No Viral, No Justice: Persepsi Masyarakat Terkait: Kasus Yang Diselesaikan Setelah Viral
No Viral, No Justice: Persepsi Masyarakat Terkait: Kasus Yang Diselesaikan Setelah Viral
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah dengan judul “No Viral, No Justice: Persepsi
Masyarakat Terkait Kasus yang Diselesaikan Setelah Viral.” Penelitian ini ditulis dalam rangka
berpartisipasi pada Lomba MYRES 2023 (Madrasah Young Researchers Supercamp).
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyusunan karya tulis
ilmiah dalam bentuk dukungan moril dan motivasi. Ucapan terima kasih peneliti haturkan terutama
kepada Ibu Dr. Nurlaelah, M.Pd., selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 10 Jakarta Barat yang telah
memberi inspirasi dan memotivasi peneliti untuk selalu berkarya. Bapak Prayoga Dwi Wibowo, S.Pd.,
selaku guru pembimbing yang telah membantu kami dalam memberikan arahan untuk dapat
menyelesaikan dan menyempurnakan penelitian ini. Seluruh masyarakat yang menjadi subjek penelitian
kami yang telah bersedia dan berpartisipasi dalam proses penyempurnaan data penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada karya tulis ilmiah ini baik
dari segi penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu,
peneliti memohon untuk memberikan saran serta kritik. Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat
memberikan manfaat dan dapat memberikan inspirasi khususnya bagi peneliti dan bagi para pembaca
pada umumnya.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................................... ii
ABSTRAK............................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian......................................................................................................................................2
B. Tinjauan Pustaka.........................................................................................................................................5
C. Penelitian yang Relevan..............................................................................................................................7
B. Informan Penelitian...................................................................................................................................10
D. Analisis Data.............................................................................................................................................11
B. Pembahasan...............................................................................................................................................24
BAB V PENUTUP............................................................................................................................... 31
A. Kesimpulan...............................................................................................................................................31
B. Saran..........................................................................................................................................................31
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................................................... 39
ii
Daftar Tabel
Tabel 2. 1 Penelitian yang relevan..........................................................................................................................7
iii
ABSTRAK
Belakangan ini banyak sekali kasus yang mendapatkan perhatian setelah viral di media sosial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi dan kepercayaan masyarakat terhadap Aparat
Penegak Hukum terkait kasus yang diselesaikan setelah viral. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan pada
penelitian ini didapatkan melalui hasil wawancara dari 11 orang masyarakat umum, 5 orang siswa
madrasah sebagai pengguna media sosial dan 2 orang Aparat Penegak Hukum. Hasil yang didapatkan
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat mendukung tagar no viral no
justice dengan tujuan untuk mendapatkan keadilan dari sebuah masalah karena banyaknya kasus yang
tidak tertangani. Adanya fenomena-fenomena kasus yang terselesaikan setelah viral berpotensi
mengurangi kepercayaan publik kepada Aparat Penegak Hukum yang disebabkan oleh tindakan Aparat
Penegak Hukum yang kurang tepat dalam menangani sebuah kasus.
ABSTRACT
Recently, there have been many cases that have received attention after going viral on social
media. This study aims to determine public perceptions and trust in Law Enforcement Officials
regarding cases that were resolved after going viral. The method used in this study is a qualitative
method with a qualitative descriptive approach. The data collected in this study were obtained through
interviews with 11 general public, 5 madrasah students as social media users and 2 law enforcement
officers. The results obtained in this study indicate that most people support the hashtag no viral no
justice with the aim of getting justice from a problem because there are so many cases that are not
handled. The existence of cases that have been resolved after going viral has the potential to reduce
public trust in law enforcement officials caused by the actions of law enforcement officials who are not
quite right in handling a case.
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat karena berbagai
informasi yang terjadi dapat diketahui melalui perangkat elektronik. Namun tanpa disadari
teknologi saat ini bisa berubah menjadi ancaman tersendiri jika disalahgunakan dalam
penerapannya. Akses informasi setelah kemajuan teknologi sangat mempermudah masyarakat,
kemajuan teknologi dapat menyimpan, memproses bahkan memanipulasi data. Media sosial
merupakan salah satu kemajuan teknologi yang berkembang pesat, tidak bisa dipungkiri bahwa
banyak sekali perubahan yang terjadi melalui media sosial. Banyaknya sumber informasi yang
dapat menarik perhatian masyarakat sehingga memunculkan interaksi serta komunikasi. Media
sosial seperti Instagram, Twitter, Facebook, Youtube dan Tiktok sampai sekarang masih tinggi
tingkat penggunaannya.
Fenomena dalam media sosial cukup menarik dikalangan masyarakat, dimana media sosial
menjadi alat perantara penegak hukum. Pemikiran ini timbul sebagai respon masyarakat terhadap
tagar “No viral no justice" atau tidak adanya keadilan sebelum viral yang ditujukan kepada
Aparat Penegak Hukum sebagai sebuah kritikan atau masukan dari masyarakat. Hal ini
merupakan bentuk mobilisasi populis dalam media sosial yang berujung menjadi pressure
group terhadap lembaga yang bersangkutan. Masyarakat yang tergabung dalam gerakan "No
viral no justice" tidak terikat organisasi, jadi bisa berasal dari seluruh kalangan masyarakat. Hal
tersebut merupakan kelebihan media sosial yang berpotensi membentuk pergerakan kolektif jauh
lebih besar.
Motif dalam fenomena "No viral no justice" adalah bentuk simpati dan kepedulian
masyarakat yang muncul karena ketidakadilan. Contohnya ketika Anda sedang mengakses
beranda media sosial dan muncul sebuah postingan yang mengusik hati nurani, secara tidak sadar
Anda akan merespon postingan dan membuat hal tersebut menjadi viral. Tagar “No viral no
justice” muncul karena masyarakat menilai bahwa sebuah kasus yang viral cenderung akan lebih
cepat selesai dibandingkan kasus yang dimulai
1
dengan laporan biasa. Contoh kasus “No viral no justice” yaitu kasus pembunuhan Brigadir
Yosua yang menarik perhatian masyarakat sehingga menjadi viral dan ditangani dengan adil oleh
Aparat Penegak Hukum. Berbeda dengan kasus yang dimulai dengan laporan biasa dan tidak
mendapatkan perhatian dari masyarakat, kasus tersebut cenderung akan lebih lama ditangani oleh
Aparat Penegak Hukum.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian terkait dengan maraknya
kasus penegakan hukum setelah viral di media sosial. Penelitian ini berjudul “No Viral, No
Justice: Persepsi Masyarakat Terkait Kasus yang Diselesaikan Setelah Viral”. Penelitian ini juga
memiliki kebaruan karena masih terbatasnya penelitian yang mengangkat topik terkait
permasalahan ini sehingga belum banyak pembahasan dan pemahaman yang mendalam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang ini, peneliti dapat mengidentifikasi masalah yaitu:
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kasus yang terselesaikan setelah viral?
2. Bagaimana kepercayaan masyarakat terhadap Aparat Penegak Hukum terkait kasus yang
diselesaikan setelah viral?
C. Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan penelitian mengacu pada batasan rumusan masalah yang telah dipaparkan.
Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap penyelesaian kasus setelah viral.
2. Untuk mengetahui kepercayaan masyarakat terhadap Aparat Penegak Hukum terkait kasus
yang diselesaikan setelah viral.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengungkapkan mengapa tagar no viral no justice dalam media sosial dipergunakan
sebagai bentuk pemecahan masalah untuk mendapatkan keadilan.
2
2. Bagi Aparat Penegak Hukum
Dapat membantu Aparat Penegak Hukum untuk mengkaji ulang beberapa kasus dan
lebih memikirkan tindakan penyelesaian suatu kasus.
4. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan kebebasan mengutarakan opini melalui media sosial untuk membantu
menegakkan keadilan.
3
BAB II
A. Kajian Teori
Kebiasaan terbentuknya sifat simpati dan empati dalam media sosial menjadi cara
penyelesaian terkait kasus-kasus yang belum terselesaikan oleh Aparat Penegak Hukum, hal ini
dapat dianalisis menggunakan teori proses selektif (Selective Processes Theory). Teori proses
selektif merupakan hasil penelitian lanjutan tentang efek media massa pada Perang Dunia II yang
mengatakan bahwa penerimaan selektif media massa mengurangi sejumlah dampak media.
Menurut Klapper (1960) proses komunikasi massa tidak menimbulkan efek tertentu
secara langsung tetapi melalui beberapa mediating factors yang mengacu pada proses selektif
berpikir manusia yang meliputi terpaan selektif, pengingatan selektif dan persepsi selektif. Hal
tersebut merupakan konsep dari teori proses selektif. Terpaan selektif (Selective exposure)
adalah seseorang yang cenderung menggunakan informasi sesuai yang mereka yakini sebelumnya
dan lebih cenderung menghindari informasi yang tidak sesuai dengan kepercayaan mereka.
Pengingatan selektif (Selective retention) adalah proses dimana seseorang mengingat informasi
yang sesuai dengan keyakinan mereka sebelumnya daripada informasi yang bertentangan dengan
mereka sendiri. Persepsi selektif (Selective perception) menganggap bahwa seseorang
cenderung mengartikan informasi baru yang konsisten dengan kepercayaan mereka sebelumnya.
Penelitian ini cenderung menggunakan teori proses selektif dengan konsep terpaan selektif
(Selective Exposure). Mereka menolak pesan yang berbeda dengan kepercayaannya.
4
prinsip dari teori proses selektif, ma ka peneliti merasa teori ini sudah sesuai untuk digunakan
dalam penelitian ini.
Bagi peneliti teori proses selektif sangat cocok digunakan dalam penelitian ini karena
media sosial merupakan sarana komunikasi dan interaksi, berbagai topik pembicaraan yang
muncul di media sosial sangat bermacam-macam dalam berbagai bidang. Pengguna media sosial
memiliki peran sebagai perantara komunikasi dan interaksi di media sosial. Banyak berita-berita
yang beredar di media sosial dengan perspektif yang berbeda. Sebagai pengguna media sosial
yang memiliki hak dalam berkontribusi di dalam media sosial sudah seharusnya dapat selektif
dalam menyebarkan informasi karena pengguna media sosial bukan sekedar penikmat dan dapat
diharapkan bisa selektif dalam menyaring informasi yang ada di media sosial. Oleh karena itu,
keberagaman yang ada di media sosial perlu diperhatikan dengan baik dari sisi positif dan
negatifnya.
B. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan topik penelitian ini, terdapat beberapa konsep yang akan dibahas oleh peneliti
pada penelitian ini, yakni:
1. Media sosial
Media sosial ialah platform media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
memfasilitasi mereka dalam beraktivitas ataupun bekerjasama. Oleh karena itu media sosial dapat
dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan ikatan antar pengguna sekaligus
suatu jalinan sosial, hal ini diterangkan oleh Van Dijk dan Meike serta Young dalam Nasrullah
(2015) yang mengartikan kata media sosial selaku konvergensi antara komunikasi personal dalam
makna saling berbagi diantara individu (to be share one-to-one) dan media publik untuk
berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.
Menurut Klapper (1960) menyatakan bahwa hampir seluruh kegiatan dapat terselesaikan
melalui berbagai macam akses internet yang mudah didapat, seperti e- commerce, transportasi
daring, e-toll, e-learning, dan beragam sumbangsih perkembangan kecanggihan internet yang
dipergunakan dalam keseharian manusia. Fasilitas internet yang mudah didapat menjadikan
seluruh masyarakat dari berbagai usia
5
dan profesi menggunakannya. Seluruh orang dapat mengakses segala macam konten yang
ditawarkan oleh berbagai situs dan media sosial.
2. No Viral No Justice
“No viral no justice” atau yang bisa dimaksud sebagai “Tidak ada viral, tidak ada keadilan”.
Kalimat tersebut ekuivalen apabila dibalik menjadi “Tidak ada keadilan bila tidak atau tanpa
viral”. Kalimat “No viral no justice” dapat dimaknai secara luas lagi menjadi “Tidak ada tindak
pidana, tanpa viral terlebih dahulu”. Artinya suatu perbuatan tidaklah dikatakan sebagai tindak
pidana (sekalipun itu tindak pidana), apabila tindakan didahului dengan viral terlebih dahulu.
Sehingga ketika tindak pidana itu telah viral di berbagai sosial media dan mendapat reaksi publik,
barulah kepolisian “menganggap” itu tindak pidana dan melakukan penanganan setelahnya,
menurut Muammar (2023).
Berbagai masalah sosial dan kasus-kasus yang viral di media sosial saat ini sedang menjadi
perhatian masyarakat. Banyak persoalan yang beredar luas ke masyarakat melalui media sosial,
yang awalnya tidak diketahui secara lengkap oleh masyarakat tetapi dengan tayangan visual dan
narasi kejadian membuat masyarakat dari berbagai kalangan dapat memberikan penilaian,
tanggapan, dan sudut pandangnya terhadap berbagai kasus yang viral tersebut, menurut Hamdi
Gugule dan Romi Mesra (2022).
Tuntutan terbesar yang utama dalam mewujudkan kinerja penegak hukum untuk perubahan
dan perkembangan masyarakat diera reformasi ini adalah sumber daya manusia dan
profesionalisme yang mampu menampung dan merealisasikan tuntutan aspirasi masyarakat.
Keterkaitan antara penegak hukum dengan masyarakat itu sangat erat oleh karena itu sering
didengar adanya pameo yang menyatakan bahwa dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi
ius ubi societas), menurut Tonny Rompis (2015).
6
C. Penelitian yang Relevan
1. Improving Civic Elsa Grecya Dari penelitian ini Metode penelitian ini
Engagement through dan Ilham dapat ditemukan dilaksanakan dengan
“No Viral No Justice” Effendi kesamaan metode riset
Phenomenon” Yahya. Jurnal: berdasarkan kepustakaan. Sumber
Civic and
Social Studies
Vol 6 No 1
Tahun 2022
Hal: 51-59
kesimpulan data yang digunakan
penelitian tersebut adalah sumber data
yakni, fenomena no sekunder berupa
viral no justice jurnal dan artikel
menjadi hantaman berita online.
keras kepada Aparat Sedangkan penelitian
Penegak Hukum kami menggunakan
bahwasanya tagar no metode kualitatif
viral no justice bukan dengan pendekatan
sekedar tagar deskriptif kualitatif.
komentar biasa. Sumber data yang
digunakan adalah
sumber data primer,
yaitu data hasil
wawancara.
Vol 3 No 4
Tahun 2023
Hal: 277 -
282
8
bersifat deskriptif-
evaluatif dengan
kualitatif
Mendekati.
Sedangkan penelitian
kami bersifat deskriptif
kualitatif.
9
kepercayaan
masyarakat terhadap
Aparat Penegak
Hukum terkait kasus
yang diselesaikan
setelah viral.
Penelitian kami
menggunakan metode
kualitatif dengan
pendekatan deskriptif
kualitatif.
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Informan Penelitian
Pihak yang menjadi informan penelitian ini adalah pengguna media sosial yang
terdiri dari siswa madrasah dan masyarakat umum serta Aparat Penegak Hukum.
Informan dalam penelitian kami sebanyak 16 pengguna media sosial yang terdiri dari 5
siswa madrasah dan 11 masyarakat umum serta 2 Aparat Penegak Hukum yang terdiri
dari polisi dan pengacara. Informan tersebut dipilih melalui teknik purposive sampling,
yakni merupakan pengambilan informan berdasarkan pada tujuan penelitian dengan
kriteria alasan tertentu yang kuat untuk dipilih. Menurut Creswell (2008), purposive
sampling yaitu melakukan pemilihan terhadap orang atau tempat yang dapat membantu
kita dalam memahami sebuah fenomena.
11
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengguna media sosial yang mengikuti berita-
berita viral di media sosial dan aparat penegak hukum yang berpengalaman dalam menangani
kasus viral di media sosial, agar mampu memberikan informasi dan pandangan yang membantu
peneliti menjawab rumusan masalah.
Untuk mendapatkan data dan menyelesaikan masalah yang sudah dirumuskan, peneliti
melakukan pengumpulan data melalui wawancara. Menurut Sugiyono (2016) wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti
dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam. Dalam
teknik wawancara ini, peneliti melakukan tanya jawab berdasarkan instrumen penelitian terkait
rumusan masalah pada penelitian ini. Melalui wawancara ini, peneliti akan mengetahui lebih
dalam mengenai persepsi informan terhadap banyaknya kasus yang ditangani setelah viral.
Pada pengambilan data peneliti menggunakan tiga panduan wawancara yang terdiri dari
satu panduan wawancara untuk pengguna media sosial dan dua panduan wawancara untuk Aparat
Penegak Hukum yang berbeda. Panduan wawancara kami uji coba terlebih dahulu kepada guru
dan beberapa siswa untuk menghindari pertanyaan yang ambigu dan pertanyaan yang sulit untuk
dijawab. Panduan wawancara yang berbeda digunakan sebagai perbandingan, karena peneliti
ingin mengetahui tanggapan
12
pengguna media sosial yang sering mengamati berita-berita terkini mengenai kasus yang tidak
tertangani Aparat Penegak Hukum di media sosial. Setelah itu, peneliti ingin mengetahui
pandangan penegak hukum sebagai pihak yang menjadi sorotan dalam kasus no viral no justice
melalui wawancara kepada Aparat Penegak Hukum. Data yang diperoleh kemudian dianalisa
dengan menggunakan tahapan pendekatan tematik analisis interaktif menurut Miles Huberman
dan Saldana (2014).
D. Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan tematik analisis interaktif data
kualitatif. Menurut Miles dan Huberman, terdapat 4 tahapan yang harus dilakukan dalam teknik
analisis data kualitatif yaitu:
1. Pengumpulan Data
13
Pengumpulan data yang peneliti lakukan yaitu mencari data dengan cara melakukan
wawancara. Mengumpulkan semua data hasil wawancara secara objektif sesuai dengan hasil
wawancara yang sudah peneliti lakukan, dengan melakukan pencatatan data dari berbagai
bentuk data yang ada.
2. Kondensasi Data
Kondensasi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Pada tahapan ini, peneliti akan memilah data yang didapatkan dari hasil
wawancara terkait persepsi dan kepercayaan masyarakat kepada penegak hukum mengenai
kasus yang diselesaikan setelah viral.
3. Penyajian Data
Bentuk penyajian data kualitatif dapat berupa teks naratif berbentuk catatan lapangan,
matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menggabungkan informasi yang
tersusun dalam suatu bentuk yang padu, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang
sedang terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis kembali.
Pada tahap ini, peneliti akan menyajikan seluruh data yang telah direduksi pada tahapan
sebelumnya dalam bentuk narasi.
4. Penarikan Kesimpulan
Pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat
keteraturan ola-pola (dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi- konfigurasi
yang memungkinkan, alur sebab akibat, dan proposisi. Pada tahap ini peneliti akan menarik
kesimpulan terkait penelitian tersebut sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang
terdapat pada penelitian ini.
14
BAB IV
A. Hasil
Data penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan dua kelompok informan yang terdiri
dari pengguna media sosial dan Aparat Penegak Hukum. Pengguna media sosial yang menjadi
informan dalam penelitian ini merupakan siswa dan masyarakat umum yang mengikuti berita
terkini di media sosial serta Aparat Penegak Hukum yang terdiri dari polisi dan pengacara yang
berpengalaman dalam menangani kasus viral di media sosial. Sebelumnya peneliti berencana
mewawancarai 10 sampai dengan 15 masyarakat umum dan 5 sampai dengan 10 siswa madrasah
sebagai pengguna media sosial, tetapi sudah mencapai data saturasi pada informan ke-11
masyarakat umum dan informan ke-5 siswa madrasah. Menurut Bastian, et al. (2018) saturasi data
adalah poin dimana tidak ada informasi baru yang diperoleh dan menurut Gentles, et al. (2015)
saturasi data biasanya mengacu pada titik kejenuhan redundansi informasi di mana data tambahan
yang dikumpulkan hanya memiliki kontribusi yang sedikit atau sama sekali tidak ada informasi
baru yang dapat digunakan sebagai input pada penelitian. Setelah itu, awalnya peneliti berencana
mewawancarai 5 sampai dengan 8 Aparat Penegak Hukum tetapi karena isu ini cukup sensitif
maka kami hanya berhasil mendapatkan 2 Aparat Penegak Hukum yang bersedia untuk
diwawancarai.
15
Berikut beberapa kutipan wawancara yang kami dapatkan setelah melalui proses
penyusunan panduan wawancara, proses wawancara, transkrip hasil wawancara dan
melakukan kondensasi data seperti tergambar pada tabel di bawah.
16
kasus yang ada
seperti kasus jalanan
rusak di Lampung.”
17
Informan 9 (25 Juli
2023)
“Kondisi hukum di
Indonesia sekarang
sedikit absurd ya
menurut saya jadi
terkesan membeda-
bedakan sebuah kasus
dan Aparat Penegak
Hukum itu lebih cepat
mengatasi kasus yang
viral di media sosial.”
18
mengayomi dan
melayani
masyarakat.”
Peran Media Sosial Sarana mengunggah Informan 10 (27 Juli
kasus 2023)
“Jika kita sudah
melapor kepada
Aparat Penegak
Hukum tetapi kasus
tersebut tidak dapat
penanganan dari
Aparat Penegak
Hukum barulah kita
mengunggah kasus
tersebut di media
sosial untuk
mendapatkan
penyelesaian kasus.”
Informan 15 (27 Juli
2023)
“Mereka berasumsi
bahwa media sosial
itu lebih cepat dalam
menangani kasusnya
dari pada pihak
berwajib, jadi setelah
itu mereka lebih
update di media
sosial."
19
kasus ke media
sosial tetapi dengan
catatan sudah
dilaporkan tapi tidak
ada ketegasan, tidak
ada tindak lanjut dari
Aparat Penegak
Hukum atau bahkan
karena seseorang
yang mengalami
sebuah kasus tidak
memiliki pengaruh
yang besar dan tidak
memiliki jabatan,
sebagai korban dia
diabaikan maka perlu
adanya orang-orang
yang berani untuk
speak up.”
Penyebaran Informan 4 (07 Juli
informasi kasus 2023)
“Tergantung
kasusnya sih, kalau
misalkan kejadiannya
parah ya kita
berkomentar gitu dan
kadang suka share
link mengenai berita
tersebut ke temen-
temen.”
20
proses penyelesaiannya.”
21
tertentu yang
notabenenya sepertinya
Bapak kurang tau
bentuk
permasalahannya
seperti apa. Nah, disatu
sisi untuk Bapak
penggunaan media
sosial itu menjadi
sesuatu yang krusial ya
dimana kalau kita salah
melakukan tindakan
misalnya memberikan
like ataupun ikut
menyebarluaskan dan
kalau itu suatu yang
sebetulnya merupakan
hoax atau sesuatu yang
tidak benar itu akan
menjadi masalah
kebelakang.”
22
Tabel 4. 2 Hasil wawancara
23
kepercayaan saya kepada
penegak hukum. Gak terlalu
ngaruh, bukan bertambah dan
berkurang, para Aparat
Penegak Hukum pastinya
memiliki tingkat kinerja yang
berbeda-beda.”
24
Citra Aparat Penegak Hukum Informan 9 (25 Juli 2023)
“Dengan banyaknya massa
yang mendukung kita mau
gak mau polisi mengatasi
kasus tersebut karena
berkaitan dengan citra baik
mereka.”
Informan 18 (31
Juli 2023)
“Kepercayaan masyarakat
kepada kepolisian itu setiap
minggu dan setiap bulan selalu
diingatkan oleh Bapak Kapolri
terkait tingkat kepercayaan
kepolisian berapa persen dan
kami selalu monitor itu sih.”
25
B. Pembahasan
No viral no justice banyak dibicarakan oleh masyarakat dimulai dari tagarnya yang
viral di media sosial. Tagar ini dipergunakan untuk menyatakan bahwa kasus yang dilapor
dengan laporan biasa tidak tertangani Aparat Penegak Hukum sehingga diunggah ke media
sosial untuk mendapatkan keadilan. Sebagian besar para informan mengetahui apa yang
dimaksud dengan no viral no justice, hal tersebut dibuktikan berdasarkan pendapat para
informan terkait pemahaman terhadap no viral no justice. Namun, tidak sedikit juga yang
masih tidak mengetahui apa itu no viral no justice. Banyak masyarakat yang mengunggah
kasusnya ke media sosial karena tidak adanya keadilan yang didapat setelah melaporkan
kasusnya kepada penegak hukum sehingga hal tersebutlah yang menjadi penyebab
munculnya tagar no viral no justice di media sosial.
Banyak informan yang membenarkan pendapat bahwa media sosial dibutuhkan sebagai
perantara penyelesaian kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum. Namun
cara ini digunakan sebagai langkah terakhir jika laporan yang diadukan kepada Aparat
Penegak Hukum tidak terlihat titik penyelesaian dengan durasi penanganan yang lama.
Seperti yang dikatakan oleh informan pada kutipan berikut:
26
“Kondisi hukum di Indonesia sekarang sedikit absurd ya menurut saya jadi
terkesan membeda-bedakan sebuah kasus dan Aparat Penegak Hukum itu
lebih cepat mengatasi kasus yang viral di media sosial.” (Informan 9,
wawancara tanggal 25 Juli 2023)
“Selama ini kadang hukum kita kan kurang adil bagi masyarakat bawah itu
tajam tetapi untuk masyarakat atas tumpul terus biasanya kalau untuk orang
yang berduit ketika memiliki masalah, masalah tersebut langsung ditutup
menggunakan uang tetapi untuk masyarakat bawah yang tidak memiliki apa-
apa mereka tidak memiliki pembela atau penasehat hukum kemudian hukum
juga dibelok-belokan yang salah menjadi benar dan yang benar menjadi
salah.” (Informan 16, wawancara tanggal 27 Juli 2023)
Dari kutipan di atas, dapat dilihat berdasarkan pernyataan para informan bahwa media
sosial merupakan perantara proses penyelesaian yang sangat berpengaruh bagi seseorang
dalam menangani kasusnya. Jadi walaupun hal tersebut dapat merugikan beberapa pihak
tetapi itulah jalan keluar yang dapat ditempuh karena tidak adanya keadilan yang memihak.
Aspek peran pengguna media sosial dari beberapa informan dapat membantu
penyelesaian sebuah kasus yang diunggah ke media sosial. Terlebih lagi apabila pengguna
media sosial memiliki pengaruh yang besar untuk memviralkan sebuah kasus yang diunggah
melalui media sosial dengan berbagai macam cara, sehingga kasus tersebut ditanggapi oleh
masyarakat yang menimbulkan berbagai macam persepsi. Seperti pendapat para informan
pada kutipan berikut ini:
“Mereka berasumsi bahwa media sosial itu lebih cepat dalam menangani
kasusnya dari pada pihak berwajib, jadi setelah itu mereka lebih update di
media sosial." (Informan 15, wawancara tanggal 27 Juli 2023)
27
orang yang berani untuk speak up.” (Informan 2, wawancara tanggal 07
Juli 2023)
“Dengan cara mengupload di media sosial ini bisa bikin seseorang yang
ngeliat jadi lebih aware gitu dengan kasus-kasus seperti itu. Ini merupakan
hal yang baik juga buat orang lain.” (Informan 1, wawancara tanggal 07 Juli
2023)
Media sosial bisa dijangkau hingga keseluruh dunia dan banyaknya pengguna media
sosial di zaman sekarang sangat berpengaruh pada sebuah kasus yang viral di media sosial
untuk mendapatkan penyelesaian. Hal tersebut dapat kita lihat dari kutipan berikut ini:
“Karena dari up ke Instagram bisa diup lagi ke Twitter dan bisa diup lagi ke
Tiktok sehingga masyarakat bisa mengikuti kasus tersebut untuk membantu
mendapatkan keadilan. Jadi karena media sosial luas jadinya kasus-kasus
tersebut bisa menyebar dan memudahkan dalam proses penyelesaiannya.”
(Informan 12, wawancara tanggal 27 Juli 2023)
“Pertimbangannya mungkin banyak hal ya, disatu sisi karena Bapak tidak
terlibat langsung dengan masalah tersebut mungkin dari perspektif Bapak ada
kekhawatiran apabila Bapak ikut menyebarluaskan suatu masalah, suatu
konflik sosial itu ada keberpihakan terhadap pihak tertentu yang notabenenya
sepertinya Bapak kurang tau bentuk permasalahannya seperti apa. Nah,
disatu sisi untuk Bapak penggunaan media sosial itu menjadi sesuatu yang
krusial ya dimana kalau kita salah melakukan tindakan misalnya memberikan
like ataupun ikut menyebarluaskan dan kalau itu suatu yang sebetulnya
merupakan hoax atau sesuatu yang tidak benar itu akan menjadi masalah
kebelakang.” (Informan 10, wawancara tanggal 27 Juli 2023)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa para pengguna media sosial memiliki kemungkinan
dalam interpretasi dari banyaknya kasus viral di media sosial. Interpretasi ini sesuai dengan
prinsip dari teori yang peneliti gunakan di BAB II yang dikemukakan oleh Klapper (1960)
dan Atkin (1985). Bahwasanya setiap individu memusatkan perhatian mereka pada
rangsangan tertentu yang berasal dari lingkungan di sekitarnya, memilih dan mengolah
informasi yang sesuai serta menghindari informasi yang tidak sesuai dengan kepercayaan
mereka.
28
Penelitian ini cenderung menggunakan teori proses selektif dengan konsep terpaan selektif
(Selective Exposure). Tindakan yang dilakukan masyarakat ketika melihat informasi di
media sosial yaitu memilih dan memilah informasi yang mereka percaya, sehingga mereka
menolak informasi yang berbeda dengan kepercayaannya. Terpaan maraknya kasus yang
diselesaikan setelah viral berhubungan dengan terpaan media atau teori proses selektif. Hal
tersebut berpengaruh pada tindakan pengguna media sosial dalam menyeleksi informasi-
informasi yang beredar di media sosial.
Dari berbagai pendapat pengguna media sosial terbukti bahwa arus media sosial sangat
cepat sehingga berpengaruh terhadap penanganan sebuah kasus yang viral di media sosial,
keberhasilan sebuah kasus yang mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral
bergantung pada pengelolaan algoritma media sosial. Oleh karena itu ketika mengunggah
sebuah kasus di media sosial maka akan sangat cepat tersebar dan memungkinkan untuk
mendapat simpati dari para pengguna media sosial sehingga Aparat Penegak Hukum harus
menangani dan menyelesaikan kasus tersebut. Hal tersebut dapat mempengaruhi nama baik
Aparat Penegak Hukum dimata masyarakat sehingga Aparat Penegak Hukum langsung
menindaklanjuti sebuah kasus yang viral di media sosial untuk mendapatkan penyelesaian.
Para informan saling memberikan pandangan yang sama terkait cara Aparat Penegak
Hukum dalam menangani kasus yang viral di media sosial, jika dilihat dari situasi
belakangan ini banyak sekali kasus yang dilapor dengan laporan biasa tetapi tidak tertangani
oleh Aparat Penegak Hukum sehingga membuat seseorang mengunggah kasusnya di media
sosial. Arus media sosial yang cepat dalam menyebarkan sebuah kasus ditambah dengan
peran pengguna media sosial yang sangat kuat dapat membantu kasus-kasus yang
disepelekan, hal tersebut sangat berdampak bagi Aparat Penegak Hukum dalam berbagai
aspek terutama peran
29
Aparat Penegak Hukum dalam penyelesaian kasusnya. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan
berikut ini:
Kutipan di atas sejalan dengan tinjauan pustaka tentang kepercayaan publik mengenai
tuntutan terbesar dan utama dalam mewujudkan kinerja penegak hukum, menurut Tonny
Rompis (2015). Diera reformasi ini perubahan dan perkembangan masyarakat menjadi
sumber daya manusia yang mampu menampung dan merealisasikan tuntutan aspirasi
masyarakat sehingga keterkaitan antara penegak hukum dengan masyarakat itu sangat erat.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dimana ada masyarakat disitu ada hukum.
Pendapat informan menyatakan bahwa tindakan penyelesaian sebuah kasus yang viral di
media sosial dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap Aparat Penegak Hukum
karena harus diunggah ke media sosial jika ingin penanganan yang cepat. Hanya sedikit dari
mereka yang masih menyangkal hal tersebut karena ada beberapa Aparat Penegak Hukum
yang menjalankan laporannya dengan benar jadi tidak semuanya sama. Peristiwa ini dapat
menjadi tolak ukur tindakan yang seharusnya dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
“Secara saya pribadi, sebelum dan sesudah adanya kasus viral itu tidak
terlalu mempengaruhi kepercayaan saya kepada penegak hukum. Gak terlalu
ngaruh, bukan bertambah dan berkurang, para Aparat Penegak Hukum
pastinya
30
memiliki tingkat kinerja yang berbeda-beda.” (Informan 13, wawancara
tanggal 27 Juli 2023)
Persepsi masyarakat yang memberikan pandangan buruk terkait kinerja Aparat Penegak
Hukum dalam penanganan kasus ternyata hal tersebut tidak sesuai dengan yang dilakukan
oleh pihak kepolisian. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut:
“Mungkin ada orang-orang yang tidak suka kinerja kepolisian atau ya dibilang
kasusnya lama untuk ditangani karena memang kita harus cari tahu
kebenarannya dulu dan perkaranya ini seperti apa, apakah barang bukti dan
sebagainya itu sudah lengkap atau lainnya.” (Informan 18, wawancara tanggal
31 Juli 2023)
“Sebagai upaya kami dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada
kepolisian yaitu seperti tindakan yang saya lakukan di konferensi pers, yang
namanya konferensi pers jadi kita mengumumkan kepada masyarakat bahwa
ini loh hasil kerja kami dan kami berhasil mengungkap pencurian motor
(curanmor).” (Informan 18, wawancara tanggal 31 Juli 2023)
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa dalam penanganan sebuah kasus memiliki
proses yang berbeda-beda dengan jangka waktu yang variatif. Oleh karena itu jika
masyarakat berpendapat bahwa kinerja pihak kepolisian itu sangat memakan waktu tetapi
sebenarnya kasus yang sedang ditangani itu membutuhkan proses yang pada akhirnya bisa
mencapai titik penyelesaiannya.
31
citra polisi.” (Informan 11, wawancara tanggal 27 Juli 2023)
“Dengan banyaknya massa yang mendukung kita mau gak mau polisi
mengatasi kasus tersebut karena berkaitan dengan citra baik mereka.”
(Informan 9, wawancara tanggal 25 Juli 2023)
Pendapat informan menyatakan bahwa tindakan penyelesaian sebuah kasus yang viral di
media sosial dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap Aparat Penegak Hukum
karena harus diunggah ke media sosial jika ingin penanganan yang cepat. Sebagian besar
pengguna media sosial memiliki peran dalam membantu kasus yang viral di media sosial
untuk mencapai perhatian dan penanganan Aparat Penegak Hukum, mereka berpendapat
bahwa selama kasus-kasus viral bermunculan di media sosial pastinya dapat menurunkan
kepercayaan mereka terhadap penegak hukum.
Oleh karena itu, peristiwa ini sejalan dengan teori persepsi selektif (Selective
Perception). yang merupakan konsep dari teori proses selektif (Selective Processes
Theory). Bahwasanya seseorang cenderung mengartikan informasi baru yang konsisten
dengan kepercayaan mereka sebelumnya.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa proses penanganan yang
dilakukan oleh Aparat Penegak Hukum dapat menimbulkan berbagai macam persepsi masyarakat
terhadap kasus yang terselesaikan setelah viral. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat mendukung tagar no viral no justice dengan tujuan untuk mendapatkan
keadilan dari sebuah masalah karena banyaknya kasus yang tidak mendapat keadilan, menjadikan
seseorang melakukan upaya lain untuk mendapatkan haknya. Oleh karena itu, upaya dalam
memviralkan kasus melalui media sosial dapat membantu mereka untuk mendapatkan
penyelesaian dari kasus yang dialaminya. Hal tersebut dibantu oleh peran pengguna media sosial
sebagai perantara penyelesaian kasus.
B. Saran
Setelah melaksanakan penelitian dan pengumpulan data serta menyimpulkan
hasil penelitian yang telah diperoleh, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti antara lain:
33
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya keterbatasan informan dan waktu yang
cukup singkat dalam pengumpulan data serta pengelolaan data. Dengan keterbatasan
yang dimiliki oleh penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan
penelitian sejenis dengan cakupan yang lebih luas agar data yang dihasilkan lebih
beragam.
4. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan terkait penyelesaian
kasus yang dilakukan setelah viral di media sosial dan diharapkan dapat melakukan
tindakan yang tepat dalam mengambil langkah untuk memperjuangkan keadilan atas
kasus yang dialaminya.
34
Daftar Pustaka
Al Habsy, M. H. (2022, Januari 4). Belajar dari fenomena "No Viral No Justice". Retrieved from
https://news.detik.com/kolom/d-5883436/belajar-dari-fenomena-no-viral-no-
justice#:~:text=Fenomena%20baru%20dalam%20ruang%20digital,sebagai%20sebuah
%20kritikan%20atau%20masukan
Atianingsih, N. (2018). Pengaruh Terapaan Iklan Produk Wardah Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Pada Mahasiswi Fakultas Ekonomi Di Universitas Semarang (USM) Pagi. 16.
Retrieved from https://repository.usm.ac.id/files/skripsi/G31A/2014/G.311.14.0021/
G.311.14.0021-05- BAB-II-20180725063353-PENGARUH-TERPAAN-IKLAN-PRODUK-
WARDAH- TERHADAP-KEPUTUSAN-PEMBELIAN-KONSUMEN-PADA-MAHASISWI-
FAKULTAS- EKONOMI-DI-UNIVERSITAS-SEMARANG-(USM)-PAGI.pdf
Azhari, D. A., & Rosyad, D. S. (2023). The Viral Phenomenon on Social Media is a New Legal Norm-
No Viral, No. Retrieved from
https://www.multiresearchjournal.com/admin/uploads/archives/archive-1689238329.pdf
Bramandita, B. (2022, Januari 13). 9 Teori Efek Media. Retrieved from
https://vocasia.id/blog/teori-efek-media/
Ganefri,Ph.D., P. P. (1954, Oktober 23). Koferensi Kasus. Retrieved from
http://upbk.unp.ac.id/page/konferensi-kasus
Gugule, H. (2022, Agustus). Analisis Sosiologis Terhadap Video Viral Tiktok tentang Penegakan Hukum
di Indonesia. VOL 8 NO 3. Retrieved from
https://jurnal.ideaspublishing.co.id/index.php/ideas/article/view/956
Jayanti, F., & arista, N. T. (2018). Persepsi Mahasiswa Terhadap Pelayanan Perpustakaan
Universitas Trunojoyo Madura. Vol 12, No 2, 207-209.
M Ibrahim. (2018). BAB III Metode Penelitian - repo unpas. 35. Retrieved from
http://repository.unpas.ac.id/38611/3/BAB%20III.pdf
Muammar, M. (2023, April). Penanganan Tindak Pidana Viral: Reduksi Terhadap Asas
Legalitas Ke Asas Viralitas. VOL 2 NO 1. Retrieved from
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pela/article/view/8362
Prasetya , A., Retnasary, M., & Azhar, D. A. (2022, Februari ). Pola Perilaku Bermedia Sosial Netizen
Indonesia Menyikapi Pemberitaan Viral Di Media Sosial. Volume 1 No.1, 5.
Retrieved from http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/jdcode/article/view/699/475
Rijali, A. (2018). Analisis Data Kualitatif. Vol. 17 No. 33, 91-94. Retrieved from https://lms.syam-
ok.unm.ac.id/mod/resource/view.php?id=130041
Riofita, H., & Harsono, M. (2019). Komunikasi WORDS OF MOUTH Dalam Bidang Pemasaran.
From https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/EKLEKTIK/article/view/8451/4608
35
Rompis , T. (2015). KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM TENTANG MENURUNNYA KEPERCAYAAN
MASYARAKAT TERHADAP HUKUM DAN APARAT PENEGAK HUKUM DI SULAWESI
UTARA. Vol. 4 No. 8. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexcrimen/article/view/10302
Rozi, A. F. (2017). Analisis Strategi Pemasaran Pada Djawa Batik Solo Analysis Marketing Strategies
On Djawa Batik Solo. Vol 3, No 2, 5. Retrieved from
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JMBI/article/view/1204/966
Sari, A. C., Hartina , R., Awalia, R., Irianti, H., & Ainun, N. (2018, Desember ). KOMUNIKASI DAN
MEDIA SOSIAL. Retrieved from https://www.researchgate.net/profile/Astari-Clara-
Sari/publication/329998890_KOMUNIKASI_DAN_MEDIA_SOSIAL/links/5c2f3d83299bf1
2be3ab90d2/KOMUNIKASI-DAN-MEDIA-SOSIAL.pdf
Setiadi, A. (2016). PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL UNTUK EFEKTIFITAS KOMUNIKASI. Vol
16, No 2. Retrieved from https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala/article/view/
1283
Solihat, M. (2017). Teori komunikasi Massa. Bandung. Retrieved from
https://repository.unikom.ac.id/51177/1/TEORI%20KOMUNIKASI%20MASSA%2006041 7.doc
Supratman , L. P. (2018). Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native. VOL. 15 NO.1. From
https://ojs.uajy.ac.id/index.php/jik/article/view/1243/1152
Unikom. (n.d.). BAB III Metode Penelitian. pp. 30-31. Retrieved from
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/699/jbptunikompp-gdl-fahmyfadil-34933-8-fahmy_un- i.pdf
Utama, A. S. (2019). KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PENEGAKAN HUKUM DI
INDONESIA. Retrieved from https://jurnal.ensiklopediaku.org/ojs-2.4.8-
3/index.php/sosial/article/viewFile/375/332
36
SURAT PENGANTAR KEPALA MADRASAH
37
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
38
JADWAL PENELITIAN
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Penggalian
ide
Penyusunan
dan
pengajuan
judul
Bab I
Bab II
Bab III
Revisi
proposal
Finalisasi
proposal
Pengumpula
n laporan
penelitian
Pengambila
n data
Transkrip
wawancara
Bab 4
Bab 5
Revisi
laporan
hasil
penelitian
Finalisasi
laporan
hasil
penelitian
39
Pengumpula
n laporan
hasil
penelitian
40
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Kode informan:
Jenis kelamin :
41
LAMPIRAN II PANDUAN WAWANCARA PENEGAK HUKUM (PENGACARA)
Narasumber :
Jenis kelamin :
1. Pernahkan Anda memiliki klien di mana kasus yang dialaminya itu viral di media sosial?
2. Bagaimana cara Anda menangani kasus klien tersebut?
3. Apa ada kesulitan yang Anda alami ketika klien Anda tidak terbukti bersalah terhadap kasus
viral tersebut?
4. Bagaimana upaya Anda dalam membantu sebuah kasus yang viral di media sosial?
5. Selama mendampingi klien yang memiliki kasus viral tersebut, bagaimana tindakan pihak
kepolisian mengenai proses penanganan kasus viral tersebut?
6. Apa proses penyelesaian kasus tersebut cepat atau sebaliknya?
7. Selama menangani klien-klien apa terjadi perbedaan dalam proses penanganan dan
penyelesaian kasus antara laporan kasus biasa dengan kasus yang viral?
8. Bagaimana perasaan Anda terhadap klien yang mendapatkan vonis hukuman dari hakim
setelah proses panjang yang telah dilalui?
9. Setelah Anda menangani klien yang memiliki kasus viral dengan berbagai macam proses,
apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan Anda terhadap pihak kepolisian?
42
LAMPIRAN III PANDUAN WAWANCARA PENEGAK HUKUM (POLISI)
Narasumber :
Jenis kelamin :
1. Pernahkan Anda mendapatkan laporan atau aduan dari masyarakat di media sosial terkait
kasus-kasus kriminal di masyarakat?
2. Bagaimana proses penanganan dari aduan masyarakat di media sosial, apa memiliki proses
secara umum atau khusus?
5. Apabila ada kasus yang tidak trending topik atau viral apakah akan ditangani oleh Aparat
Kepolisian dan bagaimana prosesnya?
6. Apabila sebuah kasus menimpa aparat kepolisian apakah memiliki proses tersendiri atau
tidak?
7. Apa ada kesulitan dari proses penanganan kasus yang ada di media sosial?
8. Pernahkah Anda menangani sebuah kasus di media sosial yang setelah diselidiki adalah
berita bohong yang tidak sesuai dengan laporan yang diajukan dan apa yang akan dilakukan
oleh aparat kepolisian terhadap isu berita bohong tersebut?
9. Pernahkan Anda menangani sebuah kasus yang sampai saat ini belum terpecahkan dan apa
kendalanya?
10. Biasanya kasus-kasus yang Anda tangani di media sosial itu seperti apa?
11. Pernahkan ada sebuah kasus yang dilaporkan di media sosial terkait kasus yang sama?
43
12. Setelah kasus yang Anda tangani di media sosial terselesaikan apakah kepercayaan
masyarakat terhadap aparat penegak hukum sudah mulai meningkat?
44
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
45
yang lagi trending tuh bener-bener serius dan aku tipe yang jarang komentar di media
sosial sih.
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Bisa jadi tepat dan sebaliknya ya karena media sosial kan gak hanya tempat buat
mengupload atau memviralkan kasus. Mungkin ada hal positifnya buat membantu kasus
dia atau dengan cara dia trending kan bisa dibantu dan mungkin minusnya ya karena dia
uplod bisa menyebabkan banyak orang yang tau dan opini negatif karena netizen Indonesia
kebanyakan suka berkomentar negatif dan gak selalu positif.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Iya, karena bisa jadi bahan informasi ya. Jadi kayak misalnya ada suatu kasus yang
bisa bikin seseorang merasa kasusnya bukan hal kecil dan bahkan bukan hanya terjadi di
diri sendiri aja tapi bisa terjadi sama orang lain dan dengan cara mengupload di media
sosial ini bisa bikin seseorang yang ngeliat jadi lebih aware gitu dengan kasus-kasus
seperti itu. Ini merupakan hal yang baik juga buat orang lain.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Yang bikin selesai ya karena dia bisa trending, mungkin kalau dia gak trending dan
segala macam gak bakal ada orang yang membantu dengan komentar baik ataupun
membantu kasusnya biar selesai. Media sosial juga sangat luas kan jadi penyebaran kasus-
kasus dari media sosial itu bisa mempercepat penyelesaian kasusnya juga. Mungkin itu cara
dia biar kasusnya viral dengan banyaknya orang yang tau dan ngebantu, jadi tolak ukur
penyelesaiannya bisa dilihat dari situ.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Bisa banget, justru itu hal negatif yang bakal didapetin sama pihak yang berwajib
atau pihak yang berhak mengurusi kasus tersebut kan. Ya pasti banyak masyarakat yang
berasumsi "kok harus banget nih diupload dulu dan diviralin dulu baru bisa dibantu,
sedangkan tugas penegak hukum itu kalau kita sudah melapor
46
ya seharusnya sudah dibantu selesaian. Hal itu bisa membuat pihak berwajib jadi buruk
dimata masyarakat.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Sebenernya di peraturan yang tertulis, kita sebagai warga indonesia seharusnya
melapor kepada pihak yang berwajib kalau memiliki sebuah kasus, namun sekarang pihak
berwajib itu banyak yang gak ngurusin kasus- kasus yang dilapor padahal menurut kita
sebagai warga Indonesia hal itu adalah hal yang penting dan kayaknya gak cuma harus
lapor doang sih. Kalau kita udah lapor dan ternyata ditangani ya oke-oke aja sih tapi kalau
gak ditangani ya media sosial lah cara yang perlu dilakukan juga.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Tergantung orangnya ya, kalau aku sendiri bakal tetep percaya ya karena gak semua
penegak hukum sama jadi mau gak mau setidaknya kita harus ada laporan bahwa kita tuh
ada permasalahan hukum dan kalau kita gak lapor dulu ke pihak berwajib tapi upload ke
media sosial berarti itu salah kita juga karena gak ngikutin peraturan yang tertulis. Mau gak
mau, percaya gak percaya kita harus tetap laporan dulu ke yang berwajib baru upload dulu
ke media sosial. Buat apa ada penegak hukum kalau kita yang punya masalah gak langsung
ngelapor ke pihak yang berwajib.
47
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
48
Jawab: Tergantung ya, kalau misalnya geting banget kayaknya perlu sih ya. Kalau kasus-
kasus kayak pelecehan gitu biasanya lebih cepet selesai kalau diupload ke media sosial
gak sih biar viral karena kalau laporan aja biasanya gak digubris.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Menurut aku tepat, misalnya orang itu udah bikin laporan ke Polsek dan
tindakannya itu lama nah boleh tuh diviralin cuma ya tujuannya bukan buat tenar tapi
buat terselesaikan aja.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Pertama itu kasusnya emang berbobot ya, misalnya korban yang bener- bener korban
dan ada fakta ada bukti juga. Apalagi kalau netizen udah liat ada banyak bukti kuat pasti
cepet gak sih ngeshare-ngesharenya dan apalagi korbannya bener-bener dirugikan
banget. Di media sosial pastinya juga ada pakar hukumnya juga kan dan biasanya ikut
membantu juga.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Kalau menurut aku pasti ya, karena orang mikirnya yang udah upload di media
sosial pasti udah dilaporkan ke pihak berwajib cuma karena gak kunjung mendapat keadilan
jadinya diupload ke media sosial biar dapet perhatian dari masyarakat nah dari situ pastinya
bakal ditangani karena takut sama masyarakat. Masyarakat pasti juga berpikir pemerintah
atau pihak yang berwajib ini lama banget dalam nanganin kasus tapi kalau dilihat-lihat
orang-orang udah under estimate sama penegak hukum ya, jadi gak kaget lagi.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Kalau menurut aku yang pertama itu harus cari tau dulu ya hukum- hukumnya dan
cari bukti yang jelas karena kalau mau laporan perlu ada bukti dan kalau mau ngeviralin di
media sosial jangan cuma upload masalahnya aja gitu tapi upload bukti lengkapnya terus
kalau bisa cari hukum pidana atau Undang-undang yang terkait masalah dia. Tapi menurut
aku solusi lain untuk keadilan ya diviralin ke media sosial biar dapet perhatian orang-orang
juga.
49
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Pasti sih, karena sekarang aja aku ngerasa apa yang harus diharapkan dari Aparat
Penegak Hukum di Indonesia. Jadi ya udah karena udah biasa jadi gak kaget lagi apalagi
tentang kasus pelecehan dan sebagainya yang susah banget ditangani. Aku sih cuma
berharap generasi sekarang seharusnya udah lebih sadar kalau misalnya buat negakin
hukum yang adil itu sangat penting.
50
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
51
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Banyak yang ngebantu dan udah ditangani sama pihak yang berwajib.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Iya, masyarakat jadi memandang penegak hukum kurang bagus dalam menjalankan
tugasnya karena sekarang apa-apa pasti harus viral atau ramai dulu baru ditangani.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Langsung lapor aja ke kepolisian, kalau gak direspon baru kita bisa viralin
masalahnya ke media sosial.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Iya, pasti gak sih. Secara kita sering liat di media sosial yang ditanganin lebih dulu ya
yang viral-viral ini.
52
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
53
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Menurut ku itu sih balik lagi ke kasusnya ya, seberapa genting dan seberapa kamu
ingin kasus tersebut terselesaikan tapi kalau ditanya harus atau engga menurut aku engga, ya
mungkin memang ada beberapa kasus yang mau gak mau harus diupload ke media sosial agar
orang-orang bisa ikut waspada.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Tentu saja, menurut aku orang-orang yang akhirnya upload ke media sosial itu juga
pasti sebelum mereka meng-up setidaknya mereka sudah berfikir apa yang akan terjadi
kedepannya tapi inti tujuannya menurut aku sih sama intinya mereka ingin dibantu oleh
keviralan itu.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Yang pertama itu pasti tanggapan dari orang-orang ya walaupun belum langsung
ditindak lanjuti tapi setidaknya sudah mendapatkan banyak tanggapan.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Tentu saja iya, karena kan kita membutuhkan keadilan dan tanggapan dari Aparat
Penegak Hukum. Misalkan kalau kasus sudah viral itu biasanya sebelumnya tanggapan dari
mereka tuh kan lambat ya dan itu merupakan nilai minus nya mereka.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus bagi
seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Yang pertama pasti harus mencoba untuk melapor terlebih dahulu ya karena kalau
misalkan langsung nge viralin pasti orang-orang akan bilang "laporin aja, laporin aja dulu"
dan orang anggap nya pasti bukan yang gimana gimana tapi pasti menyuruh untuk
melaporkan masalah tersebut ke pihak berwajib terlebih dahulu.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Iya, karena aku banyak menemukan kasus-kasus yang tidak mendapatkan tanggapan
dari Aparat Penegak Hukum sehingga mereka mengunggah kasusnya ke
54
media sosial ya tentu saja kepercayaan aku terhadap Aparat Penegak Hukum jadi
berkurang.
55
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
56
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Dilihat dari respon pengguna media sosial dan bagaimana tanggapan pemerintah,
pemerintah pasti mau gak mau harus memberikan respon karena kalau diam doang pasti
diprotes.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Pasti, ada beberapa orang yang akan berkomentar "kok ini udah dilaporkan selama
sebulan kok gak selesai-selesai".
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus bagi
seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Yang pertama adalah diskusi bersama keluarga terlebih dahulu setelah itu baru
laporkan ke jalur hukum, misalnya di jalur hukum gak mendapatkan tanggapan sama sekali
baru dah diunggah ke media sosial.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Biasa aja sih, soalnya kan pasti penegak hukum banyak menangani laporan dan untuk
menyelesaikannya membutuhkan waktu.
57
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
58
ditindaklanjuti dengan baik oleh pihak terkait, tapi positifnya dia akan mendapat
penindaklanjutan kasus yang dialaminya dari berbagai pihak.
5. Bagaimana tindakan Anda ketika melihat sebuah kasus yang viral di media
sosial?
Jawab: Saya sebagai pengguna media sosial biasanya memberikan komentar, kalau saya
tertarik saya berkomentar tetapi kalau tidak tertarik saya tidak ikut berkomentar. Biasanya
untuk fenomena-fenomena pembullyan, nah itu saya berkomentar tetapi kalau fenomena-
fenomena yang mungkin menurut saya tidak pantas untuk diviralkan ya saya gak ikut-ikutan
nge viralin.
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Tidak, karena saya menjaga privasi data pribadi saya. Selama saya bisa menanganinya
sendiri maka saya akan menangani kasus yang terjadi sendiri
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Tergantung orangnya, menurut saya kalau dia siap dengan konsekuensinya ya silahkan
saja tapi kalau dia tidak siap dengan konsekuensi setelah kasus yang dialaminya viral ya lebih
baik menggunakan cara konvensional melalui jalur hukum.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Tolak ukurnya sudah pasti media sosial yang berperan dan pengelolaan algoritma
media sosialnya, ketika sudah diupload di TikTok terus diupload lagi di Instagram diupload
lagi di semua akun sosial media kemudian diundang untuk podcast dan menggunakan tagar
terus di Twitter juga dibikin thread. Jadi keberhasilan sebuah kasus yang mencapai
penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral itu bergantung pada pengelolaan algoritma media
sosial.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Iya jelas, itu pasti dapat menimbulkan stigma negatif terhadap aparat kepolisian atau
pihak hukum jika tidak bisa menangani sebuah kasus-kasus besar di Indonesia tanpa harus
viral terlebih dahulu.
59
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus bagi
seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Sebaiknya ketika kita sedang mengalami masalah yang harus menangani masalah
tersebut terlebih dahulu ya diri kita sendiri, jangan sampai masalah menjadi besar terus kamu
gak bisa menghandle sendiri sampai tiba-tiba viral itukan dapat merugikan diri sendiri.
Contohnya kayak kasus Ibu yang selingkuh dengan menantunya sendiri itukan gak bakal viral
kalau itu bisa ditangani secara kekeluargaan, secara hukum adat, atau sesama tokoh agama,
lagi pula kayaknya kasus tersebut tidak diadili dan tidak ditindaklanjuti oleh pihak berwenang.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Dari peristiwa tersebut pastinya akan mengundang stigma negatif masyarakat yang
ditujukan untuk Aparat Penegak Hukum sehingga dapat berpengaruh kepada kepercayaan
masyarakat terhadap Aparat Penegak Hukum.
60
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
61
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Kalau Ibu nggak apalagi kalau kasus tersebut kasus pribadi ya kecuali kalau itu
benar-benar mengganggu khalayak umum ya silakan saja diupload ke media sosial.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Kalau untuk kasus pribadi itu nggak tepat ya, yang bisa Ibu lihat itu sesuatu yang
lebih mengarah kepada publik dan membutuhkan penanganan Aparat Penegak Hukum tapi
kalau untuk kasus pribadi dan dia sengaja ngeviralin kayaknya kurang tepat ya.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Respon dari penegak hukum yang cepat karena kasusnya viral. Posisi kita sebagai
masyarakat pastinya mau kasus yang diajukan cepat terselesaikan dan ada penanganannya,
nah dari situ bisa dilihat titik keberhasilannya. Selebihnya biasanya kita kurang tau nih
kelanjutannya bagaimana, contohnya kasus pembuangan sampah yang sembarangan
kemudian diviralin dan beberapa lama ditindaklanjuti kan sama dinas. Kita kan hanya
melihat "Oh sudah dibersihkan nih" semenjak kasusnya viral dan selebihnya kebijakan-
kebijakan yang harus dilakukan adalah urusan mereka. Paling tidak dengan gebrakan
pertama mereka bisa menangani serta menindaklanjuti kasus yang ada.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Pekerjaan yang mereka lakukan adalah sebuah pelayanan, pelayanan itu dilakukan
ketika ada aduan kan. Oke-oke saja jika mereka mau meninjau dengan waktu yang lama
tetapi dari kita pasti maunya cepat terselesaikan jadi mau gak mau kita bakal memviralkan
kasus yang ada. Walaupun mungkin penegak hukum punya portal-portal tersendiri terkait
caranya dalam menangani aduan-aduan yang ada. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada
beberapa Aparat Penegak Hukum yang menjalankan laporannya dengan serius dan baik jadi
tidak semuanya sama.
62
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Kalau menurut Ibu, jika dia punya kasus tertentu ya dia bisa selesaikan sendiri dan
mengajukan masalahnya ke pihak yang berwenang. Kalau dia mau yang cepet ya dia pasti
tau prosedur yang tepat yaitu dengan bantuan kuasa hukum dan lainnya yang lebih proaktif
dalam mencapai hasil yang memuaskan.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Itu tergantung kasus dan cara penanganan Aparat Penegak Hukumnya ya. Kalau
memang kinerja mereka dalam menangani kasus ada yang tidak baik pastinya tingkat
kepercayaannya pasti menurun.
63
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
64
merasa gak adil kemudian kita ngungkapin di media sosial, jadi menurut Ibu lebih baik kita
telaah terlebih dahulu kasus apa yang kita alami dan memang apakah posisi kita di dalam
kasus tersebut salah atau benar karena pada dasarnya manusia itu merasa dirinya itu benar,
nah kalau kita ungkapin ke media sosial tapi ternyata posisi kita salah malu sendiri kan
jadinya. Perlu dipelajari terlebih dahulu baru kita melaporkan kasusnya kalau merasa tidak
mendapatkan keadilan baru bisa diungkapkan ke media sosial.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Sebenarnya kita unggah kasus kita ke media sosial itu gak tepat, tapi untuk mencapai
keadilan itu kok harus mengungkapkan atensi yang baik artinya kalau kita ingin
mengungkapkan keadilan kita harus punya banyak massa. Nah, ketika kita memiliki banyak
massa itu baru kita dilihat itu sesuatu yang aneh gitu menurut Ibu.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Atensinya, mungkin pertama kasusnya besar terus yang kedua dia merasa
ketidakadilan dan ketimpangan, biasanya mohon maaf yang ketimpangan itu adalah mereka
yang tidak memiliki biaya untuk melawan aparat maupun pejabat.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Iya itu sangat terlihat lah ya, jadi sangat berkurang kepercayaan masyarakat terhadap
satu instansi tertentu. Memang mau bagaimana lagi karena yang viral-viral baru ditangani.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Iya yang pasti sih sesuai dengan pasal dan undang-undang yang berlaku ya, melayani
masyarakat ya memang harus sesuai dengan prosedurnya jadi ketika ada yang melapor
mengenai sebuah kasus ya seharusnya ditangani dengan baik dan gak yang istilahnya tuh ada
duit dulu baru jalan jadi tidak seperti itu.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
65
Jawab: Iya berpengaruh, jadi sangat berkurang kepercayaan masyarakat terhadap satu
instansi tertentu.
66
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
67
Jawab: Saya pribadi itu memang orang yang bertindaknya bukan dengan ikut berkomentar
memberikan pendapat di kolom komentar ataupun repost. Saya lebih menyimak dan
mencari tahu lebih dalam, jadi kadang ketika ada kasus yang viral di TikTok itu pasti saya
cari di Twitter, kadang di Twitter itu lebih lengkap narasinya. Saya itu bukan tipikal orang
yang menyimpulkan ya jadi saya baca kemudian saya mencari tahu lebih dalam lagi dan
saya biasanya sharenya itu bukan melalui media sosial tetapi melalui tongkrongan jadi
ketika sedang nongkrong bersama teman- teman pasti saya membahas hal yang sedang viral
di berbagai macam platform media sosial.
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Butuh, kayak istilahnya media sosial do your magic gitu untuk meminta bantuan
karena kan sebagai orang yang tidak memiliki relasi ke Aparat Penegak Hukum dan ketika
kita menshare kasus yang sedang kita alami seharusnya sudah ditindaklanjuti oleh polisi
tapi diabaikan ya butuh untuk kita mencari solusi lain dengan cara upload di media sosial
dengan memberitakan atau menceritakan dengan sejujur-jujurnya tinggal kita menunggu
respon dari pengguna media sosial bagaimana dukungan mereka dan mungkin dari orang-
orang yang membaca itu mereka memiliki relasi atau empati untuk membantu. Dengan
banyaknya massa yang mendukung kita mau gak mau polisi mengatasi kasus tersebut karena
berkaitan dengan citra baik mereka.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Menurut saya, kondisional ya karena sebuah kasus yang seharusnya ditindaklanjuti
oleh pihak berwenang terkait ketika mereka melaksanakan tugasnya dengan baik, sigap dan
lain sebagainya seharusnya berita-berita kasus untuk skala kecil dan besar mungkin ya gak
harus dikonsumsi publik. Saya rasa perlu seseorang untuk mengunggah sebuah kasus ke
media sosial tetapi dengan catatan sudah dilaporkan tapi tidak ada ketegasan, tidak ada
tindak lanjut dari Aparat Penegak Hukum atau bahkan karena seseorang yang mengalami
sebuah kasus tidak memiliki pengaruh yang besar dan tidak memiliki jabatan, sebagai
korban dia diabaikan maka perlu adanya orang-orang yang berani untuk speak up karena
jujur secara pribadi kondisi hukum di Indonesia sekarang sedikit absurd ya menurut saya
jadi terkesan
68
membeda-bedakan sebuah kasus dan Aparat Penegak Hukum itu lebih cepat mengatasi
kasus yang viral di media sosial.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Tolak ukurnya yang pertama skala kasusnya.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Sangat mempengaruhi apalagi kalau sebuah kasus tidak ditangani oleh Aparat
Penegak Hukum kemudian diunggah ke media sosial ya sudah secara otomatis sebagai
pengguna media sosial yang mengetahui itu ya pasti akan menjudge kinerja Aparat
Penegak Hukum terkait penyelesaian sebuah kasus.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Untuk kondisi saat ini, kayaknya jalur pintasnya ya dengan mengunggah kasus
tersebut ke media sosial.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Iya, tingkat kepercayaan saya terhadap Aparat Penegak Hukum berubah. Secara
pribadi miris malah ketika patokan kasus terselesaikan itu dengan cara viral terlebih dahulu.
Saya inginnya tidak ada kasus yang diunggah ke media sosial untuk mendapatkan
penyelesaian dan keadilan jadi ya polisi berperan dengan sebaik mungkin sehingga tidak ada
lagi aduan masyarakat yang menshare mengenai kasus- kasus yang tidak tertangani.
69
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
70
Jawab: Jadi begini ya, yang Bapak lihat sebetulnya adalah bagaimana masyarakat memiliki
tingkat kepercayaan kepada Aparat Penegak Hukum, Aparat Penegak Hukum sebenarnya
banyak ya. Nah, yang Bapak lihat sebenarnya ketika masyarakat memviralkan sesuatu itu
biasanya yang Bapak rasa adalah banyak kasus-kasus yang tidak ditindaklanjuti oleh Aparat
Penegak Hukum karena beberapa hal. Nah, dengan cara memviralkan suatu masalah atau
fenomena sosial sepertinya masyarakat seolah-olah ingin meng-up suatu konflik yang pada
akhirnya itu meminta tuntutan Aparat Penegak Hukum untuk segera memproses masalah
tersebut. Jadi karena minimnya masalah yang tertangani atau kurangnya atensi dari Aparat
Penegak Hukum terhadap masalah-masalah kecil sehingga masyarakat kemudian terpancing
untuk meng-up dan mendorong masalah tersebut untuk bisa ditangani oleh Aparat Penegak
Hukum.
5. Bagaimana tindakan Anda ketika melihat sebuah kasus yang viral di media
sosial?
Jawab: Kalau Bapak sendiri sebenarnya orang yang agak pasif ya terhadap penyebarluasan
informasi terutama hal-hal yang sifatnya konflik atau fenomena sosial. Pertimbangannya
mungkin banyak hal ya, disatu sisi karena Bapak tidak terlibat langsung dengan masalah
tersebut mungkin dari perspektif Bapak ada kekhawatiran apabila Bapak ikut
menyebarluaskan suatu masalah, suatu konflik sosial itu ada keberpihakan terhadap pihak
tertentu yang notabenenya sepertinya Bapak kurang tau bentuk permasalahannya seperti apa.
Nah, disatu sisi untuk Bapak penggunaan media sosial itu menjadi sesuatu yang krusial ya
dimana kalau kita salah melakukan tindakan misalnya memberikan like ataupun ikut
menyebarluaskan dan kalau itu suatu yang sebetulnya merupakan hoax atau sesuatu yang
tidak benar itu akan menjadi masalah kebelakang. Disatu sisi kalau kalian tau untuk Aparatur
Sipil Negara, kami memang sangat diminta untuk hati-hati dalam penggunaan media sosial.
Jadi kalau untuk Bapak, jarang sekali Bapak menshare masalah apalagi yang kaitannya
konflik antara dua pihak ke media sosial jadi hanya sebatas membaca dan ingin tahu saja
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus
diunggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Sebaiknya kita melaporkan sebuah kasus kepada Aparat Penegak Hukum terlebih
dahulu. Namun, jika kita sudah melapor kepada Aparat Penegak Hukum
71
tetapi kasus tersebut tidak dapat penanganan barulah kita mengunggah kasus tersebut di
media sosial untuk mendapatkan penyelesaian kasus.
72
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Iya, menurut Bapak hal tersebut dapat menimbulkan berbagai macam opini
masyarakat. Salah satunya adalah dapat menimbulkan opini negatif terhadap kinerja Aparat
Penegak Hukum dalam menangani sebuah kasus untuk dapat sampai pada tahap
penyelesaian sebuah kasus.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Permasalahan hukum, artinya memang yang memiliki kapasitas untuk menangani
masalah tersebut ya Aparat Penegak Hukum. Ada banyak kasus begitu yang masyarakat
kemudian terpancing untuk melakukan main hakim sendiri, menurut Bapak itu bukan sesuatu
yang dapat menyelesaikan masalah ya karena negara kita negara hukum dan sebenarnya
pelaporan pada penegak hukum itu sudah langkah yang paling tepat bagi masyarakat untuk
mencoba menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Jadi memang begini ya, rasanya kalau suatu masalah baru ditangani setelah viral
kepercayaan bapak terhadap Aparat Penegak Hukum jadi relatif turun ya cuma balik lagi kita
kan sebenarnya tidak tahu seberapa banyak masalah yang sedang ditangani oleh Aparat
Penegak Hukum dan bagaimana sebenarnya proses yang sedang dijalani oleh Aparat
Penegak Hukum. Nah, itu yang sebenarnya Bapak tidak paham dan tidak tahu tetapi sedikit
banyak ketika ada suatu masalah itu baru dilakukan penanganan setelah viral itu dapat
menurunkan tingkat kepercayaan bapak terhadap Aparat Penegak Hukum karena barangkali
untuk beberapa orang itu menjadi sesuatu yang lama padahal itu menjadi urgent untuk
segera ditangani.
73
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
74
kan Ibu menyebarkan ke orang yang tidak paham atau orang yang berbeda pendapat dengan
kita. Setidaknya orang-orang yang kita sayangi itu wajib tahu mengenai hal tersebut.
Alhamdulilah kalau untuk teman diskusi ada sih, beberapa yang sebaya dengan Ibu juga ada.
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Sebetulnya kan kita punya jalur untuk menempuh sebuah keadilan tapi karena
sekarang jalur tersebut itu tertutup rapat dan kita tidak punya kuncinya kita tidak bisa
mendobraknya ya. Kebanyakan kan yang sudah viral itu memang penuh dengan
keputusasaan kan, mereka sudah melaporkan ke sana ke mari gak ada tanggapan kok begini-
begini aja. Jadi setelah mencapai puncak geregetannya ya sudah mereka mengunggah suatu
kasus ke media sosial.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Ini bukan masalah tepat nggak tepat tapi masalahnya adalah tidak ada pintu untuk
menuju kesana untuk mendapatkan keadilan sebenarnya kan cukup dengan melaporkan saja
ya. Namun, kenapa terjadi penyebarluasan sebuah kasus di media sosial karena pada saat
kita lapor tidak ada tindak lanjut dari pihak yang terkait untuk menangani sebuah kasus
seperti disepelekan, tapi kalau misalkan kita memiliki jalur yang bagus dan nggak perlu
diviralkan ya sudah kita melalui jalur yang baik-baik saja tanpa perlu mengunggah sebuah
kasus ke media sosial.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Tolak ukur keberhasilan penyelesaian sebuah kasus itu yang paham banget memang
orang-orang hukum ya kalau kita memang harus memuaskan salah satu pihak namanya
tidak adil juga karena memang keadilan itu harus kedua belah pihak sama-sama merasakan
keadilan gitu ya dan keadilan itu kadang memang menyakitkan juga tidak segala sesuatu itu
harus sesuai dengan keinginan kita gitu ya. kembali lagi kita paham hukum atau tidak kalau
kita paham hukum untuk tindakan kejahatan yang seperti itu seharusnya hukuman yang
setimpal itu apa kalau tolak ukur keadilannya harus sesuai dengan undang-undang kita
kalau memang hukum Islam kan misalnya membunuh ya dihukum dengan dibunuh juga.
Tapi itu kan tidak
75
berlaku untuk undang-undang di Indonesia gitu jadi ada hukuman-hukuman tertentu tanpa
adanya rekayasa.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Pasti karena memang sekarang itu kan tumpang tindih ya tugas antara Aparat
Penegak Hukum di sini istilahnya polisi dengan tentara. Polisi tugasnya apa tentara tugasnya
apa makanya kalau mereka tidak menangani sebuah masalah dengan prosedur yang berlaku
ya otomatis benar-benar akan jatuh marwah polisi makanya kan kalau misalkan ada sebuah
masalah yang viral di media sosial dan membutuhkan keadilan itu mereka langsung
menangani masalah tersebut untuk memperbaiki citra polisi.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Sebenarnya untuk membantu tuh ada sebuah lembaga-lembaga yang memang
ditugaskan atau mereka peduli terhadap keadilan, jadi kalau misalnya memang ada kasus
yang sudah dilaporkan tapi nggak ada tindakan ya cobalah kita konsultasi dengan lembaga-
lembaga bantuan hukum tersebut.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Kalau kita hanya melihat dari media sosial, berita yang ada itu kan selalu yang
negatif ya sedangkan sisi positif dari kepolisian juga nggak ada beritanya. Sebenarnya
memang dalam kepolisian sendiri juga kan terjadi semacam beda pendapat juga karena
polisi yang benar juga masih banyak yang memang benar- benar ingin memberi kenyamanan
pada masyarakat juga nggak sedikit. Berita-berita yang positif mengenai kinerja Aparat
Penegak Hukum jarang ada, yang sering muncul itukan ya yang negatif-negatif terus
sehingga kepercayaan masyarakat juga pasti turun terhadap instansi kepolisian.
76
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
77
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Dibilang tepat ya kita harus lihat dulu ya kasusnya seperti apa, kadang ada yang
cuma konten untuk viral aja bahkan ada yang benar dan gak benar jadi harus dilihat dulu
kasusnya seperti apa karena pastinya ada yang tepat dan ada juga yang tidak tepat. Kasus
yang tepat itu semacam kasus Ferdy Sambo terus penganiayaan Mario Dandy dan korbannya
karena kalau itu gak viral kasusnya bakal jalan ditempat kan sedangkan kasus yang kurang
tepat seperti kasus perselingkuhan rumah tangga gitu karena masih bisa diselesaikan secara
kekeluargaan.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Karena pengaruh algoritma media sosialnya. Karena dari up ke Instagram bisa
diup lagi ke Twitter dan bisa diup lagi ke TikTok sehingga masyarakat bisa mengikuti
kasus tersebut untuk membantu mendapatkan keadilan. Jadi karena media sosial luas jadinya
kasus-kasus tersebut bisa menyebar dan memudahkan dalam proses
penyelesaiannya sampai ke persidangan dan mendapatkan
keadilannya.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Ya bisa jadi, karena selama ini kasusnya gak viral ya mungkin bisa jadi jalan
ditempat aja kasusnya. Makanya banyak masyarakat yang memposting masalahnya ke media
sosial agar dapat mendapatkan perhatian publik.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Harus cari jalan keluarnya dulu sebenernya dan mungkin kalau udah mentok baru
diviralin ke sosial media itu pun menurutku gak tepat yah karena harus diselesaikan dulu
sesuai prosedur yang ada dan kalau diunggah ke media sosial konsekuensinya juga banyak
bahkan bisa melebar kemana-mana.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
78
Jawab: Iya bisa, tergantung kasusnya dulu sih. Kadangkan kita melihat bahwa kasus yang
viral ini baru diurusin sama Aparat Penegak Hukum tapi selama ini tetap percaya aja sih
karena hukum masih berlaku di Indonesia.
79
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
80
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Tergantung jenis masalahnya ya, ada yang sebaiknya langsung saja ke pihak- pihak
penegak hukum dan ada juga yang boleh-boleh saja diupload dan disebarkan di media sosial
tapi menurut saya sebaiknya tidak dibagikan ke media sosial, karena dapat menyebabkan
keributan di masyarakat dan menimbulkan keresahan. Kalau dikira-kira kasusnya dapat
digunakan sebagai peringatan dan kewaspadaan bagi masyarakat terhadap peristiwa apapun,
nah itu boleh-boleh aja disebarkan ke media sosial.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Sebenarnya itu bukan cara yang tepat ya untuk kasus dalam rangka menegakkan
keadilan tapi membagikan kasus-kasus itu ke media sosial dapat menjadi cara lain untuk
mendapatkan perhatian sosial sehingga diperolehlah people power tadi
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Kalau sudah viral dan diproses itu berarti keberhasilan kasus itu akan tercapai apabila
kepentingan masyarakat yang memviralkan kasus itu akan terpenuhi. Media sosial itu kan
banyak yah jadi algoritma media sosial itu beda-beda, nah ada media sosial yang
algoritmanya fair dan gak fair. Terakhir yang saya tau algoritma tiktok itu gak fair jadi
algoritmanya tidak natural karena bisa diatur sistem dari tiktok yang viral itu bermacam-
macam. Namun algoritma media sosial selain Tiktok menurut saya cukup membantu
kasus-kasus yang viral untuk mendapat keadilan.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Dapat memunculkan citra negatif tetapi juga tidak pasti, karena bisa jadi justru
memunculkan citra positif juga. Kalau yang kemarin saya lihat tentang kasus viral
pernikahan beda agama itu beberapa hari langsung muncul keputusan dari Mahkamah Agung
yang melarang KUA untuk menyetujui pernikahan beda agama itu
81
dalam waktu cepat. Jadi hal tersebut bisa ditinjau berdasarkan kasus yang viral itu karena
tidak semua bisa menjadi citra negatif.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Kalau dia tidak mengerti tentang alur pelaporan masalah kasus hukum gitu yah
tentunya dia harus datang ke Lembaga Bantuan Hukum sebelum curhat atau viral-viralin ke
media sosial. Dia harus konsultasi dulu ke Lembaga Bantuan Hukum tentang masalah dia
dan bagaimana cara menyelesaikannya, selama dia menjalankan proses itu dia curhat di
media sosial menurut saya tidak masalah. Karena langkah-langkahnya bukan ada kasus lalu
diviralkan tapi ada kasus langsung lapor ke Lembaga Bantuan Hukum sebagai masyarakat
yang menaati aturan. Kalau dia sudah paham, dia bisa langsung ke penegak hukum jika
mengerti hukum-hukum dan kalau sebaliknya dia bisa pergi ke lembaga bantuan hukum
terlebih dahulu.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Secara saya pribadi, sebelum dan sesudah adanya kasus viral itu tidak terlalu
mempengaruhi kepercayaan saya kepada penegak hukum. Gak terlalu ngaruh, bukan
bertambah dan berkurang, para Aparat Penegak Hukum pastinya memiliki tingkat kinerja
yang berbeda-beda.
82
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
83
5. Bagaimana tindakan Anda ketika melihat sebuah kasus yang viral di media
sosial?
Jawab: Kalau saya pribadi jarang memberikan komentar tapi saya suka melihat kasus-kasus
viral di media sosial untuk tau sendiri, berargumen sendiri, dan terkadang saya berdiskusi
dengan istri saya.
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Tergantung masalahnya ya, kalau masalah pribadi menurut saya tidak perlu diunggah
ke media sosial apalagi terkait dengan kehidupan keluarga. Saya memperhatikan bahwa no
viral no justice ini merupakan masalah dari kasus-kasus yang penanganannya lama
sehingga gak selesai-selesai kasusnya cuma gak semuanya seperti itu.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Itu sih tergantung perspektif ya, ada yang sah-sah saja tapi untuk zaman sekarang
perlu mempersiapkan diri juga karena kalau misalkan dia terlibat kasus di media sosial
lawannya itu tinggi kemudian punya power itu kan bisa malah dibalikin lagi. Jadi kadang
menjadi senjata makan tuan juga kadang juga tujuannya baik tetapi jadi apes juga, tetapi ada
beberapa yang akhirnya diselesaikan juga walaupun harus viral terlebih dahulu.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Keberhasilan kasusnya itu dilihat karena banyaknya proses penyelesaian yang
dilakukan di media sosial karena media sosial itu luas sehingga jika kita mengunggah sebuah
kasus maka akan sangat cepat tersebar dan memungkinkan untuk mendapat simpati dari
para pengguna media sosial sehingga Aparat Penegak Hukum harus menangani dan
menyelesaikan kasus tersebut.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Oh iya pastinya, bahkan sekarang sudah banyak tanggapan yang beragam dari
masyarakat karena munculnya kasus-kasus yang tidak tertangani sehingga dapat merusak
nama baik Aparat Penegak Hukum tentunya.
84
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Harusnya kalau pihak pelayanan masyarakat, hukum itu harus cepat dalam dilayani.
Sekarang saja kalau ke Kelurahan itu sudah asik tuh karena kalau ada masalah apapun yang
terkait dengan sipil misalnya bikin KK, KTP dan lainnya itu sudah diarahkan dan ada
solusinya. Kalau yang begini biasanya terkait dengan hukum kemudian ada iming-iming
dibelakangnya yang harus dibayar dengan nominalnya yang bervariasi atau terkait dengan
pihak yang lebih berpower di belakangnya nya. Saya termasuk orang yang ikut di jalurnya
saja dulu, jadi tidak langsung masuk ke media sosial atau mengadukan ke pihak yang lebih
tinggi jadi ikuti alurnya dulu. Lagi-lagi mereka yang sudah mengikuti alurnya tetapi ketika
di ikuti alurnya hasilnya tidak bisa atau mentok dan nyatanya sudah berkali-kali tidak
dihiraukan ya jalan satu-satunya adalah memviralkannya.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Pastinya berpengaruh secara umum, tapi tidak semuanya begitu. Misalnya kita ambil
konteks Aparat Penegak Hukum, kalau misalnya kita punya masalah dan datang ke
tempatnya langsung ternyata masih dilayani dengan baik kok.
85
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
86
kasusnya viral saja. Kalau dari sisi negatifnya itu dilihat dari pengambilan kasus yang benar
dan salah jadi kita harus mencari tahu dulu faktanya seperti apa. Jadi Kalau saya tidak
langsung menjudge kasus yang saya lihat tapi saya harus cari dulu kebenaran berita tersebut
dan mengambil mentah-mentah dari beredarnya kasus itu. Kalau ada kasus yang sangat
membutuhkan bantuan di media sosial pastinya saya akan ikut menanggapi dan sedikit
membantu mereka dalam mencari keadilannya.
5. Bagaimana tindakan Anda ketika melihat sebuah kasus yang viral di media
sosial?
Jawab: Saya tidak langsung menjudge kasusnya tapi saya akan menyelidiki tentang
kebenarannya seperti apa kadang saya browsing dari berbagai media sosial. Saya jarang
berkomentar tetapi saya sering berbicara dan menshare kepada teman-teman saya terkait
hal-hal tersebut.
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Sebaiknya melaporkan masalah yang dialami kepada pihak yang terkait, jangan
langsung mengunggahnya ke media sosial. Jika tidak mendapat respon dalam jangka waktu
lama dari pihak yang bersangkutan maka cara lain untuk menyelesaikan masalah dan
mendapat keadilan ya dengan cara mengunggah masalah tersebut ke media sosial tetapi
dengan baik dan bijak.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Kalau masalah itu diup ke media sosial menurut saya kurang tepat karena sebaiknya
kita telaah dulu kasusnya gimana. Kita harus melapor ke pihak berwajib.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Tolak ukur keberhasilan sebuah kasus itu ya diselesaikan dan berkelanjutan karena
mau seviral apapun sebuah kasus yang diunggah ke media sosial tetapi jika tidak
ditindaklanjuti dan diselesaikan ya percuma jadi kesigapan Aparat Penegak Hukum
dalam menangani sebuah kasus juga dapat mempengaruhi keberhasilan penyelesaian sebuah
kasus.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
87
Jawab: Pastinya iya, terdapat opini negatif dan opini positif dari masyarakat mengenai hal
tersebut. Contohnya seperti “Oh kalau sebuah kasus tidak viral berarti polisi tidak turun
tangan untuk menangani dan menindaklanjuti sebuah kasus.”
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Pertama, kita wajib melaporkan kepada pihak berwajib apa masalah kita dan mereka
akan membuat laporan kalau kita tidak bisa menanganinya dengan sendiri maka kita bisa
meminta bantuan dari kuasa hukum untuk dapat menyelesaikan masalah yang dialaminya.
Ketika sudah sekali dua kali tidak ada tanggapan ya boleh lah kita up masalah tersebut ke
media sosial tetapi ini hanya berlaku bagi orang-orang yang paham teknologi. Namun,
bagaimana dengan orang-orang yang tidak mengerti media sosial. Pastinya banyak sekali
kasus-kasus mereka yang tidak diselesaikan.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Percaya sih ya percaya ya. Secara hukum, secara aturan sih percaya dengan bantuan
hukum dengan pihak kepolisian, ya mungkin tingkat penyelesaiannya itu sih kurang
maksimal dan kurang cepat tanggap.
88
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA PENGGUNA MEDIA SOSIAL
89
tagar no viral no justice menurut Ibu itu bagus banget sih, jadi hukum bisa ditegakkan
karena hukum sebelum adanya tagar no viral no justice tu tertutup hukumnya apalagi yang
melakukan kejahatan ini adalah orang orang kelas atas dan memiliki kekuasaan.
5. Bagaimana tindakan Anda ketika melihat sebuah kasus yang viral di media
sosial?
Jawab: Kalau untuk menshare untuk ke komentar itu kan kita juga harus waspada juga ya
dengan jari kita karena ada UU ITE kalau kita salah berpendapat kan nantinya kita bakal
kena juga jadi makanya kita harus berhati-hati. Jadi paling Ibu ngebahas kasus yang viral di
media sosial itu ketika sedang bersama teman dan suami jadi kayak diskusi mengenai kasus
yang viral di media sosial aja sih.
6. Menurut Anda apakah ketika kita mengalami sebuah masalah itu harus di
unggah ke media sosial dan viralkan?
Jawab: Selama itu bisa ditangani dengan kekeluargaan atau dengan jalan yang formal dan
baik menurut Ibu nggak usah diunggah ke media sosial kan semuanya juga bisa diselesaikan
dengan cara yang baik-baik tapi kalau memang ada ketidakadilan silakan saja diunggah ke
media sosial untuk memperjuangkan keadilan tersebut.
7. Menurut Anda apakah seseorang yang mengunggah kasusnya di media sosial
adalah hal yang tepat untuk dilakukan dalam mendapatkan sebuah keadilan
serta penyelesaian?
Jawab: Kalau menurut Ibu itu adalah hal yang tepat karena kalau kita menyewa pengacara itu
mahal terlebih lagi untuk masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan atau tidak memiliki
uang. Menurut Ibu itu untuk zaman sekarang adalah cara yang instan untuk menegakkan
keadilan.
8. Menurut Anda apa yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah kasus yang
mencapai penyelesaiannya setelah kasus tersebut viral di media sosial?
Jawab: Tingkat keberhasilannya ya apabila yang tertindas itu merasa diperlakukan secara
adil tapi kalau kasusnya viral di berbagai akun media sosial dan akhirnya tidak mendapatkan
keadilan ya percuma karena kan yang dicari itu kan keadilan penyelesaian sebuah kasus.
9. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial apakah dapat menimbulkan opini negatif terhadap
kinerja Aparat Penegak Hukum?
90
Jawab: Sebenarnya itu adalah sebagai cambuk bagi Aparat Penegak Hukum ya, memang
karena kan kita sebagai manusia ini kadang suka lengah sama dunia kalau memang hukum
ingin menegakkan keadilan ya jangan yang salah itu dibela dan yang benar itu malah
dijebloskan seharusnya ditegakkan sesuai dengan prosedur yang berlaku kalau seperti itu sih
akan menimbulkan opini negatif terhadap kinerja Aparat Penegak Hukum.
10. Menurut Anda bagaimana cara yang tepat dalam menangani sebuah kasus
bagi seseorang yang memiliki masalah hukum?
Jawab: Cara yang tepat untuk menangani sebuah kasus ya sesuai dengan prosedur yang ada,
jalani sesuai prosedur yang ada dan bagi penegak hukum juga jangan dipersulit kalau
memang itu bisa dipermudah kenapa harus dipersulit apalagi untuk rakyat kecil yang
membutuhkan keadilan karena tugas penegak hukum sudah seharusnya melayani masyarakat
sesuai prosedur yang berlaku.
11. Dari banyaknya kasus yang tidak tertangani oleh Aparat Penegak Hukum dan
diunggah ke media sosial, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan
Anda terhadap Aparat Penegak Hukum?
Jawab: Idealnya memang penyelesaian sebuah kasus itu harus yang lurus, sesuai tugas dan
kewajibannya kadang mereka itu kan memang tergoda dengan hal-hal yang duniawi
sehingga yang jadi salah jadi benar dan yang benar jadi salah tetapi tidak semua Aparat
Penegak Hukum seperti itu pasti ada juga Aparat Penegak Hukum yang menangani sebuah
laporan sesuai dengan prosedur yang berlaku jadi hal tersebut tidak mempengaruhi tingkat
kepercayaan Ibu terhadap Aparat Penegak Hukum.
91
LAMPIRAN TRANSKRIP WAWANCARA APARAT PENEGAK
HUKUM (PENGACARA)
1. Pernahkan Anda memiliki klien di mana kasus yang dialaminya itu viral di
media sosial?
Jawab: Beberapa tahun yang lalu saya pernah menangani suatu kasus, tepatnya di daerah
Lampung ya memang kasus ini tidak terlalu viral di nasional tapi lumayan viral di daerah
Lampung pada saat itu.
Jawab: Beberapa tahun yang lalu saya pernah menangani suatu kasus, tepatnya di daerah
Lampung. Itu sempat viral ya, ada seorang nenek yang posisinya sedang kelaparan yang
dimana sebenarnya dalam ketentuan Undang-undang Dasar 1945 itu segala hak warga negara
itu ditanggung oleh negara. Namun, faktanya tidak demikian yang terjadi pada saat itu si
nenek ini sangatlah kelaparan kemudian melihat ada ubi jalar yang diduga olehnya adalah ubi
jalar liar. Ternyata pohon ubi jalar tersebut milik seorang tetangganya ya kita anggaplah
beliau itu sudah berkecukupan pada saat itu karena dia juga memiliki usaha yang maju di
daerah. Nah, pada saat dilihat itu alih-alih orang ini memberikan belas kasih kepada
tetangganya yang janda dan sudah berusia rentan tetapi yang terjadi adalah si pemilik pohon
singkong tersebut malah melaporkan nenek ini ke pihak kepolisian waktu itu. Nah, pada saat
nenek itu dilaporkan mirisnya adalah tidak ada upaya untuk dilakukan restorative justice
system atau orang bilang sekarang ini musyawarah mufakat dalam bahasa hukum kita
mengenal restorative justice system. Tidak terjadi restorative justice system itu, yang
terjadi adalah nenek itu dipidanakan. Ketika tahap tersebut sudah berjalan Alhamdulillah nya
ada beberapa tokoh masyarakat atau tokoh agama yang meminta bantuan saya untuk dapat
membantu menyelesaikan kasus tersebut karena
92
dinilai tidak berdasarkan keadilan dan lain lain. Waktu itu sedang musim Facebook tahun
2011 kebawah dan lain lain. Kita membuat suatu petisi yang dimana petisi tersebut banyak
menyerap perhatian orang lain, akhirnya di kantor polisi tersebut dilakukan aksi unjuk rasa
oleh warga setempat. Dengan pertimbangan-pertimbangan segala macam nya karena sudah
setiap hari diduduki oleh massa pada saat itu, aksi unjuk rasa ini dilakukan dengan estimasi
waktu 30 hari dan mereka juga melakukan dengan bebas serta aksi-aksi teatrikal serta
menginap di depan kantor polisi tersebut untuk mendapatkan keadilan restorative justice
system ataupun perdamaian.
3. Apa ada kesulitan yang Anda alami ketika klien Anda tidak terbukti bersalah
terhadap kasus viral tersebut?
Jawab: Sangat ya, sangat sekali. Kita memang sekarang harus akui bahwa kepastian hukum
itu agak sulit kita perjuangkan pada saat bicaranya adalah tidak memiliki kepentingan-
kepentingan. Kita ketahui senior saya mungkin ada pengacara- pengacara yang jauh
berpengalaman, banyak sekali menangani-menangani kasus yang tadinya dikesampingkan
atau tidak dianggap kemudian pada saat beliau turun tangan, kasus tersebut dianggap selesai
ataupun ada perdamaian. Jadi memang saya harus akui bahwasanya konteks hukum di
Indonesia ini memang betul-betul harus diperjuangkan mati-matian atau memang dengan
cara yang paling mudah adalah harus viral saat ini karena pada saat menyedot perhatian
masyarakat ada di beberapa Undang-undang termasuk juga Undang-undang Ketenagakerjaan
atau keturunan dari Undang-undang Ketenagakerjaan itu, yang dimana penegakan hukumnya
kita ketahui ada Permenaker 33 nanti boleh dicari Permenaker No.33 Tahun 2016 dan
Permenaker No.01 Tahun 2020, disitu ada beberapa pasal yang mencantumkan bahwasanya
kasus bisa diselesaikan salah satunya adalah apabila diketahui oleh masyarakat luas. Nah, itu
saja sudah mencerminkan bahwasanya hukum ini memang tidak selalu menggunakan kaidah-
kaidah hukum yang sesungguhnya, bisa juga melalui cara lain.
4. Bagaimana upaya Anda dalam membantu sebuah kasus yang viral di media
sosial?
Jawab: Kita melihat begini, ada contoh kasus kawan-kawan saya yang saat ini sedang
memperjuangkan haknya, memperjuangkan nasibnya karena ada unsur- unsur laporan dari
beberapa pihak. Walaupun sudah ada upaya permohonan maaf,
93
memang sepertinya upaya-upaya kita adalah memang meminta perhatian masyarakat dalam
hal ini, teman-teman mahasiswa juga kadang-kadang kita libatkan. Seperti halnya pada saat
ini terjadi, yaitu Omnibus Law. Omnibus Law inikan dia itu cacat formil karena masuk ke
dalam segala aspek yang merugikan masyarakat luas dalam artian seperti itu, baik dari rakyat
pekerja, petani, nelayan dan lain-lain. Saat ini dokter juga sedang memperjuangkan hak
tersebut. Kita harus ketahui bahwasanya banyak sekali media-media pada saat ini atau
stasiun TV terkadang terkesan setting by desain yang dimana mereka kadang-kadang tidak
menyiarkan segala sesuatu dengan kenyataan yang sesungguhnya. Banyak sekali hal tersebut
terjadi pada saat ini, akhirnya masyarakat Indonesia harus membuat pembanding.
Masyarakat Indonesia dalam menghadapi kasus hukum juga harus memiliki pembanding
yaitu terobosan dengan cara memviralkan kasus-kasus yang dianggap tidak berpihak pada
masyarakat umumnya. Kita harus pahamlah, sekarang kekuatan uang yang orang- orang
sudah ketahui bersama dan kekuatan kekuasaan juga itu berpengaruh, sehingga untuk
melawan sistem kapitalisme itu ya kita harus imbangi dengan cara memviralkan kasus-kasus
yang terjadi apabila memang kita harus berhadapan dengan mereka.
Jawab: Saat ini kan kepolisian dibawah pimpinan Kapolri, saat ini juga mengedepankan
upaya restorative justice. Nah, untuk upaya restorative justice atau perdamaian tersebut
penting pada saat kita memiliki pegangan yang kuat, yang pertama adalah alat bukti, yang
kedua banyaknya bukti-bukti pendukung dan yang ketiga adalah adanya dorongan dari media
sosial bisa jadi viral banyak menyedot perhatian masyarakat itu juga penting.
Jawab: Pada saat dulu yang di Lampung tahun 2010 itu, saat kami viralkan, kami lakukan
aksi unjuk rasa dan lain-lainnya alhamdulillah terjadi restorative justice ataupun
perdamaian. Jadi ya tidak ditindaklanjuti ke pengadilan karena memang ada beberapa kasus-
kasus yang viral pada saat di pengadilan pun menjadi pertimbangan hakim ataupun
pandangan baru pada hakim yang di mana akhirnya dapat berpengaruh pada putusan. Hal
tersebut yang sedang adik-adik kaji ini memang salah
94
satu terobosan baru yang efektif yang harus kita akui bahwasanya ini efektif dan memang
salah satu strategi yang akan kami lakukan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat
Indonesia.
Jawab: Sangat, jadi ada beberapa kasus yang memang saya pernah alami dulu kejadian tahun
2017-2018 yang fenomenal di pelabuhan. Saat itu memang ada upaya pembungkaman dari
oknum-oknum tertentu pada saat memperjuangkan hak-haknya mereka. Pada saat itu beliau
sedang memperjuangkan haknya, ketika beliau sedang memperjuangkan haknya itu di saat
beliau sedang dinas kemudian kapalnya itu yang di mana beliau sebagai nahkodanya ingin
ditabrakkan oleh kapal yang jauh lebih besar. Pada saat beliau sudah menghindar dari
kecelakaan tersebut kemudian kapal yang ingin menabraknya mengejar sehingga pada saat
kapal bersandar, beliau dipukul yang menyebabkan beberapa giginya rontok. Nah, laporan
tersebut itu terkesan tidak ditanggapi secara serius dan akhirnya dengan kami melakukan aksi
unjuk rasa dan juga kami melakukan laporan beberapa hal, akhirnya setelah hampir satu
tahun orang tersebut baru ditangkap.
Jawab: Sebenarnya tidak ya, karena semestinya kita tidak perlu melakukan hal seperti itu.
Hukum Indonesia sudah menyatakan bahwasanya hukum itu wajib ditegakkan dan memang
harus mestinya. Namun, begitu faktanya yang harus kita akui ada sedikit perbedaan disini
terkadang perjuangannya harus benar-benar maksimal dengan beberapa upaya. Hal ini
akhirnya menjadi parameter kita para penegak hukum untuk melakukan formula-formula
baru ataupun harus mengambil kesimpulan-kesimpulan yang baru demi tercapainya
kepastian hukum di negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Setelah Anda menangani klien yang memiliki kasus viral dengan berbagai
macam proses, apa hal tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan Anda
terhadap pihak kepolisian?
95
Jawab: Pastinya ya kalau kepercayaan mungkin tidak berpengaruh, tapi kekecewaan ya pasti
ada kalau tingkat kekecewaan ya kita yakin dan percaya bahwa banyak kawan-kawan dari
Pihak Kepolisian yang masih memiliki karakter yang baik dan benar-benar bertugas dengan
baik. Namun, begitu ya ini menjadi satu terobosan baru yang dimana memang hal-hal ini
untuk seluruh penegak hukum termasuk advokat harus bisa mengerti formula-formula dan
menjadi alternatif yang harus dilakukan oleh beberapa advokat untuk melakukan pembelaan
terhadap orang-orang yang benar- benar membutuhkan kepastian hukum.
96
LAMPIRAN III PANDUAN WAWANCARA APARAT PENEGAK
HUKUM (POLISI)
Jawab: Karena memang itu tugas saya untuk menerima pengajuan, jadi jawabannya pernah.
Jawab: Pada umumnya memang tugas kami sebagai kepolisian untuk melayani masyarakat
terkait kriminalitas dan permasalahan-permasalahan di masyarakat. Apapun
permasalahannya mau viral ataupun gak viral kami sebagai Aparat Penegak Hukum pasti
menindak lanjuti gangguan di masyarakat ataupun yang diadukan oleh masyarakat.
Jawab: Kalau misalnya ada permasalahan di media sosial yang viral pasti langkah awal yang
kita lakukan adalah mengecek kebenarannya karena memang kan akun di media sosial bisa
digunakkan oleh siapa saja. Jadi langkah-langkah kita itu dicari dulu kebenarannya dengan
cara mendatangi orang yang punya akun sosial media tersebut atau tempat terjadinya
kejadian viral tersebut. Kita menanyakan disitu apakah ada korban jiwa, ada luka-luka atau
ada kerugian yang dialami oleh masyarakat. Setelah itu kalau misalnya belum ada laporan ke
kepolisian dan baru diviralkan di sosmed, masyarakat tersebut yang memviralkan akan kita
arahkan ke kantor polisi terdekat untuk membuat laporan jika ada kerugian yang dialami
oleh yang memposting permasalahan tersebut. Ada beberapa tindak pidana yang tidak
97
bisa diproses apabila masyarakat tersebut tidak membuat laporan. Contohnya pencurian,
karena pencurian itu deliknya delik aduan bukan delik murni yang bisa kita proses tanpa
adanya pelaporan.
Jika kasusnya seperti catcalling jelas akan kami tangani karena kalau sampai si korban ini
speak up ke kepolisian berartikan ada hal meresahkan yang terjadi disitu, pasti kami
datangi dulu orangnya dan bertanya kenapa gak ke kantor polisi baru kami cari tahu
kebenaran dari apa yang dialami oleh dia dan dicari klarifikasi perkaranya kenapa alasan
dilakukan oleh orang-orang tersebut yang telah melakukan tindakan catcalling ini dan baru
kita arahkan kepolisian serta langsung diproses.
Jawab: Sebenarnya permasalahan yang ada di masyarakat maupun yang diberitain dan gak
diberitain tetap kita tangani karenakan tugas pokok kita di kepolisian itu melindungi,
mengayomi dan melayani masyarakat. Jadi apabila ada aduan di masyarakat pasti kita
tindaklanjuti dan dilihat spesifikasinya apa baru langsung ditindak lanjuti bagaimana
menanggapi masalah tersebut, memprosesnya seperti apa karenakan tindak kriminal itu kan
beda-beda ada yang pencurian, penganiayaan, penipuan, penggelapan jadi kita lihat
kasusnya baru penanganannya beda-beda seperti itu.
5. Apabila ada kasus yang tidak trending topik atau viral apakah akan ditangani
oleh Aparat Kepolisian dan bagaimana prosesnya?
Jawab: Pasti, pasti kita tindaklanjuti karena yang tadi saya bilang sebelumnya. Maupun itu
viral, mau gak diberitakan, atau tetangga dan masyarakat gak tau tapi tetap kalau ada aduan
dari masyarakat pasti kita tindaklanjuti.
Jawab: Kalau dia anggota kami di kepolisian ada Provos atau Paminal (pengawas internal)
untuk proses sebenarnya kedepannya sama aja, cuma untuk ke institusinya itu apakah
anggota ini mendapat tindakan dari pihak kepolisian, apakah dipecat, ditunda pangkat, atau
kah didisersi. Nah nanti untuk kedepannya seperti biasa akan diproses seperti masyarakat
pada umumnya ke kejaksaan ataupun pengadilan.
7. Apa ada kesulitan dari proses penanganan kasus yang ada di media sosial?
98
Jawab: Kalau kesulitan sebenernya nggak, cuma media sosialkan bisa dipakai siapa saja jadi
dengan dia memviralkan di media sosial orang-orang akan melihat ada masyarakat yang
kurang pandai menanggapinya nanti malah jadi isu-isu baru.
Jawab: Kalau berita bohong atau hoax itu yang pasti kita akan memastikan kepada
korbannya. Pasti kalau berita bohong ada korbannya, misalnya siapa yang melakukan
pencemaran nama baik nanti akan kita datangkan korbannya apa benar nama baik kamu
dicemarkan seperti ini dan akan kita tanyakan lagi ke pihak yang jadi korban tersebut apakah
mau diproses atau mau ditemukan oleh yang memberitakan ini untuk diselesaikan,
keputusannya tetap ada dikorban tersebut. Kalau penganiayaan atau kekerasan itu jelas
bukan delik aduan, itu delik murni. Kalau delik murni itu walaupun masyarakatnya tersebut
tidak membuat laporan kita masih bisa proses karena itu kan menyangkut keselamatan jiwa
seseorang kan ya sedangkan delik aduan seperti kasus berita bohong ataupun pencemaran
nama baik baru diserahkan kepada si korban itu.
9. Pernahkan Anda menangani sebuah kasus yang sampai saat ini belum
terpecahkan dan apa kendalanya?
Jawab: Ya tentu ada kasus-kasus yang belum saya pecahkan, kalau hanya viral ini kan bisa
langsung di reserse oleh cyber karena cyber itu reserse juga dengan nama cyber crime
(polisi kejahatan siber). Kalau misalnya cuma viral saja kami bisa kontak langsung pemilik
media sosialnya dan kita minta bantuan polisi cyber untuk dicari ini akun media sosial siapa
dan tempat tinggalnya dimana, baru kita datangi dan konfirmasi.
10. Biasanya kasus-kasus yang Anda tangani di media sosial itu seperti apa?
Jawab: Mungkin seperti pencurian motor (curanmor) tadi, karena sekarang banyak penipuan
motor yang modusnya sama yaitu pertama mengaku-ngaku dari leasing dia bilang ini motor
masih menunggak padahal motornya sudah lunas. Biasanya korban yang dicari pelaku ini
anak-anak SMA yang masih labil dan takut, dibilang motornya
99
diambil dan dikasih surat padahal suratnya itu bukan surat leasing juga itu surat bohong dan
dibawa sama dia disuruh ambil leasing. Besok harinya ketika pergi ke leasing, leasing
tidak membenarkan akan hal tersebut sehingga tidak melakukan penarikan karena memang
kan di negara ini sekarang leasing tidak digunakan untuk menarik motor lagi kalau dulu kan
masih bisa tunggak bayar dan ditarik oleh leasing secara paksa, nah sekarang sudah gak ada
yang berhak memberhentikan laju suatu kendaraan kecuali kepolisian karena kami
dilindungi oleh diskresi kepolisian. Pada hal ini terjadi pemalsuan plat jadi untuk tidak
dibaca oleh korban platnya diganti oleh dia dan body-body motornya dicat ulang sama dia
jadi gak ketahuan, nah kita bisa mendeteksinya dari nomor angka dan nomor mesin karena
nomor angka dan nomor mesin berbeda dan itu terdapat di kerangka motor dan mesin motor.
11. Pernahkan ada sebuah kasus yang dilaporkan di media sosial terkait kasus
yang sama?
Jawab: Sebagai upaya kami dalam meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada kepolisian
yaitu seperti tindakan yang saya lakukan di konferensi pers, yang namanya konferensi pers
jadi kita mengumumkan kepada masyarakat bahwa ini loh hasil kerja kami dan kami
berhasil mengungkap pencurian motor (curanmor). Tingkat kepercayaan masyarakat kepada
kepolisian itu setiap minggu dan setiap bulan selalu diingatkan oleh Bapak Kapolri terkait
tingkat kepercayaan kepolisian berapa persen dan kami selalu monitor itu sih.
12. Setelah kasus yang Anda tangani di media sosial terselesaikan apakah
kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum sudah mulai
meningkat?
Jawab: Kalau saya menanggapinya sebagai Aparat Kepolisian ya juga merasa seakan-akan
kita tidak ada kerjanya, ya seperti yang saya bilang tadi sosial media itu kan bisa dicapai
oleh siapa saja. Mungkin ada orang-orang yang tidak suka kinerja kepolisian atau dibilang
kasusnya lama untuk ditangani karena memang kita harus cari tahu kebenarannya dulu dan
perkaranya ini seperti apa, apakah barang bukti dan sebagainya itu sudah lengkap atau
lainnya. Kalau kita menanggapi sesuatu permasalahan itu ujung-ujungnya kalau ada tindak
pidananya itu ya pasti tindakan kita penahanan terhadap seseorang. Penahanan itu kita tidak
sembarangan dan yang namanya penahanan berarti kita merampas kemerdekaan seseorang
jadi kalau
100
misalnya kita gak cukup barang bukti dan keterangan saksi-saksi malah akan jadi
boomerang untuk kita juga. Makanya kalau dibilang penanganannya lama itu karena proses
pengerjaan yang cukup memakan waktu tetapi pada intinya semua aduan yang dilaporkan
akan tetap kami tangani.
101
CODING HASIL WAWANCARA
Seberapa sering Anda Informan 1: Sebenarnya media sosial itu hal Penggunaan media
membuka media sosial yang paling sering aku buka ya. Mungkin 24 jam sosial
dalam sehari? dalam sehari bisa 1/4nya aku buka media sosial,
standarnya pas aku di sekolah bisa 5 jam tapi
kalau lagi di rumah bisa 7-8 jam.
102
Informan 6: Dalam sehari itu bisa sampai 5 jam Penggunaan media
an lah, Biasanya saya menggunakan media sosial
sosial ketika sedang breaktime gitu.
103
sosial dalam sehari untuk YouTube dan
WhatsApp sekitar satu setengah jam.
Informan 12: Sering dan bisa lebih dari lima Penggunaan media
kali buka media sosial, biasanya 2-3 jam dalam sosial
sehari tergantung waktunya aja.
104
apa ya kalau tentang pengajian ya isi
berandanya nanti kebanyakan pengajian.
Pernah waktu itu lewat tentang kasusnya
Mario jadi beranda TikTok Ibu video-video
berita tentang Mario semua, terus yang kasus
yang depan rumah orang di tembok yang
sampai akhirnya ada petugas yang terkait
turun tangan untuk menangani masalah
tersebut.
Apakah Anda mengikuti Informan 1: Aku tipe orang yang gak ngikutin Mengamati berita
berita-berita yang up to tapi kalau misalnya ada temen yang ngomongin terkini di media
date di media sosial? tentang hal-hal yang viral atau lagi trending itu sosial
baru aku cari. Biasanya berita yang aku cari itu
tentang bola, games dan lainnya aja.
105
gitu terus thread orang gitu di Twitter.
Informan 6: Kalau saya rasa sih saya cukup yah, Mengamati berita
saya cukup mengikuti berita-berita yang ada di terkini di media
media sosial, karena itu menjadi bahan sosial
pembelajaran saya terlebih lagi saya kan guru
sosiologi jadi harus mengedepankan gejala-gejala
sosial yang terjadi di masyarakat. Saya harus
memberi tahu tentang gejala-gejala sosial di
masyarakat, maka menurut Saya untuk
mengetahui fenomena-fenomena yang viral itu
cukup penting, jadi Saya mengetahui beberapa
berita-berita yang viral di media sosial.
106
maupun skala besar. Contohnya saya mengikuti
perkembangan kasusnya Ferdi Sambo dan juga
kasus yang memiliki skala kecil di daerah-
daerah saya juga ngikutin.
Informan 11: Iya Ibu mengikuti, jadi kan Ibu Mengamati berita
mengikuti beberapa forum di WhatsApp, terkini di media
biasanya Ibu mengikuti berita-berita yang sosial
dishare di forum tersebut. Namun, yang Ibu
baca dan Ibu ikuti itu paling yang memang
sekiranya anggota-anggotanya memiliki tingkat
intelektualitas yang tinggi jadi dan sumber
beritanya yang benar-benar bisa dipertanggung
jawabkan dan masuk akal juga.
Informan 12: Iya ikutin, ada dari Tiktok dan Mengamati berita
Twitter. terkini di media
sosial
107
David Ozora.
108
justice Informan 2: Mungkin secara istilah saya asing ya Pemahaman no
cuma kalau dari artinya sendiri saya sudah viral no justice
paham, yaitu sebuah kasus yang diunggah ke
media sosial kemudian viral dan baru
ditindaklanjuti oleh Aparat Penegak Hukum
karena sudah menyebar ke masyarakat melalui
media sosial.
109
dengan baik.
110
itu yang berdampak pasif terhadap
penyebarluasan isu atau konflik setelah kita
baca di media sosial saat ini.
111
penanganannya. Sering saya melihat kasus yang
paling banyak itu tentang penegak hukum dan
yang lagi trend akhir-akhir ini tuh terkait dengan
Gubernur Lampung tentang jalanan yang rusak
dan munculnya fakta mengenai barang-barang
dan perilaku glamour dari pejabat-pejabat.
Bagaimana tanggapan Informan 1: Sebenernya ada hal positifnya ya, Persepsi no viral no
Anda mengenai karena dengan sebuah kasus yang justice
112
maraknya kasus viral diupload ke media sosial jadi ada pengguna
di media sosial yang yang membantu kasus tersebut agar makin viral
mendapat perhatian dan akhirnya di justice sama pihak berwajib.
sehingga kasus tersebut Jadi hal itu ada positifnya kadang juga ada
cepat terselesaikan? negatifnya karena orang-orang yang gak ngerti
ngeupload ke media sosial bakal susah dalam
nanganin kasusnya karena gak bisa terbantu
sama pengguna media sosial.
113
mereka memutuskan untuk nge viralin kasus
mereka. Berarti memang tanggapan dari
kepolisian Indonesia tuh ternyata masih kurang.
Informan 7: Yang pertama sih kita harus hati- hati Persepsi no viral no
ya kalau memposting sesuatu yang kedua kalau justice
itu bisa jadi dampak yang positif ya nggak
masalah. Kalau menurut Ibu itu solutif ya karena
zaman sekarang pakai apa sih kita, senjata kita
sebagai orang yang dianggap lemah nggak punya
apa-apa apalagi kalau caranya itu benar dalam
artian kalau dia berniat untuk supaya menjadi
114
solusi atas kasus yang dialaminya.
Informan 10: Jadi begini ya, yang Bapak lihat Persepsi no viral no
sebetulnya adalah bagaimana masyarakat justice
memiliki tingkat kepercayaan kepada Aparat
Penegak Hukum, Aparat Penegak Hukum
sebenarnya banyak ya. Nah, yang Bapak lihat
sebenarnya ketika masyarakat memviralkan
sesuatu itu biasanya yang Bapak rasa adalah
banyak kasus-kasus yang tidak ditindaklanjuti
oleh Aparat Penegak Hukum karena beberapa
hal. Nah, dengan cara memviralkan suatu
masalah atau fenomena sosial sepertinya
masyarakat
115
seolah-olah ingin meng-up suatu konflik yang
pada akhirnya itu meminta tuntutan Aparat
Penegak Hukum untuk segera memproses
masalah tersebut. Jadi karena minimnya masalah
yang tertangani atau kurangnya atensi dari Aparat
Penegak Hukum terhadap masalah-masalah kecil
sehingga masyarakat kemudian terpancing untuk
meng-up dan mendorong masalah tersebut untuk
bisa ditangani oleh Aparat Penegak Hukum.
116
masyarakat yang yang cukup kuat untuk
mendesak kebijakan negara dan pemerintahan. Itu
adalah hal yang bagus dari sisi people
powernya cuma kalau dari sisi penegak hukum
berarti mereka masih lemah dan kurang karena
kalau tidak ada desakan dari masyarakat pastinya
tidak akan diproses.
117
dan mengambil mentah-mentah dari beredarnya
kasus itu. Kalau ada kasus yang sangat
membutuhkan bantuan di media sosial pastinya
saya akan ikut menanggapi dan sedikit
membantu mereka dalam mencari keadilannya.
118
Bagaimana tindakan Informan 1: Aku suka menshare ke temen- Tindakan pengguna
Anda ketika melihat temen buat jadi bahan informasi dan kadang suka media sosial
sebuah kasus yang viral diskusi bareng sama temen-temen karena mereka
di media sosial? kalau lagi bahas hal-hal yang lagi trending tuh
bener-bener serius dan aku tipe yang jarang
komentar di media sosial sih.
119
Informan 6: Saya sebagai pengguna media sosial Tindakan pengguna
biasanya memberikan komentar, kalau saya media sosial
tertarik saya berkomentar tetapi kalau tidak
tertarik saya tidak ikut berkomentar.
Biasanya untuk fenomena-fenomena
pembullyan, nah itu saya berkomentar tetapi
kalau fenomena-fenomena yang mungkin
menurut saya tidak pantas untuk diviralkan ya
saya gak ikut-ikutan nge viralin.
120
hal yang sedang viral di berbagai macam
platform media sosial.
121
apa apa sesuai kapasitas kita saja kalau memang
kapasitas kita sesuai untuk tegakkan kebenaran
ya sebarkan itu selagi itu tidak membahayakan
diri sendiri, gak mungkin kan Ibu menyebarkan
ke orang yang tidak paham atau orang yang
berbeda pendapat dengan kita. Setidaknya
orang- orang yang kita sayangi itu wajib tahu
mengenai hal tersebut. Alhamdulilah kalau
untuk teman diskusi ada sih, beberapa yang
sebaya dengan Ibu juga ada.
122
kasusnya tapi saya akan menyelidiki tentang media sosial
kebenarannya seperti apa kadang saya browsing
dari berbagai media sosial. Saya jarang
berkomentar tetapi saya sering berbicara dan
menshare kepada teman- teman saya terkait
hal-hal tersebut.
Menurut Anda apakah Informan 1: Bisa jadi tepat dan sebaliknya ya Pengunggahan
ketika kita mengalami karena media sosial kan gak hanya tempat buat kasus
sebuah masalah itu mengupload atau memviralkan kasus. Mungkin
harus di unggah ke ada hal positifnya buat membantu kasus dia atau
media sosial dan dengan cara dia trending kan bisa dibantu dan
viralkan? mungkin minusnya ya karena dia upload bisa
menyebabkan banyak orang yang tau dan opini
negatif karena netizen Indonesia kebanyakan
suka berkomentar negatif dan gak selalu positif.
123
Hukum dan ketika kita menshare kasus yang
sedang kita alami seharusnya sudah
ditindaklanjuti oleh polisi tapi diabaikan ya butuh
untuk kita mencari solusi lain dengan cara
upload di media sosial dengan memberitakan
atau menceritakan dengan sejujur-jujurnya
tinggal kita menunggu respon dari pengguna
media sosial bagaimana dukungan mereka dan
mungkin dari orang-orang yang membaca itu
mereka memiliki relasi atau empati untuk
membantu. Dengan banyaknya massa yang
mendukung kita mau gak mau polisi mengatasi
kasus tersebut karena berkaitan dengan citra baik
mereka.
124
privasi data pribadi saya. Selama saya bisa kasus
menanganinya sendiri maka saya akan
menangani kasus yang terjadi sendiri.
125
tidak memiliki relasi ke Aparat Penegak Hukum
dan ketika kita menshare kasus yang sedang
kita alami seharusnya sudah ditindaklanjuti oleh
polisi tapi diabaikan ya butuh untuk kita mencari
solusi lain dengan cara upload di media sosial
dengan memberitakan atau menceritakan dengan
sejujur-jujurnya tinggal kita menunggu respon
dari pengguna media sosial bagaimana dukungan
mereka dan mungkin dari orang-orang yang
membaca itu mereka memiliki relasi atau empati
untuk membantu. Dengan banyaknya massa yang
mendukung kita mau gak mau polisi mengatasi
kasus tersebut karena berkaitan dengan citra baik
mereka.
126
tanggapan kok begini-begini aja. Jadi setelah
mencapai puncak geregetannya ya sudah mereka
mengunggah suatu kasus ke media sosial.
127
masalah yang dialami kepada pihak yang terkait, kasus
jangan langsung mengunggahnya ke media
sosial. Jika tidak mendapat respon dalam jangka
waktu lama dari pihak yang bersangkutan maka
cara lain untuk menyelesaikan masalah dan
mendapat keadilan ya dengan cara mengunggah
masalah tersebut ke media sosial tetapi dengan
baik dan bijak.
Menurut Anda apakah Informan 1: Iya, karena bisa jadi bahan Sarana mengunggah
seseorang yang informasi ya. Jadi kayak misalnya ada suatu kasus
mengunggah kasusnya kasus yang bisa bikin seseorang merasa
di media sosial adalah kasusnya bukan hal kecil dan bahkan bukan
hal yang tepat untuk hanya terjadi di diri sendiri aja tapi bisa terjadi
dilakukan dalam sama orang lain dan dengan cara mengupload
mendapatkan sebuah di media sosial ini bisa bikin seseorang yang
keadilan serta ngeliat jadi lebih aware gitu dengan kasus-kasus
penyelesaian seperti itu. Ini merupakan hal yang baik juga
buat orang lain.
128
Informan 2: Menurut saya, kondisional ya karena Sarana mengunggah
sebuah kasus yang seharusnya ditindaklanjuti kasus
oleh pihak berwenang terkait ketika mereka
melaksanakan tugasnya dengan baik, sigap dan
lain sebagainya seharusnya berita-berita kasus
untuk skala kecil dan besar mungkin ya gak harus
dikonsumsi publik. Saya rasa perlu seseorang
untuk mengunggah sebuah kasus ke media sosial
tetapi dengan catatan sudah dilaporkan tapi tidak
ada ketegasan, tidak ada tindak lanjut dari Aparat
Penegak Hukum atau bahkan karena seseorang
yang mengalami sebuah kasus tidak memiliki
pengaruh yang besar dan tidak memiliki jabatan,
sebagai korban dia diabaikan maka perlu adanya
orang-orang yang berani untuk speak up karena
jujur secara pribadi kondisi hukum di Indonesia
sekarang sedikit absurd ya menurut saya jadi
terkesan membeda- bedakan sebuah kasus dan
Aparat Penegak Hukum itu lebih cepat mengatasi
kasus yang viral di media sosial.
129
menurut aku sih sama intinya mereka ingin
dibantu oleh keviralan itu.
130
ditindaklanjuti oleh pihak berwenang terkait
ketika mereka melaksanakan tugasnya dengan
baik, sigap dan lain sebagainya seharusnya berita-
berita kasus untuk skala kecil dan besar mungkin
ya gak harus dikonsumsi publik. Saya rasa perlu
seseorang untuk mengunggah sebuah kasus ke
media sosial tetapi dengan catatan sudah
dilaporkan tapi tidak ada ketegasan, tidak ada
tindak lanjut dari Aparat Penegak Hukum atau
bahkan karena seseorang yang mengalami sebuah
kasus tidak memiliki pengaruh yang besar dan
tidak memiliki jabatan, sebagai korban dia
diabaikan maka perlu adanya orang-orang yang
berani untuk speak up karena jujur secara
pribadi kondisi hukum di Indonesia sekarang
sedikit absurd ya menurut saya jadi terkesan
membeda- bedakan sebuah kasus dan Aparat
Penegak Hukum itu lebih cepat mengatasi kasus
yang viral di media sosial.
131
melaporkan tapi tidak mendapatkan penanganan
buat Bapak itu sesuatu yang wajar dilakukan oleh
masyarakat dan bapak relatif mengatakan setuju
agar masalah yang mereka hadapi atau laporan
yang mereka laporkan kepada Aparat Penegak
Hukum itu bisa dilakukan tindak lanjut berupa
apapun itu sesuai dengan SOP dari Aparat
Penegak Hukum, tetapi kalau konteksnya
masalah tersebut sudah ditindaklanjuti oleh
Aparat Penegak Hukum buat bapak rasanya tidak
perlu tergesa-gesa untuk bisa menyebarluaskan
masalah. Sebenarnya Aparat Penegak Hukum
pun mereka menghadapi masalah, bahwa pelapor
itu tidak hanya satu atau dua saja tetapi setiap
hari mereka mendapatkan banyak laporan yang
barangkali secara antrean itu belum sampai jadi
mungkin mereka membutuhkan spare waktu
untuk menangani laporan yang baru masuk.
132
diviralkan ya sudah kita melalui jalur yang
baik-baik saja tanpa perlu mengunggah
sebuah kasus ke media sosial. Eh bentar
133
juga kadang juga tujuannya baik tetapi jadi
apes juga, tetapi ada beberapa yang akhirnya
diselesaikan juga walaupun harus viral terlebih
dahulu.
Informan 16: Kalau menurut Ibu itu adalah hal Sarana mengunggah
yang tepat karena kalau kita menyewa kasus
pengacara itu mahal terlebih lagi untuk
masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan
atau tidak memiliki uang. Menurut Ibu itu
untuk zaman sekarang adalah cara yang instan
untuk menegakkan keadilan.
Menurut Anda apa yang Informan 1: Yang bikin selesai ya karena dia Keberhasilan
menjadi tolak ukur bisa trending, mungkin kalau dia gak trending penyelesaian kasus
keberhasilan sebuah dan segala macam gak bakal ada orang yang viral
kasus yang mencapai membantu dengan komentar baik ataupun
penyelesaiannya setelah membantu kasusnya biar selesai. Media sosial
kasus tersebut viral di juga sangat luas kan jadi penyebaran kasus-kasus
media sosial? dari media sosial itu bisa mempercepat
penyelesaian kasusnya juga. Mungkin itu cara
dia biar kasusnya viral dengan banyaknya orang
yang tau dan ngebantu, jadi tolak ukur
134
penyelesaiannya bisa dilihat dari situ.
135
yang cepat karena kasusnya viral. Posisi kita penyelesaian kasus
sebagai masyarakat pastinya mau kasus yang viral
diajukan cepat terselesaikan dan ada
penanganannya, nah dari situ bisa dilihat titik
keberhasilannya. Selebihnya biasanya kita kurang
tau nih kelanjutannya bagaimana, contohnya
kasus pembuangan sampah yang sembarangan
kemudian diviralin dan beberapa lama
ditindaklanjuti kan sama dinas. Kita kan hanya
melihat "Oh sudah dibersihkan nih" semenjak
kasusnya viral dan selebihnya kebijakan-
kebijakan yang harus dilakukan adalah urusan
mereka.
Paling tidak dengan gebrakan pertama
mereka bisa menangani serta
menindaklanjuti kasus yang ada.
136
Aparat Penegak Hukum kemudian sudah
dilakukan penanganan sesuai prosedur yang
berlaku bahkan sudah dilakukan sampai tahap
peradilan sehingga menghasilkan putusan yang
inkrah atau kedua belah pihak sudah saling
merasa bahwa masalah tersebut sudah selesai
atau sudah berada pada titik yang sifatnya win-
win bagi kedua pihak yang berkonflik.
137
Instagram bisa diup lagi ke Twitter dan bisa diup viral
lagi ke TikTok sehingga masyarakat bisa
mengikuti kasus tersebut untuk membantu
mendapatkan keadilan. Jadi karena media sosial
luas jadinya kasus- kasus tersebut bisa menyebar
dan memudahkan dalam proses penyelesaiannya
sampai ke persidangan dan mendapatkan
keadilannya.
138
kasus tersebut.
Dari banyaknya kasus Informan 1: Bisa banget, justru itu hal negatif Citra Aparat
yang tidak tertangani yang bakal didapetin sama pihak yang berwajib Penegak Hukum
oleh Aparat Penegak atau pihak yang berhak mengurusi kasus tersebut
Hukum dan diunggah ke kan. Ya pasti banyak masyarakat yang berasumsi
media sosial apakah "kok harus banget nih diupload dulu dan
dapat menimbulkan diviralin dulu baru bisa dibantu, sedangkan tugas
opini negatif terhadap penegak hukum itu kalau kita sudah melapor ya
kinerja Aparat Penegak seharusnya sudah dibantu selesaian. Hal itu bisa
Hukum? membuat pihak berwajib jadi buruk dimata
masyarakat.
139
kalau sebuah kasus tidak ditangani oleh Aparat Penegak Hukum
Penegak Hukum kemudian diunggah ke media
sosial ya sudah secara otomatis sebagai
pengguna media sosial yang mengetahui itu ya
pasti akan menjudge kinerja Aparat Penegak
Hukum terkait penyelesaian sebuah kasus.
140
waktu yang lama tetapi dari kita pasti maunya
cepat terselesaikan jadi mau gak mau kita bakal
memviralkan kasus yang ada. Walaupun
mungkin penegak hukum punya portal-portal
tersendiri terkait caranya dalam menangani
aduan-aduan yang ada. Tidak bisa dipungkiri
juga bahwa ada beberapa Aparat Penegak Hukum
yang menjalankan laporannya dengan serius dan
baik jadi tidak semuanya sama.
Informan 8: Iya itu sangat terlihat lah ya, jadi Citra Aparat
sangat berkurang kepercayaan masyarakat Penegak Hukum
terhadap satu instansi tertentu. Memang mau
bagaimana lagi karena yang viral-viral baru
ditangani.
141
itu kan tumpang tindih ya tugas antara Aparat Penegak Hukum
Penegak Hukum di sini istilahnya polisi dengan
tentara. Polisi tugasnya apa tentara tugasnya apa
makanya kalau mereka tidak menangani sebuah
masalah dengan prosedur yang berlaku ya
otomatis benar- benar akan jatuh marwah polisi
makanya kan kalau misalkan ada sebuah masalah
yang viral di media sosial dan membutuhkan
keadilan itu mereka langsung menangani masalah
tersebut untuk memperbaiki citra polisi.
142
sekarang sudah banyak tanggapan yang beragam Penegak Hukum
dari masyarakat karena munculnya kasus-kasus
yang tidak tertangani sehingga dapat merusak
nama baik Aparat Penegak Hukum tentunya.
143
hukum? dan kayaknya gak cuma harus lapor doang sih.
Kalau kita udah lapor dan ternyata ditangani ya
oke-oke aja sih tapi kalau gak ditangani ya media
sosial lah cara yang perlu dilakukan juga.
144
sendiri sampai tiba-tiba viral itukan dapat
merugikan diri sendiri. Contohnya kayak kasus
Ibu yang selingkuh dengan menantunya sendiri
itukan gak bakal viral kalau itu bisa ditangani
secara kekeluargaan, secara hukum adat, atau
sesama tokoh agama, lagi pula kayaknya kasus
tersebut tidak diadili dan tidak ditindaklanjuti
oleh pihak berwenang.
145
Penegak Hukum. Ada banyak kasus begitu yang
masyarakat kemudian terpancing untuk
melakukan main hakim sendiri, menurut Bapak
itu bukan sesuatu yang dapat menyelesaikan
masalah ya karena negara kita negara hukum dan
sebenarnya pelaporan pada penegak hukum itu
sudah langkah yang paling tepat bagi masyarakat
untuk mencoba menyelesaikan masalah yang
mereka hadapi.
146
konsultasi dulu ke Lembaga Bantuan Hukum
tentang masalah dia dan bagaimana cara
menyelesaikannya, selama dia menjalankan
proses itu dia curhat di media sosial menurut
saya tidak masalah. Karena langkah- langkahnya
bukan ada kasus lalu diviralkan tapi ada kasus
langsung lapor ke Lembaga Bantuan Hukum
sebagai masyarakat yang menaati aturan. Kalau
dia sudah paham, dia bisa langsung ke penegak
hukum jika mengerti hukum-hukum dan kalau
sebaliknya dia bisa pergi ke lembaga bantuan
hukum terlebih dahulu.
147
dihiraukan ya jalan satu-satunya adalah
memviralkannya.
148
Hukum dan diunggah bahwa kita tuh ada permasalahan hukum dan
ke media sosial, apa hal kalau kita gak lapor dulu ke pihak berwajib tapi
tersebut dapat upload ke media sosial berarti itu salah kita juga
mempengaruhi karena gak ngikutin peraturan yang tertulis. Mau
kepercayaan Anda gak mau, percaya gak percaya kita harus tetap
terhadap Aparat laporan dulu ke yang berwajib baru upload dulu
Penegak Hukum? ke media sosial. Buat apa ada penegak hukum
kalau kita yang punya masalah gak langsung
ngelapor ke pihak yang berwajib.
149
tentu saja kepercayaan aku terhadap Aparat
Penegak Hukum jadi berkurang.
150
ya polisi berperan dengan sebaik mungkin
sehingga tidak ada lagi aduan masyarakat
yang menshare mengenai kasus-kasus yang
tidak tertangani.
151
yang positif mengenai kinerja Aparat
Penegak Hukum jarang ada, yang sering
muncul itukan ya yang negatif-negatif terus
sehingga kepercayaan masyarakat juga pasti
turun terhadap instansi kepolisian.
152
Informan 16: Idealnya memang penyelesaian Kepercayaan
sebuah kasus itu harus yang lurus, sesuai masyarakat
tugas dan kewajibannya kadang mereka itu terhadap Aparat
kan memang tergoda dengan hal-hal yang Penegak Hukum
duniawi sehingga yang jadi salah jadi benar
dan yang benar jadi salah tetapi tidak
semua Aparat Penegak Hukum seperti itu
pasti ada juga Aparat Penegak Hukum yang
menangani sebuah laporan sesuai dengan
prosedur yang berlaku jadi hal tersebut tidak
mempengaruhi tingkat kepercayaan Ibu
terhadap Aparat Penegak Hukum.
153
BAGAN HASIL WAWANCARA
154
LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA INFORMAN PENGGUNA MEDIA
SOSIAL (Melalui google meeting)
155
Kode Informan: Informan 4
156
Kode Informan: Informan 10
157
Kode Informan: Informan 14
158
Kode Informan: Informan 16
159
SURAT PERSETUJUAN INFORMAN PENELITIAN
160
161
162
163