Anda di halaman 1dari 4

CONTOH FALASI LOGIKA

1. Ad hominem
Ad hominem ini merupakan sesat pikir di mana saat dua pihak sedang melontarkan argumen,
satu pihak akan membahas kepribadian orang lain yang tidak ada kaitannya dengan
pembahasan yang sedang berlangsung. Hal ini tentu sama seperti halnya contoh yang udah
gue sebutkan di atas. Saat seorang jomblo menasihati orang yang sedang pacaran mengenai
posesif, tetapi orang tersebut nggak terima dinasihati oleh orang jomblo. Alhasil, ia justru
menyerang kepribadian pihak lain.
2. Hasty generalization (overgeneralization)
“Alah, semua cowok itu brengsek”. Yap, kalimat tersebut biasanya diucapkan oleh seorang
cewek yang abis disakitin oleh cowok. Secara nggak langsung, itu merupakan suatu bentuk
dari logical fallacy, lho! Sebab, cewek tersebut mencoba untuk menggeneralisasikan kalau
semua cowok itu brengsek. Dengan kata lain, istilah tersebut dinamakan dengan hasty
generalization atau overgeneralization. Padahal, mungkin cewek itu baru kenal dua sampai
tiga cowok. Bukan berarti semua cowok itu brengsek.
3. Strawman
Jenis logical fallacy selanjutnya yaitu strawman. Strawman merupakan suatu keadaan di
mana saat dua pihak sedang berbicara, pihak yang lain menyimpulkan argumen orang lain
secara salah dan menimbulkan kesalahpahaman. Contoh ketika sedang ada lomba debat antar
kelas di sekolah elo dengan tema pemerintahan. Pihak pertama mengeluarkan argumen kalau
infrastruktur yang berlebihan di negara tidak baik karena bisa merusak alam dan hutan di
negara kita. Terus, pihak kedua langsung menyimpulkan kalau pihak pertama nggak suka
dengan pemerintahan sekarang. Padahal, kan, pihak kedua bisa berdiskusi mengenai
infrastruktur di negara ini, bukannya mengklaim sesuatu yang belum tentu benar. Hal inilah
yang disebut dengan sesat pikir strawman.
4. Post Hoc
Post hoc merupakan sebuah argumen di mana seseorang melebih-lebihkan sesuatu dan terlalu
mempercayai suatu hal. Misalnya, argumen mengenai mayat yang dilangkahi kucing hitam
akan bangkit lagi atau orang yang kejatuhan cicak akan mengalami marabahaya.
5. Circular reasoning
Pernah nggak, sih, elo mendengarkan argumen seseorang yang terus berputar-putar tanpa ada
bukti yang kuat? Kalau pernah, bisa dibilang orang tersebut sedang melakukan praktik logical
fallacy jenis circular reasoning. Misalnya, seseorang berargumen kalau Tuhan itu ada karena
terdapat dalam sebuah kitab. Terus, ada orang bertanya, “kenapa gue percaya kalau Tuhan itu
ada?”, lalu pihak pertama menjawab, “Ya, karena sudah tertuang dalam kitab”.
Alhasil, argumennya hanya berputar-putar di sana tanpa ada opini lain yang menguatkan.
6. Burden of proof
Burden of proof yaitu jenis sesat pikir dengan suatu keadaan di mana pihak pertama yang
telah mengeluarkan argumen menantang kepada pihak kedua untuk memberikan bukti kalau
argumennya itu tidak valid. Jika pihak kedua nggak ada bukti, otomatis pihak pertama
mengakui kalau argumennya emang bener-bener valid. Seakan-akan dia kayak ngomong
begini, “Kalau elo nggak bisa ngebuktiin kalau argumen gue salah, berarti itu benar”.
7. Begging the question
Hampir sama seperti circular reasoning, jenis logical fallacy yang satu ini cenderung
berputar-putar atau memiliki pola pikir yang melingkar. Jadi, ketika seseorang
mengungkapkan argumen, terdengar seakan-akan tidak jelas atau ambigu antara pernyataan
atau pertanyaan. Pada akhirnya, hal ini justru membuat para pendengar merasa kebingungan.
8. False Dilemma
Jenis yang satu ini mungkin sering Sobat Zenius temui di dalam kehidupan sehari-hari. False
dilemma merupakan salah satu kesesatan berpikir yang membuat pihak pertama seolah-olah
hanya memberikan dua pilihan dari argumennya kepada pihak kedua.Contoh dari jenis false
dilemma yaitu ketika seseorang berkata kepada orang lain seperti ini, “elo nggak punya
pendirian kalau cuman bisa mengikuti orang lain”.Akibat argumen tersebut, otomatis pihak
kedua langsung tidak berkutik dan bingung hendak menjawab apa.
9. Appeal to nature
Jenis sesat pikir yang satu ini membuat orang berpendapat kalau semua hal yang alami adalah
baik, benar, dan tidak terbantahkan sama sekali. Padahal, belum tentu hal-hal alami itu baik.
Malahan, justru cenderung terlihat buruk atau jahat.
10. Anecdotal
Anecdotal bisa jadi merupakan salah satu jenis logical fallacy yang perlu
diwaspadai. Pasalnya, orang yang mempraktikkan jenis ini akan menggunakan pengalaman
pribadi ataupun sampel tertentu secara subjektif untuk dijadikan sebagai argumen yang
berkaitan dengan seluruh orang atau populasi. Sebagai contoh, ada pemilik minuman brand A
mengatakan kalau minumannya sudah laris di 30 negara, 15 negara di antaranya merupakan
negara tersehat di dunia. Setelah itu, ia mengklaim kalau minumannya itu bisa bikin sehat.
Padahal, kan, itu hanya survei dari beberapa negara saja.
11. Ad ignorantum
Sesat pikir yang satu ini sejatinya hampir sama seperti menggeneralisasikan sesuatu, tetapi
hanya terpaku pada satu subjek saja. Biasanya, orang dengan ad ignorantum akan
menganggap suatu hal sama dengan yang lainnya sehingga berpotensi menimbulkan konflik.
Salah satu contohnya yaitu ada seseorang yang tidak suka satu lagu dari seorang musisi.
Setelah itu, ia akan beranggapan kalau semua lagu dari musisi tersebut nggak enak.
12. The gambler’s fallacy
Kesesatan berpikir yang satu ini terkadang sering muncul ketika elo sedang mempertaruhkan
sesuatu atau menanam aset di sebuah investasi. Secara garis besar, gambler’s
fallacy merupakan pola pikir, di mana seseorang percaya bahwa kebetulan jangka pendek
akan terkoreksi secara alami. Contoh sederhananya adalah elo berpikiran kalau berinvestasi di
saham A akhir-akhir ini sedang turun. Lalu, setelahnya, elo berpikir kalau hari esok pasti akan
naik.
13. Middle ground
Jenis logical fallacy selanjutnya yaitu middle ground. Pemikiran yang satu beranggapan
kalau saat dia berada di tengah-tengah pertentangan, ia beranggapan kalau berada di titik
tengah adalah suatu kebenaran. Hal tersebut tentu saja cukup berbahaya. Sebab, belum tentu
ketika elo tidak memilih apapun itu benar. Bisa saja, kebenaran itu terletak di kubu A ataupun
kubu B. Sebab, jika elo tetap berada di tengah-tengah, itu sama saja seperti berada di tengah
kebenaran dan kebohongan. Dalam arti lain, hal tersebut masih dianggap dengan kebohongan.
14. False Cause
Elo mungkin pernah terjebak ke dalam sesat pikir yang satu ini. False causes terjadi ketika
seseorang disajikan dengan dua hal yang terjadi secara bersamaan, lalu orang itu berpikir dua
hal tersebut saling berkaitan atau mempunyai sebab akibat. Sebagai contoh, kasus virus
corona sedang meningkat saat ini. Lalu, di sisi lain kasus perceraian juga sedang marak di
tengah masyarakat. Lalu, seseorang menyimpulkan kalau corona mengakibatkan perceraian
meningkat. Hal ini tentu saja nggak ada kaitannya sama sekali sehingga berujung
kepada logical fallacy.
15. Appeal to popularity
Nah, di antara elo mungkin pernah terjebak atau bahkan menggunakan kesesatan berpikir
yang satu ini. Appeal to popularity terjadi ketika seseorang mempercayai suatu argumen yang
disetujui oleh sebagian besar masyarakat. Contoh sederhana dari sesat pikir yang satu ini
adalah semua masyarakat beranggapan kalau universitas negeri itu pasti bagus. Alhasil, elo
pun ikut memercayai hal tersebut. Padahal, kan, saat ini banyak juga universitas swasta yang
nggak kalah bagus dari negeri.
16. Slippery slope
Slippery slope merupakan kesalahan berpikir mengenai sebab akibat. Sebagai contoh, ketika
elo memberi makanan kepada orang lain, lalu ada seseorang yang berkata kepada elo seperti
ini. “Kalau elo memberi makanan kepada satu orang, elo juga harus memberikan makanan
kepada semua orang.” Hal ini merupakan kesesatan berpikir yang perlu diwaspadai. Sebab,
kita nggak harus menyenangkan semua orang.
17. Bandwagon
Logical fallacy yang satu ini sebenarnya nggak jauh dari appeal to popularity. Dalam kasus
ini, elo memercayai sesuatu argumen yang diyakini benar oleh kebanyakan masyarakat.
Apabila ini terjadi, sudah pasti seseorang nggak akan mempunyai pendirian karena terus
mengikuti hal-hal yang dianggap benar oleh banyak orang.
18. The fallacy fallacy
Selanjutnya ada the fallacy fallacy. Dalam kasus ini, elo beranggapan kalau suatu klaim atau
argumen dibantah dengan buruk, otomatis klaim atau argumen tersebut sudah pasti salah. Hal
ini mungkin sering terjadi ketika ada acara debat ataupun diskusi yang diadakan kelas. Ketika
ada suatu argumen dari seseorang yang dibantah dengan buruk, lalu elo langsung mengklaim
bahwa argumennya sudah pasti salah.
19. Appeal to emotion
Appeal to emotion merupakan suatu keadaan di mana pihak satu mencoba untuk
memanipulasi perasaan atau emosinya supaya lawan bicara ikut merasakan sedih, marah, atau
emosi yang lainnya. Setelah itu, si pihak pertama akan mencoba meyakinkan lawan bicaranya
mengenai argumen yang sedang ia lontarkan kepada lawan bicaranya.
20. Ambiguity
Seperti namanya, ambiguity ini merupakan jenis logical fallacy yang membuat seseorang
tidak jelas menyampaikan suatu kebenaran. Alhasil, argumennya bisa saja menyesatkan atau
menghapus kebenaran. Dalam kasus ini, biasanya seorang politisi atau tokoh ternama yang
seringkali menyampaikan hal-hal secara ambigu sehingga membuat masyarakat menganggap
bahwa itu adalah hal yang benar.
21. Personal incredulity
Sobat Zenius pernah menganggap sesuatu hal yang nggak dimengerti menjadi sebuah
argumen atau tindakan yang salah? Kalau iya, berarti elo termasuk jenis yang satu ini,
yaitu personal incredulity. Hal ini tentu saja nggak benar. Sesuatu yang tidak elo mengerti
bukan berarti itu sebuah kesalahan atau hal di luar nalar.
22. Tu quoque
Logical fallacy yang satu ini cenderung menghindari sebuah kritikan. Ia justru membalas
kritikan dari orang lain dengan kritikan juga. Sebagai contoh, elo sedang berbincang dengan
teman di dalam kelas. Pada awalnya, elo mengkritik kalau teman elo itu jorok, nggak pernah
mandi, terus meja belajarnya kotor, dll. Bukannya memperbaiki diri, teman elo justru
mengkritik elo dengan berkata kalau elo juga orangnya malas. Sering telat dan jarang
mengerjakan PR.
23. Genetic
Sesat pikir yang selanjutnya yaitu genetic, di mana seseorang cenderung menganggap bahwa
suatu argumen tidak valid atau tidak bisa dipercaya hanya karena datang dari siapa yang
berbicara atau dari mana datangnya. Kesalahan ini dimulai dengan cara memanfaatkan
persepsi negatif tentang subjek asal berita tersebut sehingga membuat subjek yang
mengeluarkan argumen terlihat buruk.
24. Special pleading
Terakhir, elo juga harus mengetahui jenis logical fallacy yang disebut special pleading. Jenis
yang ini cenderung membela dirinya sendiri dengan membuat pengecualian dari argumen atau
klaimnya yang terbukti salah. Ia mencoba untuk membuat pembelaan diri dan beranggapan
kalau argumennya itu benar dan berusaha untuk meyakinkan para pendengarnya. Dalam
artian lain, orang tersebut tidak mau atau enggan disebut sebagai orang bodoh.

Anda mungkin juga menyukai