berbagai konsep dan teori tentang bantuan luar negri seperti
yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa, pemberian bantuan luar
negri selalu disertai kepentingan nasional tertentu. Kepentingan yang dibawa
itu pun akan sangat berpengaruh dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan suatu program dalam bantuan luar negri. Mengutip Gordon
Crawford, program bantuan luar negri selalu erat kaitannya dengan adanya
kerja sama antarnegara (partnership). Konsep tentang partnership ini telah
mengalami perkembangan yang cukup signifikan, dari isu militer (bantuan
militer) ke isu kemanusiaan. Bantuan luar negri tidak pernah terlepas dari
kepentingan nasional. Ia bisa menjadi berkat namun juga bisa menjadi
bencana. Namun, hal yang penting dalam setiap program pemberian bantuan
luar negri menurutnya yaitu pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini harus
28
Frederich Pearson dan Simon Payaslian, International Political Economy (Boston: McGraw-
Hill Higher Education, 1999), hlm. 380-381.
29
Edward S. Manson, Foreign Aid and Foreign Policy (New York: Council of Foreign Policy,
1964), hlm. 3-5.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
15
menjadi elemen krusial dalam setiap program bantuan luar negri yang
dijalankan.30
30
Gordon Crawford, Partnership or Power? Deconstructing the ‘Partnership for Governance
Reform’ in Indonesia, Third World Quarterly, Vol. 24, No.1, hlm. 139-142.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
16
31
Diakses dari http: //blogs.worldbank.org/publicsphere/blog-post-month-five-myths-about-
governance-and-development?cid=EXT_FBWB_D_EXT, pada tanggal 2 April 2015.
32
Martin, Doornbos, Good Governance: The Metamorphosis Of A Policy Metaphor, Journal
of International Affairs, Fall 2003, Vol. 57, No.1, hlm. 3-4.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
17
33
World Bank, Sub Saharan Africa: From Crisis to Sustainable Growth, (Washington: The
World Bank, 1989), hlm. 6.
34
World Bank, Governance and Development, (Washington: World Bank, 1992), hlm. 1.
35
World Bank, Building Institution for Market, World Development Report 2002, (New York,
Oxford University Press, 2002), hlm. 99.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
18
36
Ibid.
37
Lawrence Whitehead, Democratization: Theory and Process Experience. (New York: Oxford.
2002), hlm. 3
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
19
kombinasi antara nilai dan norma deontologis dan realitas sosial yang terjadi.
Good governance juga harus dilihat dalam pemahaman bahwa ia dinilai baik
atau diaplikasikan sebagai sebuah sistem bukan karena sebuah keharusan
namun melalui sebuah kesadaran akan esensi nilai dalam demokrasi itu
sendiri. Dan bila good governance dimengerti demikian, maka otomatis
demokratisasi menjadi sebuah proses yang harus dilalui. Dalam demokratisasi,
internalisasi nilai good governance itu terjadi.38 Akan tetapi yang menjadi
masalah bahwa, sejauh mana kesadaran berdemokrasi masyarakat Papua itu
terlaksana. Papua sendiri selain sebagai daerah dengan indeks governance
dengan preseden buruk, juga menjadi daerah dengan indeks demokrasi yang
buruk. Sehingga, kalau dilihat demokrasi sebagai wadah yang ideal bagi
penerapan good governance, maka salah satu faktor kegagalan good
governance di Papua yaitu ketiadaan ‘wadah’ yang ideal dalam upayanya
mengimplementasikan konsep good governance yang diprogramkan.
38
Ibid., hlm. 6-8
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
20
Diagram 1
Kerangka Analisis
Faktor Permasalahan
Lembaga Pemberi Bantuan
(USAID)
1. Kepentingan Nasional AS
2. Kurangnya pemahaman
terhadap konteks politik dan
budaya lokal
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
21
VI. Metodologi
1. Pendekatan Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini bersifat sekunder, yaitu tidak diperoleh
langsung dari sumbernya melainkan dari kepustakaan, laporan-laporan yang
sudah berbentuk buku, jurnal, majalah, berita, dan sumber lain yang relevan
untuk kepentingan penelitian.40 Data penelitian bersifat sekunder dipilih
karena pertama, waktu dari obyek penelitian, yaitu program yang
diselenggarakan USAID ini terjadi pada masa lalu; dan kedua, jarak peneliti
dengan sumber kajian sangat jauh, sehingga tidak memungkinkan penelitian
dilakukan dalam waktu yang singkat.
39
John Creswell, 1998, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches, 2nd edition, (London: Sage Publications), hlm. 15.
40
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
22
4. Analisis Data
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini, penulis akan diuraikan beberapa kerangka dasar yang
menjadi acuan dalam penelitian. Bab ini mencakup Latar Belakang Masalah,
di mana secara umum akan dilihat konteks permasalahan yang terjadi;
Rumusan Masalah, di mana akan dirumuskan apa yang menjadi fokus penulis
dalam melihat masalah dan melakukan penelitian; Tujuan Penelitian, di mana
penulis memaparkan apa yang menjadi sasaran dari penelitian ini; Metodologi,
merupakan acuan terkait model penelitian apa yang akan dilakukan sebagai
acuan; Literatur Review, di mana akan dilihat gap-research dan gap-theory
dari penelitian yang akan dibuat; Kerangka Teori dan Analisis, merupakan
kajian tekhnis terkait teori atau konsep yang akan digunakan; Sistematika
Penulisan, di mana penulis menguraikan pembabakan yang akan dilakukan
dalam penelitian.
41
Ibid. hlm. 17
42
Creswell, Loc. Cit.
43
Monique Henink, Inge Hutter, Ajay Bailey, Qualitative Research Methods (Los Angeles:
Sage,1997), hlm 15-16.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
23
Dalam bab ini akan dibahas perihal gambaran umum terkait program
DDG yang dilakukan USAID di Papua. Di sini penulis akan menguraikan
perihal konsep bantuan luar negri, good governance di Indonesia dan
bagaimana program DDG dari USAID dijalankan di Papua. Bab ini akan
dimulai dengan pembahasan tentang apa itu bantuan luat negri dan good
governance. Lalu akan diuraikan perihal program good governance di
Indonesia dan bagaimana peran lembaga asing memberikan bantuan untuk
pengembangan good governance di Indonesia. Kemudian penulis akan
mengerucutkan pembahasan ke uraian tentang program DDG dari USAID di
Papua. Di sini akan dilihat perihal target dan bagaimana program tersebut
dijalankan. Uraian-uraian tersebut dimaksudkan sebagai gambaran konseptual
dan teknis dari program sebelum kemudian melakukan analisis atas masalah
yang dihadapi.
Bab III : Analisis Kegagalan Program DDG dari USAID terkait pelaksanaan
good governance di Papua
Bab ini merupakan bab inti yang berisi analisis penulis berdasarkan
penelitian yang dibuat terkait alasan dan faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan kegagalan program DDG dari USAID di Papua. Di sini penulis
akan memetakan kembali secara sederhana permasalahan yang menjadi fokus
pembahasan, kemudian akan dijawab melalui analisis yang dibuat.
Pembahasan dalam bab ini akan dimulai dengan uraian tentang realitas
permasalahan terkait good governance di Papua. Di sini akan ditampilkan
data-data terkait kondisi tata kelola pemerintahan di Papua. Dari data-data
tersebut kemudian akan dibuat analisis dengan menggunakan teori-teori dan
konsep bantuan luar negri yang relevan.
Bab IV : Kesimpulan
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
24
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
25
BAB II
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
26
44
Interim Report, Revitalisasi Proses Pembuatan Kebijakan LN Indonesia Menghadapi
Perkembangan Eksternal dan Internal, Laporan Penelitian, Deplu RI, 2002, hlm. 28.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
27
dalam upaya mewujudkan tujuan politik suatu negara, maka kerja sama
melalui pemberian bantuan luar negeri telah menjadi suatu hal yang sangat
kompleks. Sejumlah aspek pun menjadi hal yang harus diperhatikan dalam hal
ini, terutama mengenai volume bantuan luar negeri, strategi kebijakan
ekonomi luar negeri, tujuan dari pemberian bantuan luar negeri, efektifitas dari
bantuan luar negeri, dan juga berbagai kritik mengenai implikasinya pada
perkembangan dan pertumbuhan perekonomian lokal.45
45
Hattori, Reconceptualizing Foreign Aid, Review of International Political Economy, Vol. VIII,
No. 4, 2002, hlm. 642.
46
Hans Morgenthau, A Political Theory of Foreign Aid, The American Political Science
Review, LVI(2), 1962, hlm. 301-309.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
28
Bantuan itu di pandang berfungsi hanya sebagai suap (bribe) saat harapan-
harapan lain yang bersifat non-politis cuma akan membawa pada kekecewaan.
Bantuan juga berarti upaya negara pendonor dalam menarik simpati negara
penerima bantuan dalam mendukung setiap kebijakan politik dari negara
pemberi bantuan tersebut. Di sini bisa dilihat sifat dan tujuan politis dari
pemberian suatu bantuan luar negeri. Artinya, hal yang seharusnya bersifat
non-politis kemudian bersifat sangat politis ketika diletakkan dalam konteks
politik. Menurut Morgenthau hanya sedikit bantuan luar negeri yang
sifatnya humanitarian foreign aid. Bantuan luar negeri harus selalu dipahami
dalam konteks upaya perwujudan kepentingan luar negeri dari negara kuat
yang memberikan bantuan tersebut.47
47
Ibid.
48
Sajal Lahiri (ed.), Theory and Practice of Foreign Aid, (Amsterdam: Elsevier, 2007), hlm. xxv.
49
Lahiri, Op.cit., hlm. 17.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
29
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
30
Dari berbagai konsep dan teori tentang bantuan luar negri seperti yang
diuraikan di atas, dapat dilihat bahwa, ide tentang kepentingan nasional selalu
hadir dalam setiap pemberian bantuan luar negri, apapun bentuknya.
Kepentingan yang dibawa itu pun akan sangat berpengaruh dalam menentukan
keberhasilan dan kegagalan suatu program dalam bantuan luar negri.
Mengutip Gordon Crawford, program bantuan luar negri selalu erat kaitannya
dengan adanya kerja sama antarnegara (partnership). Konsep tentang
partnership ini telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan, dari isu
militer (bantuan militer) ke isu kemanusiaan. Bantuan luar negri tidak pernah
terlepas dari kepentingan nasional. Ia bisa menjadi berkat namun juga bisa
menjadi bencana. Namun, hal yang penting dalam setiap program pemberian
52
Frederich Pearson dan Simon Payaslian, International Political Economy (Boston: McGraw-
Hill Higher Education, 1999), hlm. 380-381.
53
Edward S. Manson, Foreign Aid and Foreign Policy (New York: Council of Foreign Policy,
1964), hlm. 3-5.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
31
bantuan luar negri menurutnya yaitu pemberdayaan masyarakat lokal. Hal ini
harus menjadi elemen krusial dalam setiap program bantuan luar negri yang
dijalankan.54
54
Gordon Crawford, Partnership or Power? Deconstructing the ‘Partnership for Governance
Reform’ in Indonesia, Third World Quarterly, Vol. 24, No.1, hlm. 139-142.
55
Carol Lancaster, Foreign Aid: Diplomacy, Development, Domestic Politics, Loc. Cit.
56
Miroslav Prokopijevic, Why Foreign Aid Fails, Panoeconomicus, No. 1, Th. 2007, hlm. 29-51.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
32
pemerintah lokal cenderung tidak sinkron. Bantuan luar negeri pun tidak
dijalankan secara konsisten.57
Bantuan luar negeri pun telah menjadi candu bagi pemerintah dan
masyarakat di negara resipien. Hal ini diungkapkan oleh James Bovard dalam
The Continuing Failure of Foreign Aid. Berangkat dari program-program
bantuan luar negeri AS di sejumlah negara, termasuk Indonesia, ia
mengatakan bahwa AS cenderung melakukan kesalahan yang sama. AS tidak
mampu beradaptasi dengan situasi dan konteks politik dan sosial daerah tujuan
pemberian bantuan luar negeri. Ia mengatakan,
57
David H. Bearce dan Daniel C. Tirone, Foreign Aid Effectiveness and The Strategic Goals of
Donor Goverments, The Journal Politics, Vol. 72, No. 3, Juli 2010, hlm. 837.
58
James Bovard, The Continuing Failure of Foreign Aid, Cato Institute Policy Analysis, No. 65,
January 31, 1986, hlm. 2.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
33
politik, sosial budaya, hukum dan keamanan. Pihak swasta harus memiliki
peran aktif dalam upaya menumbuhkan kegiatan perekonomian yang
kemudian diharapkan akan mampu membuka banyak kesempatan lapangan
kerja dan meningkatkan pendapatan, dan civil society harus mampu
menjalankan fungsi kontrol terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan pihak
pemerintahan dan swassta, selain itu juga harus mampu berinteraksi secara
aktif dengan berbagai macam aktivitas perekonomian, sosial dan politik.59
Diagram 2
Karekteristik Good Governance Menurut UNESCAP61
59
United Nations, What Is Good Governance, UN Economic and Social Comission for Asia and
The Pacific, hlm. 1-3.
60
Ibid.
61
Ibid., hlm. 3.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
34
62
Merilee S. Grindle. Good Enough Governance Revisited, Development Policy Review Vol. 25
(5) (2007), hal 556.
63
Ibid.
64
Lawrence Whitehead, Democratization: Theory and Process Experience (New York: Oxford.
2002), hlm. 3
65
Ibid., hlm. 6-8
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
35
66
Larry Diamond, Defining and Developing Democracy dalam R. Dahl, I. Shapiro, & J. A.
Cheibub (Penyunting), The Democracy Sourcebook (Cambridge: MIT Press, 2003), hlm 29.
67
World Bank, Sub Saharan Africa: From Crisis to Sustainable Growth (Washington: The
World Bank, 1989), hlm. 6.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
36
68
World Bank, Governance and Development (Washington: World Bank, 1992), hlm. 1.
69
World Bank, Building Institution for Market, World Development Report 2002 (New York,
Oxford University Press, 2002), hlm. 99.
70
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
37
71
Edwyn Benedict Jr, Toward Democratic Decentralization:Approaches to Promoting Good
Governance, Journal of Postmodernism Democracy, Vol. 38, No. 2, 2009, hlm. 28.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
38
72
Diakses dari http: //blogs.worldbank.org/publicsphere/blog-post-month-five-myths-about-
governance-and-development?cid=EXT_FBWB_D_EXT, pada tanggal 2 April 2015.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
39
1. Belanda
2. Kanada
3. Jerman
73
Komisi Keadilan dan Rekonsiliasi Papua, hlm. 24-25.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
40
4. Inggris
5. Selandia Baru
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
41
74
Blair, Dennis dan Philips, David. 2006. Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan kemajuan
di Papua, Council of Foreign Relations, hlm. 27.
75
Ibid., hlm. 32.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
42
Selain itu, ekses lain dari berakhirnya era Perang Dingin yaitu
peralihan isu-isu tradisional politik internasional seperti perang, ke isu-isu
kemanusiaan. Di sini AS pun hadir berusaha menawarkan pengaruhnya.76
76
Interim Report, Revitalisasi Proses Pembuatan Kebijakan LN Indonesia Menghadapi
Perkembangan Eksternal dan Internal, Laporan Penelitian, Deplu RI, 2002, hlm. 28.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
43
77
Diakses dari http://www.usaid.gov/who-we-are/usaid-history, pada tanggal 20 April 2015.
78
Diakses darihttp://indonesian.jakarta.usembassy.gov/id/about-us/u.s.-agencies/usaid.html,
pada tanggal 20 April 2015
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
44
79
Diakses dari http://www.usaid.gov/who-we-are/usaid-history, pada tanggal 20 April 2015.
80
USAID, Strategic Plan for Indonesia 2004-2008: Strengthening A Moderate, Stable, And
Productive Indonesia, USAID Report, 2004, hlm. 33.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
45
81
Jack Snyder, From Voting to Violence: Democratization and Nationalist Conflict, (Norton,
2000), hlm. 173.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
46
Papua sendiri selalu menempati posisi yang buruk dalam indeks tata kelola
pemerintahan di Indonesia.82
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
47
85
Ibid.
86
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
48
Diagram 3
Sasaran Umum Program DDG
Consolidating Expanding
Addressing
the reform participatory, effective,
conflict and
agenda and accountable local
encouraging
governance
pluralism
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
49
87
Ibid., hlm. 35.
88
Ibid., hlm. 36.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
50
89
Ibid.
90
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
51
Program praktis yang akan dilakukan USAID yaitu penguatan checks and
balance dalam sistem politik dan legal framework untuk melindungi dan
mendukung civil society dan kebebasan pers/media.92
91
Ibid., hlm. 36.
92
Ibid., hlm. 36-37.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
52
93
Ibid., hlm. 38.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
53
Sasaran obyektif yang ingin dicapai yaitu peran dan fungsi media
berhadapan dengan konflik dan pertikaian bukan sebagai provokator namun
pembawa pencerahan; adanya dialog, rasa saling percaya yang kuat antarsuku,
agama, komunitas; rehabilitasi dan rekonsiliasi yang stabil terhadap
komunitas-komunitas pasca terjadinya konflik; isu desentralisasi
dikedepankan dalam proses rekonsiliasi pasca-konflik; organisasi sipil
berpartisipasi akrif dalam mediasi dan proses pendamaian dalam situasi
konflik.95
94
Ibid., hlm. 39.
95
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
54
Selain itu, USAID pun bekerja sama dengan organisasi masyarakat dan
NGO lokal dari berbagai elemen, seperti UNCEN, DI, TI, Kontras, dll.
Kegiatan-kegiatan yang dijalankan antara lain sosialisasi kepada masyarakat
dan kerterlibatan dalam pengawasan kinerja kerja pemerintah dalam upaya
memaksimalkan fungsi dan peran birokrasi sebagai tulang punggung
implementasi good governance di Papua.
96
Blair, Dennis dan Philips, David. 2006. Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan kemajuan
di Papua, Council of Foreign Relations, hlm. 40.
97
Ibid.
98
USAID, Survivors of Torture Programme Report, 2010, hlm. 1-2.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
55
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
56
Pada tahun 2006, DRSP memberikan sebuah pelatihan dengan Pemda Papua
terkait implementasi dari UU Otonomi Khusus Papua, di mana good
governance menjadi nilai penting yang ditekankan. Dalam kegiatan ini,
USAID bekerja sama dengan pihak Pokja Papua dan beberapa NGO dari
Jakarta.99
99
USAID, Democratic Reform and Support Programme, 2009, hlm. 86-87.
100
Ibid.
101
USAID, Strategic Plan for Indonesia 2004-2008: Strengthening A Moderate, Stable, And
Productive Indonesia, USAID, 2004, hlm. 34.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
57
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
58
BAB III
Bab ini merupakan bagian inti dari penelitian ini. Pada bab ini akan
dijelaskan perihal analisis penulis terkait kegagalan program USAID DDG
tentang pelaksanaan good governance di Provinsi Papua. Di sini penulis akan
memetakan kembali secara sederhana permasalahan yang menjadi fokus
pembahasan, kemudian akan dijawab melalui analisis yang dibuat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dan hasil riset atas data yang
dikumpulkan, penulis akan menguraikan analisisnya tentang elemen-elemen
yang menjadi alasan kegagalan program DDG di Papua.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
59
daerah Papua. Begitu juga bagi Pemerintah Daerah Provinsi Papua, selain
sebagai entry point yang strategis dalam menguatkan pemerintahan daerah,
Otonomi Khusus juga diharapkan dapat menyelesaikan persoalan-persoalan di
Provinsi Papua terutama masalah kesejahteraan masyarakat dan hak-asasi
manusia.102
Akan tetapi, ideal tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan. Praktek bad governance tetap berlangsung di Papua. Perilaku
korupsi, kolusi, nepotisme, pelanggaran HAM, manajemen pemerintahan yang
buruk, sentralitas pengambilan keputusan di tingkat daerah, dan lain-lain. tetap
menjadi masalah yang akrab dengan tata kolola pemerintahan di Papua.
Bahkan, dana otonomi khusus yang idealnya untuk perbaikan sistem dan
manajemen tata kelola pemerintahan di Papua malah menjadi obyek korupsi.
Hasil audit dana Otonomi Khusus Papua yang dilakukan oleh BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan) pada tahun 2005 ditemukan penyelewengan sebesar 4,2
triliun rupiah.103
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
60
105
Vidhyandika, Op. Cit., hlm. 408-409.
106
Blair A. King, Peace in Papua: Widening a window of oppurtinity, Council of Foreign
Relations, CSR, No. 14, Maret 2006, hlm. 74.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
61
107
Veed P. Nanda, The Good Governance Concept Revisited, The American Academy of
Political and Social Science, Januari 2006, hlm. 1.
108
Ibid., hlm. 32.
109
Dyah Mutarin, Transformasi Good Governance dalam Perspektif Lokal di Kabupaten
Jayawijaya, Papua, Analisis CSIS, Vol. 38, No.1, Maret, 2009, hlm. 114.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
62
Selain itu, dari beberapa survei yang dilakukan ditemukan data sebagai
berikut: Survei Governance Assesment, Index Governance Assesment di Papua
adalah 0,39. Dengan hasil indeks tata kelola pemerintahan seperti ini, Papua
pun menempati urutan kedua terbawah (satu tingkat di atas Provinsi Aceh)
dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Hal ini menunjukkan
masih tingginya angka korupsi. Beberapa temuan lain dari survei ini
menunjukkan tingkat korupsi, kolusi dan nepotisme sangat tinggi di daerah ini.
Selain itu, data dari Transparasi Internasional menunjukkan bahwa perilaku
korupsi masih menjadi masalah utama dan dilihat sebagai hal yang biasa
dalam tataran birokrat, baik eksekutif, legislatif dan yudikatif di Papua. Selain
itu, proses rancangan anggaran dan pengambilan kebijakan cenderung
‘tertutup’.111
Diagram 4
Indeks Kualitas Tata Pemerintahan Provinsi 2008112
0,30
0,20
0,10
0,00
LO
N
M
A
AR
TB
U
AD
IY
L
PU
BE
TE
TI
IA
TA
N
B
N
JA
R
N
PA
BA
N
BA
SU
O
R
O
G
PROPINSI
110
Vidhyandika Perkasa, Indiginized Good Governance dan Akuntabilitas Sosial di Papua,
Analisis CSIS, Vol 40, No, 3, September 2011, hlm. 403
111
Ibid., hlm. 404.
112
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
63
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
64
Pada tahun 2008, DRSP memberikan sebuah pelatihan dengan Pemda Papua
terkait implementasi dari UU Otonomi Khusus Papua, di mana good
governance menjadi nilai penting yang ditekankan. Dalam kegiatan ini,
USAID bekerja sama dengan pihak Pokja Papua dan beberapa NGO dari
Jakarta.113
113
USAID, Democratic Reform and Support Programme, Op.cit., hlm. 86-87.
114
Ibid.
115
USAID, Democracy and Decentralized Programme, Op.cit., hlm. 67.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
65
Yang dilakukan USAID dalam program ini yaitu sosialisasi dan kerja sama
dengan pihak pemerintah dan NGO lokal di Papua. Kegiatan yang dilakukan
berupa pelatihan-pelatihan yang melibatkan elemen pemerintah, NGO dan
civil society. Dari pihak civil society, USAID cenderung berfokus pada tokoh-
tokoh masyarakat dan kepala suku, mengingat sistem sosial yang masih
tradisional di Papua, yaitu di mana peran pemimpin adat masih sangat kuat.
116
Ibid.
117
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
66
47%
Pencegahan Konflik
17%
4%
118
Wawancara dengan staf Bappenas, Mercy, pada 28 Oktober 2015.
119
USAID, Democratization and Decentralized Program Fact Sheet, Op.cit., hlm. 2.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
67
120
Vidhyandika, Op. Cit., hlm. 411.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
68
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
69
Lebih dari 50% masyarakat Papua tidak bersekolah, dan bahkan yang
menempuh pendidikan sampai Sekolah Dasar pun hanya sebagian kecil. Selain
itu, bila dibandingkan dengan persentase perempuan Indonesia yang melek
huruf, hanya 44% perempuan Papua yang melek-huruf, dibandingkan 78%
perempuan melek-huruf di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk kaum pria
58% diantaranya melek-huruf di Papua, dibandingkan dengan 90% pria melek
huruf di seluruh Indonesia. Kualitas pendidikan di Papua tetap rendah, hanya
10% rakyat Papua yang mengenyam pendidikan sampai ke tingkat SMA, dan
hanya 1 persen diantaranya yang lulus kuliah.124
123
Ibid., hlm. 33.
124
Council of Foreign Relations, Op.cit., hlm. 59.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
70
Tabel 1
Kemiskinan Provinsi Papua Terhadap Nasional 2004-2008
125
Wawancara dengan Florianus Geong, sekretaris eksekutif pada Yayasan Teratai Hati
Papua, 3 Juni 2015.
126
Vidhyandika, Op.cit., hlm. 411.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
71
127
USAID Strategic Plan for Indonesia 2004-2008, Op.cit., hlm. 36.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
72
pada nilai-nilai yang HAM, garansi dan proteksi dari Pemerintah Lokal
terhadap para korban HAM.128
Dua poin esensial dari agenda ini dalam program DDG dari USAID
yaitu penetapan dan penerapan legislasi-legislasi yang tepat sasar dan berdaya
guna bagi kepentingan masyarakat serta mendukung terciptanya good
governance, dan mengedepankan nilai HAM dalam kebijakan dan aturan yang
dikeluarkan.
128
Ibid., hlm. 38.
129
USAID, KKP, Op.cit., hlm. 39.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
73
Selain itu, legislator harus mampu menjadi aktor yang menekan para
pengambil keputusan, dalam hal ini pihak eksekutif, dalam mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang demokratis dan berpihak pada kepentingan
masyarakat. Jadi, di sini demokrasi harus menjadi democratic participation
yaitu gabungan antara negative freedom dan positive freedom, di mana
terdapat keseimbangan antara ‘kebebasan dari’ dan ‘kebebasan untuk’.
Melalui kebijakan yang demokratis, kebijakan demi kebaikan bersama,
pemerintah harus menjadi institusi penyeimbang antara kecenderungan
pengutamaan salah satu dari model kebebasan tersebut. Pemerintah harus
menjadi institusi yang bisa memberikan kebebasan pada individu untuk bebas
dari represi yang lain, tetapi juga harus mempunyai tanggung jawab menjamin
kebebasan untuk melakukan sesuatu yang harus menjadi kebaikan bersama.
Dan hal tersebut menjadi mungkin dalam kebijakan yang memang dibuat demi
kepentingan masyarakat secara umum. Indikator kebijakan yang demokratis,
yang hadir untuk kebaikan bersama, yaitu kebijakan tersebut minim kritik dan
minim perlawanan. Artinya masyarakat/civil society merasa aman dengan
adanya kebijakan tersebut.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
74
130
Larry, Diamond. Defining and Developing Democracy dalam R. Dahl, I. Shapiro, & J. A.
Cheibub (eds.), The Democracy Sourcebook. (Cambridge: MIT Press. 2003). hlm. 29.
131
Ibid.
132
Ibid.
133
F. Budi Hardiman, Demokrasi Deliberatif (Yogyakarta: Kanisisus, 2009), hlm. 33.
134
Cerny, Op. Cit., hlm. 780.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
75
Untuk itu, dalah satu program yang dijalankan oleh USAID terkait
permasalahan ini yaitu Support for Peaceful Democratization (SPD). Program
ini sejatinya memusatkan perhatian pada lima sektor: pelatihan tentang
masalah konflik dan penanganannya; pengembangan kemampuan di bidang
hubungan sipil-militer; pengembangan mata pencaharian di daerah konflik;
pembuatan serta pemantauan perundang-undangan yang berhubungan dengan
penanganan konflik; serta bantuan darurat bagi mereka yang terkena dampak
konflik. Akan tetapi, saat terjadi bencana tsunami di Aceh, fokus program ini
beralih ke penanganan pasca-tsunami di Aceh. Sehingga, program ini tidak
begitu efektif dijalankan di Papua.135
135
USAID, Democratic Reform and Support Programme, Op.cit., hlm. 87.
136
Vidhyandika, Op. Cit., hlm. 416.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
76
banyak berkaitan dengan kepentingan badan usaha negara dan yang bersifat
mencari Pendapatan Asli Daerah (PAD).137
137
Yusak A. Reba, Op. Cit., hlm. 65-66.
138
Ibid., hlm. 413.
139
Ibid., hlm. 65.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
77
Papua terdiri dari beragam etnis dan sub-etnis. Selain itu, keberagaman
agama, denominasi gereja, kelas dan gender juga menjadi obyek klasifikasi
140
Humphrey Hawksley, Democracy Kills (New York: Mcmillan, 2009), hlm. 219.
141
USAID Strategic Plan for Indonesia 2004-2008, Op. Cit., hlm. 39.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
78
Dengan kondisi masyarakat seperti ini maka kohesi sosial pun lemah.
Masyarakat menjadi susah dikontrol, dan mudah diadu domba. Dalam
waawancara dengan Florianus Geong, sekretaris eksekutif di Yayasan Teratai
Hati Papua yang juga menangani isu keberagaman, dikatakan bahwa
pembentukan organisasi-organisasi masyarakat oleh pemerintah atau lembaga
donor pun sering menjadi pihak yang berkonflik. Dengan realitas sosial-
antropologis masyarakat Papua yang sensitif dengan keberagaman, isu
perpecahan mudah dijadikan alasan untuk militerisme di Papua, yang juga
menjadi pemicu konflik baru.143 Lemahnya kohesi sosial ini pun kemudian
menjaid penyebab buruknya tata pemerintahan di Papua. Masyarakat yang
terdikotomi dalam kelompok-kelompok sosial, etnis, dan lain-lain, menjadikan
pemerintahan berjalan tanpa kontrol. Kapasitas masyarakat dan civil society
sebagai aktor yang idealnya mengontrol kinerja kerja pemerintah tidak
berjalan efektif.144
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
79
145
USAID Strategic Plan for Indonesia 2004-2008, Op. Cit., hlm. 40.
146
USAID, Survivors of Torture Programme Report, 2010, hlm. 1-2.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
80
Foto 2
Kegiatan Konseling yang dilakukan USAID berafiliasi dengan ALDP 148
147
Ibid., hlm. 9-10.
148
Ibid.
149
World Bank, Pola-Pola Baru Kekerasan di Indonesia: Data Awal dari Enam Wilayah Konflik
dengan Skala Paling Tinggi, Policy Brief World Bank, Edisi 3, November 2010, hlm. 6.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
81
memastikan bahwa banyak insiden separatis tidak diberitakan oleh surat kabar
lokal karena dianggap sensitif. Konflik separatis tidak terikat pada jumlah
insiden, tetapi tingginya tingkat kekerasan rutin dalam konteks Papua, yang
disertai aneka ketegangan sosial terkait gerakan separatis, perasaan anti-
pendatang, isu kesukuan dan isu eksploitasi sumber daya, menandai risiko
eskalasi konflik.150
150
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
82
151
Fondasionalisme yaitu paradigm yang melihat kebenaran bersifat tunggal, sehingga apa
yang diklaim benar oleh mayoritas merupakan dogma ideal yang harus diterima.
152
Partnership for Governance Reform Centre for Learning and Advancing Experimental
Democracy Indonesia Forestry and Governance Institute, Nilai-Nilai Dasar Orang Papua
dalam Mengelola Pemerintahan, Partnership, 2012, hlm. 2.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
83
Dari apa yang dianalisis penulis terkait agenda dan kegiatan bantuan
yang diimplementasikan USAID melalui program DDG, terlihat pihak USAID
tidak ‘menyatu’ dengan kultur lokal. Bahkan, beberapa kultur lokal yang
seharusnya bisa menjadi peluang diterimanya konsep good governance di
Papua sebaliknya dilihat sebagai masalah atau tantangan oleh pihak USAID.
Salah satu contohnya yaitu apa yang oleh pihak USAID dikatakan sebagai
pola kepemimpinan ‘big man’ di Papua. Model big man yaitu di mana yang
menjadi pemimpin adalah pria yang terkuat dalam suatu suku atau wilayah.
Kuat yang dimaksud yaitu kemampuan berbicara, mendistribusikan kekayaan,
berdiplomasi, keberanian memimpin perang, dan kemampuannya
153
Marilee Grindle, Good Governance:The Inflation Idea, Harvard Kennedy School,RWP 10-
23, Juni 2010, hlm. 14.
154
Yusak A. Reba, Op. Cit., hlm. 91-92.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
84
Pentingnya adaptasi dengan kultur politik dan budaya lokal yaitu agar
program yang ditawarkan bisa lebih diterima oleh masyarakat lokal. Menurut
Vidhyandika dalam tulisannya “Indiginized Good Governance dan
155
Dyah Mutiarin, Op. Cit., hlm. 120.
156
David Booth, Is Good Governance Good for Development?, Diakses dari http:
//blogs.worldbank.org/publicsphere/blog-post-month-five-myths-about-governance-and-
development?cid=EXT_FBWB_D_EXT, pada tanggal 2 April 2015.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
85
Hal lain yang dinilai sebagai kekurangan USAID dalam program DDG
yaitu pola pemberian bantuan yang sifatnya tidak transformatif. USAID
harusnya menyadari bahwa perilaku korupsi masih menjadi kultur bad
governance yang sering terjadi di kalangan pemerintah Papua. Implementasi
good governance ditunjang dengan bantuan dari donor sehingga diminati oleh
penguasa baik pusat maupun daerah. Program bantuan selalu dilihat sebagai
proyek. Dan perspektif ‘orang lokal’, proyek berarti uang. Di sini aspek
pemanfaatan bantuan untuk kepentingan individu dan kelompok lebih kuat
157
Vidhyandika, Op. Cit., hlm. 410.
158
Wawancara dengan Florianus Geong, sekretaris eksekutif pada Yayasan Teratai Hati
Papua, 3 Juni 2015.
159
Partnership for Governance Reform Centre for Learning and Advancing Experimental
Democracy Indonesia Forestry and Governance Institute, Nilai-Nilai Dasar Orang Papua
dalam Mengelola Pemerintahan, Partnership, 2012, hlm. 7.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
86
160
Luky Jani, Op. Cit., hlm. 61.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
87
161
Council of Foreign Relations, Komisi Untuk Indonesia: Kedamaian dan Perkembanganya di
Papua, hlm. 59.
162
Ibid., hlm. 33.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
88
163
Wawancara dengan Florianus Geong, sekretaris eksekutif pada Yayasan Teratai Hati
Papua, 3 Juni 2015.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
89
164
Diakses dari http://www.usaid.gov/who-we-are/usaid-history, pada tanggal 20 April 2015.
165
Hans Morgenthau, A Political Theory of Foreign Aid, The American Political Science
Review, LVI(2), 1962, hlm. 301-309.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
90
Atas hal tersebut, maka menurut penulis, kerja sama yang dijalankan
USAID melalui program DDG berjalan tidak efektif, khususnya untuk
terciptanya efektivitas good governance di Papua yaitu karena ada
kepentingan ganda yang dibawa serta USAID di Papua.
166
Florini dan Simmons,What the World Needs Now, dalam Florini, Ann (ed.), The Third
Force: The Rise of Transnational Society, (Washington : Carnegie for International
Endowment Peace, 2000), hlm. 25.
167
Diterapkannya UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi dinilai sangat liberal.
Pemerintah, melalui UU ini, seakan melepas tanggung jawab dalam pengelolaan Migas.
Dalam UU ini dapat dikatakan bahwa: (1) Pemerintah membuka peluang pengelolaan Migas
kepada asing dan domestik karena BUMN Migas Nasional diprivatisasi; (2) Pemerintah
memberikan kewenangan kepada perusahaan asing maupun domestik untuk melakukan
eksplorasi dan eksploitasi minyak; (3) Perusahaan asing dan domestik dibiarkan menetapkan
harga sendiri. Siti Amelia, Konstelasi Politik Internasional: Dimanakah Posisi Indonesia?,
Global and Policy, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2013, hlm. 70.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
91
168
Abdullah Harimanto, Tambang: Berkah atau Bencana, Jurnal Penelitian Politik, Vol. 3,
Issue 1, hlm. 47.
169
Laporan PT Freeport Indonesia Tahun 2008.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
92
170
Dennis Blair dan David Philips, Komisi untuk Indonesia: Perdamaian dan kemajuan di
Papua, Council of Foreign Relations, hlm. 92
171
Ibid. hlm 93
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
93
172
Ibid.
173
Ibid.
174
Rochani, Achmad dan Mansim, Naftali, Biak Numfor: Upaya Bangkit dari Keterpurukan
(Makasar: Pustaka Refleksi, 2006), hlm. 17.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
94
“… US Foreign Aid has been judged by its intentions, not its results.
Foreign aid programmes have been perpetuated and expanded not
because they have succeeded, but because giving foregin aid still
seems like a good idea. But foreign aid has rarely done anything that
countries could not have done for themselves. And it has often
encouraged the recipient governments’ worst tendencies –helping to
175
Peter King, Morning Star Rising?, Jurnal Indonesia, No. 73, April 2002, hlm. 89.
176
Ibid.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
95
177
James Bovard, The Continuing Failure of Foreign Aid, Policy Analysis, No. 65, January 31,
hlm. 1.
178
Morgenthau, Op.cit., hlm. 301-309.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
96
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
97
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
98
dan analisis data yang dilakukan penulis, maka terdapat dua faktor yang
menjadi alasan kegagalan program USAID-DDG di Papua 2004-2008, yaitu
kurangnya pemahaman USAID selaku lembaga donor terhadap konteks
budaya lokal dan politik lokal, dan faktor kepentingan nasional AS yang
dibawa serta USAID dalam program ini.
Dalam penelitian dan analisis yang penulis lakukan, dengan fokus pada
program DDG dan pihak USAID sebagai obyek penelitian penyebab
kegagalan, penulis menemukan dua alasan seperti yang sudah ditulis di atas.
Alasan pertama yaitu kurangnya pemahaman USAID selaku lembaga donor
terhadap konteks budaya lokal dan politik lokal. Konteks budaya dan kultur
politik masyarakat Papua berbeda dengan daerah lainnya. Untuk itu,
rancangan dan penerapan program yang kontekstual seharusnya dilakukan.
Dalam program DDG ini Usaid menyamaratakan apa yang dilakukannya di
daerah lain di Indonesia dengan apa yang dilakukannya di Papua. Papua
memiliki latar belakang sejarah masuknya ke Indonesia yang agak berbeda
dengan pada umumnya wilayah lain di Indonesia. Secara klasifikasi ras pun
masyarakat asli Papua adalah ras melanesoid yang berbeda dengan ras daerah
lain di Indonesia. Selain itu, dalam kultur politik masyarakat Papua masih
kental dengan pola kesukuan. Paradigma ini masih sangat berpengaruh
terhadap tata kelola pemerintahan di Papua. Kecenderungan tata kelola
pemerintahan yang primordialis masih sangat kuat. Bahkan, pola big man
yang mana pemimpin dipilih dengan pertimbangan primus interpares pun
masih sering terjadi. Dalam budaya politik Papua pun masih sering ada
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
99
pandangan yang membedakan orang pantai dan orang gunung, asal suku, dan
pertimbangan primordialis lainnya.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
100
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
101
4.2 Rekomendasi
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
102
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
103
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Florini dan Simmons, 2000. What the World Needs Now, dalam Florini, Ann
(ed.), The Third Force: The Rise of Transnational Society. Washington :
Carnegie for International Endowment Peace.
Gardner, Bush. 2008. Foreign Aid and Its Challenges. Mcmillan: New York.
Henink, Monique, Inge Hutter, dan Ajay Bailey. 2007. Qualitative Research
Methods, Los Angeles: Sage.
Manson, Edward S. 1964. Foreign Aid and Foreign Policy. New York:
Council of Foreign Policy.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
104
Rochani, Achmad dan Naftali, Mansim. 2006. Biak Numfor: Upaya Bangkit
dari Keterpurukan. Makasar: Pustaka Refleksi.
Snyder, Jack. 2000. From Voting to Violence. London: Northon and Company.
Jurnal
Bovard, James. 2007. The Continuing Failure of Foreign Aid, Policy Analysis,
No. 65, January 31
Burnside, Craig dan Dollar, D. 1997. “Aid, Policies and Growth”. Policy
Research Working Paper No. 1777 Washington, DC: World Bank.
Cassity, Elizabeth. 2006. “New Partnership and Education Policy in Asia and
the Pacific,” dalam International Journal of Educational Development 30.
Australia: The University of Sydney.
Gwin, Christian and Nelson, J.M. (eds), 1997. “Perspective on Aid and
Development” ODC Policy Essay 22. Washington D.C.: Overseas
Development Council.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
105
King, Peter. 2002. Morning Star Rising?, Jurnal Indonesia, No. 73, April.
Yang, Alan H. dan Chen, T. Y. 2012. The Politics of Foreign Aid: A Positive
Contribution to Asian Economic Growth, Global and Strategies, Juli-
Desember, Vol. 6, No.2.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
106
Report
Blair, Dennis dan Philips, David. 2006. Komisi untuk Indonesia: Perdamaian
dan kemajuan di Papua, Council of Foreign Relations
World Bank, Pola-Pola Baru Kekerasan di Indonesia: Data Awal dari Enam
Wilayah Konflik dengan Skala Paling Tinggi, Policy Brief World Bank, Edisi
3, November 2010
____, 2002. Building Institution for Market, World Development Report 2002,
New York, Oxfor University Press.
Wawancara
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
107
LAMPIRAN
A. Wawancara
Jawaban (J) : Program ini berjalan dengan baik, di mana USAID melibatkan
banyak pihak dalam melakukan kegiatan-kegiatannya. Kami sendiri dilibatkan
dalam pendampingan terhadap korban-korban kekerasan.
(P) : Menurut penilaian Anda, apakah program ini berhasil atau tidak?
(J) : Saya kira tidak. Secara kualitas perbaikan, program ini tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap berbagai permasalahan sosial di
Papua. Apalagi program ini mengusung tema Demokrasi dan good
governance, di mana situasi Papua hingga sekarang masih akrab dengan
permasalahan-permasalahan yang bertentangan dengan nilai-nilai Demokrasi
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
108
(J) : Saya kira belum cukup. Hal ini terlihat dari mutu pendidikan di
Papua yang sangat minim. Guru-guru sangat kurang. Infrastruktur yang
mendukung pendidikan seperti sekolah, perpustakaan, pengadaan buku juga
minim. Apalagi untuk daerah-daerah di pedalaman dan daerah terpencil.
Sekolah saja tidak ada, bagaimana mau membangun kesadaran akan
pendidikan. Sehingga, terlalu jauh untuk mengharapkan cita-cita seperti
demokrasi dan good governance. Program yang mengusung tema ini saja tidak
begitu memberi perhatian terhadap pendidikan. Bagaimana kita bisa
mengharapkan perbaikan terhadap permasalahan-permasalahan sosial di
Papua? Pendidikan seharusnya menjadi kunci. Orang Papua selama ini sering
dibodohi mereka yang berkuasa. Untuk itu, seharusnya pendidikan menjadi
kunci perbaikan. Untuk bisa sadar akan situasi sosial yang bobrok di Papua,
orang Papua sendiri harus mempunyai pemahaman bahwa mereka menjadi
korban dan berada dalam lingkaran permasalahan yang sistemik.
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
109
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
110
B. Data-data Laporan
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016
111
Analisis kegagalan program ..., Benedikto Haries Putra Mbon, FISIP UI, 2016