Anda di halaman 1dari 16

Manajemen Operasi dan Produksi dalam Era Digital

Agus Bahuri
1221921008
Program Studi Manajemen
Bakrie University
Email : agusbahuri2020@gmail.com

1. Pendahuluan
Dalam era digital yang terus berkembang saat ini, peran manajemen operasi dan
produksi menjadi sangat penting dalam menjalankan bisnis suatu usaha untuk
menghasilkan efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Manajemen operasi dan produksi
memiliki peran yang erat hubungannya dengan pengelolaan proses produksi,
pengawasan dan pemastian kualitas produk atau layanan, serta pengelolaan rantai
pasokan secara keseluruhan. Manajemen operasi adalah salah satu elemen kunci
dalam keseluruhan manajemen bisnis yang memainkan peran penting dalam
mengoptimalkan efisiensi operasional, meningkatkan kualitas produk atau layanan
dalam mencapai tujuan perusahaan. Era digital, yang ditandai oleh perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi yang pesat, telah membawa perubahan signifikan
pada perusahaan dalam mengelola operasinya.
Dalam paper yang ditulis ini, penulis akan mengulas bagaimana manajemen operasi
dan produksi mampu beradaptasi dan mengoptimalkan potensinya di tengah
perkembangan pesat era digital. Dalam era digital yang terus berkembang, peran
manajemen operasi dan produksi dalam organisasi mengalami perubahan yang sangat
signifikan. Teknologi digital telah merubah fundamental pada perusahaan dalam
merencanakan, mengelola, dan mengoptimalkan operasi dan proses produksinya.
Dalam peper ini, penulis akan menggali dampak yang ditimbulkan oleh transformasi
digital terhadap manajemen operasi dan produksi, serta cara-cara di mana organisasi
dapat memanfaatkan peluang-peluang ini guna meningkatkan efisiensi operasional,
produktivitas, dan daya saing perusahaan di pasar yang semakin kompetitif.
Sebelum melangkah lebih jauh, disini penulis akan menjelaskan mengenai teori dasar
mengenai manajemen produksi dan operasi terlebih dahulu. Manajemen produksi dan
operasi tak dapat dilepaskan dari konsep manajemen. Istilah "manajemen" mengacu
pada usaha atau tindakan yang bertujuan mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya secara efektif dan efisien dalam mengatur sumber daya manusia melalui
perencanaan (planning), pengaturan (organizing), kepemimpinan (leading), dan
pengendalian (controlling) dengan memanfaatkan sumber daya yang ada (Rusdiana,
2014). Manajemen produksi dan operasi, dalam hal ini, adalah upaya untuk mengatur
dan mengkoordinasikan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan, keuangan,
dan bahan dengan cara yang efisien dan efektif. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan
dan meningkatkan nilai dari suatu produk atau layanan.

1
Menurut Sofjan Assaurri menjelaskan bahwa manajemen produksi dan operasi
merupakan proses pencapaian dan pengutilisasian sumber daya untuk memproduksi
atau menghasilkan barang atau jasa yang berguna sebagai usaha untuk mencapai
tujuan dan sasaran organisasi (Rusdiana, 2014).
Manajemen produksi dan manajemen operasi memiliki perbedaan dalam proses di
lapangannya. Manajemen produksi adalah proses pengaturan dan koordinasi optimal
dalam pemanfaatan sumber daya seperti aset, tenaga kerja, peralatan, keuangan, dan
bahan untuk menciptakan dan meningkatkan nilai suatu produk atau layanan.
Produksi merupakan penciptaan atau penambahan nilai suatu barang, bentuk, waktu
dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan
kebutuhan manusia. Adapun manajemen operasi adalah salah satu dari empat fungsi
manajemen utama, bersama dengan manajemen pemasaran, keuangan, dan sumber
daya manusia, yang memiliki peran sentral dalam keberhasilan sebuah organisasi atau
perusahaan. Dalam era bisnis yang terus berkembang, perkembangan pesat dalam
inovasi dan teknologi memainkan peran kunci dalam mengubah lanskap praktik bisnis.
Dengan demikian, manajemen produksi dan manajemen operasi saling berhubungan
erat. Manajemen produksi mengatur seluruh proses pembuatan produk jadi,
sedangkan manajemen operasi melibatkan individu-individu yang bertanggung jawab
untuk mengelola transformasi dari bahan mentah menjadi produk akhir. Manajemen
produksi mencakup semua aktivitas yang terkait dengan pengembangan produk baru
bagi perusahaan, sementara manajemen operasi lebih berfokus pada aspek
perubahan dan transformasi bahan menjadi barang jadi. Oleh karena itu, dalam
konteks perusahaan, penting untuk menggabungkan kedua disiplin manajemen ini
guna memastikan bahwa produk yang dihasilkan mencapai potensi maksimalnya
(Rusdiana, 2014).
Pada saat ini, proses digitalisasi telah menerima perhatian yang meningkat pada
manajemen operasi, proses digitalasi pada manajemen operasi pernah diulas oleh
beberapa jurnal sebelumnya dengan menjelaskan manufaktur digital (Roscoe, 2019)
dan ekonomi kolaborasi berbasis digital dalam sistem manajemen operasi
(Hedenstierna et al., 2019). Transformasi digital yang mencakup pada penggunaan
teknologi digital dapat memberikan manfaat pada inovasi operasional perusahaan
dalam menciptakan proses yang baru, merubah proses yang sudah ada, budaya,
customer experience dalam memenuhi kebutuhan bisnis saat ini (Vial, 2019). Dalam
hal ini, bukan hanya sekedar pada perbaikan bisnis proses saja melainkan juga
menciptkan bisnis baru. Melalui transformasi digital, organisasi (perusahaan) akan
mengkaji kembali pada sistem internal mereka sehingga interkasi dengan konsumen
yang dilakukan secara online maupun offline dapat berjalan secara efektif.
Penelitian tentang transformasi digital dalam kontribusinya terhadap pengembangan
manajemen operasi sudah banyak dilakukan, seperti yang dijelaskan pada (Holmström
et al., 2019) bahwa terdapat peluang bagi organisasi perusahaan untuk memanfaatkan
kehadiran di satu pasar ke area pasar lain; munculnya ekosistem yang melibatkan
semua players dalam value chain; daya tarik model bisnis platform multi-sisi yang
menggabungkan players yang berbeda; dan pentingnya Big Data dan Artificial

2
Intelligence (AI) sebagai keunggulan kompetitif saat ini. Perkembangan tersebut
menempatkan tuntutan baru pada organisasi dalam hal pemilihan posisi pasar,
cakupan kebijakan secara vertikal dan horizontal, serta pengelolaan dalam batasan-
batasan bisnis yang ada.
Secara bersamaan, transformasi digital dapat memengaruhi persaingan dengan
menghilangkan batas-batas organisasi sehingga dapat menciptakan industri dan
ekosistem baru (Atluri et al., 2017). Perkembangan digital ini menentang pemahaman
yang sudah ada dalam manajemen operasi terdahulu, dimana teori tersebut sebagian
besar berdasarkan pada pengukuran pada Era Industri (Jacquemin and Berry, 1979;
Palepu, 1985). Ciri khas manajemen operasi pada Era Industri sebagai berikut :
a. Manual dan Berbasis Fisik
Pada era industri terdahulu, manajemen operasi lebih mengandalkan proses
manual dan berbasis fisik. Pengelolaan produksi, pemantauan stok, dan
pengawasan tenaga kerja dilakukan secara manual atau dengan peralatan
sederhana.
b. Proses Produksi Terpusat
Proses produksi sering kali terpusat di pabrik atau fasilitas fisik tertentu. Ini
memerlukan investasi besar dalam infrastruktur fisik dan logistik untuk mengelola
rantai pasokan
c. Keterbatasan Informasi
Akses terhadap informasi terbatas. Pengambilan keputusan didasarkan pada data
terbatas dan laporan yang seringkali tidak real-time.
d. Manajemen Stok Manual
Manajemen persediaan dan pengendalian stok dilakukan secara manual, yang
dapat menyebabkan masalah seperti overstock atau stockout.
e. Ketidakpastian Permintaan
Peramalan permintaan cenderung kurang akurat karena keterbatasan data historis
dan analisis yang terbatas.
Perubahan ke dalam era digital dapat memberikan kontribusi terhadap teori
manajemen operasi. Manajemen operasi pada era digital saat ini didorong oleh
teknologi yang canggih, otomasi, dan akses yang lebih besar terhadap data. Hal ini
menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi, ketepatan, dan kemampuan untuk merespons
perubahan pasar dengan lebih cepat dibandingkan dengan era industri terdahulu yang
lebih terbatas dalam hal teknologi dan informasi. Berikut adalah ciri dari manajemen
operasi dalam era digital menurut (Browning dan de Treville, 2018) :
a. Automasi dan Digitalisasi
Era digital menghadirkan otomasi dan digitalisasi dalam manajemen operasi.
Proses produksi, perencanaan persediaan, dan pengelolaan tenaga kerja semuanya
dapat diotomatisasi dan didigitalisasi. Pengelolaan dapat mengandalkan teknologi
baru seperti Internet of Things (IOT), big data analytics, kecerdasan buatan (AI), dan
otomatisasi proses (Robotic Process Automation) untuk mengoptimalkan operasi.

3
b. Produksi Terdistribusi
Produksi tidak lagi harus terpusat di satu tempat. Dengan teknologi, produksi dapat
terdistribusi secara global, memungkinkan fleksibilitas dan efisiensi yang lebih
besar.
c. Akses ke Informasi Real-Time
Informasi operasional tersedia secara real-time, memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih cepat dan akurat. Analitika data memungkinkan pemahaman
yang lebih baik tentang kinerja operasional.
d. Manajemen Stok Otomatis
Sistem manajemen persediaan otomatis memungkinkan perusahaan untuk
mengoptimalkan stok dengan lebih baik, mengurangi pemborosan dan
menghindari stockout.
e. Peramalan yang Lebih Akurat
Dengan akses yang lebih besar terhadap data dan algoritma peramalan yang lebih
canggih, peramalan permintaan menjadi lebih akurat, memungkinkan perencanaan
persediaan yang lebih baik.
f. Keterlibatan Pelanggan
Era digital memungkinkan keterlibatan pelanggan yang lebih besar melalui e-
commerce, umpan balik online, dan personalisasi produk atau layanan.
g. Keamanan Cyber
Keamanan data dan sistem menjadi isu kunci dalam era digital, sehingga
perusahaan harus berfokus pada perlindungan terhadap serangan siber.
h. Ketangguhan Rantai Pasokan
Rantai pasokan yang lebih tangguh dan terhubung dengan baik, berkat teknologi
yang memungkinkan pemantauan dan perubahan real-time.
Sehingga dari penjelasan di atas dapat diambil beberapa isu penting akibat adanya
transformasi digital dalam manajemen operasi dan produksi. Isu tersebut diantaranya
meliputi :
a. Pengaruh transformasi digital terhadap pelaku dalam rantai pasokan dalam
peningkatan kinerja organisasi, pengaruh transformasi digital terhadap fleksibilitas
dan responsivitas penyedia layanan logistik.
b. Pengaruh tranfsormasi digital dalam memengaruhi responsivitas terhadap
permintaan konsumen.
c. Kecerdasan buatan (AI), big data, dan Robotic Process Automation (RPA) dapat
digunakan dalam keputusan Manajemen Operasi (OM) dan rantai pasokan .
Isu- isu diatas merupakan isu yang akan dibahas oleh penulis dalam paper ini yang
bertujuan untuk memberikan wawasan dan gambarang konkret mengenai peran
digital transformasi pada aspek sistem manajemen dan operasi di suatu organisasi.

4
2. Isi
2.1 Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi
Ruang lingkup manajemen produksi dan operasi mencakup sejumlah elemen
penting yang berperan dalam mengelola dan mengoptimalkan operasi
perusahaan. Manajemen produksi dan operasi merupakan dua hal yang saling
terkait dan mencakup berbagai sistem, proses, dan fungsi dalam pengelolaan
produksi dan operasi suatu organisasi. Berikut adalah rincian tentang beberapa
komponen utama dalam ruang lingkup manajemen produksi dan operasi
(Rusdiana,2014) :
a. Sistem Informasi Produksi
Ruang lingkup ini melibatkan penggunaan teknologi informasi untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data terkait produksi. Sistem
informasi produksi membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik
dan pengawasan proses produksi.
b. Sistem Pengendalian Produksi
Sistem ini digunakan untuk mengawasi dan mengontrol proses produksi
secara real-time. Ini termasuk sistem pengendalian otomatis dan manual
untuk memastikan bahwa produksi berjalan sesuai rencana.
c. Perencanaan Sistem Produksi
Komponen ini mencakup perencanaan jangka pendek dan jangka panjang
untuk mengatur sumber daya produksi, tenaga kerja, dan persediaan.
Perencanaan ini mencakup perencanaan kapasitas, peramalan permintaan,
dan strategi produksi.
d. Struktur Organisasi
Struktur organisasi mengatur bagaimana unit produksi dan operasi dalam
perusahaan diorganisasi. Ini mencakup pembagian tanggung jawab, hierarki
manajemen, dan hubungan antarunit.
e. Perencanaan Lokasi dan Letak
Keputusan tentang lokasi pabrik atau fasilitas produksi sangat penting. Ini
mencakup pertimbangan terkait infrastruktur, transportasi, dan akses ke
pasokan.
f. Pengendalian Bahan Baku
Pengelolaan bahan baku melibatkan pengadaan, penyimpanan, dan
penggunaan bahan baku dalam proses produksi. Tujuannya adalah
menghindari kekurangan dan kelebihan persediaan.
g. Skema Produksi
Skema produksi mengacu pada desain dan pengaturan jalur produksi. Ini
termasuk pemilihan mesin, aliran kerja, dan pemilihan metode produksi.
h. Perencanaan Kapasitas
Komponen ini melibatkan penentuan kapasitas produksi yang diperlukan
untuk memenuhi permintaan pasar. Hal ini memungkinkan organisasi untuk
menghindari overkapasitas atau underkapasitas.

5
i. Pengendalian Biaya Produksi
Pengendalian biaya adalah aspek penting dari manajemen produksi. Ini
mencakup pengelolaan biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead, dan
pengelolaan biaya umum produksi.
j. Produksi Atas Pesanan
Beberapa organisasi beroperasi dengan sistem produksi atas pesanan, yang
berarti produk diproduksi sesuai dengan permintaan pelanggan tertentu.
k. Perencanaan Lingkungan Kerja
Komponen ini mencakup perancangan lingkungan kerja yang aman dan efisien
untuk pekerja produksi.
l. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas mencakup langkah-langkah untuk memastikan produk
atau layanan memenuhi standar kualitas yang ditentukan. Ini melibatkan
pemeriksaan, pengujian, dan tindakan perbaikan.
m. Perencanaan Standar Produksi
Elemen ini melibatkan penetapan standar produksi untuk produk atau layanan
tertentu, termasuk waktu produksi, biaya, dan kualitas.
n. Pemeliharaan Persediaan
Manajemen persediaan termasuk dalam operasi produksi dan mencakup
pengelolaan persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.
Semua elemen di atas saling bekerja bersama untuk mencapai tujuan produksi yang
efisien dan menghasilkan produk atau layanan yang berkualitas tinggi. Dalam era digital,
teknologi informasi dan automasi semakin penting dalam mengoptimalkan manajemen
produksi dan operasi.
2.2 Evolusi Digital dalam Manajemen Operasi
Evolusi Digital dalam manajemen operasi merujuk pada perkembangan dan
perubahan peran teknologi digital dalam mengelola proses dan operasi bisnis.
Evolusi digital dalam manajemen operasi mencerminkan pergeseran dari
penggunaan alat digital sebagai pendukung manusia menjadi alat yang lebih
mandiri dalam mengambil keputusan dan mengotomatisasi proses operasi. Hal ini
telah mengubah cara perusahaan mengelola dan mengoptimalkan operasi
mereka, meningkatkan efisiensi, dan memberikan respons yang lebih cepat
terhadap perubahan pasar dan permintaan pelanggan. Berikut adalah tiga tahap
evolusi digital dalam manajemen operasi menurut (Spyros, et al, 2023) :
Periode
Aspek
1970- 1995 1995- 2015 2015- Sekarang
Peran Teknologi Alat digital yang Alat digital yang Manusia
digital menyediakan menyediakan memberikan
dukungan dukungan dukungan pada
fungsional pada fungsional pada digital tools
manusia dalam manusia dalam dalam
manajemen manajemen manajemen
operasional (OM) operasional (OM) operasional

6
Tipe Teknologi • Material • Enterprise • Artificial
requirements resource intelligence
planning (MRP) planning (ERP) (AI)/ advanced
• Computer-aided • Intelligent analytics
design (CAD) business • Internet of
• Computer- process Things (IoT) dan
Integrated management Big Data
manufacturing (iBPM) • Advanced self-
(CIM) • Radio- guided robotics
frequency
identification
(RFID)
Genre Teknologi Standalone tools Integrated tools Autonomous
(alat mandiri) (alat integrasi) tools (alat
untuk membantu untuk otonom/
akses informasi manajemen mandiri) untuk
yang spesifik operasi di seluruh otomatisasi
dalam fungsi fungsi bisnis dan dalam
entitas rantai pengambilan
pasokan keputusan dalam
manajemen
operasi

2.3 Perubahan Paradigma dalam Manajemen Operasi dan Produksi


Transformasi digital telah mengubah paradigma dalam manajemen operasi dan
produksi. Organisasi tidak lagi hanya mengandalkan proses manual, melainkan
memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas. Sebagai
contoh, beberapa perusahaan manufaktur telah mengadopsi konsep "pabrik
pintar/ smart manufacture" yang menggunakan otomatisasi dan sensor untuk
mengoptimalkan produksi dan mengurangi kesalahan.
Peran teknologi informasi sangat krusial dalam memfasilitasi proses produksi dan
pengelolaan operasi. Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) menjadi tulang
punggung dalam mengoordinasikan berbagai aspek operasi, dari manajemen
persediaan hingga perencanaan produksi. Misalnya, perusahaan X menggunakan
sistem ERP untuk mengintegrasikan semua departemen dan memastikan
koordinasi yang lancar.
2.4 Penggunaan Teknologi dalam Manajemen Operasi dan Produksi
Penggunaan teknologi telah meluas dalam manajemen operasi dan produksi.
Automatisasi proses produksi dengan robot dan mesin otomatis tidak hanya
meningkatkan produktivitas tetapi juga mengurangi kesalahan manusia. Sebagai
contoh, pabrik mobil Toyota menggunakan robot untuk merakit kendaraan
dengan presisi tinggi, menghasilkan kendaraan berkualitas tinggi (oto.detik.com).

7
Penggunaan big data dan analitik telah memungkinkan pengambilan keputusan
yang lebih baik. Perusahaan dapat menganalisis data produksi dan permintaan
pelanggan untuk merencanakan produksi yang lebih efisien. Sebagai contoh,
perusahaan e-commerce Amazon menggunakan analitik data untuk
mengantisipasi permintaan dan mengoptimalkan rantai pasokan (Shahriar, 2016).
Implementasi Internet of Things (IoT) dalam rantai pasok telah meningkatkan
visibilitas dan pengawasan. Sensor yang terhubung pada peralatan dan kendaraan
memungkinkan pemantauan real-time, memungkinkan perusahaan untuk
mengidentifikasi masalah dan tindakan perbaikan dengan cepat. Sebagai contoh,
perusahaan logistik FedEx menggunakan IoT untuk melacak posisi dan kondisi
paket selama pengiriman (d3.harvard.edu).
2.5 Transformasi Digital dalam manajemen produksi manufaktur
Transformasi digital dalam manajemen produksi merujuk pada integrasi dan
pemanfaatan teknologi digital serta strategi berbasis data untuk meningkatkan
dan mengoptimalkan proses manufaktur. Hal ini melibatkan adopsi berbagai alat
dan teknologi digital untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya,
meningkatkan fleksibilitas, dan mempertahankan atau meningkatkan kualitas
produk. Berikut adalah beberapa aspek kunci bagaimana transformasi digital
memengaruhi manajemen produksi (whatfix.com):
a. Otomatisasi dan Robotika
Transformasi digital sering melibatkan implementasi otomatisasi dan robotika
dalam proses manufaktur. Ini bisa mencakup penggunaan lengan robotik, lini
perakitan otomatis, dan kendaraan otonom untuk penanganan material.
Otomatisasi mengurangi kebutuhan tenaga kerja manual, meningkatkan
presisi, dan mempercepat produksi.
b. IoT (Internet of Things)
Sensor dan perangkat IoT digunakan untuk mengumpulkan data secara real-
time dari mesin dan peralatan di lantai pabrik. Data ini dapat dianalisis untuk
memantau kesehatan peralatan, memprediksi kebutuhan perawatan, dan
mengoptimalkan jadwal produksi. IoT memungkinkan perawatan proaktif,
mengurangi waktu henti produksi.
c. Data Analytics
Alat analitika data canggih digunakan untuk memproses jumlah data besar
yang dihasilkan oleh proses produksi. Analisis data ini dapat mengungkap pola,
anomali, dan area yang perlu ditingkatkan. Analitika prediktif dapat
membantu dalam meramalkan permintaan, mengoptimalkan persediaan, dan
meningkatkan efisiensi produksi.
d. Cloud Computation
Solusi berbasis awan digunakan untuk penyimpanan data, berbagi, dan
kolaborasi. Ini memungkinkan tim untuk mengakses data produksi dan alat
perangkat lunak dari mana saja, meningkatkan komunikasi dan pengambilan
keputusan.

8
e. Twin Digital
Twin digital adalah replika virtual dari sistem manufaktur fisik. Ini
memungkinkan simulasi, pengujian, dan optimasi proses produksi secara real-
time. Perubahan dapat dilakukan dalam lingkungan twin digital sebelum
diterapkan di pabrik fisik.
f. Integrasi Rantai Pasokan
Transformasi digital meluas melampaui dinding pabrik untuk
mengintegrasikan seluruh rantai pasokan. Ini termasuk pemasok, logistik, dan
saluran distribusi. Visibilitas terhadap rantai pasokan membantu dalam
meramalkan permintaan yang lebih baik dan manajemen persediaan.
g. Pencetakan 3D/Additive Manufacturing
Teknologi manufaktur tambahan, seperti pencetakan 3D, merupakan bagian
dari transformasi digital dalam produksi. Mereka memungkinkan prototyping
cepat, penyesuaian, dan produksi berdasarkan permintaan, mengurangi
limbah dan waktu produksi.
h. Kontrol Kualitas
Alat digital seperti visi komputer dan pembelajaran mesin dapat digunakan
untuk pengendalian kualitas real-time. Produk cacat dapat diidentifikasi dan
dihapus dari lini produksi secara otomatis.
i. Robotik Kolaboratif
Robot kolaboratif bekerja bersama pekerja manusia, membantu dalam tugas-
tugas berulang atau berbahaya. Mereka diprogram untuk beroperasi dengan
aman dalam jarak dekat dengan manusia, meningkatkan efisiensi dan
keamanan.
j. Efisiensi Energi
Transformasi digital sering mencakup sistem manajemen energi untuk
mengoptimalkan konsumsi energi dalam proses produksi, mengurangi biaya,
dan dampak lingkungan.
k. Pemantauan dan Manajemen Jarak Jauh
Manajer produksi dapat memantau dan mengelola operasi secara jarak jauh,
memungkinkan fleksibilitas dan respons yang lebih besar terhadap masalah
yang tidak terduga atau perubahan dalam permintaan.
Transformasi digital dalam manajemen produksi tidak hanya meningkatkan
efisiensi operasional tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk menjadi lebih
lincah dan responsif terhadap perubahan pasar. Ini memfasilitasi pengambilan
keputusan berbasis data, mengurangi limbah, dan meningkatkan daya saing
keseluruhan operasi manufaktur.
2.6 Pengaruh transformasi digital terhadap pelaku dalam rantai pasokan
Dalam lingkungan bisnis yang penuh ketidakpastian saat ini, rantai pasokan harus
bersaing dan dinamis melalui perubahan teknologi, struktural, institusional, dan
organisasional yang berkelanjutan (Beer et al. 2005; Tennant dan Fernie 2013).
Perubahan ini memerlukan sikap baru dan strategi inovatif, serta pemikiran ulang
dalam metode operasi bisnis yang harus dilakukan oleh manajemen.

9
Dalam konteks ini, teknologi Internet of Things (IoT) merupakan perkembangan
teknologi utama sehingga rantai pasukan dapat dilakukan secara virtual.
Virtualisasi dapat didefinisikan sebagai representasi digital dari keadaan masa
lalu, saat ini, dan masa depan suatu objek fisik (Verdouw et al. 2015). Virtualisasi
memungkinkan logistik yang lebih efisien dengan memisahkan aliran fisik dari
aspek informasi dalam operasi rantai pasokan (Clarke 1998; Van der Vorst et al.
2016).
Meskipun teknologi berkembang dengan cepat, inovasi tersebut dapat tertunda
akibat adanya hambatan dari organisasi itu sendiri. Untuk mengatasi tersebut,
diperlukan perubahan fundamental dalam strategi bisnis, proses bisnis,
kemampuan perusahaan, produk dan layanan, serta hubungan antarperusahaan
(Bharadwaj et al. 2013). Selain itu, perubahan juga diperlukan dari sisi sosio-
institusional yang meliputi definisi peran, perubahan dalam komunikasi antara
berbagai pemangku kepentingan serta skema aliran kerja dan keterampilan
pekerja.
Teknologi dalam era modern seperti Analisis Data Besar (Big Data Analytics/BDA),
komputasi awan (cloud computing), dan Internet of Things (IoT) adalah bagian dari
Transformasi Digital (DT), yang memungkinkan organisasi untuk lebih memahami
kebutuhan pelanggan, membantu perusahaan mengembangkan hubungan yang
lebih baik dengan pelanggan, menghasilkan dan berbagi informasi secara real-
time, serta membuat rantai pasokan menjadi lebih tangkas dan fleksibel.
(Calatayud et al. 2019) menjelaskan bahwa penggunaan model TOE (Technology-
Organization-Environment) dalam industry 4.0 menghasilkan efisiensi produksi,
penggunaan sumber daya yang optimal, dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Terdapat banyak studi yang telah menggunakan berbagai variabel untuk menguji
dampak transofrmasi digital pada kinerja berkelanjutan. Pada artikel yang ditulis
oleh (Sharma et al. 2022) tentang digitalisasi jaringan rantai pasokan, dalam
artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa digitalisasi dalam jaringan rantai pasok
dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam studi lain yang menggunakan
teknologi blockchain dan dampaknya pada kinerja berkelanjutan, menunjukkan
bahwa perusahaan yang menggunakan teknologi blockchain dalam rantai
pasoknya maka dapat meningkatan kinerja berkelanjutan pada perusahaan.
Pada jurnal yang ditulis oleh (Gupta et al. 2020) menjelaskan bahwa dampak
Enterprise Resource Planning (ERP) berbasis cloud dapat memaksimalkan
penggunaan informasi dan dapat berbagi dengan pihak lain sehingga dapat
mempercepat kecepatan transaksi informasi, memastikan untuk mencegah
pengurangan atau eliminasi informasi, dan membantu meningkatkan kinerja
berkelanjutan. (Raut et al. 2021) menguji Big Data Analytics (BDA) terhadap
kinerja bisnis Suistanable Supply Chain (SSC) sehingga dapat disimpulkan bahwa
BDA memungkinkan sebuah organisasi untuk memiliki smart manufacture dan
memfasilitasi organisasi dalam meningkatkan kinerja bisnis SSC.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Belhadi et al. 2021) meneliti hubungan
antara teknologi Industry 4.0 dengan SCP (Supply Chain Performance) dan

10
menemukan bahwa integrasi Industry 4.0 dan Digital Transformation dapat
membantu organisasi untuk mencapai kinerja berkelanjutan. Kemudian (Grover
et al. 2021) melakukan studi untuk memeriksa pemanfaatan kecerdasan buatan
(Artificial Intelligence/AI) dalam sebuah organisasi dan menemukan bahwa AI
meningkatkan efisiensi organisasi, kualitas, tingkat kepuasan pelanggan, dan
inovasi karyawan melalui pemberdayaan. BDA, IoT, Machine Learning (ML), dan
AI adalah teknologi digital dalam digital transformation yang membuat rantai
pasokan yang responsif, fleksibel, memfasilitasi pengambilan keputusan yang
lebih baik, dan meningkatkan kinerja perusahaan.
2.7 Bagaimana digital transformasi memengaruhi fleksibilitas dan responsifitas
penyedia layanan logistik
Digital transformasi meningkatkan fleksibilitas dan responsifitas penyedia layanan
logistik dengan memungkinkan optimisasi rute yang dinamis, pemeliharaan
berbasis prediksi, dan pelacakan fisik secara real time. Analitis canggih dan
wawasan berbasis AI membantu perusahaan logistik beradaptasi dengan cepat
terhadap kondisi pasar yang berubah, mengoptimalkan rute pengiriman, dan
secara proaktif mengatasi masalah. Sehingga memastikan pelayanan yang tepat
waktu dan efisien, yang mengarah pada peningkatan kepuasan pelanggan dan
keunggulan kompetitif.
2.8 Bagaimana digital transformasi memengaruhi responsifitas terhadap permintaan
konsumen
Digital transformasi memberdayakan organisasi untuk mengumpulkan dan
menganalisis sejumlah besar data terkait perilaku, preferensi, dan tren
konsumen. Melalui basis data yang ada memungkinkan perusahaan untuk
menyesuaikan produk dan layanan mereka dengan lebih efektif sesuai dengan
permintaan konsumen. Personalisasi, analitik prediktif, dan mekanisme umpan
balik dapat memungkinkan tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan
preferensi konsumen, yang mengarah pada peningkatan loyalitas pelanggan dan
pangsa pasar.
2.9 Bagaimana AI, big data, dan RPA (Robotic Process Automation) digunakan dalam
keputusan Manajemen Operasi (OM) dan rantai pasokan
a. Forecasting Demand
AI dan big data memungkinkan peramalan permintaan yang lebih akurat
dengan menganalisis data historis, tren pasar, dan faktor eksternal. Ini
membantu organisasi mengoptimalkan tingkat persediaan dan mengurangi
kelebihan persediaan atau kekurangan persediaan.
b. Pencocokan Penawaran dan Permintaan
Algoritma yang didukung AI mencocokkan penawaran dengan permintaan
secara real-time, memastikan alokasi sumber daya yang efisien dan
mengurangi pemborosan.
c. Alokasi dan Pembagian
AI dapat mengotomatisasi keputusan alokasi selama kekurangan, memastikan
keadilan dan efisiensi dalam distribusi sumber daya yang terbatas.

11
d. Penjadwalan Transportasi
Algoritma optimisasi berbasis AI membantu merencanakan rute transportasi,
mengurangi biaya bahan bakar, dan meningkatkan waktu pengiriman.
e. Pengiriman Kilometer Terakhir
Optimisasi rute berbasis AI dan pelacakan waktu nyata meningkatkan efisiensi
dan akurasi pengiriman kilometer terakhir, mengurangi biaya dan
meningkatkan kepuasan pelanggan.
2.10 Tantangan dalam Menghadapi Era Digital
Dalam menghadapi era digital, tantangan utama adalah keamanan dan privasi
data dalam operasi dan produksi digital. Organisasi harus melindungi data sensitif
mereka dari ancaman siber seperti peretasan dan malware. Sebagai contoh,
serangan peretasan terhadap perusahaan finansial Equifax mengakibatkan
pencurian data pribadi jutaan pelanggan (us.norton.com).
Ketergantungan terhadap teknologi juga membawa risiko kegagalan sistem.
Downtime sistem atau kegagalan perangkat dapat mengganggu operasi dan
menyebabkan kerugian finansial. Sebagai contoh, kegagalan server yang parah
menyebabkan gangguan besar bagi layanan perusahaan teknologi terkemuka,
Google, pada tahun 2020 (indiatimes.com).
2.11 Strategi Sukses dalam Manajemen Operasi dan Produksi Digital
Strategi sukses dalam manajemen operasi dan produksi digital mencakup :
a. Kolaborasi erat dengan mitra bisnis dan pemasok untuk menciptakan rantai
pasok yang terintegrasi. Organisasi dapat berbagi data secara real-time
dengan mitra mereka untuk meningkatkan koordinasi dan respons terhadap
perubahan pasar. Sebagai contoh, perusahaan pakaian Nike bekerja sama
dengan pemasoknya untuk mengintegrasikan rantai pasok dan mengurangi
lead time (financialfalconet.com).
b. Pengembangan kompetensi digital bagi karyawan dalam operasi dan produksi
adalah kunci untuk mengoptimalkan potensi teknologi. Pelatihan dan
pengembangan karyawan dalam pemahaman teknologi dan kemampuan
beradaptasi dengan perubahan menjadi prioritas. Sebagai contoh, perusahaan
konsultan Accenture memiliki program pelatihan digital untuk mengubah
karyawan menjadi ahli digital.
c. Inovasi produk dan proses menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan pasar
yang terus berkembang. Organisasi harus terus berinovasi dalam produk yang
mereka tawarkan dan inovasi. Inovasi terus-menerus dalam produk dan proses
menjadi penting. Penggunaan teknologi canggih seperti Internet of Things
(IoT) untuk memantau kualitas dan kinerja produk secara real-time dapat
meningkatkan daya saing. Tesla, sebagai contoh, terus mengembangkan
teknologi otonom dan baterai untuk mobil listrik mereka (webo.digital.com).
d. Manajemen risiko cyber menjadi kunci dalam era digital. Organisasi harus
mengembangkan kebijakan keamanan yang kuat dan melindungi data dan
operasi mereka dari potensi ancaman. Contohnya, JPMorgan Chase telah

12
menginvestasikan sumber daya besar dalam keamanan cyber untuk
melindungi data pelanggan mereka (am.jpmorgan.com).
e. Kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan pasar dan
teknologi sangat penting. Hal tersebut membutuhkan budaya perusahaan
yang responsif dan kemampuan untuk merespons perubahan pasar dengan
cepat.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi dapat mengoptimalkan
potensi teknologi digital dalam manajemen operasi dan produksi mereka
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan tetap bersaing di pasar yang terus
berubah.
2.12 Persiapan Manajemen Operasi Menuju Masa Depan
Era mendatang akan ditandai oleh kecepatan kemajuan teknologi, yang berarti
peluang luar biasa bagi manajer operasi untuk melakukan inovasi-inovasi dalam
model manajemen operasi. Konsep-konsep dalam manajemen operasi terus
berkembang dan mengalami perkembangan yang signifikan, termasuk konsep
mass customisation, computer integrated manufacturing (CIM), dan flexible
manufacturing system (FMS). Selanjutnya, terdapat pemahaman bahwa dalam
menghadapi persaingan global yang semakin ketat, perusahaan perlu menjadi
lebih proaktif dalam mencari cara-cara baru untuk memenangkan pasar dan
mendapatkan akses ke pasar yang baru.
Selama ini, perusahaan sering fokus pada satu faktor kinerja saja yakni faktor
kompetitif operasi seperti ongkos produksi rendah atau kualitas produk. Namun,
ke depannya, perusahaan akan berusaha untuk bersaing pada semua faktor
kinerja seperti faktor kompetitif, kualitas, fleksibilitas, kecepatan, keandalan, dan
biaya. Pelanggan juga akan menilai kualitas sebuah produk dari pengalaman
mereka dalam berinteraksi dengan perusahaan, terutama dalam hal sejauh mana
perusahaan dapat memenuhi berbagai variasi ekspektasi yang diharapkan. Selain
itu, persaingan bisnis juga semakin bergeser dari persaingan antar perusahaan
individu menjadi persaingan antar rantai pasokan (supply chain). Oleh karena itu,
manajemen operasi perlu diintegrasikan ke dalam rantai pasokan dengan mitra-
mitra bisnis seperti pemasok, distributor, dan retailer.
Di masa depan, perusahaan sebaiknya lebih berfokus pada pengembangan
manajemen operasi rantai pasokan yang didukung oleh teknologi internet dan
sistem perencanaan sumber daya perusahaan. Dalam buku yang ditulis oleh
(Rusdiana, 2014) memberikan beberapa prediksi strategi manajemen operasi
pada masa depan, yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan manajemen rantai pasok yang feksibel akan semakin penting,
demi membangun kapabilitas produksi mass customisation untuk produk dan
jasa
b. Aliansi lintas fungsi di perusahaan akan menjadi faktor kunci dalam
pengembangan lini produk baru atau mengisi kesenjangan lini produk.
c. Usaha kecil dan menengah (UKM) akan semakin berperan dalam setiap
jaringan rantai pasok.

13
d. Teknologi informasi modern semakin menunjang integrasi berbagai entitas
bisnis, peningkatan peran outsourcing dalam manajemen operasi.
e. Aplikasi model-model 3D dalam manajemen operasi untuk desain layout
pabrik, desain produk, desain proses produksi, dan simulasi keselamatan kerja
f. Pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran akan meningkatkan tuntutan
customer untuk produk dan layanan yang lebih terspesialisasi
g. Pertumbuhan ekonomi dan tuntutan pelanggan untuk produk dan layanan
yang lebih terspesialisasi juga akan meningkat, mendorong perusahaan untuk
terus berinovasi.
Dalam keseluruhan konteks ini, dapat disimpulkan bahwa pasar telah berubah
secara signifikan, dari lokal menjadi global, dan permintaan konsumen telah
bergeser dari produk standar menjadi produk yang disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Oleh karena itu, untuk tetap kompetitif di pasar global,
perusahaan harus terus merekayasa ulang kemampuan manajemen operasinya,
dan faktor-faktor seperti kualitas, fleksibilitas, kecepatan, keandalan, dan biaya
harus menjadi fokus utama. Sebagai akibatnya, manajemen operasi menjadi salah
satu sumber utama nilai tambah perusahaan dan harus menjadi prioritas utama
bagi pimpinan perusahaan.
3. Kesimpulan
Dalam era digital, manajemen operasi dan produksi yang efektif adalah hal yang menjadi
sangat penting untuk memastikan keberhasilan suatu bisnis. Dalam paper ini dapat
disimpulkan bahwa transformasi digital telah membawa dampak besar dalam manajemen
operasi, produksi, dan rantai pasokan. Penggunaan teknologi telah meluas dalam
manajemen operasi dan produksi. Automatisasi proses produksi dengan robot dan mesin
otomatis tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga mengurangi kesalahan
manusia. Penggunaan big data dan analitik (big data analytics) telah memungkinkan
pengambilan keputusan yang lebih baik, sementara implementasi Internet of Things (IoT)
dalam rantai pasokan telah meningkatkan visibilitas dan pengawasan. Transformasi digital
dalam manajemen produksi telah membawa berbagai perubahan, seperti otomatisasi,
IoT, data analytics, cloud computing, twin digital, dan lainnya, yang telah meningkatkan
efisiensi operasional.
Selain itu, transformasi digital memengaruhi pelaku dalam rantai pasokan dengan
mendorong virtualisasi rantai pasokan, yang memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi dengan lebih efisien dan responsif terhadap perubahan pasar. Teknologi
seperti big data, cloud computing, IoT, dan blockchain telah digunakan dalam rantai
pasokan untuk meningkatkan kinerja berkelanjutan.
Pengaruh transformasi digital terhadap penyedia layanan logistik adalah peningkatan
fleksibilitas dan responsifitas. Hal tersebut tercapai melalui optimisasi rute dinamis,
pemeliharaan berbasis prediksi, dan pelacakan produk nyata. Penggunaan AI, big data,
dan RPA dalam keputusan manajemen Operasi dan rantai pasokan melibatkan
pemrosesan data yang lebih cerdas, pencocokan penawaran dan permintaan yang efisien,
pengoptimalan alokasi sumber daya, penjadwalan transportasi yang lebih baik, dan
pengiriman kilometer terakhir yang lebih efisien.

14
Namun, terdapat juga tantangan dalam menghadapi era digital, seperti keamanan dan
privasi data, serta risiko kegagalan sistem. Oleh karena itu, perusahaan harus
mengembangkan kebijakan keamanan yang kuat dan mengatasi risiko potensial. Untuk
sukses dalam manajemen operasi dan produksi digital, organisasi perlu berkolaborasi
dengan mitra bisnis, mengembangkan kompetensi digital bagi karyawan, berinovasi
dalam produk dan proses, mengelola risiko siber, dan menjadi responsif terhadap
perubahan pasar dan teknologi.
Dalam persiapan menuju masa depan, manajemen operasi perlu fokus pada
pengembangan rantai pasokan yang fleksibel, integrasi teknologi internet, dan sistem
perencanaan sumber daya perusahaan. Strategi sukses termasuk fokus pada faktor
kinerja seperti kualitas, fleksibilitas, kecepatan, keandalan, dan biaya, serta integrasi
dengan entitas bisnis lainnya dalam rantai pasokan. Dalam era global yang berubah cepat,
manajemen operasi menjadi salah satu sumber nilai tambah utama perusahaan.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini dan memanfaatkan teknologi yang ada,
organisasi dapat meningkatkan efisiensi, daya saing, dan responsifitas mereka dalam
menghadapi tantangan dan peluang dalam era digital.

4. Daftar Pusataka
Atluri, V. Dietz, M. dan Henke, N. 2017. Competing in a World of Sectors without Borders.
McKinsey Quarterly. 54.1-14.
Beer, M., S. C. Voelpel, M. Leibold, and E. B. Tekie. 2005. Strategic Management as
Organizational Learning. Long Range Planning 38 (5): 445–465.
doi:10.1016/j.lrp.2005.04.008.
Belhadi A, Kamble S, Gunasekaran A, et al. 2021. Analyzing the mediating role of
organizational ambidexterity and digital business transformation on industry 4.0
capabilities and sustainable supply chain performance. Supply Chain Manag. 1–16.
doi:10.1108/SCM-04-2021-0152.
Bharadwaj, A., Sawy, O. A., El, Pavlou dan P. A. Venkatraman. 2013. Digital Business
Strategy: Toward a Next Generation of Insights. MIS Quarterly 37 (2): 471–482.
doi:10.25300/MISQ/2013/37:2.3
Browning, T.R. dan de Treville, S. 2018. Editorial: New Developments at the Journal of
Operations Management, Journal of Operations Management. 64 (1). 1-6
Calatayud A, Mangan J and Christopher M. The self-thinking supply chain. Supply Chain
Manag 2019; 24: 22–38.
Clarke, M. P. 1998. Virtual Logistics: An Introduction and Overview of the Concepts.
International Journal of Physical Distribution & Logistics Management 28 (7): 486–
507. doi:10.1108/09600039810247461.
Gupta S, Meissonier R, Drave VA, et al. 2020. Examining the impact of cloud ERP on
sustainable performance: a dynamic capability view. Int J Inf Manage 51: 102028.
Grover P, Kar AK and Dwivedi YK. 2020. Understanding artificial intelligence adoption in
operations management: insights from the review of academic literature and social
media discussions. Ann Oper Res. 308(1-2): 1–37. doi:10.1007/s10479-020-03683-9
Hedenstierna, C. P. et al. 2019. Economies of Collaboration in Build‐to‐Model Operations.
Journal of Operations Management. 65(8). 753-773.
Holmström, J. Holweg, M., Lawson, dan Wagner, S. M. 2019. The Digitalization of
Operations and Supply Chain Management: Theoretical and Methodological
Implications. Journal of Operations Management. 65(8). 728-734.

15
Jacquemin, A. P. dan Berry, C. H. 1979. Entropy Measure of Diversification and Corporate
Growth. Journal of Industrial Economics. 27. 359-69.
Palepu, K. 1985. Diversification Strategy, Profit Performance, and the Entropy Measure of
Diversification. Strategic Management Journal. 6. 239-55.
Raut RD, Mangla SK, Narwane VS, et al. 2021. Big data analytics as a mediator in lean,
Agile, resilient, and green (LARG) practices effects on sustainable supply chains.
Transp Res Part E Logist Transp Rev 145: 102170.
Roscoe, S. Cousins, P. D. dan Handfield, R. 2019. The Microfoundations of an Operational
Capability in Digital Manufacturing. Journal of Operations Management. 65(8). 774-
793
Rusdiana. 2014. Buku Manajemen Operasi. CV: Pustaka Setia, Cetakan 1
Shahriar Akter. 2016. Big data analytics in E-commerce: a systematic review and agenda
for future research. http://dx.doi.org/10.1007/s12525-016-0219-0
Sharma M, Kumar A, Luthra S, et al. 2022. The impact of environmental dynamism on low-
carbon practices and digital supply chain networks to enhance sustainable
performance: an empirical analysis. Bus Strateg Environ 31: 1776–1788
Spyros, et al. 2023. Digital transformation in operations management: Fundamental
change through agency reversal. Journal Operation Management. 69:876-889.
Tennant, S., and S. Fernie. 2013. Organizational Learning in Construction Supply Chain,
Engineering. Engineering, Construction and Architectural Management 20 (1): 83–
98. doi:10.1108/09699981311288691.
Van der Vorst, J. G. A. et al. 2016. DAVINC3I: Towards Collaborative Responsive Logistics
Networks in Floriculture. In Logistics and Supply Chain Innovation, Lecture Notes in
Logistics, edited by H. Zijm, M. Klumpp, U. Clausen, and M. Hompel. Cham: Springer.
Verdouw, C. N., A. J. M. Beulens dan J. G. A. J. van der Vorst. 2013. Virtualisation of
Floricultural Supply Chains: A Review from an Internet of Things Perspective.
Computers and Electronics in Agriculture 99: 1, 160–175.
doi:10.1016/j.compag.2013.09.006.
Vial, G. 2019. Understanding Digital Transformation: A Review and a Research Agenda.
The Journal of Strategic Information Systems. 28 (2). 118
https://oto.detik.com/mobil/d-6865681/pabrik-toyota-pakai-robot-gimana-nasib-
tenaga-kerja. Diakses Pada 22 September 2023. Pukul 21.50 WIB
https://d3.harvard.edu/platform-rctom/submission/fedex-the-next-big-challenge/
https://whatfix.com/blog/digital-transformation-in-manufacturing/ Diakses Pada 22
September 2023. Pukul 22.15 WIB
https://us.norton.com/blog/emerging-threats/143-million-people-exposed-in-equifax-
data-breach Diakses Pada 23 September 2023. Pukul 22.00 WIB
https://www.indiatimes.com/technology/news/worst-server-outages-in-internet-
history-535076.html Diakses Pada 24 September 2023. Pukul 10.50 WIB
https://webo.digital/blog/the-tech-behind-tesla-electric-vehicles/ Diakses Pada 24
September 2023. Pukul 11.35 WIB
https://am.jpmorgan.com/us/en/asset-management/institutional/about-us/trusted-
asset-manager/oversight/ Diakses Pada 24 September 2023. Pukul 12.10 WIB
https://www.financialfalconet.com/nike-supply-chain-issues-
management/#google_vignette Diakses Pada 24 September 2023. Pukul 13.00 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai