Anda di halaman 1dari 12

ANTI KORUPSI

“PRINSIP-PRINSIP ANTI KORUPSI”

DISUSUN OLEH :

ADINDA SYAFHIRA

10031281722032

DOSEN : VERA NOVIANTI, S.H., M.HUM

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI KESEHATAN LINGKUNGAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
“Prinsip-prinsip Anti Korupsi”.

Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk masyarakat dan dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Indralaya, 24 Agustus 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………… 1

DAFTAR ISI …………………………….….. 2

BAB I PENDAHULUAN …………………………….….. 3

1.1 Latar Belakang ………………………………... 3


1.2 Rumusan Masalah ………………………………... 3
1.3 Tujuan ……………………….……….. 3

BAB II PEMBAHASAN …………………………….….. 4

2.1 Prinsip – prinsip Anti Korupsi ………………………….…….. 4

2.1.1 Akuntabilitas ………………………………… 4

2.1.2 Transparansi ………………………………… 5

2.1.3 Kewajaran ………………………………… 6

2.1.4 Kebijakan ………………………………… 7

2.1.5 Kontrol Kebijakan ………………………………… 8

BAB III PENUTUP ………………….…………………….. 10

3.1 Kesimpulan ……………..………………………………….…… 10

3.2 Saran …………………………………………………………. 10

DAFTAR PUSTAKA ..………………………………. 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, di sebut faktor
internal sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan
korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi,
kedua faktor penyebab korupsi tersebut.

Korupsi juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran suatu negara
sehingga sangat penting untuk menanamkan sifat/sikap anti korupsi sejak dini. Upaya lain
adalah dengan Kementrian Pendidikan yang memasukkan mata kuliah Pendidikan Anti
Korupsi di perguruan tinggi guna meningkatkan rasa anti korupsi sehingga dapat diharapkan
membantu mengurangi angka korupsi di Indonesia.

Tingginya angka korupsi di Indonesia membuat pemerintah Indonesia membuat berbagai


usaha dalam pencegahan atau upaya pemberantasan korupsi seperti membuat sebuah lembaga
yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi/KPK.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Saja Prinsip-prinsip Anti Korupsi ?

2. Bagaimana Penerapan Prinsip-prinsip Anti Korupsi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Prinsip-prinsip Anti Korupsi

2. Untuk Mengetahui Penerapan dari Prinsip Anti Korupsi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Anti Korupsi

Prinsip-prinsip anti korupsi pada dasarnya merupakan langkah-langkah antisipatif yang


harus dilakukan agar laju pergerakan korupsi dapat dibendung bahkan diberantas. Pada
dasarnya Prinsip-prinsip anti korupsi terkait dengan semua objek kegiatan publik yang
menuntut adanya integritas, objektivitas, kejujuran, keterbukaaan, tanggung gugat dan
meletakkan kepentingan publik diatas kepentingan individu. Dalam konteks korupsi ada
beberapa prinsip yang harus ditegakkan untuk mencegah terjadinya korupsi, yaitu prinsip
akuntabilitas, transparansi, kewajaran dan adanya aturan maen yang dapat membatasi ruang
gerak korupsi, serta kontrol terhadap aturan main tersebut.

2.1.1 Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga
mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de
facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu)
maupun pada level lembaga.

Akuntabilitas publik secara tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk
mengawasi dan mengarahkan perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban
untuk dapat memberikan jawaban (answerability) kepada sejumlah otoritas eksternal. Selain
itu akuntabilitas publik dalam arti yang lebih fundamental merujuk kepada kemampuan
seseorang terkait dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang diberikan jawaban ini
haruslah seseorang yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan
mengharapkan kinerja.

Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah:
kuntabilitas program, akuntablitas proses, akuntailitas keuangan, akuntabilitas outcome,
akuntabilitas hukum dan akuntabilitas, politik .

Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui


mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh
masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

Penerapan akuntabilitas dapat dilihat pada saat pelaksanaan kegiatan yang mana ketua panitia
melaporkan kepada para undangan.

4
2.1.2 Transparansi

Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan
mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus
kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling
sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung
tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan
modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang.

Dalam transparasi terdapat lima bagian yaitu:

1) Proses Penganggaran
Proses ini dikatakan baik karena penganggaran dalam sebuah kegiatan bersifat
transparasi dengan memberitahukan dana yang diperoleh, dana yang dikeluarkan
serta sisa dana dari kegiatan tersebut.

2) Proses Penyusunan Kegiatan


Penyusunan kegiatan sistematis/teratur secara rinci mengenai waktu, dan tempat.

3) Proses Pembahasan
Pembahasan dilakukan agar tidak terjadi kesalahan komunikasi dan diharapkan
mendapatkan dukungan dari semua pihak.

4) Proses Pengawasan

5) Proses Evaluasi

Evaluasi dapat dilakukan tidak hanya oleh panitia terkait namun juga dapat disampaikan oleh
semua pihak yang diharapkan dapat memperbaiki berbagai kekurangan sehingga akan
memperbaikinya.

Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran.

Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses
pembahasan tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran
(anggaran belanja).

Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang berkaitan dengan
strategi penggalangan (pemungutan dana), mekanisme pengelolaan proyek mulai dari
pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara
teknis.

5
Proses pengawasan dalam pelaksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan dengan
kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh
masyarakat sendiri.

Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan
bukan hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari
setiap output kerja-kerja pembangunan.

2.1.3 Kewajaran

Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran
dalam bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting
komperehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif
Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,
berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi
dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam perencanaan atas dasar asas value
for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.

1) Komperehensif dan disiplin

Komperehensif dan disiplin berarti mempertimbangkan keseluruhan aspek,


berkesinambungan, taat asas, prinsip pembebanan, pengeluaran dan tidak melampaui batas
(off budget).

Seperti : Koordinator dari tiap seksi harus memberikan laporan tentang hal serta dana yang
dibutuhkan sehingga dapat disimpulkan dari semua kebutuhan serta dana yang diperlukan
untuk tercapainya kegiatan tersebut.

2) Fleksibilitas

Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan tertentu untuk mencapai efisiensi dan
efektifitas.

Seperti : Semua anggota kepanitiaan dapat saling membantu walaupun berbeda tugas.

3) Terprediksi

Terprediksi berarti adanya ketetapan dalam perencanaan atas dasar asas value for money
untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan. Anggaran yang terprediksi
merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses perencanaan pembangunan.

Seperti : Panitia kegiatan dapat memprediksi berapa banyak dana yang diperlukan dengan
membuat rincian dana perseksi sehingga mendapatkan target dana yang dibutuhkan.

6
4) Kejujuran

Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan maupun pengeluaran
yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran merupakan
bagian pokok dari prinsip fairness.

Seperti : Memberikan bukti dalam pengeluaran dana contoh pemesanan makanan/snack yang
dilakukan oleh seksi konsumsi dengan memberikan bukti nota dari tempat pemesanan
makanan/snack tersebut.

5) Informatif

Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya sistem informasi pelaporan yang teratur dan
informatif. Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja, kejujuran dan
proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas dari kejujuran.

Seperti : Ditunjukkan dengan memberikan informasi secara transparan tentang rincian


penggunaan dana oleh masing-masing seksi.

2.1.4 Kebijakan

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan
yang dapat merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik
dengan undang-undang anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan
mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun
lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap
kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan
terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.

Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan
integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh
aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan
lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,
pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang
anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

7
Untuk mengatur interaksi agar tidak terjadi penyimpangan terdapat empat aspek kebijakan
anti korupsi yaitu:

a. Isi
Berikut contoh isi kebijakan dari kepanitiaan sebuah kegiatan :
1) Ketua panitia dan semua anggotanya berkewajiban hadir dalam setiap rapat yang
diadakan terkecuali sakit atau kepentingan mendesak.
2) Menargetkan dana yang akan dibutuhkan dengan meminta rincian dana yang
diperlukan masing-masing seksi.
3) Memberikan bukti dalam penggunaan dana berupa nota/kwitansi.
4) Membuat target bahwa persiapan untuk kegiatan harus selesai/siap dalam waktu
kurang dari satu minggu sebelum hari pelaksanaan.

b. Pembuat
Ketua panitia dengan kesepakatan semua anggota kepanitiaan.

c. Pelaksana
Ketua panitia dan semua anggota kepanitiaan.

d. Kultur
Semua anggota kepanitiaan melaksanakan isi dari kebijakan tersebut tanpa terkecuali
ataupun merasa terpaksa.

2.1.5 Kontrol kebijakan

Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi. Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi,
evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap
kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan dan pelaksanaannya. Kontrol kebijakan
evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap
tidak sesuai.

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar
biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem
perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan
tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini.

Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum
menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi
seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai
hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau lambat korupsi
akan menghancurkan negeri ini.

8
Ini dapat menjadi indikator bahwa prinsip anti korupsi seperti yang telah diterangkan diatas
penerapannya masih sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak
dengan sungguh-sungguh dijalani sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa.

Tak dapat dipungkiri untuk menanamkan prinsip-prinsip anti korupsi perlu diajarkan sejak
dini kepada seluruh masyarakat secara umum. Saat ini sebagain besar baru terpusat pada
golongan tertentu di tempat tertentu. Untuk langkah yang lebih serius, seharusnya penanaman
nilai dan prinsip anti korupsi ini harus di terapkan.

Ada tiga model kontrol kebijakan yang dapat dilakukan yaitu :

a) Partisipasi
Semua anggota kepanitiaan dapat berpartisipasi dalam mengontrol kebijakan yang
telah dibuat.

b) Evolusi
Semua anggota kepanitiaan tanpa terkecuali dapat memberikan ide/masukan
alternatif kebijakan baru yang berguna untuk sesuai dengan situasi dan kondisi.

c) Reformasi
Penggantian/reformasi kebijakan yang baru dapat dilakukan sesuai dengan yang di
usulkan serta kebijakan baru tersebut telah mendapat persetujuan oleh anggota
kepanitiaan lainnya.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sebagai sebuah penyimpangan, korupsi tidak hanya berlangsung pada ranah


kekuasaan untuk mencari keuntungan materi juga dalam bentuk penyimpangan kepercayaan
yang ada pada setiap orang. Korupsi bukan hanya milik pemerintah, tapi juga sektor swasta
bahkan lembaga pendidikan. Korupsi tidak hanya berlangsung pada level struktural, tapi juga
kultural.

Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam
diri setiap individu. Setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti
korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan dalam
suatu organisasi /institusi/ masyarakat. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab
korupsi tersebut.

Oleh karena itu hubungan antara prinsip-prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

3.2 SARAN

Dalam penulisan makalah ini penulis memohon maaf jika terdapat kekurangan pada
penulisan makalah dan sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Semoga
bermanfaat

10
DAFTAR PUSTAKA

http://diskopukm.natunakab.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=119:ko
mitmen-anti-korupsi&catid=58&Itemid=1150

http://gustavwiranata.blogspot.co.id/2016/03/makalah-pendidikan-anti-korupsi.html

http://heru55.blogspot.co.id/2016/03/prinsip-prinsip-anti-korupsi.html

http://salwani-alwan.blogspot.co.id/2016/03/nilai-dan-prinsip-korupsi.html

https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmu-hukum/nilai-dan-prinsip-anti-
korupsi/

11

Anda mungkin juga menyukai