Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Pas Foto

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Alvina Mailaffaiza


2 Jenis Kelamin Perempuan
3 NIM 210703110040
4 Tempat, Tanggal Lahir Lumajang, 13 November 2003
5 E-mail Alvina9012@gmail.com
6 Nomor Telepon 085234093672
7 Alamat Desa Kebonsari, Kec. Sumbersuko Kab. Lumajang

B. Riwayat Pendidikan

SMP SMA Perguruan Tinggi


Instansi MTs Negeri Luamajang Man Lumajang UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang
Bidang Ilmu Sains Mipa Farmasi
Tahun Masuk – 2016-2019 2019-2021 2021- sekarang
Lulus
IPK - - 3,30
C. Pengalaman Organisasi

No Nama Organisasi Jabatan Tahun


1.LSO Senior Anggota (Kadiv Media 2021/2022
Publikasi)
2.AMSA UIN Malang Anggota (Publications and 2021/2022
Information)
)
3.SEMA FKIK UIN Malang Anggota 2023- sekarang

D. Prestasi Akademik dan Non Akademik

No Jenis Prestasi Cabang Tingkat Peringkat Tahun


1. Finalis International Business Plan International Finalis 2021
Peper Competition

E. Pengalaman Penelitian (Opsional)

No Tahun Judul Penelitian


- - -
Uji Aktivitas Antimalaria Ekstrak Tumbuhan Pada Mencit Terinfeksi
Plasmodium berghei

1. Kerangka Konseptual

Mencit yang terinfeksi Simplisia korteks


Plasmodium berghei Alstonia spectabilis

P. berghei menginfeksi sel Ekstrak Korteks Alstonia


parenkim hati dan matang spectabilis mengandung
menjadi skizon Alkaloid (Pote, 2002)
.
Skizon berkembang jadi Alkaloid diketahui menekan
merozoit pertumbuhan protozoa seperti
plasmodium (Falah et al., 2013)

Sel hati yang mengandung P.


berghei rusak dan merozoit
keluar bebas keP.aliran
berghei
darah
Respon Imun
Non-Spesifik
Eritrosit terinfeksi dan merozoit
berubah menjadi tropozoid
Respon Antimalaria
Membentuk Skizon

Analisis Hasil

Uraian Kerangka Konseptual


Malaria menjadi salah satu penyakit tropis menular paling umum terjadi di
dunia dengan perkiraan lebih dari 200 juta kasus setiap tahunnya. World Health
Organization (WHO) dalam World Malaria Report pada tahun 2020
menempatkan Indonesia peringkat kedua tertinggi di asia setelah india untuk
jumlah kasus malaria tertingggi. Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi
provinsi yang telah ditetapkan sebagai wilayah endemis malaria di indonesia.
Masyarakat di daerah NTT memanfaatkan kulit batang (korteks) dari
tanaman Pule Hitam (Alstonia spectabilis) sebagai pengobatan malaria.
Masyarakat setempat meyakini kulit batang Alstonia spectabilis dapat mengobati
malaria karena rasa pahit pada ekstrak korteks Alstonia spectabilis. Tanaman
Alstonia spectabilis mengandung senyawa metabolit skunder alkaloid (Pote,
2002). Alkaloid yang terkandung dalam ekstrak tanaman dapat menekan
pertumbuhan protozoa seperti plasmodium pada jaringan darah (Falah, et al.,
2013).
Pada penelitian ini digunakan hewan coba Mus musculus (mencit) yang
terinfeksi Plasmodium berghei yang merupakan parasit hemaprotozoa yang
menyebabkan penyakit malaria pada hewan pengerat seperti mencit. Setelah
mencit yang terinfeksi P. berghei, parasit akan menginfeksi sel parenkim hati dan
dimulai stadium eksoeritrositik yang terjadi sebelum memasuki eritrosit
(eritrositik) dari daur hidupnya. Di dalam sel hati parasit tumbuh menjadi skizon
dan berkembang menjadi merozoit. Sel hati yang mengandung parasit akan
menjadi rusak dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian akan berada di fagosit
hati. Siklus eritrositik dimulai saat merozit memasuki sel-sel darah merah, dimana
parasit akan tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma yang
membesar, bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit. Selanjutnya
tropozoit berkembang menjadi skizon muda dan kembali melakukan siklus
eritrositik. Respon imun non-inflamasi terjadinya infeksi pada eritrosit akan
menghasilkan respon anti-malaria yang selanjutnya akan dilakukan analisis hasil
pengamatan pada hewan coba.
2. Tinjauan Umum Alstonia Spectabilis
Tumbuhan A. spectabilis R.Br merupakan salah satu tumbuhan famili
Apocynaceae dengan kayu keras dan kulit batang cukup pahit bila dikunyah
(Brown, 1992). Tumbuhan A. spectabilis R.Br masyarakat Sumba mengenalnya
dengan nama Halay dan biasanya masyarakat setempat menggunakan batang kayu
untuk bahan bangunan. Selain itu, masyarakat Sumba memanfaatkan kulit batang
untuk dijadikan ekstrak untuk mengkonsumsi untuk pengobatan malaria.
Masyarakat Sumba meyakini bahwa ekstrak kulit batang A. spectabilis R.Br dapat
menekan pertumbuhan Palsmodium malariae karena rasa pahit pada ekstrak kulit
batang (Renda, Y. K. dkk, 2023). sehingga berdasarkan taksonomi tumbuhan
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Apocynales
Famili : Apocynaceae
Genus : Alstonia
Spesies : Alstonia spectabilis R.Br.

Gambar Pule Hitam (Alstonia Spectabilis)

Tumbuhan Alstonia spectabilis mengandung senyawa metabolit sekunder


yang disintesis oleh organ tumbuhan baik pada akar, batang, daun, bunga, buah,
dan biji. Tumbuhan memproduksi senyawa metabolit sekunder untuk
mempertahankan diri dalam habitatnya. Senyawa metabolit merupakan senyawa
aktif pada tumbuhan yang umumnya mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
terpenoid, steroid, saponin, tanin, dan fenolik yang berpotensi sebagai obat.
Senyawa aktif yang terdapat pada tumbuhan memiliki efek fisiologis dan
bermanfaat sebagai obat (Renda, Y. K. dkk, 2023). Tanaman Pule Hitam
(Alstonia spectabilis) termasuk dalam famili Apocynaceae dari suku kamboja-
kambojaan biasa digunakan sebagai obat berbagai penyakit seperti mengobati
deman, merangsang nafsu makan, malaria, dan pembesaran limpa. Tumbuhan
Pule Hitam mengandung senyawa Alkaloid (Pote, 2002).
A. Senyawa Metabolite Alstonia Spectabilis
Kandungan senyawa bioaktif dalam tumbuhan yakni senyawa
metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid dan senyawa fenolik
dapat bermanfaat sebagai obat. Senyawa metabolit sekunder flavanoid
berfungsi sebagai pemberi warna pada bunga dan buah dan senyawa
metabolit sekunder alkaloid berfungsi sebagaiperlindungan diri dari serangan
hama dan penyakit. Selain tu, kandungan senyawa metabolit sekunder
berpotensi sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi, antimikroba,
antidiabetes, dan antitripanosoma. Kandungan senyawa metabolit sekunder
berkasiat untuk penyembuhan berbagai penyakit diantaranya gangguan
pencernaan, penyakit kulit, luka, gangguan pernapasan, penyakit dalam, sakit
gigi,dan iritasi mata (Dai, L. I. et. al, 2023).
Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pengobatan adalah
Alstonia spectabilis R. Br. Studi menunjukkan sifat antimalaria, sitotoksik,
antikanker. Ekstrak kasar Alstonia spectabilis R.Br bekerja baik terhadap sel
H69PR, HT-29, MCF-7,dan THP-1, sehingga dapat menjadi kandidat untuk
obat kemoterapi dan untuk menangani kanker kolorektal manusia,
adenokarsinoma payudara manusia, dan karsinoma sel paru. Senyawa metabolit
sekunder yakni alkaloid adalah senyawa paling penting dari produk alam dengan
keragaman struktural dan efek farmakologis, terutama ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggi seperti family Apocynaceae (Pandey dkk., 2021).
Kandungan alkaloid indol dari daun, batang dan kulit kayu Alstonia
spectabilis R.Br bemanfaat sebagai Moluscicidal, anthelmintik, sitotoksik,
antiseptik, tonikantibakteri, bronkodilator, emmenagog, antidisentrik, astringen,
antikolerik, dan rentan. Jus daun mentadioleskan untuk membunuh kutu rambut.
Kulit batang dan daunnya digunakan untuk mengobati sakikepala, influenza,
diare, disentri, bronkitis, radang sendi, demam, dan radang paru-paru
sedangkan,rebusan daun dan kulit kayu diberikan pada disentri (Dai, L. I. et. al,
2023).
B. Kandungan Antimalaria Alstonia Spectabilis
Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan
adalah senyawa alkaloid yang mengandung basa nitrogen yang memiliki efek
fisiologis dan dapat dimanfaatkan di bidang kesehatan sebagai obat pada berbagai
penyakit diantaranya dapat memicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, obat
penenang, antimikroba, dan obat penyakit jantung. Pemanfaatan ekstrak
tumbuhan untuk pengobatan dapat mengatasi permasalahan di bidang kesehatan
untuk pengobatan penyakit tertentu. Hal ini disebabkan karena senyawa metabolit
sekunder yang terkandung dalam tumbuhan yang dapat bermanfaat sebagai obat.
Mayarakat Sumba memanfaatkan ekstrak tumbuhan Pule Hitam (A. spectabilis R.
Br) untuk pengobatan penyakit malaria. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis dan karakteristik senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada kulit
batang tumbuhan Pule Hitam (A. spectabilis R. Br) (Renda, Y. K. dkk, 2023).
Pohon Pule Hitam (Alstonia spectabilis) yang rasanya pahit biasanya
dimanfaatkan untuk mencegah malaria juga ditemukan memiliki aktifitas sebagai
imunomodulator. Kandungan metabolit sekunder pada tanaman berupa alkaloid,
flavonoid, xanton, quassinoid, triterpen dan sesquiterpen telah dibuktikan
memiliki kemampuan dalam membunuh Plasmodium, sehingga dapat digunakan
sebagai antimalaria. Pohon Pule Hitam (Alstonia spectabilis) biasanya
dimanfaatkan sebagai obat malaria. Kandungan senyawa aktif kulit dari pohon
Pule Hitam ditemukan terdapat senyawa seperti alstonin, pikrinin, ekitamin, dan
akuamisin. Senyawa-senyawa ini memiliki struktur dasar yang mirip dengan
strutkur dasar klorokuin, salah satu obat malaria. Sehingga dari penelitian tersebut
dapat dibuktikan bahwa dalam tanaman ini terdapat kandungan senyawa aktif
yang dapat digunakan sebagai pilihan dalam pengobatan malaria (Saleh, S. dkk,
2020).
Kulit batang Pule Hitam (Alstonia spectabilis) mengandung alkaloid
sehingga jumlah parasit yang terdapat di dalam tubuh dapat ditekan dengan
pemberian tanaman ini. Mekanisme kerja tubuh terhadap parasite malaria sangat
kompleks karena melibatkan hampir semua komponen imun, baik imuni- tas yang
timbul secara alami maupun didapat akibat adanya infeksi yang spesifik maupun
non spesifik, humoral maupun seluler. Toksin malaria yang dominan berupa
Glucose Phosphate Isomerase (GPI) merupakan komponen dari protein
membrane Plasmodium yang dapat mengaktifkan makrofag dan endotelium
vaskuler dalam merangsang TNF-a, IL-1, NO dan ekspresi ICAM (Inter-Cellular
Adheson Molecule). Hal ini mengakibatkan timbulnya berbagai mekanisme
patogenesis malaria.
C. Aktivitas Antimalaria pada mencit yang terinfeksi Plasmodium
berghei
Malaria merupakan penyakit infeksi yang terjadi hampir di seluruh daerah
tropis di dunia. Sekitar 103 negara terinfeksi malaria dan menimbulkan masalah
serius bagi negara-negara berkembang. Diperkirakan malaria menyebabkan 300-
500 juta kasus per tahun dengan 1,52,7 juta kematian per tahun di dunia. Di
Indonesia WHO memperkirakan, terdapat 6 juta kasus malaria yang menerima
pengobatan dan 700 diantaranya mengalami kematian setiap tahunnya. Malaria
juga merupakan penyakit tertinggi keempat yang terjadi pada anak-anak. Terdapat
4 spesies Plasmodium yang menyebabkan malaria yaitu Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan Plasmodium falciparum. Dari
keempat spesies tersebut diatas, Plasmodium falciparum adalah yang terbanyak
menyebabkan kematian karena komplikasi yang ditimbulkan (Taek, M. M.,
2023).
Malaria merupakan masalah kesehatan utama yang paling umum terjadi di
Negara tropis dan berkembang di Afrika sub-sahara, Asia Tenggara termasuk
India. Gejala yang timbul pada penderita penyakit malaria yaitu demam tinggi,
berkeringat banyak, nyeri kepala, pendarahan, mual, muntah, diare, pegal-pegal,
dan nyeri otot. Malaria adalah penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh
genus Plasmodium sp. Jenis malaria di Indonesia berdasarkan penyebabnya, yaitu
Malaria Falsiparum disebabkan oleh Plasmodium falciparum, Malaria Vivaks
disebabkan oleh Plasmodium vivax, Malaria Ovale disebabkan oleh Plasmodium
ovale, Malaria Malariae disebabkan oleh Plasmodium malariae, dan Malaria
Knowlesi disebabkan oleh Plasmodium knowlesi (Mufidah, F., & Zuhrotun, A. ,
2020).
Penularan dari Plasmodium berghei mirip seperti parasite malaria pada
manusia karena ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina dan dapat menginfeksi
hati setelah masuk ke pembuluh darah akibat gigitan nyamuk tersebut. Setelah
mengalami perkembangan beberapa hari, parasit akan meninggalkan hati dan
menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia dan merusak organ-
organ penting dalam tubuh seperti paru-paru dan hati. Selama infeksi alami,
tahapan darah dari parasit meng-alami perkembangan yang tidak sinkron dengan
siklus haploid dari 22 jam. Pada siklus aseksual P. berghei, parasit berkembang
menjadi gametosit dalam waktu 24 jam yang sama dengan siklus hidup
P.falcifarum pada umumnya (Prasiwi, D. dkk, 2018).
Setelah darah mencit terinfeksi P. berghei, parasit akan memasuki sel-sel
parenkim hati dan dimulai stadium eksoeritrositikyang terjadi sebelum memasuki
eritrosit (eritrositik) dari daur hidupnya. Di dalam sel hati parasite tumbuh
menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit.Sel hati yang mengandung
parasite akan menjadi rusak dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian akan
berada di fagosit hati. Siklus eritrositik dimulai saat merozit memasuki sel-sel
darah merah, dimana parasit akan tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh
sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit.
Selanjutnya tropozoit berkembang menjadi skizon muda, kemudian berkembang
menjadi skizon matang dan membelah banyak menjadi merozoit. Dengan
selesainya pembelahan tersebut sel darah merah akan pecah dan rusak, merozoit,
pigmen, dan sisa sel akan keluar dan memasuki plasma darah (Prasiwi, D. dkk,
2018).
Parasit selanjutnya akan mulai memasuki sel darah merah lainnya untuk
mengulangi siklus skizogoni. Tiap bahan atau obat antimalaria mempunya
mekanisme penghambatan yang spesifik, begitu pula senyawa-senyawa yang
berasal dari tumbuhan. Alkaloid, terpenoid, dan flavonoid yang terdapat dari
banyak tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antiplas-modial, umumnya
terjadi melalui peningkatan oksidasi sel darah merah dan menghambat sintesis
protein plasmodium. Mekanismenya adalah setelah obat masuk secara oral ke
dalam lambung, kemudian masuk ke usus halus, maka akan terjadi absorbsi obat
oleh sel epitel, selanjutnya akan masuk ke pembuluh darah dan sel target yaitu
hati (Prasiwi, D. dkk, 2018).
Hati merupakan jaringan target obat karena akan bertindak sebagai
reseptor kemudian mengalami metabolism. Di dalam hati terdapat enzim khusus
yaitu sitokrom P450 yang dapat mengubah obat menjadi bentuk metabolitnya.
Obat tersebut yang awalnya bersifat tidak aktif, namun setelah dimetabolisis oleh
P450, akan menjadi aktif menghasilkan senyawa metabolit yang bersifat toksik
(biotoksifikasi). Hemoglobin di dalam sel darah merah akan menghasilkan asam
amino yang merupakan nutrient bagi parasit tetapi juga sekaligus akan
menghasilkan zat toksik berupa senyawa ferry protoporphyrin. Hasil proses
metabolit obat aktif yang bersifat toksik dan keberadaan zat toksik
ferryprotoporphyrin keduanya akan bereaksi membentuk suatu senyawa kompleks
yang dapat meracuni vakuola sebagai nutrient (sumber nutrisi) bagi P.berghei
sehingga parasit tersebut menjadi kelaparan dan kemudian mati (Prasiwi, D. dkk,
2018).
DAFTAR PUSTAKA
Dai, L. I., Pote, L. L., Tukan, G. D., & Taek, M. M. (2023). Aktivitas Antioksidan
dan Sitotoksik Ekstrak Etanol dan Diklorometan Kulit Batang Halay (Alstonia
spectabilis R. Br). Jurnal Sains dan Edukasi Sains, 6(2), 104-110.
Intan, P. R., Winarno, M. W., & Prihatini, N. (2016). Efek ekstrak campuran kulit
batang pulai (Alstonia scholaris) dan meniran (Phyllanthus niruri) pada
mencit Swiss Webster yang diinfeksi Plasmodium berghei. Jurnal
Kefarmasian Indonesia, 79-88.
Mufidah, F., & Zuhrotun, A. (2020). Tanaman Berkhasiat untuk Pengobatan Malaria
di Indonesia Berdasarkan Etnofarmasi. FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah
Farmasi, 10(2), 106-121.
Pandey, K. P., Rahman, M. T., & Cook, J. M. (2021). Bisindole alkaloids from the
Alstonia species: Recent isolation, bioactivity, biosynthesis, and synthesis.
Molecules, 26(11), 3459.
Prasiwi, D., Sundaryono, A., & Handayani, D. (2018). Aktivitas Fraksi Etanol dari
Ekstrak Daun Peronema canescens Terhadap Tingkat Pertumbuhan
Plasmodium berghei. Alotrop, 2(1).
Renda, Y. K., Pote, L. L., & Nadut, A. (2023). Isolasi dan Karakterisasi Senyawa
Alkaloid dari Kulit Batang Tumbuhan Halay (Alstonia spectabilis R. Br) Asal
Desa Wee Rame Kabupaten Sumba Barat Daya. Jurnal Sains dan Edukasi
Sains, 6(1), 44-50.
Saleh, S., Tukayo, B. L. A., & Nurfadillah, E. (2020). Penggunaan Obat Tradisional
Dalam Pengobatan Malaria Di Kelurahan Benyom Jaya Kabupaten Jayapura.
Taek, M. M. (2023). KAYU ULAR: Etnomedisin, Fitokimia, Aktivitas dan Toksisitas
Obat Tradisional Antimalaria Andalan Orang Timor. Rena Cipta Mandiri.

Anda mungkin juga menyukai