Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELOMPOK 7

‘’AKUNTANSI KEPERILAKUAN’’

 ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAMBILAN


KEPUTUSAN DAN PENGAMBIL KEPUTUSAN
 ASPEK KEPERILAKUAN PADA PERSYARATAN
PELAPORAN
 ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGANGGARAN
MODAL

OLEH;
NABILA ULFA ZHAFIRAH (02320170182)
ADELIA SYAHRUDDIN (02320170183)
ANDI FITRIANI RIDWAY (02320170184)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2018/2019
KATA PENGANTAR

Kembali sejenak kita panjatkan puji syukur kepada Allah


yang Maha Mulis, pengasih dan penyayang yang tidak pernah
tidu ataupun ditidurkan sehingga membuat-Nya lupa kepada
makhluk ciptaan-Nya. Dialah yang telah menakdirkan kita hidup
di dunia dan Alhamdulillah atas izin dan karunia-Nylah akhirnya
makalah yang berjudul “Aspek Keperilakuaan Pada
Pengambilan Keputusan Para Pengambil Keputusan” bisa
terselesaikan guna menyelesaikan tuga perkuliahan Akuntansi
Keperilakuan. Penulis menyadari tidak luput dari kesulitan
hambatan dan tantangan, untuk itu kami ebagai penulis
menyadari bahwa dalam penulisan dan penyajian ini masih
jauh dari kesempurnaan. Hak ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan yang ada pada diri penulis.

Dalam mewujudkan karya tulis ini, penulis banyak


memperoleh bantuan dan dorongan moril maupun bimbinga
dari berbgai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Maka sudah sepantasnya apabila pada kesempatan
ini penulis mengucapkan rasa terima kasih ynang tulus dan
sedalam-dalamnya kepada Tim kelompok penyusun yang telah
bekerja sama.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………..4


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………5
1.3 Tujuan Dan Manfaat…………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil Keputusan

2.1.1 Proses pengambilan Keputusan.............................……………………………6

2.1.2 Cara Pengambilan Keputusan dalam Organisasi………………………………………………….6

2.1.3 Teknik Pengambilan Keputusan..............................................................………..8

2.1.4 Asumsi Keperilakuan dalam Pengambilan Keputusan


Organisasi...................................................................………………………………………8

2.1.5 Pengambilan keputusan oleh Pendatang Baru vs Para Pakar..............................8

2.1.6 Peran Kepribadian dan Gaya Kognitif Dalam Pengambilan Keputusan..........8

2.2 Aspek Keperilakuan pada Persyaratan Pelaporan

2.2.1 Syarat-syarat pelaporan…………………………………………………………9

2.2.2 Bagaimana persyaratan pelaporan memengaruhi perilaku…………………10

2.2.3 Dampak dari persyaratan pelaporan………………………………………….11

2.3 Aspek Keperilakuan pada Penganggaran Modal

2.3.1 Penganggaran Modal…………………………………………………………..12

2.3.2 Pendekatan Umum Terhadap Proses Penganggaran Modal........................12

2.3.3 Teori Kontijensi dalam Konteks Penggaran Modal...............................................13

2.3.4 perrtimbangan proses peanggaran modal dalam penelitian sebelumnya….14

2.3.5 Aspek keperilakuan dari penganggaran modal………………………………14

2.3.6 Tampilan Rasional………………………………………………………………15

2.3.5 Saran-saran perbaikan…………………………………………………………14

BAB III PENUTUP

Simpulan……………………………………………………………………………………..15
Saran…………………………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………….16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Schiff dan Lewin (1974) ada lima aspek penting dalam akuntansi,
keperilakuan, yaitu: Teori Organisasi dan Keperilakuan Manajerial, Penganggaran dan
Perencanaan, Pengambilan Keputusan, Pengendalian, dan Pelaporan Keuangan.
Mulai dari tahun 1960 sampai 1980-an, jumlah artikel mengenai akuntansi
keperilakuan semakin meningkat. Artikel pertama menggambarkan mengenai
akuntansi keperilakuan, sementara artikel selanjutnya membahas mengenai teori
dan konsep ilmu pengetahuan keperilakuan dalam kaitannya dengan akuntansi
serta implikasinya bagi prinsip-prinsip akuntansi dan praktisnya. Pertumbuhan studi
akuntansi keperilakuan mulai muncul dan berkembang, terutama diprakarsai oleh
akademisi profesi akuntan. Penggabungan aspek-aspek perilaku pada akuntansi
menunjukkan adanya pertumbuhan minat akan bidang riset ini. Hidayati (2002)
menjelaskan bahwa sebagai bagian dari ilmu keperilakuan (behavior science),
teori-teori akuntansi keperilakuan dikembangkan dari riset empiris atas perilaku
manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset dalam pengembangan
ilmu itu sendiri tidak diragukan lagi.
Pendekatan Normatif ke Deskriptif Pada awal perkembangannya, desain riset
dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat sederhana, yaitu hanya
memfokuskan pada masalah-masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring
dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas dengan
diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban,
dan masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih
bersifat normatif. Pada tahun 1952 C. Argyris menerbitkan risetnya pada tahun
1952, desain riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan
dengan dimulainya usaha untuk menghubungkan desain sistem pengendalian
manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset
lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang
dihadapi oleh para pelaku organisasi. Dari Pendekatan universal ke pendekatan
kontijensi Riset keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal
(universalistic approach), seperti riset Argyris (1952), Hopwood (1972), dan Otley
(1978). Tetapi, karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka segera
muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang
riset, yaitu pendekatan
kontinjensi (contingency approach). Berbagai riset yang menggunakan
pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi berbagai variabel
kontinjensi yang mempengaruhi perancangan dan penggunaan sistem
pengendalian manajemen. Secara ringkas, berbagai variabel kontinjensi yang
mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen tersebut adalah sebagai
berikut: 1. Ketidakpastian (uncertainty) seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor-
faktor eksternal lainnya. 2.Teknologi dan saling ketergantungan (technology and
interdependence) seperti proses produksi, produk masal, dan lainnya. 3. Industri,
perusahaan, dan unit variabel seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan. 4. Strategi kompetitif (competitive strategy)
seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan. 5.Faktor-faktor yang dapat
diamati (observability factor) seperti desentralisasi, sentralisasi, budaya organisasi dan
lainnya Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi
ketidakpastian lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara
struktur organisasi dan persepsi atas manfaat sistem akuntansi

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil
Keputusan
2. Aspek Keperilakuan pada Persyaratan Pelaporan
3. Aspek Keperilakuan pada Penganggaran Modal
1.3 Tujuan dan manfaat
Tujuan : untuk menyajikan dan menggambarkan aspek keperilakuan dalam pengambilan
keputusan, persyaratan pelaporan dan penganggaran modal.
Manfaat :
- menambah wawasan bagi penulis
- sebagai bahan bacaan terangkum dan sistematis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Aspek Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambil


Keputusan

2.1.1 Proses pengambilan keputusan

Pengertian pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses yang selalu di hadapi dan dijalani oleh
setiap manusia dalam hidup bermasyarakat. Di dalam dunia modern dewasa ini, kehidupan
manusia menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat. Hamper setiap saat selalu
ada keputusan yang dibuat, baik di dalam rumah tangga, di jalan, di kantor atau dimana saja
di dalam masyaraka. Keputusan dapat dibuat oleh individu, kelompok,organisasi atau dapat
pula dibuat oleh pemerntah atau Negara.

Proses pengambilan keputusan adalah salah satu mekanisme pemikiran manusia


yang paling kompleks karena berbagai factor dan tindakan campur tangan didalamnya,
dengan hasil yang berbeda. Mempertimbangkan pengambilan keputusan sebagai interaksi
antara asalah yang perlu dipecahkan dan seseorang yang ingin menyelesaikannya dalam
lingkungan tertentu.

Motif Kesadaran

Keinginan terhadap kestabilan Motif kesadaran menjadi sangat penting dalam proses
pengambilan keputusan karena merupakan sumber dari proses beroikir.

Faktor faktor penting dari motif kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan,yaitu:

• Keinginan terhadap stabilan atau kepastian

• Keinginan terhadap kompleksitas dan keragaman

Jenis-jenis dari model proses

1. Model ekonomi
2. Model Sosial
3. Model Kepuasan Simon

2.1.2 Cara Pengambilan Keputusan Organisasi

Berikut merupakan tinjauan atas suatu bukti penting yang akan memberikan penjelasan
yang lebih akurat terkait bagaimana sebenarnya kebanyakan keputusan dalam organisasi di
ambil
1.Rasional terbatas

Pengambilan keputusan yang berdasarkan logika ialah suatu studi yang rasional
terhadap semuan unsur pada setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan. Pada
pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam
batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan
apa yang diinginkan.

2.Intuisi

Pengambilan keputusan yang didasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat
subjektif sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini

mengandung beberapa keuntungan dan kelemahan.

3.Identifikasi Masalah

Masalah masalah yang tampak cenderung memiliki kemungkinan dipilih yang lebih
tinggi dari pada masalah yang penting .

4.Pembuatan Pilihan

Untuk menghindari informasi yang terlalu padat,para pengambil keputusan


mengandalkan heuristis atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan.
2.1.3 Teknik pengambilan keputusan

a) Teknik Partisipatif

Kebanyakan teknik berorientasi pada perilaku,setidaknya secara tradisonal masuk


dalam kategori partisipatif. Sebagai teknik pangambilan keputusan,partisipatif
mencangkup individu atau kelompok dalam proses yang dapat dilakukan secara formal
maupun informal,dan memerlukan keterlibatan intektual,emosional,dan fisik.

b) Teknik keputusan kelompok

Kemajuan yang terjadi dalam pengambilan keputusan beberapa tahun belakangan ini
dikarenakan teknologi informasi. Sistem informasi manajemen,sistem pendukung keputusan
yang terkomputerisasi,data warehousing dan mining,kecanggihan sistem,dan para ahli
menjadi semakin banyak digunakan untuk membantu menejer membuat keputusan lebih
baik.

c) Teknik Delphi

Teknik atau proses Delphi, pertama kali dikembangkan oleh N. C. Dalkey, Helmer,
dan rekan pada tahun 1950an dan 1960an dalam Rand Corporation, yang pada saat
sekarang terkenal sebagai suatu teknik untuk membantu pengambilan keputusan-keputusan
yang mengandung risiko dan ketidakpastian, misal forecasting jangka panjang. Teknik
Delphi termasuk ke dalam teknik pengambilan keputusan modern yang merangsang
kreativitas dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan gagasan orang lain untuk
mencapai Konsensus dalam pengambilan keputusan kelompok. Teknik ini juga merupakan
salah satu teknik peran serta dalam pengambilan keputusan stratejik.
Teknik Delphi yang didasarkan pada sebuah proses ter-struktur untuk
mengumpulkan dan membawa pengetahuan dari sekelompok ahli dengan cara serangkaian
kuesioner maupun yang di-kontrol dengan pendapat umpan balik (Adler dan Ziglio, 1996).
Menurut Helmer (1977) Delphi merupakan perangkat komunikasi yang berguna di antara
sekelompok ahli sehingga memudahkan pembentukan kelompok itu.
Teknik Delphi merupakan latihan dalam kelompok komunikasi antara panel secara
geografis ahli (Adler dan Ziglio, 1996) yang memungkinkan para ahli teknik sistematis untuk
menangani masalah kompleks dengan suatu tugas. Inti dari teknik ini cukup mudah, yaitu
terdiri dari serangkaian kuesioner dikirim baik lewat mail atau melalui sistem komputerisasi,
untuk pra-ahli yang dipilih grup. Kuesioner ini dirancang untuk mendapat tanggapan dan
pengembangan individu sebagai cara untuk menimbulkan masalah yang nantinya akan
diperbaiki oleh pra-ahli.
Partisipan untuk teknik Delphi tidak saling kenal satu sama lain. Biasanya secara
fisik berjauhan dan tidak saling bertemu. Semua komunikasi antar partisipan dengan cara
kuesioner dan umpan balik dari pemantau seorang Staf.

d) Teknik Kelompok Nominal


Teknik kelompok nominal (selanjutnya dipakai singkatan TKN) adalah salah satu
teknik peran serta dalam pengambilan keputusan yang lebih jarang dipakai dibanding
dengan teknik sumbang saran. Teknik ini dikembangkan oleh Dellbecq dan Van de Ven
pada tahun 1968 (Delbecq, et all., 1975), dimaksudkan sebagai suatu cara untuk
mengumpulkan pandangan dan penilaian perorangan dalam suasana ketidakpastian dan
ketidaksepakatan mengenai inti persoalan suatu masalah, lalu mencari jalan penyelesaian
yang terbaik.
Teknik kelompok nominal adalah proses terstruktur ini mengharuskan anggota
kelompok menulis gagasan/ide secara perseorangan, kemudian melaporkannya kepada
kelompok (Departemen dalam Negeri). Teknik mengurangi adanya penyesuaian sementara
memaksimalkan partisipasi. Bentuk pembuatan keputusan ini adalah proses mengulangi
pernyataan yang meminimisir penyesuaian (conformity) dan menggerakkan peserta untuk
mengambil keputusan yang dapat mereka dukung.

2.1.4 Asumsi Keperilakuan Dalam Pengambilan Keputusan Organisasi

PERUSAHAAN SEBAGAI UNIT PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Perusahaan dapat dianggap sebagai unit pengambilan keputusan yang serupa


dalam banyak hal dengan seorang individu.

RESOLUSI SEMU DARI KONFLIK

Organisasi adalah koalisi dari individu-individu dengan tujuan yang berbeda yang
sering kali dapat menimbulkan konflik. Oleh karena pengambilan keputusan melibatkan
pemilihan atas satu alternatif yang sesuai dengan tujuan dan harapan secara
keseluruhan,maka diperlukan suatu prosedur untuk menyelesaikan konflik agar dapat
mencapai tujuan.

MENGHINDARI KETIDAKPASTIAN

Ketika mengambil keputusan,organisai secara terus menerus akan dihatui oleh


ketidakpastiaan dalam lingkungan internal maupun eksternalnya. Oleh karena itu,tidak
mengherankan bahwa teori pengambilan keputusan modern telah mendedikasikan banyak
dari usahanya untuk masalah masalah pengambilan keputusan dengan sejumlah resiko dan
ketidakpastian.

2.1.5 Pengambilan Keputusan oleh Pendatang Baru vs Para Pakar

PERTIMBANGAN

Para pendatatang baru tampaknya menyetarakan pertimbangan dengan


memutuskan “kapan waktu yang tepat untuk memilih mana dari fakta-fakta yang diamati
yang merupakan masalah utama.”Bagi para ahli,pertimbangan adalah suatu upaya untuk
membandingkan pikirannya terkait “Suatu gambaran dari apa yang sebenarnya terjadi.”
Mereka mencapai hal ini melalui penggunaan teknik-teknik yang sistematis yang
menghasilkan jalan pintas tanpa mengorbankan urutan logis dalam analisis yang dilakukan.

2.1.6 Peran kepribadian dan gaya kognitif dalam pengambilan keputusan

Kepribadian mengacu pada sikap atau keyakina individu, sementara gaya kognitif
mengacu pada cara atau metode dengan mana seseorang menerima, menyimpan,
memproses, serta meneruskan informasi. Memiliki gaya kognitif yang berbeda dan
menggunakan metode yang sama sekali berbeda ketika menerima, menyimpan, dan
memproses informasi. Dalam situasi pengambilan keputusan, kepribadian dan gaya kognitif
saling berintraksi dan mempengaruhi (menambah atau mengurangi) dampak dari informasi
akuntansi.

2.2 Aspek Keperilakuan pada Persyaratan Pelaporan

2.2.1 Syarat-syarat pelaporan

Dunia saat ini penuh dengan persyaratan untuk melaporkan informasi kepada orang
lain tentang siapa atau apa kita ini, bagaimana kita menjalankan hidup kita, bagaimana kita
mengerjakan pekerjaan kita, bagaimana keadaan dari orang dan benda untuk mana kita
bertanggung jawab, dan seterusnya. Hal-hal ini pada umumnya disebut sebagai
“persyaratan” pelaporan, meskipun beberapa diantaranya mungkin tidak dapat dipaksakan.
Intisari dari proses akuntansi adalah komunikasi atas informasi yang memiliki implikasi
keuangan atau manajemen. Karena pengumpulan dan pelaporan informasi mengonsumsi
sumber daya, biasanya hal tersebut tidak dilakukan secara sukarela kecuali pelapor yakin
bahwa hal ini akan mempengaruhi sipenerima untuk berperilaku sebagaimana yang
diinginkan oleh pelapor. Informasi yang dilaporkan adalah bagian yang penting dari proses
pengelolaan dan pengendalian organisasi. Tanpa informasi, manajer, kreditor, dan pemilik
tidak dapat mengatakan apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana atau
apakah tindakan korektif diperlukan. Persyaratan pelaporan dikenakan dan dipaksakan oleh
beraneka ragam orang dan organisasi dengan cara yang beraneka rupa

2.2.2 Bagaimana Persyaratan Pelaporan Mempengaruhi Perilaku


Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku pelapor dalam beberapa cara. Bentuk
lain dari pengukuran yang digunakan dalam organisasi, seperti audit dan pengamatan
langsung, juga memiliki banyak dampak yang sama terhadap persyaratan pelaporan, selain
dampak spesifiknya sendiri.
1. Informasi Antisipasi Penggunaan Pengirim menggunakan persyaratan pelaporan itu
sendiri, bersama-sama dengan informasi lainnya, untuk mengantisipasi bagaimana
penerima akan bereaksi terhadap informasi yang dilaporkan. Karena orang pada
umumnya bereaksi dengan cara-cara yang mereka yakin akan mengarah pada hasil
yang mereka inginkan, pengirim informasi tersebut mencoba untuk menyimpulkan
bagaimana penerima informasi akan menggunakan dan bereaksi terhadap informasi
yang disediakan . Dalam konteks manajemen, pengirim seringkali dianggap
bertanggung jawab untuk mengendalikan hal-hal yang juga dipengaruhi oleh
sejumlah faktor lain yang tidak dapat dikendalikan oleh sipengirim.
2. Prediksi Si Pengirim Mengenai Penggunaan si Pemakai Kadang kala, seseorang
merasa pasti mengenai bagaimana penerima akan menggunakan informasi,
sementara pada waktu-waktu lain seseorang tidak merasa mengenai bagaimana
informasi tersebut digunakan. Jika setiap orang selalu jelas dan jujur mengenai
bagaimana mereka akan menggunakan informasi yang dilaporkan, maka akan
terdapat lebih sedikit masalah, tetapi masi tetap ada kemungkinan bahwa informasi
tersebut akan kemudian digunakan dalam cara-cara yang tidak dimaksudkan ketika
pertama kali informasi tersebut diminta. Dalam kasus-kasus lain adalah jelas dari
respon penerima, atau kurangnya respon penerima, bahwa mereka tidak
menggunakan informasi yang dilaporkan seperti yang mereka katakana.
3. Insentif/Sanksi Kekuatan dan sifat dari kekuasaan penerima terhadap pengirim
adalah penentu yang penting mengenai seberapa besar kemungkinan bahwa
sipengirim akan mengubah perilakunya. Semakin besar potensi yang ada bagi
sipenerima, untuk memberikan penghargaan atau sanksi kepada sipengirim,
semakin hati-hati sipengirim akan bertindak dalam memastikan bahwa informasi
yang dilaporkan dapat diterima oleh sipenerima.
4. Penentuan Waktu Waktu adalah faktor penting dalam menetukan apakah
persyaratan pelaporan akan menyebabkan perubahan dalam perilakupengirim atau
tidak. Supaya persyaratan pelaporan dapat menyebabkan pengirim mengubah
perilakunya, ia harus mengetahui persyaratan pelaporan tersebut sebelum ia
bertindak. Jika persyaratan pelaporan hanya terjadi setelah pengirim telah bertindak,
maka tidak ada peluang untuk mengubah perilaku masa lalu
5. Strategi Respons iterative Ketika suatu persyaratan pelaporan baru dikenakan,
strategi yang paling murah adalah untuk terus berperilaku seperti biasa, melaporkan
sejujurnya perilaku tersebut, dan menunggu reson dari penerima. Jika tidak ada
respon, maka strategi tersebut dapat diteruskan.
6. Pengaruh Perhatian
Dampak mengarahkan perhatian dapat dianggap sebagai dampak dari
pencatatandan bukannya dampak dari pelaporan informasikarena dampak tersebut
timbul dari kepentingan pengirim itu sendiri dan tidak bergantung pada informassi
yang dilaporkan kepada siapapun. Tetapi, dampak tersebut dipertimbangkan karena
dapat terjadi sebagai respon terhadap persyaratan pelaporan dari luar, meskipun hal
tersebut juga dapat terjadi tanpa adanya persyaratan tersebut.

2.2.3 Dampak dari Persyaratan Pelaporan


Persyaratan pelaporan dapat mempengaruhi perilaku disemua bidang seperti :
1. Akuntansi Keuangan Badan-badan yang berwenang dalam akuntansi keuangan di
Amerika Serikat, termasuk Securities Exchange Commission (SEC), Financial
Accounting Standards Board (FASB), dan Financial Executive Research Foundation
(FERF), telah mengakui dampak potensial yang dimiliki oleh persyaratan pelaporan
terhadap perilaku korporat. FASB dan FERF baru-baru ini mulai mendorong dan
mendukung investigasi mengenai dampak semacam itu dan mempertimbangkannya
secara eksplisit dalam proses penetapan standar.
2. .Akuntansi Perpajakan Akuntansi perpajakan keperilakuan merupakan bidang yang
relative masi belum di eksplorasi. Tetapi, bidang tersebut tentu saja merupakan
bidang yang sensitive dalam kaitannya dengan persyaratan pelaporan. Beberapa
orang bahkan percaya bahwa persyaratan pelaporan pajak yang sekarang
melanggar hak konstitusional. Umumnya dipandang bahwa persyaratan pelaporan
pajak adalah rumit dan sulit bagi banyak pembayar pajak.
3. Akuntansi Sosial Hanya seditkit saja yang diketahui mengenai dampak dari
akuntansi sosial terhadap pengirim informasi. Masih terdapat relative sedikit
akuntansi sosial bagi public, dan kebanyak riset mengenai hal itu berkaitan dengan
dampak terhadap penerima dari informasi yang dilaporkan. Karena akuntansi sosial
eksternal masih bersifat sukarela, maka tidak terdapat dampak apapun terhadap
pelaporan secara sukarela.
4. Akuntansi Manajemen Manajemen dapat memberlakukan persyaratan pelaporan
internal apapun yang diinginkannya kepada bawahan. Pos-pos yang dilaporkan
secara internal dapat bersifat keuangan, operasional, sosial, atau suatu kombinasi.

2.3 Aspek Keperilakuan Pada Penganggaran Modal

2.3.1 Penganggaran Modal

Penganggaran Modal ( Capital Budgeting )Istilah penganggaran modal digunakan untuk


melukiskan tindakan perencanaan danpembelanjaan pengeluaran modal, seperti untuk
pembelian equipmen baru untukmemperkenalkan produk baru, dan untuk memodernisasi
fasilitas pabrik. Penganggaran Modal adalah Suatu Konsep Investasi Dikatakan sebagai
suatu konsep investasi, sebab penganggaran modalmelibatkan suatu pengikatan
(penanaman) dana di masa sekarang dengan harapanmemperoleh keuntungan yang
dikehendaki di masa mendatang.Investasi membutuhkan dana yang relatif besar dan
keterikatan dana tersebut dalam jangka waktu yang relatif panjang, serta mengandung
resiko.
Investasi , Investasi adalah pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang
untukmenghasilkan laba dimasa yang akan datang. Dalam penggantian atau
pembahasankapasitas pabrik misalnya : dana yang sudah ditanamkan akan terikat dalam
jangka waktu yang panjang, sehingga perputaran dana tersebut kembali menjadi uang
tunaitidak dapat terjadi dalam waktu satu atau dua tahun, tetapi dalam jangka waktu yang
lama.

2.3.2 Pendekatan Umum Terhadap Proses Penganggaran Modal

Sebagai tahap pertama dalam proses investasi,sebagian besar buku referensi


menyebutkan bahwa pembentukan strategis dan tujuan investasi keuangan jangka panjang
dijadikan sebagai panduan yang harus melayani keputusan manajerial.Tahap kedua adalah
tujuan harus konsisten dengan keunggulan kompetitif perusahaan dan tipe investasi yang
ditargetkan. Dengan demikian,tahap ini akan dibandingkan dengan proses bisnis
perencanaan yang dijelaskan oleh Bower(1970). Sebaliknya,beberapa penulis menjelaskan
bahwa penentuan anggaran investasi merupakan tahap awal dalam proses investasi.

2.3.3 Teori Kontijensi dalam Konteks Penggaran Modal


Teori kontijensi sebagaimana telah dibahas dalam konteks penggaran modal
berkaitan erat dengan desain proses penganggaran modal Bower(1970). Dalam perspektif
ini,efisiensi alokasi sumber daya tidak hanya masalah kecanggihan mengadopsi,secara
teoritis juga terkait dengan tektik investasi dan keunggulan prosedur.

2.3.4 Pertimbangan proses peanggaran modal dalam penelitian sebelumnya

Tiga penelitian sebelumnya telah memasukkan proses keseluruhanpenganggaran modal


dalam definisi mereka terhadap kecanggihan penganggaran modal. Oleh karena itu literator
tentang subjek tidak memberikan aturan normative yang jelas untuk proses, definisi
umumnya diterapkan mengacu pada penggunaan metode unggul dan prosedur operasi
sistematis. Para ilmuan berpendapat bahwa keputusan penganggaran modal harus diartikan
sebagai system komponen yang saling terkat. Tingkat kecanggihan system penganggran
modal ditentukan oleh keberadaan Sembilan komponen berikut.

1. Penyuunan anggaran modal jangka panjang


2. Pencarian sistematis alternative untuk proyek besar
3. Adanya skrining dan telaah badan
4. Teknik evaluasi proyek
5. Analisis risiko
6. Pekerjaan penuh waktu staf penganggaran modal
7. Pengendalan pengeluaran
8. Pasca-audit.

2.3.5 Aspek keprilakuan dari penganggaran modal

Masalah dalam Mengidentifikasi Proyek Potensial

Adalah penting untuk diperhatikan bahwa selalu terdapat minat yang besar dalam
mengevaluasi keberhasilan dari proyek yang dipilih. Akan tetapi, proyek yang dikorbankan,
baik karena tidak adanya identifikasi maupun seleksi, hamper tidak pernah dipertimbangkan
sesudahnya. Hal itu mungkin disebabkan karena biaya kesempatan dari proyek tersebut lebih
besar dibandingkan dengan manfaat dari proyek yang dipilih dan diterapkan.

Masalah Prediksi yang Disebabkan oleh Perilaku Manusia

Memproyeksikan kemulusan dan kesesuaian dari aktivitas individual maupun


kelompok aktifitas untuk suatu periode selama lima sampai dua puluh tahun adalah tindakan
yang berbahaya. Juga diketahui secara umum bahwa orang-orang belajar dengan berlalunya
waktu ketika mereka mengoperasika suatu prosedur tertentu.
Masalah Manajer dan Ukuran Jangka Pendek
Karena jarang terdapat hubungan satu banding satu antara manajer dan proyek, maka
manajer individual akan mengambil alih proyek-proyek dari pendahuluan mereka dan
memulai beberapa proyek mereka sendiri. Sedikit sekali proyek yang akan dimulai dan
diselesaikan oleh manajer yang sama karena tingkat perputaran yang cukup cepat (misalnya
promosi, transfer, dan seterusnya) yang terjadi di kebanyakan organisasi.

Masalah yang Disebabkan oleh Identifikasi Diri Sendiri dengan Proyek


Manajemen puncak sebaiknya menyadari bahwa proses mencoba untuk membuat
proyek yang buruk terlihat bagus dapat menyiksa bahkan manajer yang terbaik sekali pun.
Sebaiknya terdapat mekanisme yang elegan untuk “menyelamatkan” proyek sebelum manajer
yang sebenarnya sangat bagus meninggalkan perusahaan atau bertindak secara disfungsional
untuk menghindari keharusan untuk mengakui bahwa suatu proyek yang mereka usulkan
tidak berhasil.
2.3.6 Tampilan Rasional

Dalam meninjau faktor-faktor ini, juga dicatat bahwa terdapat masalah-masalah yang
ditimbulkan oleh kesulitan dalam mengidentifikasikan dan memilih proyek modal dan
kebutuhan akan kreativitas dan penilaian manusia. Kesimpulannya, seseorang dapat
mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran memiliki tampak muka rasionalitas,
terutama ketika model matematis yang rumit digunakan. Model matematis tersebut
memberikan atmosfir kepastian, logika, dan ilmu pengetahuan. Tetapi, yang mendasari proses
pengambilan keputusan adalah faktir-faktor keperilakuan yang disebutkan dalam bab ini.
Sayangnya, para pengambil keputusan mungkin tidak ingin mengakui bahwa faktor-faktor
manusia yang irasional mungkin menjadi faktor yang terpenting dalam penerimaan atau
penolakan terhadap suatu proyek tertentu.
2.3.7 Saran-saran Perbaikan

Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi pengaruh yang merugikan dari faktor-faktor
keperilakuan manusia terhadap proses penyusunan anggara modal? Pertama, adalah penting
bahwa mereka yang terlibat dalam penyusunan anggaran modal menyadari faktor-faktor
keperilakuan yang melekat pada proses tersebut. dimana mungkin, faktor-faktor ini sebaiknya
tidak diperbolehkan untuk mengaburkan data keputusan yang relevandan yang bersifat lebih
rasional. Sementara dalah tidak mungkin untuk tidak sama sekali menghilangkan faktor-
faktor manusia, suatu pendekatan yang berhasil akan menekankan pada kesadaran akan
faktor-faktor tersebut dan uasaha-usaha untuk mengendalikan dampaknya yang
disfungsional.
Kesimpulannya, disarankan bahwa mereka yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran
modal dan dalam manajemen proyek modal sebaiknya paling tidak menyadari akan faktor-
faktor keperilakuan yang terlibat. Paling tidak, mereka sebaiknya mengambil langkah-
langkah aktif untuk memastikan bahwa faktor-faktor keperilakuan dari penyusunan anggaran
modal tidak menghasilkan keputusan yang suboptimal.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan makalah diproleh Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai


keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan
refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Sedangkan
pengertian keputusan menurut para ahli sebagaiamana dalam jurnal Rolasmana,
(2013) sebagai berikut: George R. Terry, pengambilan keputusan adalah pemilihan
alternative perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
Kemudian S.P. Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Keputusan adalah pemilihan
di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada
pilihan atas dasar logika atau pertimbangan; (2) ada beberapa alternatif yang harus
dipilih salah satu yang terbaik; dan (3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan
itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut. Untuk memahami aspek keperilakuan
dalam pengambilan keputusan maka dibahas secara rinci di dalam Pengambilan
keputusan, Para Pengambil Keputusan dan contoh Kasus dilema pada Aspek
Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambi Keputusan.

Saran

- Dalama pembahasan makalah ini dibutuhkan penjelasan lebih rinci tentang


bagaiamana contoh delima yang kongrit menggambarkan tentang Aspek
Keperilakuan pada Pengambilan Keputusan dan Para Pengambi Keputusan.
- Dibutuhkan jurnal-jurnal ilmiah dan buku yang dapat di jadikan panduan yang
dapat di jadikan sebagai panduan dalam penyusunan makalah yang lebih
terstruktur
DAFTAR PUSTAKA

http://keuanganlsm.com/aspek-aspek-penting-dalam-akuntansi-
keperilakuan/#sthash.tEhl6jRP.dpuf
http://id.scribd.com/doc/134445068/Rangkuman-Aspek-Keperilakuan-Dalam-
Penilaian-Kinerja#scribd
https://www.academia.edu/8268924/Cover_ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_
PENGAMBILAN_KEPUTUSAN_DAN_PARA_PENGAMBIL_KEPUTUSAN
http://mohamad-khaidir.blogspot.com/2013/07/makalah-akuntansi- keperilakuan.html

Anda mungkin juga menyukai