Ablasi pada mata udang memiliki peran penting dalam siklus reproduksi udang. Pada beberapa spesies udang, betina membutuhkan proses ablasi untuk memicu perkembangan telur yang matang. Setelah ablasi, betina akan memproduksi dan melepas telur-telur yang kemudian akan diberi pembuahan oleh jantan. Adapun tahapan ablasi yaitu Siapkan alat dan bahan (yodium, gas portable, gunting, baskom) Panaskan gunting hingga benar benar panas Ambil indukan betina lalu gunting salah satu tangkai matanya Setelah di gunting rendam udang di dalam larutan yodium beberapa detik Lalu simpan kembali indukan udang ke bak pemeliharaan Dalam proses budidaya udang, pematangan gonad sangat penting untuk dilakukan sebelum memijahkan indukan. Secara alami, indukan udang dapat mengalami pematangan gonad dengan sendirinya. Kondisi tersebut akan membuat sel telur pada induk udang betina akan siap untuk dibuahi oleh sel sperma induk jantan. Namun, pematangan gonad secara alami dinilai cukup memakan waktu, sehingga dianggap kurang efisien.Teknik ablasi mata digunakan untuk merangsang atau mempercepat perkembangan gonad pada udang dengan memanfaatkan sistem saraf pada udang, didalam tubuh udang terdapat saraf khas yang sangat berbeda dengan organisme lain, dan salah satunya terletak pada mata udang. Diketahui bahwa pada tangkai mata udang terdapat suatu hormon penghambat ovari yang mencegah peningkatan kedewasaan dari kandungan telur. ablasi mata ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi hormon penghambat tersebut, sehingga pematangan kandungan telur dapat terjadi lebih cepat
Ablasi mata merupakan cara untuk mempercepat pematangan gonad dengan
memanfaatkan sistem hormonal dalam tubuh udang dengan memotong organ yang terletak di tangkai mata, dimana sistem kerja dari ablasi mata yaitu organ X penghasil hormon penghambat perkembangan gonad atau Gonad Inhibiting Hormone (GIH) yang terletak pada tangkai mata dihilangkan, mengakibatkan kerja organ Y sebagai penghasil hormon yang merangsang perkembangan ovarium Gonad Stimulating Hormone (GSH) tidak terhambat (Subaidah,2006)