Arah Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Perlindungan Data Pribadi Pada Komputasi Awan
Arah Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Perlindungan Data Pribadi Pada Komputasi Awan
OLEH:
MAGISTER HUKUM
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan dunia informasi dan teknologi hari ini sangat massif dan selalu bergerak
maju ke arah inovasi-inovasi terbarukan. Sistem informasi juga mengalami perkembangan yang
sangat signifikan ke bentuk digital dan sangat mudah untuk di pindahkan bahkan tidak sampai
hitungan detik. Perkembangan tegnologi sistem informasi yang massif ini bergerak berbarengan
dengan dunia persaingan bisnis teknologi di dunia yang selalu menawarkan berbagai macam
Cara konvensional dulu untuk mengirim sebuah data diperlukan jasa kurir pengiriman,
kemudian berkembang melalui jaringan kabel, hingga kini setelah berates-ratus satelit mengorbit
mengelilingi dunia maka perpindahan data dapat dilakukan melalui gelombang-gelombang yang
Era postmodern kini menjadi babak baru terhadap perkembangan kehidupan manusia
yang serba digital dan serba internet, bahkan kebutuhan akan internet itu sendiri sudah
berangsur-angsur menjadi ‘kebutuhan primer’ disamping kebutuhan akan makan dan minum.
Kebutuhan akan internet dan sistem informasi digital ini kini merambah hampir semua
lini, tidak hanya kebutuhan komunikasi antara individu dalam masyarakat, tetapi juga berbagai
macam kebutuhan mulai dari bisnis atau perdagangan, pemerintahan, militer atau keamanan, dan
dikenal e-government, dan bidang keuangan kita mengenal e-payment. Banyak sekali bidang-
bidang lainnya yang menggunakan inisial ‘e’ sebagai penyebutan untuk ‘elektronik’ yang
menjadi simbol bentuk digitalisasi. Seperti e-bugeting, e-ticketing, e-tendering dan contoh
lainnya juga menjadi tanda bahwa era digitalisasi sudah menjadi kebutuhan dan bagian dari
Perkembangan teknologi informasi diberbagai bidang dewasa ini juga sampai pada
persoalan yang paling mendasar, yakni terkait informasi pribadi. Penyalahgunaan terhadap
informasi pribadi sangat terbuka lebar dan potensial di era serba digital, karena informasi pribadi
yang berbentuk digital dapat berpindah dengan sangat cepat dan hitungan sepersekian detik.
Sejak berkembanganya teknologi informasi (cyberspace) yang sangat pesat dan berkembanganya
jejaring sosial sebagai ‘gaya baru’ komunikasi di dunia, maka berkembang juga teknologi
sebagai layanan yang dikirim dari server yang memiliki kapasitas besar1. Teknologi komputasi
awan ini memiliki keunggulan utama karena mampu memusatkan penyimpanan, pemosresan
serta memori data sehingga lebih efesien 2. Pada intinya, aplikasi komputasi awan ini
memungkinkan untuk mengelola data dari server mereka yang telah dikirimkan oleh pengguna.
Data ini kemudian dapat diunduh kembali baik olehnya maupun orang lain yang dituju dengan
1
Jovan Karbalija. Sebuah Pengantar Tentang Tata Kelola Internet. Penerjemah : Andreas Adianto dan Swastika
Nohara. APJII. 2010. Hlm. 68
2
http://netindonesia.net/blogs/ianhutomo/archive/2011/07/14/apa-itu-cloud-computing.aspx
tanpa melakukan instalasi tertentu. Contoh seperti jasa aplikasi Google Drive, DropBox dan lain
Secara umum, di era smartphone hari ini tentunya hampir setiap pengguna layanan
internet pasti menggunakan aplikasi komputasi awan. Terutama bagi mereka yang menggunakan
jejaring sosial. Data informasi yang diunggah atau dikirim melalui komputasi awan ini sejatinya
sangat rentan jika tidak ada kehati-hatian dari pengguna, terutama jika pengguna tidak tahu
menahu tentang akibat apa saja yang bisa terjadi jika tidak ada kehati-hatian dengan data pribadi.
perlindungan terhadap data pribadi, terutama bagi mereka yang tidak mengerti tentang komputasi
awan. Data pribadi kadang kala tidak menjadi sebuah privacy karena dengan mudah diberikan
saat melakukan kegiatan di dunia maya (cyberspace). Hal ini diperparah dengan minimnya
regulasi yang secara khusus mengamankan pentingnya data pribadi masyarakat umum yang
Tidak hanya masyarakat secara umum, setiap kepentingan bisnis dewasa ini di era
teknologi informatika juga didorong untuk menggunakan jasa komputasi awan karena sangat
mengguntungkan, seperti;3 efektifitas biaya (murah), skala dan kecepatan, stabilitas dan
kemampuan sistem yang handal, inovasi, tidak terbatas tempat dan waktu, dapat digunakan
Kebutuhan yang besar akan komputasi awan yang kemudian merangsang perusahaan-
3
James Tandy dan Siswono. Cloud Computing dan Dampaknya Terhadap Bisnis. Lihat dalam Jurnal Comptech Vo.
4 No. 2 Desember 2013.
jasa komputasi awan secara end-to-end kepada pelanggan, mereka diantaranya;4 Multipolar
Expert Data Voice Solution, Kayreach System, Sinergy Informasi Pratama, dan Revo Solusindo.
Bahkan jauh sebelumnya, sebuah perusahaan VMware yang bergerak di bidang jasa komputasi
awan telah terlebih dahulu masuk di Indonesia dan berhasil menggandeng perusahaan-
perusahaan besar di Indonesia5. Hal ini membuktikan jika jasa komputasi awan di Indonesia
sangat menggiurkan, sebuah riset yang dilakukan oleh Lembaga riset Internasional Data
Corporation (IDC) sendiri memprediksi nilai total pasar cloud Indonesia pada tahun 2016 akan
mencapai US$308 juta dan meningkat mencapai US$ 378 juta pada tahun 2017 dengan tingkat
Melihat satu sisi teknologi informasi lewat komputasi awan pada pragmatisme
keuntungan bisnis dan kemudahannya tentu menjadi sesuatu yang keliru, semakin berkembang
suatu teknologi maka tantangan dan persoalan yang ada didalamnya juga semakin besar.
Persoalan yang paling utama adalah bagaimana data pribadi yang disimpan dalam komputasi
awan benar-benar dapat dilindungi? Dalam konteks pengamanan data pribadi ini, paling tidak
ada 3 (tiga) bentuk hubungan yang mempengaruhi keamanan data pribadi, yakni: 7 data pribadi
dengan badan usaha, negara dengan kalangan bisnis, dan individu dengan individu. Untuk ini
Keberadaan negara dalam hal perlindungan data pribadi maupun data-data perusahaan
yang ada pada komputasi awan menjadi sangat penting. Negara harus tampil menjadi guardian
4
http://mastel.id/cloud-computing-di-indonesia/
5
http://tekno.kompas.com/read/
2011/11/01/21535982/10.penyedia.layanan.quotcloud.computingquot.gunakan.solusi.dari.vmware
6
http://mastel.id/cloud-computing-di-indonesia/
7
Jovan Karbalija. Sebuah Pengantar ….. Op. Cit. Hlm. 150-151.
terhadap jaminan keamanan atas data-data tersebut. Negara kemudian dituntut untuk dapat
melindungi penggunaan data-data informasi pribadi tersebut sehingga tidak ada penyalahgunaan.
Terutama jika data-data tersebut malah digunakan tidak hanya oleh pelaku bisnis penyedia
layanan, melainkan oleh individu-individu yang memiliki kemampuan untuk meretas layanan
mengambil kapanpun dan dimanapun data tersebut melalui jaringan internet, namun disisi lain
ada ketidakberdayaan dari pengguna itu sendiri karena data berada di server penyedia jasa dan
terhubunga ke internet. Secara fisik pengguna tidak memiliki kekuasaan atas data tersebut dan
tidak dapat mengelolanya secara langsung, melainkan dibawah penyedia jasa komputasi awan.
Karena data dipegang oleh pihak lain atau jasa penyedia komputasi awan, maka tentu hal ini
sangat rentan untuk disalah gunakan. Di era cyberspace dimana setiap hal serba digital dan
artifisial, data-data pribadi yang sudah digitalisasi tersebut dapat dengan mudah berpindah dan
disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab jika tidak ada kontrol dan pengamanan
Didalam aspek hukum, teknologi komputasi awan juga memiliki beberapa persoalan,
diantara; pertama, rentan terjadinya pelanggaran karena data-data yang disimpan didalam
komputasi awan biasanya data pribadi yang berhubungan dengan kegiatan pelanggan (account
activity). Kedua, siapakah yang nantinya dapat dimintakan pertanggungjawaban baik Pidana
maupun Perdata jika ada penyalahgunaan data internal penyedia jasa komputasi awan baik
pelanggaran secara internal amupun pihak lainnya (ulah hacker) yang menerobos server
penyedia jasa.8 Ketiga, jasa dibidang teknologi informasi seperti komputasi awan tentu akan
8
Seperti halnya kasus Wikileaks yang mengambil data-data milik pemerintah, maka akan menjadi mudah jika yang
diambil dalah data yang disimpan oleh perusahaan swasta.
berkembang secara terus menerus menyesuaikan dengan kebutuhan dan inovasi-inovasi
kemudahan oleh perusahaan penyedia jasa, oleh karenanya hal ini akan menyulitkan dalam
pembentukan regulasi jika obyeknya selalu berubah-ubah. Keempat, di era serba dunia maya
(cyberspace) saat ini menyebabkan hubungan dunia yang tanpa batas (borderless), para subyek
hukum antar negara akan dengan mudah melakukan transaksi elektronik tanpa melibatkan atau
izin dari negara sehingga menyebabkan kepastian hukum semakin kabur. Kelima, perusahaan-
perusahaan penyedia jasa cloud computing tersebut sebagian besar tidak berkedudukan atau
untuk kepentingan tertentu akan sangat sulit melakukan pelacakan dan meminta
Permasalahan lain salah satu bentuk pelanggaran data pribadi seperti adanya pertukaran
data yang dilakukan oleh antar perusahaan demi kepentingan bisnis. Tak dapat dipungkiri juga
nantinya jika pertukaran atas data pribadi untuk hal pemasaran menjadi bagian dari kegiatan
‘bisnis sampingan’ mereka. Tentunya hal ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran privasi
karena memberikan data ke orang lain tanpa izin 10. Bahkan, dalam hal pelanggaran tersebut
sudah sejak awal muncul dalam perjanjian baku yang mereka buat. Seperti halnya google privacy
yang menyatakan bahwa Google dapat merubah data, mendistribusikan data pribadi tanpa ada
Berbagai persoalan terhadap keamanan data pribadi didalam jasa komputasi awan
Indonesia? Jika dilihat dalam mengesahkan UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, undang-undang ini kemudian dirubah pada tahun 2016 dengan UU No. 19
9
Seperti halnya Gmail, Google Drive, Facebook, Instagram, Dropbox, dll.
10
https://www.privacyrights.org/ar/cloud-computing.htm
tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik istilah komputasi awan tidaklah ada, sedangkan dalam hal data pribadi
diatur dalam Pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa penggunaan data pribadi harus dilakukan
atas persetujuan orang yang bersangkutan. Pada penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa data
pribadi pada dasarnya masuk menjadi bagian dari Hak Pribadi (privacy right).
Pada pasal selanjutnya yakni pasal 27 disebutkan bahwa jika seseorang dilanggar haknya
(privacy right) terkait data pribadi maka yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan ganti
kerugian ke pengadilan. Yang menjadi pertanyaan adalah kenapa politik hukum terkait
pembentukan pasal terkait hak pribadi diarahkan pada ranah hukum privat, bukan hukum publik?
Padahal pelanggaran hak atas penggunaan data pribadi secara tanpa hak merupakan bentuk
pelanggaran pada kepentingan umum yang dapat menjadi dasar untuk membuat sanksi
pemidanaan. Jika hanya mengacu pada pemahaman dasar hukum privat, maka UU ini akan sulit
untuk mejadi tameng perlindungan terhadap pelanggaran data pribadi terutama di jasa komputasi
awan. Secara umum bisa dikatakan bahwa regulasi terkait perlindungan data pribadi masih
sangat minim.
Pemerintah sebenarnya sangat mengerti tentang pentingnya data pribadi, hingga pada
tahun 2016 kemudian dikeluarkan Peraturan Kementrian Komunikasi dan Informatika RI No. 20
tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik. Secara umum,
pengaturan dari kementrian tersebut cukup lengkap, namun tidak cukup kuat untuk memberikan
perlindungan karena sifatnya Peraturan Kementrian sehingga tidak bisa memberikan sanksi
informasi di bidang komputasi awan maka perlindungan menjadi sangat penting, dan begitu
pentingnya maka hal ini harusnya menjadi tugas negara untuk melakukan perlindungan melalui
pembentukan regulasi yang baik. Dilihat dari sisi hukum maka pelangganlah yang paling rentan
menjadi korban penyalahgunaan data pribadi, sehingga dalam hal ini harus dilihat jika
penyalahgunaan terhadap data pribadi merupakan bentuk kejahatan terhadap negara sehingga
harus diakomodir menggunakan koridor hukum public atau pidana dan menjadi dasar pemidaan
Penelitian ini pada dasarnya mencoba mencari aspek utama dalam hukum pidana
berdasarkan konsep, nalar hukum, dan tafsir atas undang-undang sehingga mampu untuk
mencari arah kebijakan hukum pidana di Indonesia terkait kejahatan di bidang penyalahgunaan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasakan analisis diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
Tujuan dari penelitian Tesis yang berjudul “Arah Kebijakan Hukum Pidana Terhadap
Perlindungan Data Pribadi Pada Komputasi Awan; Analisa berdasarkan UU No. 11 tahun 2008”
2. Untuk mengetahui bagaimana arah kebijakan penegakan UU No. 11 tahun 2008 terhadap
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah dapat diketahui sejauh mana aspek implementasi
dari undang-undang atau hukum yang mengatur terkait perlindungan data pribadi pada
komputasi awan di Indonesia. Secara praktis penelitian ini juga bermanfaat untuk dijadikan
E. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti belum dimaksimalkannya penggunaan
teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari dan belum sadarnya bangsa Indonesia terkait
komunikasi modern yang kini dengan mudah dijangkau lewat smartphone hanya dilihat dalam
sisi pragmatisnya semata, belum melihat aspek-aspek negative yang dapat menimbulkan
Indonesia sendiri mengatur hokum teknologi informasi melalui UU No. 11 tahun 2008
diungkapkan oleh Maulina Pia Wulandari – pakar Public Relation (PR) – masih sangat rendah. 11
Salah satu contoh adalah, di Indonesia IP Address belum dianggap penting sebagaimana di
Negara-negara lain dimana IP Address langsung tersambung ke provider dan dapat dipantau
pergerakannya oleh pemerintah. Perkembangan dan dinamika sosial dewasa ini sangat cepat.
Perubahan ini meliputi budaya, cara pandang, komunikasi, perdagangan, bentuk politik, dan
perubahan lainnya. Salah satu stimulus kuat dalam hal ini adalah perkembangan teknologi
informasi yang semakin tidak terbendung. Dengan bentuk model komunikasi ‘gaya baru’ maka
yang biasa disebut ‘dimensi maya’ atau cyberspace. Munculnya dimensi maya atau dunia maya
telah menandakan era digitalisasi dan terjadinya migrasi besar-besaran dari ‘dunia nyata’ ke
‘dunia maya’. Migrasi besar-besaran ini yang kemudian disebutkan oleh oleh Yasraf Amir
Piliang menjadikan manusia kembali memaknai apa itu arti ‘kehidupan’. 12 Menurutnya, dunia
maya nantinya akan menciptakan sebuah kehidupan yang sebagaian besar di mediasi oleh
teknologi sebagai bagian dan pemahaman terkait alam tidak hanya dalam bentuknya yang
konvensional (alam nyata) melainkan alam dalam pengertian artifial (dalam dunia nyata). Dunia
11
http://www.malangtimes.com/baca/4899/20151009/162712/uu-ite-dinilai-masih-lemah/ diakses pada 2
November 2017
12
Yasraf Amir Piliang. Masyarakat Informasi dan Digital: Teknologi Informasi dan Perubahan Sosial. Lihat dalam
Jurnal Soksioteknologi Edisi 27 tahun 11, Desember 2012.
nyata dan dunia maya ini saling berhimpitan, sehingga fenomena yang terjadi di dunia maya
Dunia maya telah memberikan arti baru terhadap pemahaman ‘ada’. Penngertian tentang
ada dalam melihat obyek tidak hanya sebatas pada pemahan atas apa yang bias dirasakan secara
fisik, melainkan juga yang ada pada ruang-ruang maya hasil dari imajinasi-imajinasi. Menurut
Lessig dan Shield, dunia maya adalah sebuah ruang abstrak hasil imajinatif yang bebas dan
dikendalikan oleh sang pemilik.14 Definisi pemilik pada dasarnya memang sulit, karena pada
prinsipnya di dunia maya lebih seperti bentuk ‘anarki’ karena tidak ada territorial dan
Disinilah kemudian tantangan muncul, terutama pertanyaan tentang dapatkah dunia maya
ini diatur melalui bentuk regulasi yang konvensional. Terkait hal ini, dapat dilihat dua hal
adalah lintas batas atau hubungan dunia menjadi tanpa batas sehingga tidak lagi
2. Sistem hokum konvensional yang justru bertumpu pada territorial, dianggap tidak
ruang maya.
13
Richardus Eko Indrajit. Relasi Dunia Maya dan Dunia Nyata dalam Konteks Menjaga Keamaan Internet. Lihat
dalam www.idsirtii.or.id/doc/IDSIRTII-Artikel-dunia_maya_dan_nyata.pdf.Diakses pada 4 Nivember 2017
14
Khanisa. Dilema Kebebasan Dunia Maya: Dilihat dalam Sudut Pandang Sejarah. Lihat dalam Widyariset Vol. 16
No. 1 tahun 2013
Dari dua karakterisitik tersebut, maka menjadi isu penting dalam hal ini, yakni terkait
bentuk dan territorial. Bentuk konvensional dari hukum didasarkan pada dasar teritorialnya
sebagai batasan kedaulatan politik dan hukum suatu Negara. Batasan territorial Negara ini
menjadi sesuatu yang sudah ‘asing’ dalam pemahaman dunia teknologi informasi. Sistem
informasi meniadakan garis demarkasi territorial Negara, bahkan dengan mudahnya informasi
dari suatu Negara dapat berpindah ke Negara lainnya dalam hitungan detik. Sebuah informasi di
dalam dunia digital di dunia maya ini dalam bentuknya yang digital akan sangat berpenngaruh
pada dunia nyata. Banyak sekarang kita melihat ‘kebocoran’ data atau pengambilan data tanpa
Secara umum, masyarakat dunia saat ini telah menjadi bagian dari masyarakat maya
(cybercomunity). Masyarakat maya ini terdiri dari berbagai macam bentuk dan jenisnya yang
mendefinisikan sendiri hukum yang paling tepat untuk mereka. 15 Pada dasarnya sifat regulasi
dari dunia maya adalah self controlling dimana mereka yang memiliki kesadaran untuk membuat
regulasi untuk mereka sendiri. Barda Nawawi sendiri melihat konteks ini sebagai keterbatasan,
disatu sisi yuridiksi hukum sangatlah terbatas karena memiliki batas-batas konvensionalnya,
untuk lepas atau tidak dapat mengontrol begitu saja. Dasar-dasar konvensional masih dapat
diterapkan terkait adanya subyek yang melakuakn tindakan tersebut berada pada wilayah atau
territorial Negara yang berdaulat, sehingga mampu untuk dijadikan dasar penegakan hukumnya.
15
Ayu Putriyanti. Yurisdiksi di Internet/Cyberspace. Lihat dalam Jurnal Media Hukum No. 2 Vol. 9 tahun 2009.
16
Ibid.
Pada dasarnya, secara umum ada disebut asas universal atau biasa dikenal sebagai prinsip
ubikuitas yang berarti bahwa delik-delik yang dilakukan pada wilayah suatu Negara atau
sebagian wilayah Negara tersebut maka dapat dibawa ke yuridiksi Negara terkait. 17 Prinsip ini
menjadi pembuka dalam hal adanya dampak bagi Negara-negara terkait pelaku kejahatan dunia
maya.
operansi kejahatan (cracker) jenis ini tentu berbeda dengan kejahatan konvensional pada
umumnya. Hal yang paling sulit adalah menentukan locus delicti atau tempat kejadian perkara,
karena yang diserang adalah jaringan internet bukan penyerangan fisik yang bisa dengan mudah
Salah satu modus operansi dari kejahatan dunia maya ini adalah pencurian account yang
biasayanya tidak disadari oleh pemilik account tersebut. Pencurian account ini dimaksudkan
untuk mengetahui data-data pribadi pemilik account dan digunakan untuk kepentingan
pribadinya.
Dunia teknologi informasi kini juga mengenal bentuk komputasi awan (cloud
dengan teknologi internet (awan). Secara umum dapat dikatakan bahwa komputasi awan
merupakan bentuk layanan teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan atau dapat diakses
pelanggannya melalui internet. Dengan teknologi ini, pelanggan dapat mengakses data mereka
yang disimpan kapanpun dan dimanapun selama ada koneksi internet. Layanan teknologi ini
17
Ibid.
18
Nur Khalimatus Sa’diyah. Modus Operandi Tindak Pidana Cracker Menurut Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Lihat dalam Jurnal Perspektif Vol. 17 No. 2 tahun 2012.
sangat diminati karena pelanggan tidak perlu membawa data mereka kemana-mana, jika mereka
membutuhkan maka data itu dapat diakses oleh mereka kapanpun sesuai dengan kebutuhan.
Karena merupakan bentuk teknologi yang terbilang baru, maka definisi dan standar
bentuk layanan komputasi awan ini masih mencari konsepnya. Artinya, tidak menutup
kemungknan ada evolusi secara terus menerus terkait perkembangan layanan tekonologi
Sebuah layanan teknologi informasi, dapat dikatakan sebagai komputasi awan paling
1. Layanan bersifat “On Demand”, pengguna dapat berlangganan hanya yang dia
butuhkan saja, dan membayar hanya untuk yang mereka gunakan saja.
mengurangi jenis dan kapasitas layanan yang dia inginkan kapan saja dan system
5. Akses Pita Lebar yakni layanan terhubungan melalui jaringan pita lebar, terutama
19
Herwin Anggeriana. Cloud Computing.
Secara umum, komputasi awan dapat didefinisikan sebagai sebuah perusahaan yang
penyimpanan data milik pelanggan pada server yang bisa diakses oleh pelanggan melalui intenet.
Data tersebut disimpan oleh perusahaan penyedia jasa yang dipercaya untuk mengolah
data dan menjamin keamanan dari data pelanggan. Karena data data dikelola oleh pihak lain
(perusahaan komputasi awan) maka disini kerentanan terhadap data lebih besar, terutama jika
digunakan untuk kepentingan pribadi orang lain tanpa persetujuan dan sepengetahuan pelanggan.
Tentu pelanggant tidak akan mengetahui apakah datanya disalahgunakan atau tidak jika mereka
belum menerima dampaknya atau informasi terkait penggunaan data oleh pihak lainnya.
Perlindungan data atau account yang ada di komputasi awan sangatlah penting, terutama
aktulasasi dari perlindungan tersebut adanya regulasi yang jelas terkait jika adanya tindak
kejahatan atas kejahatan data didalam komputasi awan, terutama yang berhubungan dengan data
pribadi. Pelaku bisa berasal dari Pemerintah, Perusahaan dan juga perorangan yang ingin
Berdasarkan data yang ada, bentuk kejahatan yang berhubungan dengan dunia teknologi
informasi di Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan data Ditreskrimsus Polda Metro Jaya,
sepanjang 2016 dari 1.627 laporan, 1.207 merupakan kasus cyber crime.21 Indonesia sangat
potensial bahkan dari beberpa berita terkait cybercrime maka disebutkan Indonesia menjadi salah
satu sarang dan dari pelaku cybercrime (kejahatan dunia maya) di dunia.22
20
Yuli Fauzah. Tinjauan Keamanan Sistem Pada Teknologi Colud Computing. Lihat dalam Jurnal Informatika, Vol. 8
No. 1 tahun 2014.
21
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161230232449-12-183255/cyber-crime-kasus-kejahatan-terbanyak-
di-2016/ dikases pada 4 November 2017
22
http://www.solopos.com/2015/06/01/cyber-crime-duh-indonesia-jadi-sarang-kejahatan-cyber-internasional-
610183 diakses pada 4 Novemeber 2017
Di Indonesia sendiri, seringkali data pribadi tidak begitu menjadi focus utama dalam hal
keamanannya. Hal ini terjadi karena ketidakpahaman mereka akan pentingnya data pribadi yang
dapat disalahgunakan. Permasalahan dalam komputasi awan adalah data pribadi tersebt dikelola
oleh pihak lain dalam server mereka. Sehingga, epluang untuk disalahgunakan juga jelas lebih
besar.
Regulasi terkait perlindungan data pribadi didalam komputasi awan di Indonesia sendiri
masih sangat lemah dan bahkan sangat minim. Pada Undang Undang No. 11 tahun 2008 tentang
ITE penngaturan terkait data pribadi hanya pada pasal 26 dan pasal 27. Pasal ini pun sangat
lemah karena tidak ada penjelasan khusus tentang komputasi awan, mengingat hubungan hukum
antara pelanggan dengan perusahaan komputasi awan adalah keperdataan, maka akan kesulitan
nantinya jika diarahkan kedalam aspek pemindaan, walaupun secara materiil hal ini merupakan
Penelitian dan kajian terkait perlindungan data pribadi dalam komputasi awan sudah
beberapa kali dilakukan. Sinta Dewi dari Fakultas Hukum Pajajaran pernah melakukan penelitian
yang berjudul Konsep Perlindungan Hukum atas Privasi dan Data Pribadi Dikaitkan dengan
Penggunaan Cloud Computing.23 Dalam penelitian tersebut, Sinta Dewi menawarkan sebuah
konsep penegakan hukum dengan pendekatan hybrid yakni model pendekatan hukum dengan
non-hukum yakni melalui mekanisme pasar. Pendekatakan ini lebih terkesan pragmatis daripada
sebuah pendektakan yang komprehensif dan sistematis, menyerahkan pola penegakan hukum
dengan metode penggabungan antara hukum dengan non-hukum (mekanisme pasar) akan
memicu ketidakpastian hukum, karena dalam konteks hukum Pidana ada asas legalitas yang
23
Penelitian dimuat dalam Jurnal Yustisia Edisi 94 tahun 2016
Penelitian lain pernah diajukan oleh Radian Adi Nugraha dalam skripsinya S1 di Fakultas
Hukum Universitas Indonesia tahun 2012 yang berjudul Analisis Yuridis Mengenai
Perlindungan Data Pribadi Dalam Cloud Computing Sistem Ditinjau dari Undang Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Dalam peneltiannya tersebut Radian hanya memotret terkait
penyalahgunaan data pribadi dan dasar hukumnya, namun mencari arah solutif terkait arah
Selama ini, penelitian hanya diarahkan pada pemotretan perbuatan secara formil,
sehingga belum ada penelitian yang mencoba melakukan penggalian secara materiil untuk
sehingga menemukan langkah solutif untuk menjadi pijakan pada arah kebijakan pemidanaan
terkait kejahatan dunia maya pada penyalahgunaan data pribadi di jasa komputasi awan.
Secara khusus, penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya atau yang
pernah ada karena tidak hanya memotret secara komprehensif permasalahan data pribadi pada
jasa komputasi awan, melainkan juga arah kebijakan yang seharusnya diambil terhadap pelaku
jika melakukan perbuatan tersebut. Sehingga, nantinya ada langkah solutif yang bisa digunakan
sebagai dasar pemidanaan penyalahgunaan data pribadi pada jasa komputasi awan dan arah
kebijakan terhadap bentuk pemidanaan tersebut didasarkan pada Undang-Undang No. 8 tahun
F. SISTEMATIKA PENULISAN
I. PENDAHULUAN
II. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KOMPUTASI
AWAN
KOMPUTASI AWAN
11 TAHUN 2008
V. KESIMPULAN
G. DAFTAR PUSTAKA
Jovan Karbalija. Sebuah Pengantar Tentang Tata Kelola Internet. Penerjemah : Andreas
http://netindonesia.net/blogs/ianhutomo/archive/2011/07/14/apa-itu-cloud-
computing.aspx
http://mastel.id/cloud-computing-di-indonesia/
http://tekno.kompas.com/read/
2011/11/01/21535982/10.penyedia.layanan.quotcloud.computingquot.gunakan.solusi.dari
.vmware
http://mastel.id/cloud-computing-di-indonesia/
https://www.privacyrights.org/ar/cloud-computing.htm
http://www.malangtimes.com/baca/4899/20151009/162712/uu-ite-dinilai-masih-lemah/
www.idsirtii.or.id/doc/IDSIRTII-Artikel-dunia_maya_dan_nyata.pdf.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161230232449-12-183255/cyber-crime-kasus-
kejahatan-terbanyak-di-2016/
http://www.solopos.com/2015/06/01/cyber-crime-duh-indonesia-jadi-sarang-kejahatan-
cyber-internasional-610183