TENTANG
2012
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3
BAB II KONDISI DAN ISU SEKTOR PERIKANAN ....................................................14
BAB III KAJIAN HUKUM PENGELOLAAN PERIKANAN..............23
BAB IV PRINSIP DAN MEKANISME PENGATURAN...................................30
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ....................................................48
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG.
Pemanfaatan sumber daya perikanan diarahkan pada peningkatan kemakmuran dan
kesejahtaraan rakyat dengan sebesar-besarnya namun tetap dengan tetap senantiasa menjaga
kelestariannya. Hal ini diartikan bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dilakukan
secara rasional dan senantiasa seimbang dengan daya dukungnya sehingga dapat memberikan
manfaat secara terus menerus dan lestari.
Salah satu cara untuk menjaga kelestarian sumber daya perikanan adalah dengan
pengendalian usaha perikanan melalui perijinan. Perijinan selain berfungsi untuk pembinaan juga
untuk memberikan kepastian usaha perikanan disamping untuk pemberdayaan, perlindungan,
pengawasan dan pengendalian.
Pengembangan usaha perikanan baik perorangan maupun badan hukum, perlu didorong
dengan diberikannya kemudahan-kemudahan, diantaranya berupa berlakunya ijin usaha
perikanan selama perusahaan masih beroperasi. Kemudahan tersebut bukan berarti diberikannya
keleluasaan bagi pengusaha khususnya pengusaha penangkapan ikan untuk memanfaatkan
sumber daya perikanan tanpa kendali. Pengendalian tetap dilakukan dengan penetapan jangka
waktu yang tertentu bagi beroperasinya kapal perikanan terkait dengan ketersediaan sumber daya
perikanan.
Di wilayah Kabupaten Kendal, hal-hal tersebut lebih dirasakan nilai pentingnya mengingat
perairan pantai Kabupaten Kendal di bagian Timur secara administratif berbatasan langsung
dengan perairan pantai Kota Semarang yang sudah lintas provinsi sehingga sering kali
menimbulkan permasalahan sengketa penangkapan perikanan pantai. Selain hal tersebut,
sebagaimana fenomena kegiatan usaha perikanan skala rakyat di tempat lain, permasalahan
dikotomi antara kesulitan-kesulitan yang dihadapai oleh nelayan maupun pembudi daya ikan
dengan tuntutan peningkatan Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) juga dihadapi oleh
kegiatan usaha perikanan di Kabupaten Kendal.
4
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juncties Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan; UU No 16 Tahun 2006, tentang sistem penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan, UU No 31 Tahun 2004, tentang Perikanan, UU No 6 Tahun 1996, tentang Perairan
Indonesia, UU No 16 Tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002, tentang
Usaha Perikanan, maka dipandang perlu untuk mengatur Usaha Perikanan di Kabupaten Kendal
dengan Peraturan Daerah.
B. TUJUAN.
Tujuan dari pembuatan naskah akademik ini adalah untuk :
1
dibutuhkan dalam penyusunan materi dasar Rancangan Peraturan Daerah tentang Usaha
Perikanan Kabupaten Kendal.
Menata keseimbangan antara kepentingan masyarakat, dunia usaha dan pemerintah dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan.
C. RUANG LINGKUP.
Naskah Akademik adalah uraian pemikiran-pemikiran yang bersifat akademik untuk
memberikan argumen-argumen ilmiah mengenai perlunya pengaturan pengelolaan sumberdaya
perikanan di wilayah Kabupaten Kendal. Tindakan Pengelolaan ini meliputi upaya pemanfaatan
potensi dan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan. Naskah Akademik ini berisikan
tujuan, sasaran, potensi yang dimiliki, permasalahan perikanan, analisis teoritis, tinjauan
terhadap perundang-undangan terkait, pokok-pokok pikiran, norma hukum, obyek dan lingkup
pengaturan serta mekanisme pengaturan.
D. Metodologi.
5
Untuk mendukung penyusunan naskah akademik yang komprehensif, sehingga bisa
dijadikan rujukan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) tentang Perikanan
Kabupaten Kendal diperlukan metode yang tepat dan praktis.
Metode ini secara sistematik diharapkan akan mendapatkan data data yang sahih (valid),
sehingga
setelah
dianalisis
mampu
menghasilkan
output
yang
realistis
dan
bisa
dipertanggungjawabkan. Sebagai karya akademik ada beberapa langkah dalam menyusun naskah
ini yang didasarkan pada kaidah-kaidah keilmuan. Berikut adalah diagram langkah di dalam
penyusunan naskah akademik ini.
Rumusan permasalahan yang diturunkan dari topik telah dibahas di muka, demikian pula
desain studi secara garis besar telah dijelaskan. Berikut langkah-langkah selanjutnya.
; Menentukan Topik
; Merumuskan Masalah
; Membuat Desain Studi
; Mengumpulkan Data
; Mengolah Data
; Menganalisa Data
; Menyajikan hasil studi sebagai rujukan
; TIM Penyusunan Draff Raperda
1. Teknik Pengumpulan Data
a
6
dapat digunakan dalam masalah pengelolaan perikanan di Kabupaten Kendal.
b. Verifikasi data di Lapangan
Pengamatan langsung ke lapangan dimana terdapat banyak isu masalah perikanan dilakukan
untuk tujuan verifikasi data sekunder. Kegiatan ini diharapkan bisa memberikan gambaran
yang lebih nyata tentang apa yang sesungguhnya ada dan terjadi di tengah masyarakat.
Verifikasi data ini diharapkan dapat menghindari atau meminimalisir kemungkinan
manipulasi atau dramatisasi permasalahan perikanan yang mungkin dilakukan demi
kepentingan tertentu.
c. Konsultasi Publik dan Lokakarya (Workshop)
Konsultasi publik dilakukan sebagai langkah awal dalam menjaring materi yang akan diatur
dalam rancangan peraturan daerah. Konsultasi publik ini dilaksanakan sejalan dengan
paradigma yang berkembang sekarang bahwa dalam menyusun kebijakan dan peraturan,
Pemerintah perlu melibatkan masyarakat agar peraturan yang dikeluarkan adalah peraturan
yang partisipatif, sehingga akan aplikatif dan mudah untuk diimplementasikan. disamping
sebagai bahan kajian, hasil konsultasi ini juga menjadi alat pengecekan silang (cross check)
terhadap informasi atau data yang didapatkan dari semua stake holders (pemangku
kepentingan). Konsultasi publik ini dilakukan dengan warga masyarakat, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), pengusaha, para pakar, instansi terkait, legislatif, dan penegak hukum
(kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan asosiasi profesi hukum). Lokakarya (workshop) yang
melibatkan masyarakat pemerhati, masalah perikanan, instansi terkait, LSM, dan masyarakat
pemanfaat perikanan akan bisa menjadi wahana yang sangat efektif dan efisien untuk
mendapatkan data. Lokakarya ini bisa diarahkan secara tematis untuk mendapatkan informasiinformasi serta pemikiran-pemikiran konstruktif yang mendukung penyusunan naskah
akademik ini.
2. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah didapatkan dari berbagai macam sumber dan cara di muka masih bersifat acak
dan tingkat kesahihan (validitas) nya pun masih harus diuji. Dalam tahap ini data akan
diseleksi dengan cermat dan diverifikasi sebelum kemudian ditata demi kemudahan proses
analisis. Mengingat pokok permasalahan yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga sosial
yang berarti menyangkut dinamika kehidupan masyarakat, maka data yang masuk dapat
dipisahkan kedalam dua kategori, yaitu (1) data saintifik dan (2) data alternatif (Neuman,
7
1997). Data saintifik didapatkan dengan menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, sehingga
kebenarannya lebih bisa dipertanggungjawabkan. Data ini meliputi diantaranya teori-teori dan
naskah peraturan perundang-undangan. Data alternatif didapatkan melalui proses informal,
misalnya melalui wawancara dan observasi lapangan pada waktu melakukan verifikasi data
dan pertemuan dengan tokoh-tokoh masyarakat dalam lokakarya. Kesahihan jenis data
terakhir ini memang tidak sekuat data saintifik, tetapi kegunaannya tidak bisa diabaikan.
Sumber data alternatif ini bisa berasal dari otoritas orang-orang yang berpengaruh dalam
masyarakatnya (key persons), tradisi, common sense, mitos, dan pengalaman pribadi.
Diperlukan kehati-hatian dalam menyeleksi dan mengolah data alternative ini, tetapi
merupakan kesalahan bila jenis data ini diabaikan.
3. Teknik Analisis Data
Setelah data diolah langkah berikutnya adalah proses analisis data. Ada tiga bagian proses
analisis yang dilakukan untuk mencapai hasil analisis yang menyeluruh.
a. Analisis Hasil Wawancara (Kualitatif)
Substansi yang ditekankan pada bagian ini adalah hasil pengamatan di lapangan dan
wawancara dengan anggota masyarakat, termasuk yang dilakukan dalam lokakarya. Analisis
ini diharapkan bisa menggambarkan isu perikanan nyata yang secara langsung dihadapi
masyarakat Kabupaten Kendal disamping mengetahui persepsi masyarakat tentang urgensi
pengelolaan masalah-masalah perikanan di Kabupaten. Dalam bagian ini data alternatif
menjadi cukup signifikan dijadikan bahan analisis meskipun tetap diperlukan kehati-hatian
untuk menghindari hasil analisis yang bias.
b. Analisis Tematik
Masalah-masalah perkotaan secara umum yang didapatkan dari literatur, kondisi nyata
geografi, lingkungan, masyarakat Kabupaten Kendal, dokumen-dokumen perundangundangan merupakan bahanbahan yang dibutuhkan dalam bagian analisis tematik ini. Di
samping itu, catatan hasil konsultasi publik dan notulensi lokakarya juga merupakan bahanbahan yang sangat penting. Setelah dikategorikan dan diseleksi sesuai kebutuhan, bahanbahan ini dianalisis untuk memperkuat argumen-argumen yang mendasari materi naskah
akademik.
c. Analisis Isi (Content Analysis)
8
Dari Catatan yang ada perlu dikaji istilah-istilah yang sering muncul di dalam wawancara,
lokakarya, konsultasi publik, sloganslogan perjuangan LSM, dll. Disamping itu, perlu
dicermati dan dikaji data alternatif (tradisi, mitos, dll) ~ berkembang kuat dan subur di tengah
masyarakat dan, bahkan menjadi pedoman hidup mereka. Semua substansi ini diseleksi dan
dipilah-pilah (coding) untuk menyusun unsur-unsur yang diperlukan, utamanya menentukan
ruang lingkup peraturan daerah, pemberdayaan masyarakat, dan upaya untuk meningkatkan
peran serta (partisipasi) masyarakat dalam masalah pengelolaan perikanan.
E. Pengertian dan Batasan
1
Lingkungan sumber daya ikan adalah perairan tempat kehidupan sumber daya ikan,
termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya.
Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya
berada di dalam lingkungan perairan.
Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam
keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang
menggunakan
kapal
untuk
memuat,
mengangkut,
menyimpan,
mendinginkan,
Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi
sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundangundangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang
diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan
tujuan yang telah disepakati.
9
8
Konservasi sumber daya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan
sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan,
ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan.
Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk
melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan
ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/ eksplorasi
perikanan.
10
21 Zona ekonomi eksklusif Indonesia, yang selanjutnya disebut ZEEI, adalah jalur di luar
dan berbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan
undang-undang yang berlaku tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah
di bawahnya, dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut yang diukur
dari garis pangkal laut teritorial Indonesia.
22 Laut lepas adalah bagian dari laut yang tidak termasuk dalam ZEEI, laut
teritorial Indonesia, perairan kepulauan Indonesia, dan perairan pedalaman Indonesia.
23 Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem
bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh,
dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang perikanan.
24 Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang perikanan.
25 Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
26 Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota.
F. Sistematika Dokumen
Naskah Akademik ini terbagi dalam lima bab dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB 1. Pendahuluan.
Bab ini memuat latar belakang mengapa naskah Akademik ini disusun, maksud dan tujuan, ruang
lingkup,metode yang digunakan dalam pengumpulan dan analisis data yang diperoleh,
pengertian dan batasan.
BAB 2. Kondisi Dan Issu Sektor Perikanan di Kabupaten Kendal.
Bagian pertama pada bab ini memuat kondisi/potensi perikanan yang dimiliki
oleh Kabupaten Kendal, meliputi : letak geografis, klimatologi, topografi, hidrologi, serta potensi
di bidang pendidikan, sosial ekonomi, kependudukan
dan kesehatan masyarakat. Disamping itu diuraikan tentang sumberdaya perikanan yang meliputi
Sumberdaya Perikanan Laut, Sumberdaya Perikanan
Darat, Sumberdaya Perikanan Pantai, Sumberdaya Perairan Umum. Selain itu diuraikan tentang
issu-issu perikanan yang terjadi di Kabupaten Kendal yang meliputi : stok ikan, over fishing,
konflik pemanfaatan sumberdaya perikanan, ketidakseimbangan biaya produksi.
11
BAB 3. Kajian Hukum Pengelolaan Perikanan.
Bab ketiga menguraikan tentang landasan hukum penyusunan rancangan Peraturan Daerah
tentang Perikanan, kewenangan pengelolaan sumberdaya perikanan, terkait dengan otonomi
daerah, serta dasar filosofis dan sosiologis.
Kajian meliputi peraturan perundang-undangan nasional di bidang perikanan
beserta peraturan pemerintah dan surat keputusan presiden, surat keputusan
menteri terkait di bidangnya. Dikaji pula peraturan daerah di Tingkat Propinsi
Jawa Tengah dan di Kabupaten Kendal di bidang perikanan.
BAB 4. Prinsip Dan Mekanisme Pengaturan.
Bab keempat ini menguraikan tentang asas dan tujuan, wewenang dan tanggungjawab, system
pengendalian, perijinan dan rekomendasi, pengelolaan
sumberdaya perikanan, biaya, pengawasan, pengaduan, penyelesaian sengketa, sanksi
(administratif, perdata), penyidikan dan ketentuan pidana dari rancangan peraturan daerah
tentang perikanan di Kabupaten Kendal.
BAB. 5 Penutup.
Bab ke lima berisikan draft raperda tentang perikanan Kabupaten Kendal beserta penjelasannya,
yang merupakan bagian penutup dari naskah akademik Raperda Perikanan Kabupaten Kendal.
12
BAB II
KONDISI DAN ISU SEKTOR PERIKANAN
A. Pengantar
Kedudukan Kabupaten Kendal dalam konstelasi regional sangat strategis, karena keuntungan
lokasional sebagai simpul atau transit point transportasi regional sebagai wilayah pintu gerbang
menuju Propinsi Jawa Tengah dan simpil persimpangan menuju ke wilayah selatan Jawa Tengah
dan ke wilayah timur Jawa Tengah. Kabupaten Kendal terdiri dari daerah perbukitan, dataran
rendah dan pantai. Daerah perbukitan mempunyai ketinggian 11 m 875 m dari permukaan air
laut, luas wilayah Kabupaten Kendal 1661,17 km2 terbagi
dalam 20 Kecamatan dengan topografi 7 Kecamatan merupakan daerah pantai, terdiri dari 266
desa dan 20 kelurahan.
Dengan batas-batas sebagai berikut :
* Sebelah Utara
: Laut Jawa.
* Sebelah Timur
: Kota Semarang.
: Kabupaten Batang.
13
Posisi geografi Kabupaten Kendal terletak di pantai Utara Jawa Tengah paling barat, tepatnya
pada 108o 41 37,7 - 109o 11 28,92 Bujur Timur dan 6o 44 56,5 - 7o 20 51,48. Sedang luas
wilayah mencapai 1661,17 km2 . Letak geografi Kabupaten Kendal ini dalam koridor
pembangunan merupakan penyangga Ibu Kota Jawa Tengah.
2. Topografis.
Kabupaten Kendal terdiri dari dataran rendah (pantai) dan dataran tinggi (perbukitan, dengan
topografi yang demikian Kabupaten Kendal memiliki berbagai macam kemiringan. Di bagian
Utara yang merupakan daerah pantai dan dataran rendah, memiliki kemiringan antara 0 2%,
kemudian di bagian Selatan yang merupakan daerah perbukitan memiliki kemiringan yang
sangat bervariasi antara 2 50%.
3. Klimatologi
Iklim atau (climate) adalah kumpulan statistika cuaca selama kurun waktu tertentu. Statistika
cuaca yang dimaksud adalah nilai-nilai kuantitatif dan watak kejadiannya dari anasir
meteorologist. Sedangkan anasir meteorologist merupakan nilai kuantitatif atau watak penciri
yang dimiliki atmosfer (properties atmosphere) yang lazim diukur. Anasir iklim yang dikaji
meliputi suhu udara, kelembaban uara, hujan (kondensasi dan presipitasi), angina dan lama
penyinaran matahari. Secara umum iklim di Kabupaten Kendal adalah tipe iklim tropis dengan
suhu rata-rata 27,85 oC dan suhu udara minimum 21,70 oC yang terjadi pada bulan Januari Februari, sedangkan suhu udara maksimum 34
oC
yang terjadi pada bulan September Oktober. Curah hujan rata-rata 1595,0 mm.
4. Hidrologi
a. Air Permukaan.
Merupakan kondisi air tanah setempat yang khususnya pada kedalaman tertentu, dekat dengan
permukaan tanah atau bahkan keluar ke permukaan tanah sehingga langsung berhubungan dan
berbengaruh terhadapsifat fisik dan sifat rekayasa dari masa bebatuan dan tanah. Air
permukaan merupakan factor penyumbang terhadap air tanah yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kuat geser tanah. Aliran permukaan berupa : aliran pada alur (erosi alur), aliran
pada lembah (erosi lembah), aliran sungai (erosi sungai).
b. Aliran Permukaan
Di wilayah Kabupaten Kendal aliran permukaan yang paling banyak adalah aliran sungai
(erosi sungai), selain itu juga dijumpai aliran pada lembah (waduk) (erosi lembah), aliran pada
14
alur (erosi alur) dan saluran irigasi baik teknis maupun non teknis. Potensi air di Kabupaten
Kendal bersumber pada sungai sungai yang mengalir di Kabupaten Kendal antara lain :
Sungai Bodri,
Sungai Waridin, Sungai Blukar, Sungai Blorong, Sungai Kali Kendal.
c. Air Tanah Bebas
Merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air (aquifer) dan tidak tertutup oleh
lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan
lingkungan sekitarnya. Penduduk Kabupaten Kendal yang berada di dataran rendah, banyak
memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali(dangkal) yang kedalamannya
antara 3 18 m d. Air Tanah Tertekan Merupakan air yang terkandung di dalam lapisan
pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batu kedap air, sehingga hamper tetap debitnya
disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit airnya sedikit sekali
dipengaruhi oleh musim dan keadaan sekelilingnya.
C. Sosial Ekonomi, Kependudukan dan Kesehatan Masyarakat.
1
Sosial Ekonomi
Untuk tahun 2006 tingkat partisipasi angkatan kerja, yaitu perbandingan antara angkatan
kerja terhadap penduduk usia kerja sebesar 62,19 % Sedangkan perbandingan antara
penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja pada tahun 2006 adalah sebesar 82,68 %.
Kependudukan.
Kabupaten Kendal dengan luas wilayah 1661,17 km2 terbagi dalam 20 Kecamatan,
terdiri dari 266 desa dan 20 kelurahan. Kecamatan yang mempunyai pantai ada 7, yaitu :
Kaliwungu, Brangsong, Kota Kendal, Patebon, Cepiring, Kangkung, Rowosari.
Kesehatan Masyarakat.
Perbaikan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan dengan cara pencegahan dan
pembrantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan masyarakat dan pengawasan air
bersih.
Jumlah produksi dari sub sektor perikanan tangkap/laut berfluktuatif dan cenderung
menurun dari tahun ke tahun sejak tahun 2001 sampai dengan akhir 2007 dengan angka
15
produksi 2,6 ton pada tahun 2001 yang meningkat sampai ke angka produksi tertinggi
mendekati 3 ton pada tahun 2003 kemudian menurun sampai ke angka sekitar 1,5 ton pada
tahun 2006 dan menurun lagi menjadi 1,2 ton pada akhir tahun 2007).
b
Jumlah armada penangkapan ikan berfluktuatif, sekitar 3000 armada pada tahun 2001,
turun menjadi 2600 armada pada tahun 2002 dan 2003, meningkat menjadi 2900 armada
pada tahun 2004 lalu terus menurun menjadi 2700 armada pada tahun 2005, 2600 armada
pada tahun 2006 dan turun secara signifikan pada akhir triwulan IV pada tahun 2007
menjadi 2100 armada. Armada tersebut sebagian besar berupa motor tempel sederhana,
sedangkan armada yang berupa kapal motor relatif sedikit.
Jumlah rumah tangga perikanan dari tahun 2001 sampai dengan 2008 berfluktuatif dan
relatif stabil, berkisar 13.500 sampai dengan 15.000 rumah tangga nelayan.
Fasilitas perikanan laut yang disediakan pemerintah berupa Tempat Pelelangan Ikan sejak
tahun 2001 sampai dengan 2008 sejumlah 3 buah tersebar di sepanjang pantai Kabupaten
Kendal dengan jumlah produk dominan di TPI Tawang yang mencapai sekitar 75 % dari
seluruh produksi perikanan laut di Kabupaten Kendal.
Tidak ada kejadian pencurian ikan yang terdeteksi selama kurun waktu tahun 2001
sampai dengan 2007. Namun demikian tidak bias dipastikan, bahwa pencurian tersebut
benar-benar tidak ada mengingat pencurian ikan biasanya dilakukan di perairan lepas
pantai dan relative sulit untuk dideteksi.
Jumlah produksi terus meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun 2001 sebesar 13 ton
pada tahun 2001 menjadi 20 ton dengan nilai pada akhir tahun 2006
Produksi perikanan darat/payau didominasi oleh produksi tambak air payau. Luas lahan
tambak meningkat dari tahun 2001 sebesar 8500 Ha pada tahun 2001 menjadi 9 900 Ha
pada akhir tahun 2007.
3. Kolam.
a
Jumlah produksi terus meningkat dari 106 ton pada tahun 2001 menjadi 155 ton pada
akhir tahun 2006
Luas lahan kolam relatif stabil dari tahun 2001 sampai dengan 2007 seluas 114 Ha.
4. Perairan Umum.
Sungai dan Karamba.
16
a
Produksi relatif berfluktuatif dengan kecenderungan meningkat dari 68 ton pada tahun
2001, 135 ton pada tahun 2002, 131 ton pada tahun 2003, 142 ton pada tahun 2004, 108
ton pada tahun 2005 dan menjadi 180 ton pada akhir tahun 2006.
Sebagian besar pelaku usaha perikanan tangkap adalah nelayan kecil dengan menggunakan
motor tempel yang daya jelajahnya sempit dan kemampuan tangkapnya relatif kecil
dibandingkan dengan biaya produksinya. Dampak yang diakibatkan adalah tidak
seimbangnya biaya produksi penangkapan ikan dengan nilai produksi yang diperoleh,
sehingga tingkat kesejahteraan nelayan relatif tidak meningkat dari tahun ke tahun.
Selain itu dengan keberadaan stok ikan yang semakin menipis memaksa nelayan untuk
memperluas daerah penangkapannya sampai melintasi teritorial lain bahkan sampai lintas
Kabupaten yang terkadang menimbulkan konflik kepentingan dengan nelayan setempat.
Peningkatan jumlah dan nilai produksi perikanan darat maupun perikanan umum masih
sangat dimungkinkan dengan mengoptimalkan pemanfaatan teknik budidaya perikanan
secara intensif namun dengan tetap menjaga aspek keramahan lingkungannya. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan upaya peningkatan kualitas genetika, perlakuan tertentu ntuk
memacu pertumbuhan dan mengoptimalkan biaya produksi.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam peningkatan nilai produksi kelautan dan
perikanan adalah dengan diversifikasi produk, peningkatan kualitas produk melalui
17
pengolahan hasil perikanan, maupun peningkatan efektifitas dan efisiensi tata niaga hasil
perikanan.
F. Analisis
Produksi sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Kendal cenderung meningkat dari
sekitar 15.000 ton pada tahun 2001 menjadi sekitar 19.000 ton pada tahun 2002, 20.000 ton pada
tahun 2003, 30.000 ton pada tahun 2004, 31.000 ton pada akhir tahun 2005 namun menurun
menjadi sekitar 26.000 ton pada akhir tahun 2006.
Demikian juga nilai produksinya juga meningkat terus dari sekitar Rp 140 milar pada tahun
2001 menjadi Rp 428 milar pada akhir tahun 2005. Dari total produksi sektor kelautan dan
perikanan di Kabupaten Kendal dari tahun 2001 sampai 2006, sekitar 70 85 % diperoleh dari
produksi perikanan darat yakni tambak dengan didominasi oleh ikan bandeng sebagai kultivan
utama.
Produksi perikanan tangkap dari perairan pantai di Kabupaten Kendal cenderung menunjukan
gejala over fishing (kelebihan tangkapan) yang ditunjukan dengan penurunan produksi ikan
tangkapan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006. Dampak yang diakibatkan adalah tidak
seimbangnya biaya produksi penangkapan ikan dengan nilai produksi yang diperoleh. Hal ini
lebih terasa lagi bagi nelayan, mengingat sebagian besar pelaku usaha perikanan tangkapan di
Kabupaten Kendal didominasi oleh nelayan kecil dengan menggunakan motor tempel yang daya
jangkaunya sempit dan daya tangkapnya relatif kecil.
Selain itu dengan keberadaan stok ikan yang semakin menipis memaksa nelayan untuk
memperluas daerah penangkapannya sampai melintasi teritorial lain bahkan sampai lintas
Kabupaten yang terkadang menimbulkan konflik kepentingan dengan nelayan setempat.
Kondisi produksi sektor kelautan dan perikanan pantai di Kabupaten Kendal tersebut tidak
terlepas dari kondisi daya dukung lahan dan lingkungannya. Di kawasan pantai dan perairan
pantai telah terjadi degradasi/penurunan kualitas lahan secara signifikan, baik berupa
pencemaran air pantai/muara sungai maupun abrasi pantai.
Penyebab dari penurunan lahan dan daya dukung lingkungan tersebut berasal dari aktivitas
alam berupa abrasi maupun karena aktivitas manusia baik domestik maupun industri yang tidak
ramah lingkungan.
18
Selain hal tersebut, yang juga harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan pencurian ikan di
perairan laut Kabupaten Kendal oleh kapal-kapal asing. Sampai tahun 2007 hal tersebut memang
tidak terdeteksi namun bukan berarti dapat dipastikan tidak ada mengingat armada pengamannya
masih sangat terbatas.
Berkaitan dengan kondisi perikanan tangkap di Kabupaten Kendal tersebut, maka diperlukan
adanya upaya-upaya yang lebih efektif untuk mengatur usaha perikanan tangkap termasuk juga
mengatur pengelolaan sumberdaya pendukungnya. Upaya regulasi tersebut harus dilakukan
dengan memberdayakan seluruh komponen yang terkait dengan sub sektor perikanan
tangkap di Kabupaten Kendal.
Secara umum produksi perikanan darat mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai tahun
2006. Hal tersebut dikarenakan daya dukung produksinya relatif masih berada pada tataran
normal. Peningkatan jumlah dan nilai produksi perikanan darat maupun perikanan umum masih
sangat dimungkinkan dengan mengoptimalkan penerapan teknik budidaya perikanan
secara intensif namun dengan tetap menjaga aspek keramahan lingkungannya.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan upaya pengaturan tata guna lahan budidaya, peningkatan
kualitas genetika/benih ikan, pemberian perlakuan tertentu ntuk memacu pertumbuhan ikan dan
mengoptimalkan biaya produksinya, penaggulangan penyakit ikan secara efektif, dan termasuk
juga
penelolaan sistem informasi perikanan dan kelautan yang akurat. Faktor lain
yang perlu diperhatikan dalam peningkatan nilai produksi kelautan dan perikanan adalah dengan
diversifikasi produk, peningkatan kualitas produk melalui pengolahan hasil perikanan, maupun
peningkatan efektifitas dan efisiensi tata niaga hasil perikanan termasuk di dalamnya meliputi
pengaturan
retribusi dan semisalnya.
Kegiatan usaha kelautan dan perikanan bukan semata-mata merupakan kegiatan teknis saja,
namun merupakan kegiatan ekonomi yang tidak dapat dilepaskan dari permasalahan sosial dan
hukum. Sering kali terjadi, walaupun secara teknis, ekologis dan ekonomis tidak bermasalah
namun pada sisi lain terjadi sengketa sosial maupun hukum sehingga akhirnya sebuah usaha
kelautan dan perikanan menjadi tidak lancar.
Berkaitan dengan hal tersebut maka regulasi hukum baik perdata maupun pidana merupakan
hal yang tidak dapat diabaikan. Beberapa hal yang perlu diatur dengan jelas dan tegas,
19
diantaranya meliputi: tata guna lahan dan perijinan, pengawasan penggunaan bahan-bahan kimia
yang berbahaya, serta pencurian dan tindak kriminal lain terhadap kegiatan usaha kelautan dan
perikanan.
BAB III
KAJIAN HUKUM PENGELOLAAN PERIKANAN
A. Dasar Hukum
Peraturan perundang-undangan yang dipergunakan sebagai panduan dan pedoman secara
vertikal adalah :
1
20
2
B. Dasar Filosofi
Perikanan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan perekonomian
nasional dan daerah, terutama dalam meningkatkan perluasan kesempatan kerja, pemerataan
pendapatan, dan peningkatan taraf hidup bangsa pada umumnya, nelayan kecil, pembudi
dayaikan kecil, dan pihak-pihak pelaku usaha di bidang perikanan dengan tetap memelihara
lingkungan, kelestarian, dan ketersediaan sumber daya ikan.
C. Dasar Sosiologis
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan dianggap sudah tidak dapat
mengantisipasi perkembangan pembangunan perikanan saat ini dan masa yang akan datang,
karena di bidang perikanan telah terjadi perubahan yang sangat besar, baik yang berkaitan
dengan ketersediaan sumber daya ikan, kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun
perkembangan metode pengelolaan perikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern,
sehingga pengelolaan perikanan perlu dilakukan secara berhati-hati dengan berdasarkan asas
manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian
yang berkelanjutan. Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya ikan secara
optimal dan berkelanjutan perlu ditingkatkan peranan pengawas perikanan dan peran serta
masyarakat dalam upaya pengawasan di bidang perikanan secara berdaya guna dan berhasil
guna.
D. Kajian Perundang-undangan
Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan agarpemanfaatan sumber daya ikan
diarahkan untuk sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Dengan
demikian pemanfaatan sumber daya ikan tersebut pada dasarnya hanya dapat dilaksanakan oleh
Warga Negara Republik Indonesia, baik secara perorangan maupun dalam bentuk badan hukum,
dan harus dapat dinikmati secara merata, baik oleh produsen maupun konsumen. Pemerataan
21
pemanfaatan sumber daya ikan hendaknya juga terwujud dalam perlindungan terhadap kegiatan
usaha yang masih lemah
seperti nelayan dan petani ikan kecil agar tidak terdesak oleh kegiatan usaha
yang lebih kuat. Oleh karena itu dalam rangka pengembangan usahanya perlu
didorong ke arah kerja sama dalam wadah koperasi.
Di samping itu diharapkan pula adanya kerja sama antara perusahaan perikanan yang kuat
dengan nelayan/pembudidaya ikan kecil dengan dasar saling menguntungkan, misalnya dalam
bentuk kemitraan atau kelompok usaha bersama. Walapun sumber daya ikan dimanfaatkan untuk
sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, namun demikian dalam memanfaatkan
sumber daya ikantersebut harus senantiasa menjaga kelestariannya.
Ini berarti bahwa pengusahaan sumber daya ikan harus seimbang dengan daya dukungnya
sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara terus menerus dan lestari. Dengan kata
lain pemanfaatan sumber daya ikan harus dilakukan secara rasional. Salah satu cara untuk
menjaga kelestarian sumber daya ikan dilakukan dengan pengendalian usaha perikanan melalui
perizinan.
Secara umum, penerapan perizinan tersebut tidak hanya ditujukan bagi perusahaan
perikanan yang didirikan oleh orang atau badan hukum Indonesia, akan tetapi juga ditujukan
bagi perusahaan perikanan asing yang melakukan usaha penangkapan ikan di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia. Sedangkan bagi nelayan dan pembudidaya ikan kecil, dibebaskan dari
kewajiban untuk memiliki izin. Meskipun demikian, untuk keperluan pembinaan dan
pengendalian pemanfaatan sumber daya ikan tetap diperlukan pencatatan terhadap usahanya.
Perizinan selain berfungsi untuk menjaga kelestarian sumber daya ikan juga berfungsi untuk
membina usaha perikanan dan memberikan kepastian usaha perikanan. Untuk mendorong
pengembangan usaha perikanan, kepada
para pengusaha baik perorangan maupun badan hukum, diberikan kemudahan berupa berlakunya
izin usaha perikanan selama perusahaan masih beroperasi.
Hal ini tidak berarti memberi keleluasaan bagi pengusaha, terutama penangkapan ikan,
untuk memanfaatkan sumber daya ikan tanpa kendali. Pengendalian tetap dilakukan dengan
penentuan jangka waktu tertentu beroperasinya kapal yang dikaitkan dengan tersedianya sumber
daya ikan. Di
22
samping itu masih ada kemudahan lain yaitu untuk semua kegiatan dalam satu bidang usaha
perikanan hanya diperlukan sebuah izin. Sebagian besar usaha penangkapan ikan dilakukan oleh
nelayan yang dalam memasarkan hasil tangkapannya berada dalam posisi yang lemah, sehingga
sering mendapatkan harga yang tidak wajar.
Di lain pihak, harga ikan pada tingkat konsumen relatif tinggi karena panjangnya mata rantai
pemasaran. Oleh karena itu untuk mewujudkan harga yang wajar bagi konsumen dan
menguntungkan bagi nelayan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan usahanya sekaligus
memperpendek mata rantai pemasaran, Pemerintah memberi bimbingan dan dorongan agar hasil
tangkapannya dijual melalui pelelangan. Untuk itu pemerintah menyediakan tempat pelelangan
ikan. Sumber daya ikan pada hakekatnya merupakan kekayaan negara.
Oleh karena itu perusahaan perikanan Indonesia yang telah memperoleh manfaat dari
pemanenan sumber daya ikan maupun usaha pembudidayaan di laut dan di perairan lainnya di
wilayah Republik Indonesia, dikenakan pungutan perikanan atas hasil kegiatan perikanannya.
Namun bagi para nelayan dan pembudidaya ikan yang hasil usahanya hanya sekedar untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta usaha pembudidayaan ikan yang dilakukan di
tambak atau di kolam di atas tanah yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan telah
menjadi hak tertentu dari yang bersangkutan dibebaskan dari pungutan perikanan.
Pembinaan dan pengawasan merupakan salah satu hal yang penting dalam upaya
mengembangkan usaha perikanan. Melalui upaya pembinaan dan pengawasan, Pemerintah
menciptakan iklim usaha secara sehat dan mantap, serta melakukan upaya-upaya pencegahan
penggunaan sarana usaha
(produksi) yang tidak sesuai dengan ketentuan, penerapan teknik berproduksi
yang efektif dan efisien, serta penerapan pembinaan mutu hasil perikanan yang bertujuan untuk
meningkatkan daya saing di pasaran internasional dan
melindungi konsumen dari hal-hal yang dapat merugikan serta membahayakan kesehatan.
Dari pembinaan dan pengawasan seperti itu diharapkan dapat merangsang perkembangan
perusahaan perikanan yang pada akhirnya akan dapat menciptakan lapangan kerja, meningkatkan
penerimaan devisa Negara dan meningkatkan kesejahteraan para nelayan dan pembudidaya ikan
skala kecil.
Beberapa perkembangan kebutuhan di bidang usaha perikanan tersebut di atas, dalam
kenyataannya belum seluruhnya ditampung dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990
23
tentang Usaha Perikanan sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 54 Tahun
2002.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas serta kebutuhan masyarakat maka Kabupaten
Kendal memandang perlu untuk mengatur ketentuan tentang usaha perikanan dengan Peraturan
Daerah. Selain itu dalam rangka mengoptimalkan Penerimaan Daerah Bukan Pajak guna
menunjang pembangunan daerah, Penerimaan Daerah Bukan Pajak Kabupaten Kendal sebagai
salah satu sumber penerimaan daerah perlu dikelola dan dimanfaatkan untuk peningkatan
pelayanan kepada masyarakat.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah. Dalam
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan
yang
menjadi
kewenangan
daerah
tersebut,
pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Penyelenggaraan desentralisasi mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara
Pemerintah dengan Pemerintahan Daerah. Urusan pemerintahan terdiri dari urusan pemerintahan
yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah dan urusan pemerintahan yang dikelola
secara bersama antar tingkatan dan susunan pemerintahan atau konkuren. Urusan
pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah adalah urusan dalam bidang
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, moneter dan
fiskal nasional, yustisi, dan agama. Urusan pemerintahan yang dapat dikelola
secara bersama antar tingkatan dan susunan pemerintahan atau konkuren madalah urusan-urusan
pemerintahan selain urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi urusan Pemerintah. Dengan
demikian dalam setiap bidang urusan pemerintahan yang bersifat konkuren senantiasa terdapat
bagian urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi, dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota.
Untuk mewujudkan pembagian urusan pemerintahan yang bersifat konkuren tersebut secara
proporsional antara Pemerintah, pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota maka ditetapkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang meliputi
eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi. Penggunaan ketiga kriteria tersebut diterapkan secara
24
kumulatif sebagai satu kesatuan dengan mempertimbangkan keserasian dan keadilan hubungan
antar tingkatan dan susunan pemerintahan.
Kriteria eksternalitas didasarkan atas pemikiran bahwa tingkat pemerintahan yang
berwenang atas suatu urusan pemerintahan ditentukan oleh jangkauan dampak yang diakibatkan
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. Untuk mencegah terjadinya tumpang
tindih pengakuan atau klaim atas dampak tersebut, maka ditentukan kriteria akuntabilitas yaitu
tingkat pemerintahan yang paling dekat dengan dampak yang timbul adalah yang paling
berwenang untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan tersebut.
Hal ini sesuai dengan prinsip demokrasi yaitu mendorong akuntabilitas Pemerintah kepada
rakyat. Kriteria efisiensi didasarkan pada pemikiran bahwa
penyelenggaraan urusan pemerintahan sedapat mungkin mencapai skala ekonomis. Hal ini
dimaksudkan agar seluruh tingkat pemerintahan wajib mengedepankan pencapaian efisiensi
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya yang sangat
diperlukan dalam menghadapi persaingan di era global.
Dengan penerapan ketiga criteria tersebut, semangat demokrasi yang diterapkan melalui
kriteria eksternalitas dan akuntabilitas, serta semangat ekonomis yang diwujudkan melalui
criteria efisiensi dapat disinergikan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
demokratisasi sebagai esensi dasar dari kebijakan desentralisasi.
Urusan yang menjadi kewenangan daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan.
Urusan pemerintahan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh
pemerintahan daerah yang terkait dengan pelayanan dasar (basic services) bagi masyarakat,
seperti pendidikan dasar, kesehatan, lingkungan hidup, perhubungan,kependudukan dan
sebagainya.
Urusan pemerintahan yang bersifat pilihan adalah urusan pemerintahan yang diprioritaskan
oleh pemerintahan daerah untuk diselenggarakan yang terkait dengan upaya mengembangkan
potensi unggulan (core competence) yang menjadi kekhasan daerah. Urusan pemerintahan di luar
urusan wajib dan urusan pilihan yang diselenggarakan oleh pemerintahan daerah, sepanjang
menjadi kewenangan daerah yang bersangkutan tetap harus diselenggarakan oleh pemerintahan
daerah yang bersangkutan.
Namun mengingat terbatasnya sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh daerah,
maka prioritas penyelenggaraan urusan pemerintahan difokuskan pada urusan wajib dan urusan
25
pilihan yang benar-benar mengarah pada penciptaan kesejahteraan masyarakat disesuaikan
dengan kondisi, potensi, dan kekhasan daerah yang bersangkutan. Di luar urusan pemerintahan
yang bersifat wajib dan pilihan, setiap tingkat pemerintahan juga melaksanakan urusan-urusan
pemerintahan yang berdasarkan criteria pembagian urusan pemerintahan menjadi kewenangan
yang bersangkutan atas dasar prinsip penyelenggaraan urusan sisa.
Untuk itu pemberdayaan dari Pemerintah kepada pemerintahan daerah menjadi sangat
penting untuk meningkatkan kapasitas daerah agar mampu memenuhi norma, standar, prosedur,
dan kriteria sebagai prasyarat menyelenggarakan urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangannya.
Berkaitan dengan hal di atas maka untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang bersifat
pilihan yaitu, urusan pemerintahan yang diprioritaskan oleh pemerintahan daerah untuk
diselenggarakan yang terkait
dengan upaya mengembangkan potensi unggulan (core competence) yang menjadi kekhasan
daerah maka Kabupaten Kendal dapat membuat Peraturan
Daerah yang mengatur tentang Kelautan dan Perikanan sesuai Pasal 7 ayat (4)
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.
BAB IV
PRINSIP DAN MEKANISME PENGATURAN
Asas Manfaat
Asas manfaat mengandung makna bahwa pemanfaatan sumber daya yang ada, harus
dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup
rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi mendatang.
a
b
26
Asas keberlanjutan mengandung makna bahwa setiap orang memikul kewajiban dan
tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu
generasi. Untuk terlaksananya hak dan kewajiban tersebut, maka kemampuan
pengelolaan sumberdaya perikanan harus memperhatikan kelestariannya.
a
b
c
a
b
c
d
a
b
c
d
e
27
Asas kesejahteraan masyarakat mengandung makna bahwa pembangunan sebagai upaya
sadar dalam mengolah dan memanfaatkan sumberdaya perikanan, dipergunakan untuk
sebesarbesarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat baik generasi masa kini maupun
generasi yang akan datang. Oeh karena itu, penggunaan sumberdaya perikanan harus
selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup.
a
b
c
d
e
f
Asas Keterpaduan.
Asas keterpaduan mengandung makna bahwa sumberdaya perikanan sebagal suatu
ekosistem terdiri atas berbagai subsistem, yang meliputi aspek sosial budaya, ekonomi
dan geografi dengan corak ragam yang berbeda, mengakibatakan daya dukung dan daya
tampung lingkungan yang berlainan. Pengembangan satu subsistem akan mempengaruhi
subsistem yang lain, yang pada akhirnya akan mempengaruhi ketahanan ekosistem secara
keseluruhan. Pembangunan memerlukan pembinaan dan pengembangan sumberdaya
perikanan didasarkan pada keadaan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
agar tetap serasi, selaras, dan tercapai keseimbangan subsistem. Oleh karena itu,
pengelolaan lingkungan hidup harus dikembangkan secara terpadu antar subsistem, antara
pusat dengan daerah, dan lintas daerah sebagai ciri utamanya. Untuk itu dalam
menetapkan kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan di daerah harus taat asas pada
kebijakan nasional.
a
b
c
d
e
f
g
Asas Keterbukaan
28
Asas keterbukaan mengandung makna bahwa Peraturan Daerah tentang Perijinan Usaha
Perikanan ini memberi ruang lebih luas pada masyarakat untuk berperan dalam kegiatan
pengelolaan sumberdaya perikanan.
a
b
c
d
e
f
g
h
2. Tujuan
Tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan menurut Peraturan Daerah tentang Perijinan
Usaha Perikanan ini adalah :
a
3. Sasaran
Sasaran pengelolaan sumberdaya perikanan menurut Peraturan Daerah ini adalah:
a Agar tiap pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat memberikan manfaat sebesarbesarnya kepada masyarakat.
b
c Untuk menjaga kelestarian sumberdaya perikanan yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan
oleh generasi masa kini maupun generasi yang akan datang.
29
d
Melaksanakan koordinasi dalam rangka penataan ruang laut diwilayah laut kewenangan
Kabupaten..
Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan daerah lain terutama dengan wilayah
yang berbatasan dalam rangka pengelolaan laut terpadu.
30
p
Melaksanakan penetapan perdagangan, pemasukan dan pengeluaran ikan dari dan ke luar
wilayah Kabupaten.
Melaksanakan pengelolaan dan konservasi plasma nutfab spesifik lokasi di wilayah laut
kewenangan Kabupaten.
Menetapkan sasaran areal dan lokasi kegiatan pengembangan lahan, kawasan konservasi
dan rehabilitasi perairan di wilayah laut kewenangan propinsi.
Melakukan kegiatan rehabilitasi untuk kawasan pesisir dan pulaupulau kecil yang telah
mengalami kerusakan (kawasan mangrove, lamun dan terumbu karang).
Melaksanakan sistem perencanaan dan pemetaan serta riset potensi sumberdaya dalam
rangka optimailsasi pemanfaatan sumberdaya kelautan di Kabupaten.
31
e
Memberikan bimbingan teknis pelaksahaan penyusunan zonasi dan lahan perairan untuk
kepentingan perikanan diwilayah perairan laut Kabupaten.
Menganalisis dan menanggulang residu bahan kimia komoditi hasil perikanan air tawar
diwilayah kewenangan Kabupaten..
32
c
Memantau produksi, peredaran dan penggunaan alat tangkap dan mesin perikanan (sarana
penangkapan).
Mendemontrasikan dan kaji terap alat tangkap dan mesin perikanan (sarana
penangkapan).
Menyebarluaskan
prototipe
alat
tangkap
dan
mesin
perikanan
yang
telah
Member) izin usaha penangkapan ikan pada perairan laut sampai dengan 4 mil (kapal
tanpa motor, motor luar, motor dalam dengan ukuran sampai 10 GT) yang menjadi
kewenangannya.
Memberikan bimbingan pengadaan, pengelolaan distribusi bahan baku dan hasil bahan
pangan asal ikan.
Memberikanan bimbingan penerapan teknologi panen, pasca panen dan pengolahan hasil.
Mengawasi dan memeriksa lalu lintas ikan hidup dari dan/atau kewilayahnya.
33
t
Metaksanakan pemetaan potensi berdasarkan tata guna lahan dalam rangka pemanfaatan
dan pengelolaan sumberdaya lahan pembudidaya ikan air payau, air tawar dan laut di
wilayahnya.
34
d
Mengamati,
mengidentifikasikan,
memetakan,
mengendalikan
dan
memberikan
bimbingan teknis cara pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit ikan.
e
Membangun dan mengelola Balai Benih Ikan (BBI) Lokal dan BBI Pantai.
Mengawasi mutu pakan ikan dan bahan baku pakan ikan dalam peredaran.
Melakukan koordinasi dalam rangka pemberian izin penggunaan obat ikan dan pakan
ikan (pengadaan penggunaan dan peredaran obat ikan dan pakan ikan).
Membimbing dan mengawasi pupuk dan pakan ikan di tingkat pembudidaya kan.
Memantau, mengawasi dan mengeluarkan izin usaha pembudidayaan Ikan sampai dengan
wilayah laut Kabupaten.
Memberi bimbingan, memantau dan memeriksa higienitas dan sanitasi lingkungan usaha
pembudidayaan ikan.
35
z
gg Mengumpulkan,
mengolah,
menganalisis
data
dan
statistik
serta
informasi
pembudidayaan ikan
hh Pengoperasian, pengumpulan data primer komoditas usaha pembudidayaan ikan serta
sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan dan perairan.
ii
jj
Memberi izin usaha pertambakan (ikan di air tawar dan air payau) dan dilaut sampai
dengan 4 mil yang tidak menggunakan tenaga kerja asing dan atau modal asing.
kk Membangun dan memelihara saluran tersier tambak dan kolam di wilayah Kabupaten.
(diberikan batas luas lahan yang menggunakan saluran tersier).
ll
Prakiraan dan perhitungan produksi hasil pembudidayaan dan benih ikan air
tawar/payau/laut
mm
36
rr
ss
tt
uu Mengamati,
mengidentifikasikan,
memetakan,
mengendalikan
dan
memberikan
bimbingan teknis cara pencegahan dan penanggulangan serta pemberantasan hama dan
penyakit ikan.
vv Menetapkan tata ruang budidaya laut, budidaya air payau dan
ww
37
b
Memberikan bimbingan teknis pengembangan lahan konservasi tanah air dan rehabilitasi
lahan kritis di kawasan perikanan.
Meningkatkan mutu pelayanan terhadap calon investor pengembangan kawasan pulaupulau kecil.
Manfaat dari pengenaan retribusi adalah mewujudkan rasa keadilan, menjamin efisiensi
dalam penggunaan sumber ekonomi, mendukung perluasan kapasitas produksi,
meniadakan beban defisit anggaran dan lebih memudahkan dalam pengelolaannya.
Bupati wajib mengambil inisiatif dan tanggap serta untuk menyelesaikan masalah
kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan yang terjadi di wilayah Kabupaten Kendal
38
yang disebabkan oleh usaha dan/atau kegiatan perikanan yang dilakukan di wilayah
pemerintahan lain.
b
Lembaga Penyedia Jasa ini dapat dibentuk baik oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat. Pembentukan dan mekanisme kerja lembaga penyedia jasa akan diatur dalam
Peraturan Bupati.
Apabila ada dugaan terjadi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan sebagai akaibat
usaha/kegiatan perikanan maka Bupati atau pejabat lain yang berwenang dapat meminta
dilakukan Audit Lingkungan terhadap usaha/kegiatan yang diduga melakukan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan atas biaya yang dibebankan pada penanggungjawab
dan/atau pelaku;
Audit lingkungan sebagaimana dimaksud dalam butir (1) dapat dilakukan oleh
perorangan/badan/lembaga indipenden yang berkompeten yang ditunjuk oleh Pemerintah
Kabupaten. Apabila penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan menolak, maka Bupati
berwenang memaksakan untuk dilakukan audit lingkungan dengan bantuan aparat
keamanan. Hasil audit lingkungan ini akan diumumkari kepada masyarakat.
Bupati berwenang melakukan upaya paksa terhadap penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk: mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran; menanggulangi akibat
yang ditimbulkan oleh pelanggaran; melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan,
pemulihan atas beban biaya dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan, kecuali
ditentukan lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
39
4
Upaya paksa sebagaimana dimaksud pada Butir (3) didahului dengan perintah Bupati.
1
2
3
4
5
6
Mekanisme paksaan pemerintah akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
F. Sanksi Perdata.
1
Instansi yang bertanggung jawab di bidang usaha perikanan dapat menangani sengketa
lingkungan.
G. Penyidikan.
1
Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri
Sipil diberi wewenang khusus sebagai Penyidik Pegawal Negeri Sipil.
Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagai mana dimaksud pada butir di atas
berwenang :
a Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan
tindak pidana di bidang usaha perikanan;
40
b
c Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang dan atau badan hokum yang diduga
melakukan tindak pidana di bidang usaha perikanan;
d
H. Ketentuan Pidana
1
Sanksi pidana dapat diterapkan terhadap orang perseorangan, badan hukum, perseroan,
perserikatan, yayasan atau organisasi lain yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang
mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan sumberdaya perikanan sesuai dengan
peraturan perundangundangan yang berlaku.
41
2
Sanksi pidana juga dapat diterapkan terhadap mereka yang karena kealphaannya
melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup sebagai akibat usaha perikanannya.
Selain sanksi pidana sesuai dengan perundangan yang berlaku juga dapat dilakukan
tindakan tata tertib.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berkaitan dengan isu-isu pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Kendal, maka
diperlukan adanya upaya-upaya yang lebih efektif untuk mengatur usaha perikanan termasuk
juga mengatur pengelolaan sumberdaya pendukungnya. Upaya regulasi tersebut harus dilakukan
dengan memberdayakan seluruh komponen yang terkait dengan sub sektor perikanan
di Kabupaten Kendal.
42
Regulasi hukum baik perdata maupun pidana merupakan hal yang tidak dapat diabaikan.
Beberapa hal yang perlu diatur dengan jelas dan tegas, diantaranya meliputi: tata guna lahan dan
perijinan, pengawasan penggunaan
bahan-bahan kimia yang berbahaya, serta pencurian dan tindak kriminal lain
terhadap kegiatan usaha kelautan dan perikanan. Dengan demikian dituntut
untuk memberikan penjelasan mengenai perlunya isu-isu pengelolaan sumberdaya perikanan
diatur secara khusus dalam suatu Peraturan Daerah
Kabupaten Kendal.
Dalam merumuskan obyek dan lingkup peraturan yang dibutuhkan dalam penyusunan materi
dasar Rancangan Peraturan Daerah tentang Perikanan Kabupaten Kendal harus memperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:
a
Dasar hukum, dasar filosofis, dasar sosiologis, dan hasil kajian perundang-undangan.
Asas, yaitu asas manfaat, asas pembangunan berkelanjutan, asas tanggung jawab
pemerintah kabupaten berdasarkan desentralisasi,
masyarakat, asas kesejahteraan masyarakat, asas keterpaduan, asas keterbukaan, dan asas
keadilan pengelolaan.
c
Sasaran pengelolaan sumberdaya perikanan menurut Peraturan Daerah ini adalah: agar
tiap pemanfaatan sumberdaya perikanan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat, untuk mengendalikan sumber dampak dan tiap kegiatan/usaha sehingga tingkat
pencemaran dan kerusakan sumberdaya perikanan dapat ditekan, untuk menjaga kelestarian
sumberdaya perikanan yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan oleh generasi masa kini
maupun generasi yang akan datang, melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pernantauan dampak usaha perikanan terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan sumberdaya perikanan.
43
e
Urusan dan kewenangan Kabupaten, prinsip dalam penentuan retribusi, pengaduan dan
penyelesaian sengketa, sanksi administratif, sanksi perdata, penyidikan dan ketentuan pidana.
B. Rekomendasi
Pelaksanaan penegakan hukum di bidang perikanan menjadi sangat penting dan strategis
dalam rangka menunjang pembangunan perikanan secara terkendali dan sesuai dengan asas
pengelolaan perikanan, sehingga pembangunan perikanan dapat berjalan secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, adanya kepastian hukum merupakan suatu kondisi yang mutlak diperlukan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, Peraturan Daerah yang akan disusun selain merupakan
pembaharuan juga merupakan penyempurnaan pengaturan di bidang perikanan sebagai
pengganti Peraturan daerah yang masih didasarkan pada Undang-undang Nomor 91 Tahun 1985
tentang Perikanan dan sebagai pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
urusan pilihan sesuai Pasal 7 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007.
Peraturan Daerah diusulkan mengatur hal-hal atau materi yang berkaitan dengan :
1
pengelolaan perikanan yang didukung dengan sarana dan prasarana perikanan serta sistim
informasi dan data statistik perikanan;
44
9
10
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan, baik yang berada di perairan wilayah
daerah, dilakukan pengendalian melalui pembinaan perizinan dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat sesuai dengan kemampuan sumber daya ikan yang tersedia;