Anda di halaman 1dari 7

PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA TERKAIT IZIN

PERTAMBANGAN

INDIKASI PENCEMARAN BATU BARA DAN KERUSAKAN DAS AIR


BENGKULU

Nama : Janter Prasiwi

NIM : 041219594

Jurusan : S1/ Ilmu Administrasi Bisnis.

Disusun untuk memenuhi Tugas 1 Pengantar Ilmu Politik


UNIVERSITAS TERBUKA

PENDAHULUAN

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak manusia
masih dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di dalamnya tidak jarang menimbulkan
gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal
inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap
individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya. Menurut Pasal 1 Ayat 6 No.
39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah “Setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun
tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan
atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-
undang dan tidak mendapatkan ataudikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Hak atas lingkungan yang sehat dan baik tertuang dalam Pasal 28H UUD 1945, Pasal
9 Ayat (3) UU No 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 65 Ayat (1) UU No
32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sehingga, negara
(pemerintah) dan pelaku usaha wajib untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak
tersebut.

Masyarakat atau lembaga lingkungan hidup berhak memperjuangkan hak tersebut.


Bahkan, Pasal 66 UU No 32/2009 yang menyatakan setiap orang yang memperjuangkan hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dituntut pidana maupun digugat
perdata.
PEMBAHASAN

Kerusakan lingkungan hidup akibat limbah batu bara di sepanjang DAS Air Bengkulu
hingga pesisir pantai di Kota Bengkulu dan Bengkulu Tengah yang terjadi sejak tahun 1980-
an hingga saat ini merupakan sesuatu yang terjadi secara nyata. Kendati demikian,
pemerintah daerah tidak pernah berupaya menemukan perusahaan tambang untuk dimintai
pertanggungjawaban. Adanya indikasi lain seperti lubang bekas tambang yang tidak
direklamasi, kerusakan kawasan hutan, kewajiban membayar jaminan reklamasi dan jaminan
paska tambang yang tidak dipenuhi dibiarkan begitu saja. Masalah izin terindikasi masuk
kawasan konservasi dan lindung yang terungkap dalam surat Direktorat Jenderal Palonologi
Kementerian Kehutanan No. S.706 / VII-PKH / 2014 pun belum ditindaklanjuti.

Data Yayasan Genesis dan Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Nasional


menunjukkan, hanya 8 perusahaan tambang batubara yang menunaikan kewajiban membayar
jaminan reklamasi dan paska tambang. Yakni, PT. Bumi Arma Sentosa, PT. Injatama, PT.
Kaltim Global, dan PT. Rekasindo Guriang Tandang. Sedangkan empat perusahaan lainnya,
yakni PT. Bara Adhipratama, PT. Firman Ketahun, PT. Krida Darma Andika, dan PT. Ferto
Rejang hanya membayar jaminan reklamasi. Padahal kewajiban membayar jaminan
reklamasi dan paska tambang sudah diatur dalam UU No 4/2009 tentang Mineral dan
Batubara. Berdasarkan citra satelit dan overlay IUP tambang batu bara, setidaknya ada 22
lubang tambang yang tidak direklamasi. Lubang-lubang bekas galian tambang yang masih
menganga menjadi bukti nyata ketidakhadiran negara dan bukti kejahatan ekologi yang
dilakukan perusahaan.

Di provinsi Bengkulu sendiri, Sungai Air Bengkulu memiliki peran yang sangat
penting bagi PDAM karena Sungai Air Bengkulu merupakan sumber utama mata air PDAM
yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat. Namun karena permasalahan di atas
menyebabkan Sungai Air Bengkulu mengalami pencemaran air sungai.
Terjadinya pencemaran air sungai akibat pertambangan di atas, menurut saya akan
memberikan dampak yaitu tercampurnya zat radio aktif di sungai yang sangat
membahayakan warga sekitar jika terus-menerus air sungai itu digunakan untuk konsumsi.
Pencemaran sungai ini juga akan mengakibatkan kebanjiran di sebagian wilayah Kota
Bengkulu karena kejadian pendangkalan dan adanya batu yang hanyut hingga ke pesisir
pantai di Kota Bengkulu Tengah dan Kota Bengkulu yang merugikan sektor perikanan dan
pariwisata. Serta, dampak lainnya yang terjadi pada para nelayan yang mencari ikan dengan
cara menyebar jala tidak lagi mendapatkan ikan, mungkin jala mereka akan mengalami
kerusakan akibat pencemaran pesisir dan laut di perairan Bengkulu yang berasal dari limbah
batu bara yang terbawa lewat air Sungai Bengkulu.
KESIMPULAN

Adanya pertambangan batu bara di Bengkulu yang tidak menaati Izin Usaha
Pertambangan (IUP) membuat warga disekitar mendapatkan dampaknya. Warga yang
merasakan dampak buruk dari pertambangan di atas sehingga kehilangan hak asasi mereka
untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik. Perlu adanya solusi untuk mengatasi
masalah di atas, seperti pemerintah daerah harus menyikapi indikasi pelanggaran HAM untuk
menemukan siapa yang bertanggungjawab atas pelanggaran tersebut. Penataan harus terus
dilakukan. Seperti, IUP yang masuk kawasan konservasi akan dicabut atau dikecilkan luas
izinnya. Untuk kawasan hutan lindung dan produksi, mereka mengurus izin pinjam pakai
kawasan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Harus ada kejelasan siapa yang
akan menangani untuk masalah jaminan reklamasi, jaminan paska tambang dan lubang yang
tidak direklamasi.

Selain itu, Kebijakan pengelolaan DAS yang tepat diikuti dengan penerapan
pengelolaan sumber daya lahan dan udara yang sesuai akan berimplikasi pada pengelolaan
sistem DAS. Jika kebijakan pengelolaan dilakukan tepat pada dampak yang terjadi adalah
menurunnya erosi dan sedimentasi, membaiknya kelestarian udara, berkurangnya lahan kritis,
serta kesejahteraan masyarakat sekitar DAS karena perbaikan kualitas lingkungan DAS.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam dkk, Hak Asasi Manusia Pengantar Ilmu Politik. FISIP UT.

Walhi Bengkulu.org “Opini Daerah Aliran Sungai di Bengkulu”. Diakses pada


Kamis, 22 Oktober 2020. http://www.walhibengkulu.org/2014/12/opini-daerah-aliran-sungai-
di-bengkulu.html?m=1

Bengkulu interaktif.com“sudahkah sungai air Bengkulu dan usaha pertambangan


bersahabat dengan lingkungan”. Diakses pada Kamis, 22 Oktober
2020.https://www.bengkuluinteraktif.com/sudahkah-sungai-air-bengkulu-dan-usaha-
pertambangan-bersahabat-dengan-lingkungan

Jurnal.or.id “KONSEP HUKUM PENGELOLAAN TAMBANG BATUBARA


BERKELANJUTAN BERDASARKAN PENDEKATAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
(DAS) DI PROVINSI BENGKULU”. Diakses pada Jumat, 23 Oktober 2020.http://bhl-
jurnal.or.id/index.php/bhl/article/download/bhl.v2n2.16/pdf

Jatam.org “Ancaman Bahaya Air Tambang Batu Bara”. Diakses pada Jumat, 23
Oktober 2020. https://www.jatam.org/2015/11/10/ancaman-bahaya-air-tambang-batubara/

Anda mungkin juga menyukai