Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR

“LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

MUH. ANSAR L031211001


NIRDASARI L031211002
ISMA ARIANTI L031211005
KASWIRANDA L031211009
NABILAH AL WAHAB L031211010
ROSDIANA L031211011
MONALISA A. MUSA L031211013
RADHI MUSAID RUSLAN L031211014
MUH. HAEKAL AL-QADRI L031211016
SYAHRUL RAMADHAN L031211017

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan nikmat kepada kami berupa kesehatan dan kesempatan sehingga
kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul Lobster Air Tawar. Dengan
ini kami harap dapat memberikan pengetahuan yang berguna bagi pembaca.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen karena atas
bimbingan dan saran yang diberikan, kami dapat menyelesaikan tugas kami
dengan baik. Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna.

Oleh sebab itu, kami mohon masukan dan saran untuk menjadikan kami
lebih baik lagi dalam penulisan makalah yang kami buat sekarang hingga di masa
mendatang. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan, serta bermanfaat bagi banyak orang.

15 Juni 2023

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................4

1.1. Latar Belakang.......................................................................................4


1.2. Rumusan Masalah..................................................................................5
1.3. Tujuan ....................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................6

2.1. Lobster Air Tawar ...................................................................................6

2.2. LLLLLLLLLL.........................................................................................7

2.3. LLLLLLLL.............................................................................................8

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................11

3.1. LLLLLLLLLLL......................................................................................11

3.2. LLLLLLLLLL.........................................................................................12

3.3. LLLLLLLLLL.........................................................................................12

3.4. LLLLLLLLLL.........................................................................................13

BAB IV PENUTUP...............................................................................................15

4.1. Kesimpulan .............................................................................................15

4.2. Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Lobster air tawar (Cherax) merupaka udang air tawar yang mempunyai
capit yang besar dan kokoh. Di Indonesia lobster mulai dibudidayakan pada
tahun 2000. Padahal negara lain, seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris,
Cina, Ekuador, Fiji Guatemala, Meksiko, Afrika Selatan, dan Taiwan, telah
membudidayakan hewan bercapit ini sejak tahun 1980. Hal ini terjadi karena
belum banyaknya ilmu pengetahuan alam, khususnya biologi, yang membahas
berbagai spesies lobster air tawar di habitat aslinya. Selain itu, teknik adaptasi
untuk domestikasi lobster air tawar dari habitat alam juga masih minim. Belum
diketahuinya teknik seleksi induk, pengelolaan induk dan calon indukan, produksi
benih, serta pemeliharaan benih menjadi alasan "terlambatnya" budi daya lobster
air tawar di Indonesia.

Lobster air tawar merupkan hewan yang biasanya hidup di air tawar
seperti danau, rawa, atau sungai. Lobster air tawar (Cherax) dapat hidup pada
kedalaman 0,8--1,0 meter. Jika kedalaman kurang dari 0,8 meter akan
menyebabkan kematian karena perubahan suhu selama musim panas. Habitat asli
Lobster air tawar adalah tepinya dangkal dan bagian dasarnya terdiri atas
campuran lumpur, pasir, dan bebatuan. Selain itu, lobster air tawar juga mudah
ditemukan di sungai atau danau yang banyak ditumbuhi tanaman air atau tanaman
darat yang akar atau batangnya terendam air, sedangkan daunnya berada di atas
permukaan air. Suhu ideal untuk pertumbuhan lobster air tawar adalah 26-30° C.
Meskipun demikian, lobster juga dapat bertahan hidup pada suhu 8° C.

Lobster air tawar termasuk salah satu jenis lobster yang aktif mencari
makan pada malam hari (nocturnal). Lobster bersifat omnivora atau pemakan
segalanya. Berbagai jenis pakan bisa dikonsumsi lobster diantaranya pakan alami
(cacing, lumut, tumbuhan air atau bangkai hewan), pakan buatan (pellet) dan
pakan alternative. Kebutuhan pakan lobster sangat sedikit jika dibandingkan
dengan ukuran tubuhnya yang relatif besar. Lobster dewasa hanya membutuhkan
2-3 gram pakan per ekor lobster dewasa setiap hari. Lobster air tawar menghadapi
banyak hambatan dalam upaya peningkatan produksi lobster air tawar seperti
tingkat pertumbuhan yang kurang optimal serta tingginya tingkat kematian pada
fase pasca larva, salah satunya karena faktor

Dalam kegiatan budidaya lobster diperhatikan faktor-faktor


keberhasilannya yakni kondisi lingkungan budidaya, pakan, dan kualitas air.
Ketiga faktor tersebut merupakan faktor utama pendukung keberhasilan budidaya
lobster air tawar Kualiatas air yang berada dalam batas torelansi. Lobster air tawar
dapat mempengaruhi kemampuan untuk beraktifitas, tumbuhan dan berkembang.
Informasi yang terbatas tentang proses reproduksi serta siklus hidup menjadi salah
satu kendala utama dalam pembudidayaan spesies ini. Penentuan umur induk
yang tepat untuk di pijahkan serta tata kelola anakan hasil perkawinan induk
menjadi kunci pokok dalam usaha meningkatkan produksi lobster air tawar, baik
untuk dijadikan sumber bahan makanan maupun untuk dijadikan organisme hias.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini yaitu :
1. Apa saja
2. Apa
3. Bagaimana Cara
4. Bagaimana Cara

C. Tujuan
Adapun tujuan pada makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui
2. Untuk mengetahui
3. Untuk mengetahui
4. Untuk mengetahui
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Lobster Air Tawar
Adapun klasifikasi lobster air laut menurut Kurniasih (2008) adalah
sebagai berikut (Gambar 1)

Gambar 1. Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus.)

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax quadricarinatus

B. Morfologi Lobster Air Tawar


Lobster air tawar (Cherax) merupakan salah satu genus yang termasuk ke
dalam kelompok udang tawar (Crustacea), yang secara alami memiliki ukuran
tubuh besar, capit yang kokoh dan seluruh siklus hidupnya di lingkungan air
tawar. Lobster air tawar memiliki beberapa nama internasional, yaitu crawfish dan
crawdad. Berdasarkan penyebarannya di dunia, terdapat 3 famili lobster air tawar
yaitu famili Astacidae, Cambaridae, Parastacidae.
Gambar 2. Lobster Air Tawar

Lobster air tawar memiliki tubuh yang tertutup kulit beruas-ruas, keras dan
terbuat dari bahan kitin. Bagian tubuh terbagi menjadi 3 bagian, yaitu kepala
(chephalothorax), badan (abdomen) dan ekor (telson). Kepala tertutup kulit keras
dengan bagian depan (rostrum) meruncing dan bergerigi. Di kepala terdapat
sepasang mata bertangkai, sepasang antena panjang, dan sepasang antena pendek.
Bagian kepala terdapat lima pasang kaki. Tiga kaki, diantaranya kaki pertama,
kedua, dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit.
Sepasang capit yang pertama besar dan kokoh yang berfungsi dalam
mempertahankan diri dan untuk menangkap mangsa. Bagian belakang, yaitu perut
dan ekor kulit tubuhnya beruas-ruas dengan kulit keras, dibagian ini terdapat
empat pasang kaki renang. Ekornya berbentuk seperti kipas dengan lima ruas
(Gambar 2).

Pertumbuhan lobster bertambah besar melalui pergantian kulit (moulting).


Pada waktu ganti kulit tersebut lobster dalam kondisi lemah sehingga saat itu
sering terjadi kanibal, seperti udang yang lain. Proses molting ini dapat terjadi
beberapa kali selama hidup lobster. Lobster air tawar umumnya memiliki
dimorfisme seksual, yang di mana jantan dan betina memiliki perbedaan fisik
yang dapat dikenali. Pada beberapa spesies, jantan biasanya memiliki cangkang
yang lebih besar dan lebih panjang dengan capit yang lebih besar, sementara
betina cenderung memiliki cangkang yang lebih kecil dan capit yang lebih kecil.
C. Reproduuksi Lobster Air Tawar

Gambar 3. Organ Reproduksi Lobster air tawar betina (a) dan jantan (b)

Lobster air tawar melakukan pembiakan seksual, di mana jantan


menghasilkan sperma dan betina menghasilkan telur. Proses reproduksi dimulai
dengan perkawinan, di mana jantan meletakkan spermatofor (paket sperma) di
bawah abdomen betina. Betina kemudian mengambil spermatofor tersebut untuk
membuahi telurnya. Setelah telur dibuahi, betina lobster air tawar membawa dan
menjaga telurnya di bawah abdomennya. Telur-telur tersebut menempel pada
rambut-rambut halus yang disebut pleopod pada abdomen betina. Betina akan
melindungi telur-telur ini sampai saat mereka menetas. Setelah telur menetas,
larva lobster air tawar dikenal sebagai zoea. Zoea merupakan bentuk larva yang
berbeda dari lobster dewasa. Mereka umumnya memiliki bentuk tubuh yang lebih
transparan dan berenang bebas di perairan. Selama beberapa molting, zoea
mengalami perkembangan dan mengubah bentuk tubuhnya hingga menjadi bentuk
post-larva, yang lebih mirip dengan lobster dewasa. Untuk
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan
ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.
Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga
sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih. T. 2008. Lobster Air Tawar (parastacidae: cherax), aspek biologi,


habitat, penyebaran, dan potensi pengembangannya. Jurnal media
akuakultur . 3 (1) : 31-35
LOBSTER AIR TAWAR

Lobster air tawar mulai dibudidayakan di Indonesia pada tahun 2000. Padahal
negara lain, seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Cina, Ekuador, Fiji
Guatemala, Meksiko, Afrika Selatan, dan Taiwan, telah membudidayakan hewan
bercapit ini sejak tahun 1980. Hal ini terjadi karena belum banyaknya ilmu
pengetahuan alam, khususnya biologi, yang membahas berbagai spesies lobster air
tawar di habitat aslinya. Selain itu, teknik adaptasi untuk domestikasi lobster air
tawar dari habitat alam juga masih minim. Belum diketahuinya teknik seleksi
induk, pengelolaan induk dan calon indukan, produksi benih, serta pemeliharaan
benih menjadi alasan "terlambatnya" budi daya lobster air tawar di Indonesia.
MORFOLOGI

Tubuh lobster dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala dada (chepalothoraks) dan
badan (abdomen)

KARAKTERISTIK LOBSTER AIR TAWAR

Lobster air tawar biasanya hidup di danau, rawa, atau sungai air tawar yang
terletak di kawasan perairan Papua, Papua Nugini, dan Australia. Umumnya,
tempat hidup (habitat) lobster air tawar memiliki ciri-ciri khusus, seperti sungai
yang tepinya dangkal dan bagian dasarnya terdiri atas campuran lumpur, pasir,
dan bebatuan. Selain itu, lobster air tawar juga mudah ditemukan di sungai atau
danau yang banyak ditumbuhi tanaman air atau tanaman darat yang akar atau
batangnya terendam air, sedangkan daunnya berada di atas permukaan air.
KUALITAS AIR

Suhu ideal untuk pertumbuhan lobster air tawar adalah 26-30° C. Meskipun
demikian, lobster juga dapat bertahan hidup pada suhu 8° C. Di Indonesia, lobster
air tawar mudah ditemui di Danau Klarisifet dan Sungai Ayamoro di Kabupaten
Wamena, Papúa. Pasalnya, berdasarkan hasil penelitian, kedua daerah tersebut
memiliki kandungan oksigen terlarut (0) 3-5 ppm, karbondioksida (CO) 30-44
ppm, pH 6,7-7,8, suhu air 18-22° C, salinitas 82-112 ppm

Lobster air tawar dapat dibudidayakan di kolam tanah, kolam permanen, bak fiber
atau akuarium bahkan sistem E.D.U (External Density Unit) merupakan teknik
budidaya lobster air tawar menggunakan botol atau talang sebagai media, dimana
botol yang telah berisi lobster kemudian dimasukkan ke dalam kolam (Lim,
2006). Syarat yang harus dipenuhi dalam pemeliharaan lobster air tawar adalah air
sebaiknya bersih dan tidak terlalu keruh. Secara umum air yang digunakan dalam
pembesaran lobster air tawar yaitu dengan derajat keasaman (pH) 6-7, suhu 24 -
28°C dan tingkat kesadahan air yaitu 10-20 mg/l sementara kandungan oksigen 3-
5 mg/l dan karbondioksida maksimal 10 mg/l. Kelebihan lain lobster air tawar
yaitu tidak mudah stress dan tidak mudah terserang penyakit jika kebutuhan pakan
selalu terpenuhi, maka lobster dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan
cepat

KEBIASAAN MAKAN

Lobster merupakan salah satu jenis lobster yang aktif mencari makan pada malam
hari (nocturnal). Bahan makanan yang biasa digunakan dalam budidaya lobster air
tawar adalah bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan yang dicampur juga dengan
pemberian pakan pellet. Kebutuhan pakan lobster sangat sedikit jika dibandingkan
dengan ukuran tubuhnya yang relatif besar. Lobster dewasa hanya membutuhkan
2-3 gram pakan per ekor lobster dewasa setiap hari (Wijayanto dan Hartono,
2007). Pellet merupakan salah satu pakan yang bahan–bahannya sudah
disesuaikan dengan kebutuhan komoditas yang ada. Kandungan protein yang
dibutuhkan oleh lobster air tawar untuk tumbuh dan berkembang sekitar 27-40%
(Lukito dan Prayogo, 2007), dengan dosis yang diberikan 3% dari bobot tubuh
dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari.
Menurut Iskandar (2003), lobster air tawarmempunyai prospek yang
cukup cerah dalam sektor perikanan. Selain mudah dibudidayakan,
hewan ini tidak mudah terserang penyakit, bersifat omnivor,
pertumbuhan cepat dan memiliki daya bertelur tinggi. Bila dilihat dari
aspek teknis budidaya dan potensi pasar, lobster air tawar layak
dikembangkan secara luas di masyarakat sehingga dapat memberikan
manfaat ekonomi dan tetap terjaga kelestariannya. Keberhasilan budidaya
lobster air tawar sangat dipengaruhi oleh ketersedian benih yang berkualitas.
Lukito dan Prayugo(2007)menyatakan bahwa keberhasilan lobster air
tawar sangat dipengaruhi oleh keberhasilan pada teknis pembenihan
yang dilakukan.

HAMBATAN

Lobster air tawar menghadapi banyak hambatan dalam upaya peningkatan


produksi lobster air tawar seperti tingkat pertumbuhan yang kurang optimal serta
tingginya tingkat kematian pada fase pasca larva, salah satunya karena faktor
salinitas (Anggoro, S., Subiyanto, Rahmawati, Y., A., 2013).

Kegiatan budidaya tersebut harus memperhatikan faktor-faktor penting


untuk keberhasilan budidaya yakni kondisi lingkungan budidaya, pakan, dan
kualitas air. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor utama pendukung
keberhasilan budidaya lobster air tawar

Kualiatas air yang berada dalam batas torelansi lobster air tawar dapat
mempengaruhi kemampuan untuk beraktifitas, tumbuhan dan berkembang
(Lekatompessy, H.S., Da Costa, G.W., 2019). Informasi yang terbatas tentang
proses reproduksi serta siklus hidup menjadi salah satu kendala utama dalam
pembudidayaan spesies ini. Penentuan umur induk yang tepat untuk di pijahkan
serta tata kelola anakan hasil perkawinan induk menjadi kunci pokok dalam usaha
meningkatkan produksi lobster air tawar, baik untuk dijadikan sumber bahan
makanan maupun untuk dijadikan organisme hias (Khalil, M., Ramadhani, I.,
Ayuzar, E., 2018).
Dalam mengembangkan usaha pembesaran atau budidaya lobster air
tawar, salah satu kendalanya adalah terbatasnya ketersediaan benih (Yusnaini,
Ramli, M., Saenong, Z., Idris, M., Iba, W., 2018). Lobster air tawar (LAT)
merupakan spesies introduksi yang potensi dikembangkan, namun terkedala pada
ketersediaan benih.

Lobster yang gagal molting bisa disebabkan banyak faktor, salah


satunya memiliki kualitas pertumbuhan yang kurang maksimal.
Sehingga inilah yang membuat pertumbuhannya kurang optimal dan
cenderung tidak bagus kualitas.

Penyebab

 Kondisi Lingkungan Kurang Kondusif


 Masalah nutrisi pakan
 Perawatan kurang maksimal

Cara mengatasi

 Memenuhi kadar nuriri tepat

Pergantian kulit membutuhkan protein yang cukup banyak. Protein


memiliki fungsi untuk membentuk kulit lobster air tawar yang baru.
Tanpa protein yang cukup, lobster juga tidak akan bisa tumbuh besar.

Jumlah protein yang dibutuhkan oleh lobster air tawar adalah sekitar
40% dari total tubuhnya. Sebagian besar makanan lobster air tawar
memang harus mengandung protein dalam kadar yang banyak. Sisanya
barulah mengandung karbohidrat dan lemak.
 Memperbaiki kondisi lingkungan
 Pemberian suplemen

Salah satu suplemen terbaik untuk lobster air tawar adalah


suplemen organik cair dari GDM. Suplemen yang satu ini juga
sangat ampuh untuk melancarkan pencernaan lobster air tawar.
Lobster air tawar yang memiliki pencernaan lancar pastinya
lebih tahan dari serangan penyakit. Kekebalan tubuh lobster air
tawar terhadap penyakit membuat proses molting tidak akan
terganggu

Jenis penyakit pada LAT

Penyakit Crayfish Plague atau biasa disebut sebagai penyakit krebspest


merupakan jenis penyakit lobster air tawar yang cukup dikenal
diberbgai daerah di eropa maupun emerika utara. Penyakit yang
disebabkan oleh jamur ini terjadi secara horizontal dari zoospora di air.
Serangan penyakit ini lebih sering dijumpai menginfeksi semua stadia
lobster air tawar. Pada stadium awal outbreak memiliki prevalensi yang
cukup rendah. Namun, patogen dapat mengalami multiplikasi jika
dilepaskan ke air, sehingga dapat dengan cepat menular dan
menyebabkan kematian dalam jumlah yang besar pada perairan
sekitarnya. Mortalitas dari serangan penyakit ini juga cukup bervaiasi,
dan dapat meningkat dalam waktu beberapa minggu hingga beberapa
bulan kemudian.

Penyakit ini dapat hidup pada suhu 4-20 o C. Sedangkan pH yang sesuai
untuk perkembangan penyakit ini adalah pada ph 6-7,5. Meski begitu,
penyebaran penyakit ini bergantung pada beberapa faktor, salah
satunya adalah suhu air. Gejala serangan penyakit ini adalah
munculnya bercak putih pada abdomen dan basal.

Selain itu, tampak adanya abnormalitas cara berjalannya lobster yang


menjadi tampak kaku. Tampak juga adanya bintik melanisasi pada
karier atau lobster yang sudah terinfeksi secara akut. Setelah tampak
bintik tersebut, lobster akan mengalami kematian pada 6-10 hari
kemudian.

Pencegahan

Water Treatment
Air yang akan digunakan untuk pemeliharaan udang harus terbebas dari
bahan polutan, seperti pestisida, detergent hingga limbah pencemar.
Upaya water treatment dapat diakukan dengan rajin mengganti air,
menambahkan larutan klorin 30% pada air selama 24 jam atau melalui
penyinaran ultraviolet.

PELUANG PASAR

Peluang Pasar Lobster Konsumsi Sampai saat ini produksi lobster air tawar
ukuran konsumsi masih sangat terbatas, baru ada beberapa restoran seafood di
Jakarta, Bandung dan Yogyakarta yang menyajikan hidangan lobster air tawar.
Namun dengan semakin berkembangnya budidaya lobster di beberapa daerah
terutama di lahan tambak, produksi lobster air tawar untuk konsumsi akan
meningkat. Hal ini mengingat bahwa lobster air tawar dapat hidup di air payau
dengan salinitas sampai 8% (Morrissy, 1992). Peluang pasar lobster air tawar
sebetulnya masih sangat terbuka, karena sejauh ini hanya Australia saja yang
secara intensif membudidayakan lobster air tawar dan diekspor untuk pasar Eropa
dan Amerika. Sedangkan untuk pasar Jepang, Taiwan, Hongkong dan Singapura
masih sangat terbuka. Harga lobster sangat bervariasi tergantung pada ukurannya,
semakin besar ukuran lobster semakin mahal harganya. Harga lobster air tawar di
Indonesia untuk konsumsi dengan ukuran kecil 30 ekor/kg atau berat sekitar 30–
35 g berkisar antara Rp.100.000,- sampai Rp.150.000,-. Sedangkan di Australia
lobster diperdagangkan dalam berbagai ukuran dengan harga yang bervariasi
sesuai ukurannya.

Anda mungkin juga menyukai