Anda di halaman 1dari 3

Agenda 2 – Kolaboratif

KOLABORATIF
A. Pendahuluan
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi saat
ini. Terdapat lima tantangan yang dihadapi dalam global saat ini, yaitu : new behaviour,
perkembangan teknologi, tenaga kerja milenial, mobilitas tinggi, dan globalisasi. Adanya
kolaboratif bertujuan untuk menhindari keengganan untuk berbagi informasi dengan
karyawan dari divisi yang berbeda di perusahaan yang sama yang menjadi image
negatif dari birokrasi pemerintah pada akhirnya dapat dikikis.
B. Konsep Kolaboratif
Kolaborasi adalah suatu proses yang melibatkan pihak-pihak keahlian yang
berbeda, yang melihat aspek yang berbeda dari sebuah masalah, dapat mengeksplorasi
perbedaan secara konstruktif dan menemukan solusi baru untuk masalah yang mungkin
terjadi lebih sulit dipecahkan tanpa sudut pandang pihak lain.
Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah
proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor
governance .Collaborative governance ini diperlukan adanya sinergi kerja yang berbasis
pada komitmen bersama untuk menyelaraskan pemahaman terhadap suatu permasalahan
publik dengan pelibatan berbagai kepentingan yaitu pemerintah, swasta,
akademisi,masyarakat dan media. Menurut Ansel dan Gash (2007:544) terdapat enam
kriteria penting untuk kolaborasi :
1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2) peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
4) forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan
6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Dijelaskan oleh Ansel dan Gash terdapat model collaborative governance.
Menurutnya starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana
proses tersebut terdiri dari membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi,
face to face dialogue yakni melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh,
commitment to process yakni pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama, pemahaman bersama yakni
berkaitan dengan
kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan, serta mengidentifikasi nilai
bersama;, serta pengambangan outcome antara desain kelembagaan yang salah satunya
proses transparansi serta faktor kepemimpinan juga mempengaruhi proses kolaborasi
yang diharapkan menghasilkan outcome yang diharapkan.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah :
1) Kepercayaan,
2) Pembagian kekuasaan,
3) Gaya kepemimpinan,
4) Strategi manajemen dan
5) Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public
Faktor yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah :
1) Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan
kolaborasi.
2) Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
Whole of Government (WoG); Kongkretisasi Kolaborasi Pemerintahan adalah sebuah
pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas
guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan.
1) Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan public dalam mewujudkan
integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik.
2) Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas sektoral
sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam Pembangunan
3) Khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai, budaya,
adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya mendrong adanya potensi
disintegrasi bangsa.
Collaborative governance juga dapat digambarkan keadaan saling ketergantungan
dan menjalin hubungan yang erat satu sama lain. Setelah para aktor berkomitmen dan
berkolaborasi, maka perlu dibangung rasa kepemilikan bersama agar tercipta kolaborasi
yang berkualitas. Stakeholder yang terlibat dalam proses collaborative governance adalah
pemerintah, swasta, masyarakat yang membuat kesepakatan bersama, keputusan bersama,
pencapaian consensus melalui interaksi formal dan informal sesuai dengan peraturan dan
norma dalam interaksi yang saling menguntungkan. Dampak sementara serta adaptasi
sementara dari proses kolaborasi merupakan dampak yang tidak diharapkan seperti
kendala-kendala dalam pelaksanaan kolaborasi. Dampak tersebut diharapkan dapat
menghasilkan umpan balik, yang kemudian diadaptasi oleh kolaborasi.

Anda mungkin juga menyukai